Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH SEMINAR ORTHODONTI

ANALISIS RUANG PADA GIGI PERMANEN


Color Atlas of Dental Medicine – Orthodontic Diagnosis
Thomas Rakosi, Irmtrud Jonas, Thomas M. Graber

Hal 222 – 235

Pembimbing :

Dr. drg. Ida Ayu Evangelina, Sp. Ort (K)


drg. Regina Yosepine

Seminaris :

Lulu Luthfiah (160112160524)


Karina Agustin (160112170045)
Yosia Christi (160112170091)

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BANDUNG

2018
Analisis ruang pada gigi permanen

Pasien dengan ketidaksesuaian gigi pada rahang yang disebabkan kurangnya ruang perlu

untuk ditentukan jumlah gigi yang berjejal pada lengkung maksila dan lengkung mandibula

dari model studi. Tujuannya adalah untuk menentukan perbedaan antara ruang yang tersedia

dan ruang yang diperlukan untuk penyelarasan gigi. Pengukuran diperlukan di masing-

masing lengkung untuk kebutuhan analisis ruang intramaksila:

1. Perhitungan ruang yang dibutuhkan.

2. Perhitungan ruang yang tersedia.

Analisis dapat dilakukan dengan dua metode:

Analisis Nance : (Figs. 537-539)

Langkah-langkahnya meliputi:

1. Pencatatan lebar mesiodistal dari masing-masing gigi sampai ke mesial gigi molar

permanen pertama. Lebar jumlah total berhubungan dengan ruang yang diperlukan

(panjang lengkung gigi ideal).

2. Pencatatan panjang lengkung sebenarnya menggunakan kawat lunak yang dibentuk

sesuai bentuk lengkung individual dan ditempatkan pada permukaan oklusal di atas

titik kontak gigi posterior dan insisal edge gigi anterior. Jarak antar titik kontak mesial

molar permanen pertama dicatat menggunakan kawat yang diluruskan merupakan

jumlah ruangan yang tersedia di lengkung gigi (panjang lengkung sebenarnya).


3. Penilaian hubungan ruang merupakan hasil dari perbedaan antara panjang lengkung

ideal dan panjang lengkung sebenarnya (nilai negatif = kekurangan ruang, nilai positif

= kelebihan ruang) (Gbr.539).

Pencatatan ruang yang tersedia pada gigi permanen menurut Nance :

permanen pertama.

537. Pengukuran lengkung maksila

Panjang lengkung sebenarnya diukur dengan menggunakan bantuan kawat lunak

yang dibentuk sesuai bentuk lengkung individual. Pada regio posterior kawat tersebut

melewati titik kontak dan pada regio anterior mengikuti insisal edge. Panjang

lengkung sebenarnya diperoleh dengan mengukur perimeter lengkung mesial sampai

gigi molar permanen pertama.


538. Pengukuran lengkung mandibula

penentuan panjang lengkung sebenarnya dilakukan dengan cara yang sama dengan

lengkung rahang atas.

kanan: ilustrasi skematik pengukuran.

539. Perhitungan ruang yang diperlukan menggunakan analisis Nance:

Pencatatan pengukuran untuk lengkung maksila dan mandibula dari gambar 537,

538 dimasukan pada bagan untuk menentukan perbedaan antara ruang yang

diperlukan dan ruang yang tersedia.


Analisis segmental Lundstrom: (Figs. 540-542)

Analisis segmental melibatkan penilaian tidak langsung dari perimeter lengkung gigi, yang

dapat dilakukan dengan cara berikut:

1. Membagi lengkung gigi menjadi enam segmen garis lurus yang terdiri dari dua gigi per

segmen, termasuk gigi molar permanen pertama (Gambar 540).

2. pencatatan lebar mesiodistal dari dua belas gigi.

3. penjumlahan lebar masing-masing gigi dari setiap segmen.

4. pencatatan ruang mesiodistal yang tersedia pada model studi secara terpisah untuk setiap

segmen.

5. perhitungan perbedaan antara panjang ideal dan panjang sebenarnya dari setiap segmen

yang menunjukan hubungan ruang (Gbr. 542)

Penentuan ruang yang tersedia di gigi permanen, menurut Lundstorm:

540. Pembagian segmental dari lengkung maksila


Ilustrasi skematis dan model studi yang menunjukkan metode analisis untuk

menghitung panjang lengkung yang sebenarnya pada gigi permanen (Baugut, 1963).

Perhitungan pada analisis ini melibatkan gigi molar permanen pertama.

541. Pembagian segmental dari lengkung mandibula

Pembagian segmental analisis Lundstrom untuk menentukan jumlah ruang yang

diperlukan dalam gigi permanen identik pada lengkung maksila dan mandibula.

542. Perhitungan ruang yang diperlukan dengan menggunakan analisis segmental

Lundstrom
pencatatan pengukuran individu untuk analisis ruang yang diperlukan di lengkungan

atas dari pic. 540

Perhitungan diskrepansi

Penilaian hubungan ruang tidak cukup terbatas pada analisis model studi. Perbedaan

antara ruang yang diperlukan dan jumlah ruang yang tersedia untuk keselarasan gigi

ditentukan oleh dua parameter yang berbeda :

1. jumlah gigi yang berjejal

2. posisi anteroposterior dari gigi insisif sehubungan dengan skeletal wajah.

Analisis ruang yang komprehensif harus terdiri dari gabungan analisis antara pengukuran

sefalogram dan model studi. Langkah-langkah dari perhitungan diskrepansi secara

keseluruhan pada lengkung atas dan bawah diantaranya:

1. Penentuan diskrepansi dental

Perhitungan model studi : a) perbedaan antara panjang lengkung gigi sebenarnya dan

panjang lengkung ideal (p. 220) dan b) jumlah kurva spee secara terpisah pada sisi

kiri dan kanan (hal. 227). (penyelarasan kurva spee sebesar 1mm membutuhkan

panjang lengkung sebesar 1mm). Jumlah pengukuran poin a dan b juga dikenal

sebagai diskrepansi dental (DD).

2. Penentuan diskrepansi sagital

Jarak dari insisal edge dari insisif sentral ke garis N-Pog diukur pada sefalogram

lateral. Derajat posisi gigi insisif yang bervariasi dari nilai standar menunjukan

diskrepansi sagital (SD). Posisi gigi insisif yang lebih ke depan menunjukan

kebutuhan panjang lengkung gigi, retroposisi menandakan peningkatan panjang


lengkung gigi (perubahan 1mm posisi gigi insisif pada sefalogram lateral = 1 mm

panjang lengkung).

3. Penentuan diskrepansi total.

Total dikrepansi (TD) adalah jumlah diskrepansi dental dan sagital, karena

pengukuran pada model studi dilakukan pada kedua sisi lengkung gigi tetapi pada

radiograf hanya dilakukan pengukuran pada satu sisi, sehingga dilakukan perhitungan

sebagai berikut:

TD setiap lengkung = SD + ½ DD

jumlah TD merupakan parameter yang penting untuk menentukan apakah ekstraksi

perlu dilakukan. Jika perhitungan diskrepansi dilakukan pada periode gigi campuran,

perubahan yang berhubungan dengan posisi garis N-Pog akibat pertumbuhan perlu

diperhitungkan, terutama dari rotasi mandibula.

543. Perhitungan diskrepansi

Kiri atas: diskrepansi dental menggabungkan perbedaan antara panjang lengkung

sebenarnya dan panjang lengkung ideal dan derajat deviasi kurva spee dari nilai

standar. Selanjutnya, ditentukan jumlah total pengukuran individu untuk sisi kiri dan

kanan.

Kanan atas: diskrepansi sagital merupakan deviasi dalam hubungan antara insisial

edge rahang atas dan bawah ke garis N-Pog (nilai standar lengkung rahang atas +2

hingga + 4 mm, nilai standar dalam lengkung mandibula -2 hingga + 2mm).

Gigi insisif yang kearah labial yang berhubungan dengan nilai standar, untuk

mendapatkan nilai inklinasi aksial yang benar, panjang lengkung gigi membutuhkan
relasi 1:1. Pada kasus yang berlawanan, dimana insisal edge terlalu jauh ke posterior,

peningkatan panjang lengkung gigi didapatkan dari derajat yang sama.

Bawah : untuk menghitung diskrepansi total (jumlah total diskrepansi dari model

studi dan analisis roentgen nonsefalometri) pengukuran bilateral dari diskrepansi

dental (DD) dan pengukuran unilateral dari diskrepansi sagital (SD) harus dikurangi

menjadi angka penyebut. Perhitungan diskrepansi total untuk satu sisi lengkung

didapatkan dengan cara membagi dua nilai diskrepansi total, kemudian nilai tersebut

ditambahkan ke nilai diskrepansi sagital.

Analisis dapat dilakukan pada gigi permanen serta gigi campuran,

perthitungan yang berbeda hanya dari panjang lengkung sebenarnya dan panjang

lengkung ideal. Namun, ketika menghitung diskrepansi sagital pada remaja, harus

diperhatikan yang terkait dengan pertumbuhan perubahan posisi dari garis N-Pog.
544. Diskrepansi Dental

Kiri: panjang lengkung sebenarnya pada lengkung maksila 8mm lebih

pendek dari lengkung rahang ideal (diukur dari titik kontak mesial gigi molar

permanen pertama sampai mesial gigi molar kontralateral)

Kanan : pada mandibula ruangan yang tersedia kekurangan 8mm dari

ruangan yang diperlukan. Kurva spee 2mm pada setiap sisi.


545. Diskrepansi Sagital

Nilai jarak insisivus sentral rahang atas (= + 3mm) sama dengan nilai standar.

Insisal edge permukaan labial gigi insisif rahang bawah berada 5mm lebih ke

posterior. Nilai standar rata-rata (-2 to +2mm) merupakan dasar untuk

perhitungan diskrepansi, kenaikan 5mm pada lengkung rahang di setiap sisi

jika insisal edge diposisikan pada garis n-pog.


546. Perhitungan diskrepansi total

Perhitungan terpisah diskrepansi dental dan sagital dicatat pada grafik.

Setelah pengukuran diskrepansi total, kekurangan ruang lengkung maksila

dapat ditentukan lebih jelas dibandingkan ruang lengkung mandibula karena

pada lengkung mandibula diskrepansi dental dikompensasi oleh posisi awal

dari gigi insisif rahang ke garis n-pog.


Perhitungan Diskrepansi

Contoh Kasus

547 Temuan Oklusal


Hubungan kelas I dengan overbite anterior minimal. Gigi anterior tidak

sejajar dikarenakan kurangnya ruang dan insisivus sentral rahang atas cenderung

inklinasi ke labial.

548 Diskrepansi Dental

Lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah tampak dari oklusal.

Panjang lengkung sebenarnya lebih pendek 7 mm pada maksila. Jumlah ruang

yang dibutuhkan 5 mm pada lengkung rahang bawah. Kurva spee tidak

menunjukkan adanya kelainan.


549 Diskrepansi Sagital

Berdasarkan batas atas nilai standar (lengkung rahang atas +4mm, dan

lengkung rahang bawah +2mm), lengkung rahang atas membutuhkan 13 mm panjang

lengkung untuk mengkoreksi posisi insisal edge ke garis Nasion-Pogonion.

Diskrepansi sagital rahang bawah sejumlah -8 mm.

550 Perhitungan Diskrepansi Total


Pengukuran diskrepansi sagital dan diskrepansi dental ditunjukkan pada

bagan. Hubungan oklusal ideal dapat tercapai dengan membutuhkan ruangan 16,5

mm pada tiap sisi rahang atas dan 10,5 milimeter pada tiap sisi rahang bawah.

Diskrepansi menunjukkan hasil yang dapat diterima hanya dapat dicapai dengan

menggunakan pengukuran ortodontik, meskipun di kombinasikan dengan tindakan

ekstraksi.

Analisis Bidang Vertikal

Derajat malposisi dari suatu gigi dan kelompok gigi pada bidang vertikal diukur pada

hubungan dengan bidang oklusal, dan dapat dijelaskan sebagai berikut.

Supraversi : overerupsi dengan hubungannya pada bidang oklusal

Infraversi : erupsi tidak memadai terhadap bidang oklusal

Bidang oklusal merupakan bidang fiktif karena permukaan oklusal gigi tidak terletak pada

satu bidang, pengukuran yang tepat tidak dapat dilakukan dan hanya dapat digunakan sebagai

titik acuan ketika menggambarkan kelainan vertikal.

Pemeriksaan pada bidang vertikal melibatkan analisis kurva kompensasi (kurva

spee). Kurva ini dapat berbentuk dalam, datar atau terbalik. Kurva spee yang dalam sering

kali ditemui dalam kondisi gigi berjejal, sedangkan kurva spee yang datar menunjukkan

oklusi yang baik. Overerupsi insisif pada kasus deepbite dapat disertai adanya kurva

kompensasi transversal yang nyata.


551 Bidang Vertikal- Posisi Insisif Normal

Hubungan vertikal yang baik, insisal edge berkontak dengan bidang oklusal

Kiri : ilustrasi skematik menunujukkan bahwa bidang oklusal tegak lurus dengan

bidang tuberositas. Bidang oklusal didefinisikan sebagai tangen yang melalui ujung

cups mesiobukal dari molar pertama dan bukal cups premolar.

552 Supraversi Gigi Anterior


Supraversi gigi insisif dengan overerupsi dalam hubungannya dengan bidang

oklusal

553 Pengukuran Kurva Spee

Kedalaman Kurva Spee didefinisikan sebagai jarak dari puncak kurvatura

sampai bagian template plastic yang ditempatkan diatas lengkung rahang bawah.

Template menyentuh bagian insisal edge paling anterior dan puncak cups molar

paling distal pada daerah posterior. Pengukuran dilakukan secara terpisah pada sisi

kiri dan kanan lengkung gigi.

Kiri : Diagram yang menunjukkan ilustrasi pengukuran

Analisis Bolton

Analisis Bolton (Bolton, 1958), menentukan rasio lebar mesiodistal gigi rahang atas

dengan gigi rahang bawah ( sebagai contohnya, diskrepansi ukuran gigi). Analisis rasio total
menilai 12 gigi rahang atas dan 12 gigi rahang bawah (tidak melibatkan molar kedua dan

molar ketiga). Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengevaluasi rasio antara 6 gigi rahang

atas dan rahang bawah (rasio anterior). Relasi kaninus sangat penting untuk diperhitungkan

dalam menentukan hubungan overbite dan overjet yang baik.

Analisis ini mengemukakan bahwa material gigi yang relatif lebih kecil merupakan

nilai yang benar. Lebar gigi yang berhubungan dengan ukuran lengkung gigi pada lengkung

lawan dapat ditemukan pada tabel korelasi nilai standar. Indeks deviasi yang lebih dari nilai

standar deviasi memiliki relevansi secara klinis. Diskrepansi ukuran gigi dapat disebabkan

rotasi, diastem, crowding, dan intercups yang tidak sesuai. Ketidaksesuaian lengkung rahang

atas dan lengkung rahang bawah dapat diperbaiki dengan : 1) Pencabutan, 2) Stripping

interdental, 3) dalam kasus yang ekstrim, dapat dilakukan penambahan ukuran mesiodistal

gigi.

554 Indeks Rasio Total


Rumus dalam menentukan kesesuaian mesiodistal intermaksila pada lebar

gigi, termasuk gigi molar pertama. Apabila perhitungan rasio sebesar 91,3% maka

gigi rahang bawah terlalu lebar dibandingkan gigi rahang atas. Apabila rasio kurang,

maka gigi rahang atas relatif terlalu besar. Analisis dental material dilakukan untuk

menghitung titik mesiodistal terlebarnya pada 12 gigi rahang atas dan 12 gigi rahang

bawah. Metode ini hanya digunakan untuk gigi permanen. Penyebab utama

diskrepansi lebar gigi adalah ukuran mesiodistal gigi yang asimetris kanan-kiri.

Diskrepansi Rasio Anterior

Contoh Kasus
556 Tampak anterior model studi

Lengkung anterior rahang atas dan rahang bawah dengan kontak rapat, pada

lengkung rahang bawah terdapat insisif yang berjejal ringan, dan garis median

deviasi ke kanan. Rasio Total 91,9%, rasio anterior sebesar 82%, diskrepansi ukuran

gigi terlokalisir pada regio anterior. Total lebar enam gigi mandibula relatif lebih

besar 2,4 mm.

557 Hubungan oklusal

Neutroklusi bilateral molar permanen pertama dengan distoklusi ringan pada

regio kaninus. Diskrepansi ukuran gigi anterior dapat mencegah intercups caninus

yang baik ,selain adanya ketidaksejajaran gigi anterior rahang bawah.

Material Mesiodistal gigi yang berlebih

Pada lengkung Rahang Atas Pada lengkung Rahang Bawah

Overbite Meningkat Overbite menurun


Overjet meningkat Overjet menurun

Gigi berjejal pada lengkung Rahang Atas Gigi berjejal pada lengkung Rahang Bawah

Diastem pada Lengkung Rahang Bawah Diastem pada Lengkung Rahang Atas

Insisif atas linguoversi Insisif atas labioversi

Insisif bawah labioversi Insisif bawah linguoversi

558 Diskrepansi ukuran gigi intermaksila dan ketidaksesuain gigi

Disproporsi antara ukuran gigi rahang atas dan rahang bawah memiliki efek

tertentu pada posisi dan oklusi gigi. Deviasi bergantung pada lokalisasi dari material

gigi yang berlebih : lengkung rahang atas/ rahang bawah.

559 Disproporsi ukuran gigi intermaksila akibat anomali morfologi

Hipoplastik gigi insisif lateral rahang atas yang mempengaruhi rasio antara

lebar gigi rahang atas dan rahang bawah. Pada kasus yang ekstrim sebuah keputusan
harus dibuat sesuai perawatan apakah disproporsi dapat dikoreksi dengan stripping

enamel interproksimal pada gigi lawan atau apakah diskrepansi perlu dikoreksi

dengan merestorasi gigi yang hipoplastik.

560 Hubungan ideal lebar gigi rahang atas dan rahang bawah berdasarkan Bolton

Tabel nilai rata-rata untuk rasio total dan anterior (dalam mm)

Setelah perhitungan rasio Bolton, lengkung dengan material gigi yang relatif lebih

kecil ditentukan dan ukuran gigi yang sebenarnya dapat dilihat pada tabel. Nilai ideal

untuk ukuran gigi lawan dibaca pada kolom yang menyertainya. Perbedaan antara
nilai yang sebenarnya dengan nilai ideal (berdasarkan tabel) untuk material gigi yang

relatif lebih besar menunjukkan kelebihan ukuran gigi pada lengkung tersebut

dalam satuan mm.

561 Evaluasi bagan analisis bolton


Analisis Basis Apikal Berdasarkan Rees(1953)

Hubungan antara perluasan seluruhnya dari basis apical dan panjang lengkung gigi

ditunjukkan dengan perhitungan pada lengkung rahang atas dan rahang bawah. Analisis ini

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Menghilangkan frenulum labialis dan bukalis pada cetakan positif

2. Membentuk tiga garis tegak lurus bidang oklusal (mesial gigi molar pertama dan titik kontak

dari gigi insisif central). Garis ini diperluas 8-10 mm dari dental papilla ke vestibular fold.

3. Menghitung jarak dari mesial gigi molar pertama pada satu sisi ke sisi lainnya melalui ujung

dari garis vertikal dengan bantuan adhesive tape.

4. Menentukan panjang lengkung gigi dengan menghitung perimeter lengkung dari mesial ke

gigi molar pertama permanen menggunakan brass wire

Nilai yang didapatkan dibandingkan satu sama lain pada lengkung yang sama dan

lengkung lawannya, hasil yang didapatkan dari perhitungan dibandingkan dengan standard

Rees (1953). Metode ini digunakan pada gigi permanen saja.


Menghitung ukuran basis apikal

Gambar 562 Menentukan titik referensi

Kiri : Titik referensi insisal ditandai pada garis vertikal, yang diperpanjang dari

bidang oklusal melalui titik kontak insisif central ke arah vestibular fold, 8mm dari

margin gingival

Kanan : Kriteria yang sama digunakan untuk menentukan titik molar yang ditandai

secara bilateral melalui titik kontak mesial gigi molar pertama, 8mm dari margin

gingival ke prosesus alveolaris.


Gambar 563 Mengukur Basis Apikal

Pengukuran basis apical yang dilakukan dengan bantuan adhesive tape, diperpanjang

dari titik referensi mesial di satu sisi, ke titik referensi insisal, ke titik distal pada sisi

yang lain.

Alat bantu adhesive tape kemudian dilepas dari model studi lalu dihitung panjangnya.

Measurement Ideal Values

Basis apical maksila – lengkung gigi maksila +1,5 - +5 mm

basis apical mandibula – lengkung gigi +2 - +7

mandibula

Basis apikal maksila – basis apikal mandibula +3 - +9,5

Lengkung gigi maksila – lengkung gigi +5 - +10

mandibula

Gambar 564 Relasi Ideal berdasarkan Ress


Penyusunan perbandingan dibuat sedemikian rupa seperti pada kasus normal

perhitungan pertama lebih besar daripada yang kedua.

Analisis pada kasus borderline memberikan informasi mengenai rencana perawatan

(khususnya ekstraksi atau non ekstraksi)

Pemeriksaan Oklusi

Analisis tiga dimensi dapat memperkirakan hubungan intermaksila antara lengkung

rahang atas dan rahang bawah pada saat oklusi habitual.

Gambar 565 Pengukuran Overjet

Penentuan overjet dengan menggunakan penggaris. (Agar jelas, tanda pada garis

harus terlihat)

Kanan : Overjet didefinisikan sebagai jarak antara permukaan labial gigi insisif

sentral rahang bawah dengan insisal edge gigi rahang atas. Perhitungan ini dilakukan

sejajar dengan bidang oklusal.


Maloklusi Transversal

1. Anterior : crossbite anterior, pergeseran garis median mandibula (perpindahan relasi

mandibula dengan hubungannya terhadap bidang fasial midsagittal)

2. Posterior : crossbite posterior (uni-, bilateral), non-oklusi (buccal, lingual)

Maloklusi Anteroposterior

1. Anterior : peningkatan overjet, overjet negative

2. Posterior : distooklusi, mesiooklusi

Maloklusi Vertikal

Unsupported overbite, deep bite (dukungan gingival/dental), open bite (anterior,

lateral, kompleks)

Rekonstruksi Hubungan Oklusal

Gambar 566 Maloklusi kelas I

Kiri : distoklusi gigi molar pertama selebar gigi premolar pertama pada relasi rahang

normal. Distooklusi terjadi akibat adanya migrasi mesial dari gigi molar pertama

rahang atas, dan hilangnya ruang gigi premolar.


Kanan : Mesioklusi gigi molar pertama sebesar ¾ lebar premolar. Mesial drift gigi

molar pertama rahang bawah yang terbentuk menunjukkan hubungan rahang kelas I

Pemeriksaan oklusi pada pasien, harus menunjukkan batas antara hubungan oklusal

dan maksilomandibular rahang. Perbedaan ini penting untuk analisis sagital hubungan

intermaksila karena terdapat perbedaan yang pasti antara mal-relasi oklusal dan mal-relasi

anteroposterior rahang. Ketidaksesuaian skeletal intermaksila dapat diukur hanya dengan

pemeriskaan langsung pada relasi oklusal apabila tidak ada gigi yang migrasi. Temuan ini

dapat dipastikan dengan mengukur kesimetrisan intramaksila.

Gambar 567 Maloklusi kelas II dan Kelas III

Kiri : Neutrooklusi gigi molar pertama pada malrelasi rahang sebesar ½ lebar

premolar akibat mesial drift pada gigi molar pertama rahang atas

Kanan : Mesiooklusi molar pertama sebesar gigi premolar pada hubungan rahang

kelas II. Ketidaksesuaian antara hubungan oklusal dan hubungan dental diakibatkan
karena migrasi mesial gigi molar permanen pertama mandibula dan kurangnya

ruang gigi premolar kedua.

Gigi yang berpindah ke arah mesial atau, jarang terjadi, ke arah distal, sebagai hasil

drifting gigi perlu dilakukan evaluasi terlebih dahulu (‘reconstruction of the occlusion,”

menurut Grünberg, “thinking back,” menurut Schwarz). Melihat kembali malposisi dental

perlu dalam rekonstruksi hubungan oklusi untuk menunjukkan ketidaksesuaian hubungan

rahang anteroposterior skeletal yang sebenernya.

Rekonstruksi Oklusi

Laporan kasus

Gambar 568 Migrasi Mesial di lengkung RA dan RB

Kiri : posisi mesial gigi posterior kanan rahang atas sekitar 1mm, dan 2,6mm di sisi

kiri
Kanan : Mesial drift gigi posterior yang terjadi karena premature loss gigi sulung di

zona supportif: pada sisi kanan sekitar 5mm, dan sisi kiri 6mm

Gambar 569 Relasi Oklusal dan relasi anteroposterior rahang

Neutroklusi bilateral gigi molar pertama. Setelah menganalisa derajat migrasi mesial

yang lebih meluas pada lengkung mandibula dibandingkan dengan lengkung maksila,

hubungan oklusal akan menunjukan maloklusi skeletal kelas II.


Gambar 570 Penentuan overbite

Insisal edge rahang atas diproyeksikan dengan menandai permukaan labial insisif

sentral rahang bawah dengan pensil sejajar dengan bidang oklusal.

Kiri: Jarak antara tanda yang telah dibuat dengan incisal edge rahang bawah

menunjukkan derajat overbite

Pada kasus open bite dilakukan pengukuran jarak vertikal incisal edge.
Rencana Perawatan

Temuan pada tiap pemeriksaan dikumpulkan untuk menentukan diagnosa yang

komprehensif. Diagnosa yang komprehensif menjelaskan mengenai gambaran maloklusi

yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan rencana perawatan. Hal ini mencakup

abnormalitas maksila, mandibula, dan oklusi, dan hubungan fungsional dan kraniofasial.

Rencana perawatan yang terperinci dibagi menjadi beberapa tahapan perawatan yang

beruntun. Pencatatan kebutuhan perawatan dan alat yang digunakan dilakukan pada tiap

tahap perawatan. Rencana tersebut digunakan sebagai panduan terapi yang dapat berlangsung

3-4 tahun. Rencana perawatan bergantung pada hasil perawatan intermediet, mungkin dapat

berubah atau tidak. Pada akhir perawatan, penilaian terperinci harus dilakukan untuk

membandingkan antara hasil perawatan dengan tujuan awal.

Temuan pada tiap pemeriksaan dikumpulkan untuk menentukan diagnosa yang

komprehensif. Diagnosa yang komprehensif menjelaksan mengenai gambaran maloklusi

yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan rencana perawatan. Hal ini mencakup

abnormalitas maksila, mandibula, dan oklusi, dan hubungan fungsional dan kraniofasial.
Gambar 571 Bagan Rencana Perawatan

Setelah diagnosa keseluruhan masalah telah dilakuka, tahap perawatan dibuat secara

runtun, bersamaan dengan rencana perawatan lain seperti ekstraksi gigi dan alat

orthodonti, atau penggunaan alat orthopedic dentofasial.


Dibawah bagian ‘change’ perubahan yang mungkin telah disebutkan pada bagian

rencana perawatan harus dicatat karena berhubungan dengan hasil intermediet,

bergantung pada reaksi pasien pada perawatan, terutama

Dibawah bagian ‘prognostic assesment’ faktor yang menguntungkan dan tidak

menguntungkan berdasarkan rencana perawatan dijelaskan.

Bagian ‘final critical assessment’ meliputi perbandingan antara perawatan yang

diharapkan pada kasus dalam bentuk pertanyaan dan kemungkinan terapeutik

lainnya.

Anda mungkin juga menyukai