Anda di halaman 1dari 66

Analisis Fungsional

Kelompok 2

Universitas Mahasaraswati Denpasar


Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Orthodonsia
Anggota Kelompok
• Desak Sang Artha Hari (11) • Ida Ayu Nirmala Santhi (40)
• I Nyoman Bawa Sanjaya R. (13) • Ni Putu Parawidya Putri Pribadi (42)
• Ni Luh Desi Angreni (17) • Ranny Artha Himawan (48)
• Nyoman Larasati Maharani (35) • Ida Ayu Siwi Gayatri (57)
• Ni Wayan Miantari Putri Pradini (37) • A.A Sri Wilaksmi Candra Dewi (61)
Analisis Fungsional

Ortodontik modern tidak hanya terbatas pada evaluasi status gigi dan
struktur pendukungnya, tetapi juga termasuk semua unit fungsional dari
sistem pengunyahan (Menurut Eschler, 1952).

Analisis fungsional tidak hanya signifikan untuk evaluasi etiologi maloklusi


tetapi juga untuk menentukan jenis perawatan ortodontik yang
ditunjukkan.
3 Aspek Penting Analisis Fungsional

Pemeriksaan Pemeriksaan sendi


Pemeriksaan
postural rest temporomandibula
disfungsi
position dan
orofasial
intercusp
maksimum
Analisis Fungsional

Pemeriksaan Hubungan :
Postural Rest Posisi – Habitual Oklusi
Menentukan Pencatatan Evaluasi hubungan
postural rest posisi –
postural rest postural rest habitual oklusi, pada
posisi posisi tiga bidang ruang

Rest posisi harus ditentukan dengan posisi pasien relax dan duduk tegak.
Kepala diatur sehingga pandangan pasien lurus kedepan (posisi habitual).
Jika posisinya berubah-ubah, kepala dapat diposisikan dengan bidang
Frankfurt horizontal sejajar dengan lantai.
Menentukan Postural Rest Posisi

Untuk menentukan rest posisi, otot orofasial pasien harus relax.


Latihan otot (contoh tapping tes) dapat digunakan untuk
membantu melemaskan otot-otot sebelum melakukan
pemeriksaan yang sebenarnya.
Jarak antar gigi ketika mandibula dalam rest posisi, disebut sebagai
freeway space atau jarak introklusi.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan rest posisi
selama pemeriksaan klinis:

Metode Fonetik Metode Non-perintah

Metode Perintah Metode Kombinasi


Metode Fonetik
Pasien diminta untuk mengucapkan beberapa konsonan atau kata secara
berulang (misalnya “M”, “Mississippi”). Mandibula kembali ke rest posisi 1-2
detik setelah melakukan itu.

Metode Perintah
Pasien diinstruksikan untuk melakukan fungsi yang ditunjuk (misalnya
menelan), setelah itu, mandibula secara spontan akan kembali ke rest
posisi. Dalam arti sempit, metode fonetik dapat dianggap sebagai metode
perintah.
Metode Non-Perintah
Mengalihkan perhatian pasien (misalnya dokter berbicara kepada pasien)
sehingga tidak menyadari pemeriksaan yang sedang dilakukan. Saat perhatian
pasien dialihkan, pasien akan relax, menyebabkan otot-otot juga relax, dan
mandibula kembali ke rest posisi.

Metode Kombinasi
Metode penentuan rest posisi ini adalah yang paling cocok untuk analisis fungsional
untuk anak-anak dilakukan dengan mengamati pasien saat menelan dan berbicara.
Pemeriksaan rest posisi
Melakukan palpasi di daerah submental: jika menunjukkan otot-otot rileks di daerah
ini berarti rest posisinya telah tercapai.
Komponen yang mempengaruhi rest posisi

Pengaruh jangka pendek Pengaruh jangka panjang

 Inkonsistensi dari tonisitas otot


 Respirasi
 Atrisi gigi
 Postur tubuh
 Premature loss gigi
 Keadaan stress
 Penyakit sistem neuromuskular
 Disfungsi TMJ
 
Macam Penentuan Rest Posisi

1. Pengamatan Postur Kepala

• Rest posisi bisa ditentukan dengan melihat


postur kepala
• Rest posisi harus ditentukan dengan pasien
dalam keadaan yang benar-benar santai, duduk
tegak dan menatap lurus ke depan.
Macam Penentuan Rest Posisi

2. Panduan Manual Mandibula Saat


Melakukan "Tapping Test“

• Dengan memegang dagu menggunakan ibu jari


dan telunjuk
• Kemudian lakukan gerakan pembukaan dan
penutupan pasif mandibula agar otot
pengunyahan rileks sebelum menentukan rest
posisi
• Pastikan apakah otot-otot telah rileks dengan
melakukan palpasi pada otot-otot submental.
Macam Penentuan Rest Posisi

3. Spekulum Rest Posisi

• Dilakukan dengan menggunakan instrumen secara lateral


di antara bibir untuk mengamati hubungan rahang secara
fungsional
• Penentuan rest posisi dengan metode ini sulit dilakukan
oleh karena instrumen ini mengganggu lip seal dan
seluruh mekanisme refleks dari rest tonus.
Pencatatan Rest Posisi

Pencatatan dengan Rontgen


Cephalometri
Diperlukan 2 cephalogram saat: Pencatatan Kinesiografi
- Posisi Oklusi Sentris
- Mandibula dalam keadaan rest
posisi
Rest Posisi Pada Maloklusi Kelas II
Rest Posisi fisiologis fungsional 
Dengan Gerakan Mandibula ke
Posterior
Kiri: Sefalogram dalam oklusi sentris
Kanan: Dalam Postural Rest Posisi
Kiri: Sefalogram dalam oklusi sentris
Kanan: Radiograf dalam rest posisi
Penentuan Kinesiography

Kinesiograph mandibula, menurut Jankelson (1984)


memungkinkan rest posisi mandibula untuk penentuan tiga
dimensi. Posisi mandibula dicatat secara elektronik yaitu :
1. Permanen magnet, dimana memperbaiki dengan rapid-setting
akrilik ke gigi anterior bawah, dan
2. Sensor sistem dari enam magnetor dipasang pada spectacle
frame
Pergerakan mandibula dan rest posisi direkam dua dimensi dalam dua level yang dipilih
sebelumnya. Sirkuit elektronik juga memungkinkan rest posisi terekam tiga dimensi kordinat
Penentuan Kinesiografi pada rest posisi
Kanan : Bingkai spectacle pada mandibula kinesiograph, disejajarkan pada
pasien. Bingkai aluminium yang ringan mendukung sensor sistem dalam
perubahan tiga dimensi selama pergerakan mandibula.
Kiri : Magnet permanen terpasang pada tempatnya.
Rest Posisi Yang Stabil

Garis atas : bidang vertical


Garis tengah : bidang sagittal
Garis bawah : bidang horizontal
Deviasi garis ke bawah menunjukkan pergerakan lateral
mandibula inferior, posterior, sisi lateral kiri, tergantung
pada dimensinya.
Free way space kecil (1 pada skala=2mm
• Rest posisi yang tidak stabil

• Ketika membandingkan dengan Gbr 311,


rekaman garis fluctuate dapat diterima lebih
umum (pasien yang sama denga gbr 311)

Ini merupakan contoh yang salah dalam penentuan pada rest posisi. Rest posisi
tidak bisa ditentukan dengan benar menggunakan teknik ini.
Hubungan antara rest postural dan oklusi sentris harus selalu berdasarkan
darimana dimulai rest posisi dari mandibula
Fungsi analisis
Evaluasi hubungan antara rest posisi dengan habitual oklusi

Pergerakan mandibula dari rest posisi ke artikulasi penuh (Path of


closure ) dianalisis secara tiga dimesi : pada sagittal, vertical, frontal.
Gerakan menutup pada mandibula dibagi menjadi dua fase :
• Fase bebas: bagian mandibula dari rest postural ke insisal atau posisi
kontak premature.
• Fase artikular: mandibula dari posisi kontak insisial ke sentris atau
habitual oklusi.
Ketika menutup dari rest posisi mandibula mungkin keduanya terjadi
rotasi dan bergeser. Objek pada analisi ini untuk menentukan jumlah
dan arah gerakan serta proposinya pada rotasi dan komponen
pergeseran. Mengikuti pergerakan mandibula dari rest posisi ke
habitual oklusi harus dibedakan untuk diagnosis ortodontik.

JENIS JENIS PERGERAKAN ROTASI:

• Pergerakan rotasi asli (pergerakan engsel)


• Pergerakan rotasi dengan pergeseran komponen anterior
• Pergerakan rotasi dengan pergeseran komponen posterior
Evaluasi pada
bidang sagittal

Ketika
mengevaluasi
hubungan antara rest
posisi dan habitual
oklusi pada bidang
sagittal, contoh analisi
pada gambar maloklusi
kelas ii dan iii

313 penentuan cephalometri pada rest posisi


Kiri : Lateral cephalogram dengan Kanan : Radiografi diambil dalam
mandibula dalam rest posisi habitual oklusi
Analisi metrik hubungan antara rest posisi dan habitual oklusi
-contoh kasus-

Rotasi dan pergeseran komponen dari rest posisi ke oklusi dapat


direkam secara metrik dengan analisis korelatif dua radiografi ini.
Kasus pada kerangka ini adalah maloklusi kelas II, komponen rotasi
adalah 5 derajat dan pergeseran komponen anterior 2,4 mm.
Evaluasi Teknik ditunjukan pada gambar 314

314 Metode evaluasi


Bo = Bidang basal angle

BR= Angle yang sama ketika mandibula rest posisi

MMO= Jarak antara dua gambar tegak lurus pada dasar


garis maksila yang melewati pogonion dan point A dan
diperpanjang lebih rendah
MMR= Hubungan yang sama dalam rest posisi.

Yang berbeda antara angle BO dan BR mengungkap

komponen rotasi. Yang berbeda antaar MMO dan MMR


indikasi pergeseran komponen.
Pada maloklusi kelas II dapat terlihat tiga jenis fungsional
( bidang sagital) :

• Gerakan rotasi tanpa komponen yang bergeser.


• Path of closure ke belakang : Gerakan rotasi dengan gerakan
pergeseran posterior
• Path of closure ke depan : Gerakan rotasi dengan gerakan pergeseran
anterior
Klasifikasi fungsional maloklusi Kelas II berdasarkan
hubungan antara rest posisi dan oklusi penuh pada bidang
sagital
a. Maloklusi fungsional kelas II sebenarnya, di mana artikulasi
mandibula maksimum
b. Gerakan rotasi mandibula yang murni dari posisi postural
ke habitual oklusi
c. Path of closure ke belakang : Gerakan rotasi dengan
gerakan pergeseran posterior
d. Path of closure ke depan : Gerakan rotasi dengan gerakan
pergeseran anterior

Garis Merah = Mandibular path dari posisi istirahat ke oklusi


penuh
316. Maloklusi kelas II, tanpa gerakan menggeser
Maloklusi fungsional kelas II yang sebenarnya di mana mandibula
bergerak dari posisi rest ke habitual oklusi melalui gerakan rotasi tanpa
tindakan pergeseran yang berat

Kiri: Posisi habitual sentris


Kanan: rest posisi mandibula
Maloklusi kelas II dengan tindakan pergeseran posterior

Ketika bergerak dari rest posisi (kanan) ke habitual oklusi, mandibula


melakukan gerakan rotasi serta tindakan pergeseran ke posterior.
Ketika habitual oklusi, mandibula dipaksa ke belakang.
Maloklusi Kelas III

Hubungan fungsional kasus Kelas III menentukan


kemungkinan perawatan ortodontik dan prognosis
maloklusi. Path of closure mandibula dari posisi diam
dapat dibagi menjadi tiga jenis

- Gerakan rotasi tanpa pergeseran


- Gerakan rotasi dengan tindakan pergeseran anterior
- Gerakan rotasi dengan tindakan pergeseran posterior
Klasifikasi fungsional maloklusi Kelas lII sesuai dengan
hubungan antara rest posisi dan oklusi penuh (path of
closure) dalam bidang sagital
a.  artikulasi maksimum.
b. Gerakan menggeser mandibula, dengan tindakan pergeseran ke
posterior.
c. Gerakan rotasi mandibula yang murni dari posisi postural ke
posisi oklusal.
d. Gerakan menutup mandibula, dengan tindakan pergeseran ke
anterior.

Garis Merah = Mandibular path dari posisi istirahat ke oklusi penuh.


Maloklusi Kelas III fungsional
Contoh kasus

Oklusi
Maloklusi kelas III pada tahap
awal pertumbuhan gigi campuran. Kiri: Posisi istirahat. Tengah: Kontak gigi awal. Kanan: habitual occlusion.
Gigi sulung menunjukkan
hubungan gigitan silang, melebar,
dan ujungnya tidak mengikis.
Hubungan antara rest posisi postural dan
habitual oklusi
Bergerak dari posisi diam, mandibula
bergeser ke depan dalam fase penutupan
artikular karena kontak prematur gigi kaninus
sulung
Analisis Fungsional

Prognathisme Mandibular
True Forced Bite - Pseudo - Forced Bite
Dalam kasus mesioklusi, bergesernya anterior tidak selalu merupakan
gejala maloklusi Kelas III fungsionalsecara sefalometrik.

pseudo – forced bite memiliki overjet negatif yang nyata.


Pergantian dentoalveolar dari displasia tulang, yang sudah ada
ketika perawatan dimulai, sangat membatasi berbagai
kemungkinan perawatan ortodontik dan tidak seperti true forced
bite yang merupakan indikasi prognosis yang sangat tidak
menguntungkan.
Kelas III Dentoaveolar- • Dalam kasus dengan hubungan
skeletal kelas II dentoalveo-
Compensated compansated sebagian, insisivus atas
berujung pada labial dan insisivus
bawah berujung di lingual.
menempatkan insisivus pada posisi
aksial yang tepat menunjukkan
overjet negatif lanjutan yang
menghilangkan komponen
pergeseran anterior.

• Kiri: Sefalogram seorang pasien


dengan prognathisme mandibula
compensated-dentoalveolar sebagian
Oklusi Pseudo Forced bite

posisi habitual oklusal dari


Kelas Il displasia dengan
linguoversi dari gigi insisivus
bawah dan labioversi insisivus
atas serta pseudo forced bite

Gambar Kiri: pencatatan grafis dari


gerakan penutupan sagital pada
pasien. Mandibula bergeser ke arah
anterior selama fase artikular.
Hubungan antara rest posisi dan habitual oklusi

Hubungan antara rest posisi dan


habitual oklusi

• Kiri: rest posisi.


• Tengah: Kontak gigi awal.
• Kanan: habitual oklusi
Evaluasi Hubungan antara Rest Posisi dan Habitual Oklusi

Bidang Vertikal

Menurut Hotz dan Mühlemann (1952) seseorang harus dibedakan antara dua
jenis: true deep overbite dan pseudo-deep overbite
True deep Overbite dengan free way space besar, disebabkan oleh infraclusion
dari molar. Prognosis terapi yang berhasil lebih disukai dengan menggunakan
peralatan fungsional
Pseudo-deep overbite memiliki free way space kecil.
Prognosis untuk meninggikan gigitan menggunakan
peralatan fungsional tidak baik. Jika ruang free way space
kecil, ekstrusi gigi molar mempengaruhi rest posisi dan
dapat menyebabkan masalah TMJ atau menyebabkan
kekambuhan overbite yang dalam.
Klasifikasi fungsional deep overbite

A. posisi oklusal
B. Pseudo-deep overbite dengan free
way space kecil.
C. True-deep overbite dengan freeway
besar.

Ilustrasi skematik dari dua tipe fungsional deep overbite). Free way fisiologis, yang
dicatat di bagian kaninus, sekitar 4 mm pada anak-anak dan 2-3 mm pada orang
dewasa.
Pseudo-deep overbite

Maloklusi kelas II free way space


kecil pada posisi postural.
Deep Overbite dikombinasikan
dengan overerupsi dari insisivus
bawah.

Kasus pseudo-deep overbite sulit


untuk diobati karena jenis maloklusi
ini tidak dapat diperbaiki dengan
Kiri: habitual occlusion
ekstrusi molar.
Kanan: rest posisi mandibular
Gigitan dalam Overbite Sebenarnya

Kelas II, Divisi 2 maloklusi freeway space


besar dalam rest posisi postural
mandibula.
Prognosis untuk koreksi yang berhasil
dari deep overbite adalah baik, karena
jenis maldevelopment vertikal.

Dapat dirawat dengan peralatan Kiri: habitual occlusion


fungsional dan dengan ekstrusi molar. Kanan: rest posisi mandibular
 
Pemeriksaan Hubungan antara Rest Posisi dan Habitual Oklusi dalam
Bidang
Transversal

• Posisi midline mandibula diobservasi saat rahang bergerak dari rest posisi hingga
habitual occlusion. Menurut analisis fungsional terdapat dua tipe deviasi skeletal
mandibula, yang dapat dibedakan menjadi : laterognathy dan lateroclusion.

• Laterognathy: Mandibula sentral tidak sejajar dengan midline wajah saat rest dan
oklusi. Gigitan silang lateral dengan laterognathy disebut true cross-bite .
Prognosisnya tidak menguntungkan untuk terapi kausal (Gambar.327)

• Lateroklusi. pergeseran mid line mandibula hanya dapat diamati pada posisi
oklusal; dalam rest posisi kedua midline selaras. Deviasi ini disebabkan oleh arah
gigi (fungsional non-true maloklusi) (gambar.329)
Pergeseran midline mandibula : Laterognathy
327. Ilustrasi Skematik

Gambaran tersebut menunjukkan hubungan morfologikal dalam postero-anterior sefalogram pada kasus
laterognathy.
Kanan : mandibula bagian tengah berubah tempat saat habitual oklusi. Garis tengah skeletal pada rahang bawah
( mental spine ) bergeser secara lateral yang berhubungan dengan bidang facial midsagittal ( acuan garis vertikal )
Kiri : deviasi lateral garis tengah mandibula berhubungan dengan garis tengah facial, bertahan pada postur posisi rest
328. Mencari dalam sefalogram postero-anterior.
Kanan : radiograf pada pasien dalam habitual oklusi

Kiri : radiograf pada postur posisi rest

Pergeseran midline mandibular : lateroklusi


329 Ilustrasi skematik
Hubungan morfologi pada sefalogram pada kasus lateroklusi.

Kanan : ketika posisi oklusal, midline mandibula berpindah


tempat secara lateral dari bidang facial midsagital ( garis
acuan vertical ) .
Kiri : dalam postur rest kedua midline serupa dan terpusat
dengan baik
Hubungan rest posisi hingga posisi oklusal
330 Postur rest posisi
Dalam rest posisi, center mandibula selaras dengan midline
atas. ( kontak poin mesial pada insisif sentral berhimpitan
dengan midline mandibula)

331 Posisi kontak awal gigi


Mandibula adalah posisi kontak awal gigi, dengan demikian
untuk mengakhiri fase pertama dari gerakan menutup, yang
dimulai dari posisi rest Incisor kanan lateral kontak prematur

332 Habitual oklusi


Dalam fase terakhir aksi menutup, mandibula bergeser ke kiri
Deviasi mandibula dalam habitual occlusion dikarenakan oleh
gangguan gigi, yaitu pergeseran midline skeletal pada mandibula
yang hanya terlihat dalam interkupasi maksimum yang
menandakan maloklusi fungsional (lateroklusi)
Analisis Fungsional

Pemeriksaan Temporomandibular Joint


Pemeriksaan klinis
temporomandibular Joint

Pemeriksaan mencakup, standar


prosedur, auskultasi dan palpasi
pada TMJ dan otot-otot yang
terkait dengan gerakan
mandibula, serta analisis
fungsional dari gerakan
mandibula.

Pemeriksaan radiografi spesifik


pada sendi temporomandibular,
sebagai bagian dari diagnosis
orthodontik hanya diindikasikan
pada kasus yang luar biasa.
 
Pemeriksaan Klinis
Tujuan utama dari pemeriksaan klinis adalah untuk menilai keparahan dari bunyi
clicking, rasa sakit, dan disfungsi yang merupakan karakteristik dari gejala
patologis TMJ.

Auskultasi
• dilakukan dengan stetoskop, clicking dan krepitus pada sendi dapat didiagnosis selama
gerakan anteroposterior dan eksentrik mandibula.
• Clicking pada sendi dibedakan menjadi: clicking awal, menengah, terminal, dan reciprocal.
• clicking awal adalah tanda kodilus yang masih dapat kembali ke diskus. clicking menengah
adalah tanda ketidakrataan permukaan kondilar dan disk artikular, yang saling bergeser
selama gerakan. clicking terminal paling sering terjadi dan kondil bergerak terlalu jauh ke
depan sehubungan dengan diskus pada saat rahang terbuka secara maksimal. Clicking
reciprocal terjadi selama membuka dan menutup dan terdapat ketidaksesuaian antara
perpindahan condyle dan diskus.
Palpasi sendi temporomandibular

• Saat pasien membuka mulut memungkinkan terdapat


rasa sakit pada tekanan di area kondilus. Selain itu
kondilus kanan dan kiri dapat diperiksa untuk tindakan
sinkronisasi.
• Krogh-Poulsen, 1973 merekomendasikan palpasi tidak
hanya otot pengunyahan pasien dewasa tetapi juga
seluruh otot kepala, wajah, dan leher.
• Sakit karena tekanan: otot lateral pterygoid. Nyeri otot
masseter juga ditemukan pada anak-anak dengan
masalah TMJ
• Oleh karena itu, perlekatan otot ini harus diperiksa pada
setiap pasien orthodontik.
• Jika nyeri bilateral terjadi pada palpasi daerah pterigoid lateral,
disfungsi sendi menjadi berkepanjangan.

• Auskultasi dan palpasi pada TMJ


-Temuan klinis-
Rasa sakit pada tekanan
Bunyi klik pada sendi
Krepitus
Gerakan kondilus tidak terkoordinasi.
 
Auskultasi sendi temporomandibular
Suara pada sendi temporomandibular dapat
dievaluasi dengan stetoskop.

Palpasi lateral dari sendi temporomandibular.


Berikan sedikit tekanan pada proses kondensasi dengan jari
telunjuk. Palpasi kedua sisi secara bersamaan. Catat setiap
konsistensi dalam palpasi sendi dan segala penyimpangan
pada saat pergerakan condylar selama pasien membuka dan
menutup. Koordinasi antara gerakan kepala condylar kiri
dan kanan harus dinilai pada saat yang sama

Palpasi posterior sendi temporomandibular.


Posisikan jari-jari dimeatus auditorium ekstern dan palpasi
permukaan posterior kondilus selama membuka dan
menutup mandibula. Palpasi harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga kondilus menggeser jari kelingking ketika
menutup saat oklusi penuh.
 
338. Palpasi otot lateral pteriogoid

 Nyeri otot pteriogoid lateral teraba


dekat dengan leher kondilus sendi
pada bagian kranial dibelakang
maksilaris.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan
mulut terbuka dan mandibula
digerakan ke lateral.
 Pada tahap awal yang terjadi pada
disfungi TMJ, biasanya otot terasa
sakit pada satu sisi saat dilakukan
palapasi, pada stadium lanjut, nyeri
biasanya terjadi bilateral.
339. Palpasi otot temporalis
• Otot temporalis dipalpasi secara
bilateral dan pada ekstraoral.
• Palpasi ditahan , sehingga otot
berkontraksi secara isomatrik.

• Anterior Lateral : pelebaran


temporal pada attachment coronoid
didaerah postelateral vestibulum
atas. Mulut pasien harus terbuka
pada saat pemeriksaan.
340. Palpasi otot masseter
• Otot masseter superfisialis teraba
dibawah mata, lebih dalam dari
lengkung zygomatik.

• Bagian dalam diraba pada tingkat


yang sama, kira-kira selebar 2jari
didepan tragus kiri : selama
kontraksi otot isometrik
maksimum,lebar masseter
superfisial dapat diperoleh disekitar
sudut gonial.
341. Merekam jarak
interinsisal maksimum
Pada pembukaan rahang maksimum
antara insisial edge dari insisal atas dan
bawah diukur dengan Boley vonet,
dalam kasus overbite jumlah ini
ditambahkan ke nilai yang diperoleh.

Waktu pembukaan rahang 40-45 mm,


dalam kasus dengan disfungsi TMJ,
hipermobilitas tidak terlihat
Pergerakan membuka dan menutup mandibula
Gerakan membuka dan munutup rahang mandibula secara protusif,
retrusif kemudian pada bagian lateral diperiksa secara asinkronis sebagai
bagian dari analisis fungsional.
Karakteristik ukuran dan arah pergerakan ini dicatat selama pemeriksaan
klinis.
Penyimpangan pergerakan hanya dapat terbaca dengan perangkat
elektronik (mis. Kinesiograph).
Tanda-tanda pertama dari masalah sendi temporomandibular awal
termasuk deviasi arah pergerakan pada saat membuka dan menutup
rahang mandibula pada bidang sagital dan frontal, Pada pasien dengan
maloklusi
342. gambaran kepala dari
hasil rekaman unit elektrik.
Posisi kepala pada penampang frontal dan
lateral.

Magnet permanen dipasang secara intraoral


pada mandibula untuk menghasilkan mega
magnet tiga dimensi.

Head thame terdiri dari sistem antena yang


merekam perubahan posisi bidang magnetik
selama pergerakan mandibula
343. Sistem koordinat

• XZ : bidang sagital
• XY : bidang horizontal
• YZ : bidang frontal
Contoh kasus

Penampakan bidang frontal dan lateral dari habitual


oklusi pada pasien wanita yang berumur 21 tahun.
Pada bagian kiri insisors terlihat hubungan edge to
edge dan terdapat atrisi yang parah pada kaninus atas.
Gambar 345 pola gerakan maneuver mandibula
saat membuka dan menutup

Kiri: arah membuka dan menutup pada bidang sagital


(bidang XZ).
Lengkung rahang saat membuka dan menutup tidak
konsisten.
Gerakan membuka menunjukkan penyimpangan
deviasi.
 
Tengah: lengkung rahang saat membuka dan menutup
pada bidang horizontal (bidang XY).
Arah membuka rahang berbentuk C secara patologis.
Pada akhir gerakan menutup, mandibula sedikit
bergeser ke kiri.
 
Kanan: arah membuka dan menutup pada bidang
frontal (bidang YZ).
Tingkat membuka rahang maximun, normal. selama
tahap akhir menutup rahang. mandibula bergeser ke
kiri karena gangguan oklusal (gerakan 1 milimeter = 0,5
mm).
Gambar 346 Rekonstruksi tiga dimensi dari gerakan membuka dan menutup mandibula
Kanan : Diagram tiga dimensi dari rekaman yang ditunjukkan pada gambar 345 (menandai lengkung
saat membuka dan menutup).

Kiri: Gesekan pada gigi kaninus kiri atas pada pasien wanita ini adalah gejala klinis dari hubungan
oklusal
Pemeriksaan sendi temporomandibular – radiografi

Hanya dalam kasus yang parah, pemeriksaan radiografi diindikasikan untuk anak-anak dengan
gangguan fungsional sendi temporomandibular. Beberapa teknik radiografi, yang diambil dalam
habitual oklusi dan / atau dalam posisi mulut terbuka, cocok untuk pemeriksaan sendi
temporomandibular (proyeksi posteroanterior, radiograps, tomograms).

Ketika menganalisis radiograps, temuan yang dapat terlihat: Posisi kondilus sehubungan dengan
fossa, lebar ruang sendi, perubahan bentuk dan struktur kepala kondilus dan / atau fossa
mandibula.

Remaja dengan maloklusi Kelas II, Divisi 1 dan disfungsi bibir (menggigit-bibir atau mengisap) paling
sering terkena gangguan TMJ.
Gambar 348 Tomogram sendi
Gambar 347 temuan klinis temporomandibular pada habitual oklusi
Pasien 22 tahun dengan disfungsi bibir yang jelas.
Maloklusi kelas II dengan peningkatan overjet Film tomografi sendi temporomandibular kanan
dan labioversi pada gigi seri atas. dan kiri dalam interkuspasi penuh (diproyeksikan
sepanjang bidang sagital).
Ada perbedaan nyata antara sisi kiri dan kanan
mengenai bentuk kondilus, atap fossa, dan lebar
ruang sendi.
Kanan: Kondilus dan atap fossa sangat rata;
kondilus terdislokasi ke anterior di rongga glenoid.
Gambar 349 Tomogram sendi temporomandibular dalam posisi mulut
terbuka maksimum

Kiri: Kondilus kanan terdislokasi ketika rahang dibuka secara maksimal.


Kanan: Vertex condyle kiri diposisikan di bawah tuberkulum articular
Thank You !
Sekian dan Terimakasih
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Orthodonsia

Anda mungkin juga menyukai