Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

Skabies adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
penetrasi tungau parasit Sarcoptes scabiei var. hominis ke epidermis.1 Tungau
betina berfertilisasi dan meletakkan telurnya di stratum korneum.2 Tungau bersifat
obligat pada manusia (bergantung hidupnya pada manusia), serta tinggal dalam
terowongan yang dibuat dalam epidermis superfisial.1 Tungau skabies sendiri
sudah diidentifikasi semenjak tahun 1600-an, namun baru sekitar tahun 1700-an
tungau ini diketahui sebagai penyebab suatu penyakit erupsi kulit.6

Skabies dapat mengenai semua kelompok usia, ras dan tingkat sosial
ekonomi, tetapi prevalensi pastinya masih sulit ditentukan.1 Lingkungan padat
penduduk, yang sering terdapat pada negara berkembang dan hampir berkaitan
dengan kemiskinan dan kebersih an yang buruk, dapat meningkatkan penularan
dan penyebaran skabies.3 Penularan bisa melalui personal kontak1

Skabies memiliki tingkat kompetensi 4A, artinya lulusan dokter harus


mampu membuat diagnosis klinik, dan melakukan penatalaksanaan penyakit
tersebut secara mandiri dan tuntas.4 Laporan kasus ini ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman penulis mengenai skabies dengan membahas kasusnya
secara keseluruhan, lalu dilanjutkan dengan tinjauan pustaka yang akan
membahas etiopatogensis, gambaran klinis, pemeriksaan penunjang, diagnosis,
diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis pada penyakit
skabies, dan diakhiri dengan analisis kasus yang akan melihat kesesuaian antara
teori dengan apa yang ditemukan pada pasien serta cara menatalaksana pasien
dengan skabies secara tepat.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Epidemiologi

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 terjadi epidemi skabies. Banyak faktor
yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain sosial ekonomi yang
rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual bersifat promiskuitas kesalahan
diagnosis, dan perkembangan dermografi serta ekologik. Infeksi ini dapat
dimasukkan ke dalam Infeksi menular seksual (I.M.S)7

Cara penularan (transmisi)

1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama, dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal
dan lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi
atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal juga sarcoptes Scabiei var.animals
yang kadang-kadang dapat menulari manusia. Terutama pada mereka yang
benyak memelihara binatang peliharaan, misalnya anjing.7

3.2 Etiopatogenesis
Parasit Sarcoptes scabiei termasuk dalam kelompok filum Arthropoda,
kelas Arachnida. Secara morfologik merupakan tungu kecl berbentuk oval,
punggung cembung, bagian perut rata, dan mempunyai 8 kaki. Tungau ini
translusen,berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukuran yang betina berkisar
antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,
yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang
kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua
pada betina berakhir dengan rambut sedangkan pada yang jantan pasangan kaki
ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.7
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut: setelah kopulasi (perkawinan)
yang terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau

2
betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum dengan
kecepatan 2-3 milimeter sehari sambil meletakkan telurnya 2-50. bentuk betina
yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas biasanya
dalam waktu 3-10 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva
ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga kluar. Setelah 2-3 hari larva
akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari.
Aktivitas S.scabiei didalam kulit menyebabkan rasa gatal dan
menimbulkan respons imunitas selular dan himoral serta mampu meningkatkan
IgE baik serum maupun dikulit. Masa inkubasi berlangsung lama 4-6 minggu.
Skabies sangat menular, transmisi melalui kontak langsung dari kuli ke kulit, dan
tidak langsung melalui berbagai benda yang terkontaminasi (seprei, sarung bantal,
handuk dsb). Tungau skabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama 24-36
jam. Tungau dapat ditransmisikan melalui kontak seksual, walaupun
menggunakan kondom, karena kontak melalui kulit di luar kondom.

Gambar 1. Siklus hidup Sarcoptes scabiei1

3
Tungau betina dapat hidup lebih lama dari tungau jantan yaitu lebih dari
30 hari.3 Tungau skabies umumnya hidup pada suhu lembab dan pada suhu kamar
(21 C dengan kelembaban relatif 40-80%) tungau masih dapat hidup di luar tubuh
hospes selama 24-36 jam.6 Kelainan kulit dapat tidak hanya disebabkan oleh
tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang
terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan ekreta tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah investasi7

3.3 Manifestasi Klinis


Gejala klinis skabies pada orang belum pernah terpajan sebelumnya
biasanya berkembang dalam 4-6 minggu, tetapi dapat juga paling cepat satu pekan
dan paling lambat satu tahun. Pada pasien yang sebelumnya pernah terinfeksi
skabies, biasanya akan mengalami gejala dalam satu sampai empat hari paska
pajanan. Hal ini disebabkan karena reinfestasi akan menyebaban respon imun
yang lebih cepat.5 Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh
infestasi tungau sangat bervariasi. Gejala yang dominan berupa keluhan gatal
lebih berat terutama di malam hari. Predileksi skabies terdapat di beberapa area
kulit, terutama jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku, bahu, kaki terutama
pergelangan kaki, area genital laki laki termasuk penis, skrotum, dan area genital
perempuan termasuk areola mammae (Gambar. 2).6

Gambar 2. Predileksi skabies7.

4
Adapun 4 tanda cardinal :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas
2. Penyakit ini menyerang manusia secara bekelompok, misalnya pada
sebuah anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya. Sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut akan diserang tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitiasi, yang seluruh anggota
keluarga terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carier)
3.
Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predeleksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-
rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat
predeleksi yang berwarna putih atau keabu-abuan berbentuk garis lurus
atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu
ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimorf (pustule, eksoriasi dan lainnya). Tempat predeleksinya
biasanya merupakan tempat dengan startum korneum yang tipis, yaitu
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, areola mammae, umbilicus, bokong, dan perut
bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang tangan dan telapak kaki
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling meunjang diagnosis. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain tungau dapat
ditemukan telur dan kotoran (skibala).

Gambaran klinis skabies berupa papul, pustul, dan kanalikuli (terowongan)


yang menandai perjalanan tungau. Terowongan skabies dapat berupa peninggian
kulit atau sejajar dengan kulit berupa lesi linier melengkung dengan ujung
terdapat papul atau pustul, tempat tungau dewasa. Terowongan ini kadang sulit
ditemukan karena sering tergaruk tetapi dapat mudah dicari di tangan, jari,
pergelangan tangan, dan pergelangan kaki (Gambar. 3).

5
A B

C D

Gambar 3. Gambaran klinis lesi pada skabies. (A) Terowongan skabies pada perut. (B) Papul
eritem pada area genital laki-laki. (C) Tipikal lesi skabies berupa papul dan pustul disertai erosi
akibat garukan pada pergelangan tangan. (D) Lesi skabies di area kepala dan leher pada anak-
anak.7

Petunjuk penting lain adalah keluhan gatal dengan atau tanpa ruam pada
anggota keluarga lain yang tinggal serumah. Pada perkampungan padat penduduk,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan terserang tungau. Pasien ini bersifat
sebagai pembawa (reservoir).6
Crusted scabies atau skabies Norwegia adalah bentuk atipikal skabies,
sangat menular dan terjadi pada pasien lebih tua, immunocompromised, atau
tinggal dalam jarak dekat. Lesi berupa plak hiperkeratotik tersebar di telapak
tangan dan kaki disertai penebalan dan distrofi kuku jari tangan dan kaki dengan
keterlibatan kulit kepala.
Umumnya, tungau yang ditemukan pada pasien skabies tipikal berjumlah
10 sampai 15 tungau. Pada Skabies Norwegia, tungau dapat ditemukan pada lesi
dengan risiko penularan yang besar.6 (Gambar 4.)

6
Gambar 4. Crusted Scabies1

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan ditemukannya tungau pada
pemeriksaan mikroskop. Pemeriksaan kerokan kulit dilakukan pada papul eritem,
pustul, vesikel, dan nodul atau papul di ujung terowongan. Kerokan kulit
kemudian ditetesi larutan KOH 10%, hasil kerokan tersebut diamati dengan
mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali. Cara lain adalah dengan meneteskan
minyak immersi pada lesi, dan epidermis diatasnya dikerok secara perlahan-lahan
kemudian ditutup dengan gelas objek. Pemeriksaan dengan menggunakan
mikroskop dlakukan dengan pembesaran 10x atau 40x dapat dilihat tungau, telur
atau fecal pellet (Gambar. 5).6

A B C

Gambar 5. Pemeriksaan mikroskopis pada kerokan kulit dengan tetesan KOH 10%. Tampak (A)
tungau. (B) Telur tungau. (C) Scybala (fecal pellet). 15

Pemeriksaan lain dapat dilakukan dengan menggunakan larutan tetrasiklin.


Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang teridentifikasi. Setelah itu,
larutan dibiarkan mengering selama 5 menit. Larutan dibersihkan dengan
isopropialkohol atau menggunakan air mengalir. Tetrasiklin yang dioleskan akan
berpenetrasi ke dalam melalui stratum korneum dan terowongan akan tampak

7
dengan penyinaran lampu wood, sebagai garis linier berwarna kuning kehijauan
sehingga tungau dapat ditemukan.7
Metode sederhana lain yang bisa diterapkan untuk menemukan
terowongan skabies adalah dengan tes tinta burrow (Gambar. 6). Papul skabies
dilapisi tinta pena, kemudian segera dihapus dengan alkohol, maka jejak
terowongan akan terlihat sebagai garis yang karakteristik, berbelok-belok, dan
lebih gelap dari kulit sebelahnya karena akumuluasi tinta di terowongan.4,5

Gambar 6. Tes tinta burrow menunjukkan terowongan skabies. Tes ini berguna ketika
pemeriksaan penunjang lain tidak tersedia.5

Pemeriksaan lain adalah dengan cara berusaha mengambil tungau dengan


jarum. Jarum dimasukkan ke dalam papul di ujung terowongan dan digerakkan
tangensial dan dilihat dengan kaca pembesar. Tungau akan memegang ujung
jarum dan dapat diangkat keluar.4
Metoda diagnostik lain mencakup biopsi plong (punch biopsy) dan
dermoskopi yang digunakan untuk memeriksa tungau secara in vivo.1 Pada situasi
diagnostik yang sulit dan pada kasus-kasus atipik, polymerase chain reaction
(PCR) dapat digunakan sebagai alat diagnostik, dengan cara mendeteksi DNA
tungau dari crusted scabies.1

3.5 Diagnosis
Penegakan diagnosis skabies dilakukan dengan melihat tanda kardinal
skabies. Tanda kardinal antara lain pruritus nokturnal, menyerang secara

8
7
berkelompok, ada terowongan dan ditemukan tungau. Pruritus nokturnal yaitu
rasa gatal timbul dominan pada malam hari. Hal ini disebabkan oleh aktivitas
tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas. 7
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sebagai contoh dalam
satu keluarga bisa saja semua anggota keluarga menderita skabies. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduk, sebagian besar warga yang
tinggal berdekatan dapat diserang oleh tungau Sarcoptes scabiei. Seluruh anggota
keluarga yang terinfeksi dikenal dengan keadaan hiposensitisasi. Yakni
mengalami infestasi tungau namun tidak memberikan gejala. Pasien bersifat
sebagai pembawa (carrier). 7
Terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi berwarna putih atau
keabuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rerata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan ditemukan papul dan vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit
menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksi merupakan
tempat dengan stratum korneum tipis, yaitu sela jari tangan, pergelangan tangan
bagian polar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, aerola mammae
(perempuan), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian
7
bawah. Pada bayi dapat mengenai telapak tangan dan telapak kaki. Tanda
diagnosis paling utama adalah dengan menemukan tungau. Diagnosis dapat dibuat
dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal diatas. 7

3.6 Diagnosis Banding


Beberapa penyakit yang secara klinis menyerupai skabies antara lain
prurigo, Creeping Eruptio, dermatitis atopik, folikulitis dan insect bite.7 Prurigo
dapat disebabkan gigitan serangga, suhu atau infestasi parasit dengan predileksi di
ekstremitas bagian ekstensor dan simetrik, meluas ke bokong, perut dan wajah.
Gejala klinis berupa gatal, disertai lesi miliar sewarna kulit, berbentuk kubah,
lebih mudah diraba daripada dilihat. Gatal akan menimbulkan lesi-lesi sekunder
akibat garukan seperti erosi, ekskoriasi, krusta, hiperpigmentasi dan likenifikasi.
Perbedaaan dengan skabies adalah pada pemeriksaan penunjang tidak ditemukan
tungau atau terowongan yang terlihat lebih gelap dari kulit sebelahnya padates
tinta burrow.7

9
Creeping Eruption (Cutaneous Larva Migrains) adalah erupsi kulit
berebtnuk penjalaran serpiginosa, sebgaiai reaksi hipersensitivitas kulit terhadap
invasi larva cacing tambang atau nematodes (roundworms) atau produknya. Larva
cacing tersebut berasal dari cacing yang hidup di usus kucing atau anjing.
Umumnya mampu menginvasi kulit di kaki, bokong atau abdomen.7
Dermatitis atopik berupa gatal dengan bercak eritem berbatas tegas, edem,
papulovesikel, vesikel, atau bula pada tangan, lengan, wajah, telinga, leher, badan,
genitalia, paha dan tungkai bawah. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan
erosi dan eksudasi. Diagnosis ditegakkan dengan minimal 3 mayor dan 3 minor
kriteria Harifin dan Radjka.1
Folikulitis adalah peradangan pada folikel rambut. Lesi berupa papul atau
pustul eritematosa, ditengahnya terdapat rambut, biasanya multipel. Predileksi di
tungkai bawah. Folikulitis disebabkan infeksi Staphylococcus aureus,
pemeriksaan penunjang dengan pulasan Gram didapatkan Gram positif berwarna
ungu.1,6
Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan kulit yang timbul akibat
gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen
yang dikeluarkan serangga. Reaksi akibat gigitan serangga akan menimbulkan
gejala klinis yang berbeda tiap individu tergantung jenis spesies serangga. Reaksi
yang timbul dapat berupa lokal atau generalisata. Lesi terbatas pada gigitan atau
tusukan serangga berupa papul urtikaria disertai gatal, vesikel atau bula hingga
pembengkakan wajah dan syok anafilaktik.6

3.7 Tatalaksana
Dalam melakukan tatalaksana pada skabies diperlukan komunikasi,
informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga pasien.
Non farmakologi
Untuk penatalaksanaan umum, menjadi penting untuk diberitahukan kepada
pasien bahwa penyakit ini merupakan suatu penyakit yang sangat menular.
Perlunya dilakukan edukasi pada pasien tentang penyakit skabies, perjalanan
penyakit, penularan, cara eradikasi tungau skabies, menjaga higeni pribadi, dan
tata cara pengolesan obat. Rasa gatal terkadang tetap berlangsung walaupun kulit

10
sudah bersih. Pengobatan dilakukan pada orang serumah dan orang dsekitar
pasien yang berhubungan erat.7
Obat topikal sebaiknya digunakan setelah mandi karena hidrasi kulit yang
baik akan meningkatkan absorpsi dan efektifitas obat. Pakaian, sprei, handuk dan
alat tidur lain hendaknya dicuci dengan air panas, atau dimasukkan dalam kantong
plastik dan dibiarkan selama 1 minggu.2

Farmakologi
Terapi Topikal
Terapi topikal yang sering digunakan untuk skabies antara lain belerang
endap (sulfur prespitatium), emulsi benzl-benzoas (20-25%), gama benzena heksa
klorida (gammexane), krotamiton 10% dan Permetrin 5%.
a. Belerang endap (sulfur prepitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap
atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka
penggunaan dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Kekurangan yang lain
ialah berbau dan mengotori pakaian serta kadang-kadang menimbulkan
iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
b. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi,
dan kadang-kadang makin gatal dan panas setelah dipakai.
c. Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam
krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium,
mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada
anak dibawah 6 tahun dan ibu hamil karena toksis terhadap susunan saraf
pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala, diulangi
seminggu kemudian
d. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal, harus dijauhkan dari
mata, mulut dan uretra.
e. Permetrin dengan ladar 5% dalam krim, efektivitas sama, aplikasi hanya
sekali, dan dibersihkan dengan mandi setelah 8-10 jam. Pengobatan diulangi
setelah seminggu. Tidak dianjrukan paa bayi dibawah umur 2 bulan

11
3.7 Komplikasi

Infeksi sekunder bakteri seperti Staphylococcus aureus merupakan


komplikasi tersering yang ditimbulkan skabies. Infeksi tersebut dapat terjadi
karena luka akibat garukan lesi. Infeksi Staphylococcus aureus yang timbul akan
menyebabkan komplikasi ikutan seperti glomerulonefritis. Pada beberapa jurnal
dan literatur melaporkan Glomerulonephritis akut paska Steptokokus lebih banyak
terjadi akibat infeksi kulit skabies dibandingkan faringitis.2,3

12
BAB III

STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. E
Umur : 30 thn
Tempat Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 18 April 1988
Status : Menikah
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Dusun RT01 tanjungserang Kayuagung, Ogan
komering Ilir
Pekerjaan : Wirawsata
Pendidikan Terakhir : SMA
Tanggal Pemeriksaan : 10-09-2018

II. ANAMNESIS
( alloanamnesispasien pada tanggal 10 september 2018, pukul 12.00)

Keluhan utama:
Timbul Bintil-bintil merah pada betis kaki kanan, paha kanan,
selangkangan, dan telapak tangan kiri ± 3 bulan yang lalu.

Keluhan tambahan:
Rasa gatal pada bintil kemerahan yang sangat gatal pada malam hari

Riwayat perjalanan penyakit :


Sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu pasien mengatakan timbul
bintil-bintil merah pada betis kaki sebelah kanan. Awalnya pasien
mengatakan ia tinggal di pondok panti rehab di daerah tasikmalaya, ia
berada dikamar yang atapnya terbuat dari bambu, ketika itu ada yang jatuh
dari atap seperti kutu yang jatuh ke bagian pundak. 1 hari setelah itu ia
merasakan ada 2 bintil kemerahan di betis kaki bagian kanan. Pasien

13
mengatakan bintil berukuran sebesar kepala jarum pentul sebanyak 2 bintil
dan terasa gatal. Bintil berisi cairan bening. Bintil tidak menjalar sepeti
benang atau berkelok-kelok. Menurut pasien ia sering merasakan gatal pada
saat malam hari dan juga dirasakan saat berkeringat. Saat gatal, ia akan
menggaut bintil, apabila digaruk akan pecah dan mengeluarkan cairan.
Tidak ada riwayat di gigit serangga sebelumnya. Riwayat jarang memakai
alas kaki disangkal dan tidak memelihara hewan peliharaan. Pasien belum
berobat ke dokter, ketika itu keluhan gatal semakin hari dirasakan semakin
meningkat.
Setelah sekitar 1 bulan setelah itu ketika ia dipindahkan keruangan
yang memakai AC, bintil dirasakan semakin bertambah dibandingkan
sebelumnya dan dirasakan timbul juga didaerah lipat paha dan
selangkangan. Bintil tidak membesar dan berukuran seperti kepala jarum
pentul. Keluhan gatal sering dirasakan saat berkeringat dan menjelang
malam hari, sehingga pasien sulit tidur. Menurut pasien keluhan seperti ini
diderita hampir seluruh penghuni panti rehab, Pasien mengatakan ia tidur
bersama di kasur yang sama dengan penghuni yang lain dan menggunakan
WC yang sama dengan penghuni yang lain. Riwayat adanya penyakit kulit
sebelumya disangkal, Riwayat hubungan kontak kulit dengan penyakit yang
sama sebelumnya ada
Riwayat adanya penyakit kulit dalam keluarga juga disangkal . Setelah itu
ia berobat ke puskesmas setempat dan diberikan CTM tablet 3x1 hari
selama 1 bulan dan Gentamisin salep 2x1 hari selama 1 minggu dan
keluhan gatal dan bintil-bintil mulai berkurang.
Kurang lebih 1 minggu yang lalu pasien pindah ke Palembang,
pasien mengatakan keadaan cuaca di daerah palembang lebih panas
sehingga ia lebih mudah berkeringat. Lalu keluhan muncul lagi, gatal dan
bintil-bintil dirasakan semakin meningkat dibandingkan sebelumnya. Bintil-
bintil timbul di sekitar kaki, paha, selangkangan, pinggang, disela-sela jari
tangan kiri, dan disiku depan tangan kanan. Pasien mengaku bintil-bintil
lebih banyak di daerah alat kelamin dan disertai rasa gatal yang meningkat.

14
Lalu pada tanggal 10 september 2018 pasien berobat ke poli kulit kelamin
RSUD Palembang Bari.

Riwayat penyakit dahulu


 Keluhan timbul bintil merah pada paha, kelamin, sela jari tangan dan
bokong sebelumnya tidak ada
 Riwayat jarang memakai alas kaki tidak ada
 Riwayat memelihara hewan peliharaan disangkal
 Digigit serangga sebelum timbul bintil merah sebelumnya disangkal.
 Bintil merah terasa gatal setelah konsumsi makanan dan obat-obatan
tertentu disangkal.
 Sesak nafas disertai mengik dan sering bersin pagi hari sebelumnya
disangkal.
 Riwayat Penyakit kulit sebelumnya tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat sakit kulit tidak ada
 Keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama

Riwayat Higienitas dan Kebiasaan


 Pasien tidur bersama orang-orang di panti rehabilitasi
 Pasien terkadang menggunakan handuk bersama.
 Pasien bergantian memakai baju sama dengan orang di panti rehabilitasi
 Pasien mandi 2 kali sehari dengan menggunakan air PDAM dan sabun
 Sarung kasur dan bantal diganti 1 bulan sekali
Kesan: Higienitas kurang baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 8 September 2018 pukul 13.00 WIB)


Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik

15
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 86 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,6oC
Berat badan : 54 kg
TB : 165 cm

B. Status Generalisata
Keadaan Spesifik
Kepala
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
- Hidung : sekret (-/-)
- Telinga : sekret (-/-)
Leher
Tidak dilakukan Pemeriksaan
Thorax
Pulmo
Inspeksi : simetris kanan=kiri, retraksi sela iga (-)
Palpasi : stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) normal wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : teraba iktus kordis ICS IV linea aksilaris anterior sinistra
Perkusi : batas jantung paru normal
Auskultasi : S1/S2 normal, gallop (-), murmur (-)
Ekstremitas Superior : tidak ada kelainan fungsi pergerakan maupun
deformitas
Ekstremitas Inferior : tidak ada kelainan fungsi pergerakan maupun
deformitas

16
Status dermatologikus

Papul

Gambar 1. Regio tibia bilateral tampak papul eritem, dan makula eritem
Pada Regio Tibia Bilateral tampak papul eritema, multipel,
bentuk irreguler, dengan diameter 0,1 - 0,5 cm penyebaran diskret dengan
krusta berwarna kecoklatan

Papul

Gambar 2. Regio genital tampak papul, krusta dan skuama

17
Regio genital tampak papul, multiple, bentuk irreguler dengan diameter
0.2 cm – 0.4 cm, penyebaran diskret sebagian disertai krusta kuning
muda dan skuama halus berwarna putih.

papul

Makula

Gambar 3 Regio interdigiti dorsum manus sinistra

Regio dorsum manus sinistra, interdigiti II-III, III-IV, IV-V


tampak papul, multiple,bentuk irreguler, diameter 0.2cm - 0.5 cm,
penyebaran diskret, ditutupi dengan krusta coklat kehitaman.

Papul eritema

18
Gambar 5. Regio Antebrachii sinistra
Regio Antebrachii Sinsitra didapatkan Papul eritema, multiple, bentuk
irreguler dengan diameter 0.1 cm – 0.3 penyebran diskret.

Papul eritema

Gambar 6. Regio femoral sinistra


Regio femoralis anterior dextra tampak papul eritema,
multiple, bentuk irreguler dengan dimeter 0.2 cm – 0.3cm
penyebaran diskret.

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Skabies
2. Prurigo hebra
3. Creeping eruption ( Cutaneous Larva Migrains)

VII. DIAGNOSIS KERJA


Skabies

VIII. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi

19
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit disebabkan oleh infeksi
tungau.
 Menjelaskan tentang cara penularan penyakit melalui kontak personal
langsung dari kulit ke kulit atau melalui kontak tidak langsung, seperti
pakaian, handuk, sprei, bantal.
 Menjelaskan kepada pasien untuk merendam pakaian di air panas agar
tungaunya mati, jemur di tempat panas dan setrika pakaian.
 Menjelaskan cara mencegah penualaran penyakit, yaitu pakaian, handuk,
sprei, bantal perlu dicuci dengan air panas.
 Menjelaskan bahwa seluruh individu yang berkontak dengan pasien harus
diberikan terapi yang sama walaupun gejalanya belum ada.

Farmakologi
Topikal : Krim Permethrin 5% dioleskan mulai leher kebawah/ pada lesi dan
dibiarkan selama 8 jam lalu di bilas (ulangi dalam 7 hari)
Sistemik : Cetrizine 1x1 mg/hari

IX PEMERIKSAAN PENUNJANG
Cara menemukan tungau
1. Carilah mula-mula terowongan kemudian pada ujung yang terlihat papul
atau vesikel dicongkel jarum dan diletakkan di atas sebuah objek, lalu
ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan hematoksilin eosin
(H.E)

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungtionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

20
BAB IV

ANALISIS KASUS

Diagnosa pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik


dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan.
Pada Kasus ini diketahui Tn.E berjenis kelamin laki-laki berusia 30 tahun,
dan pernah tinggal di pondok panti rehabilitasi. Berdasarkan teori Secara
epidemiologi scabies akan tejadi setiap siklus 30 tahun, banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini antara lain sosial ekonomi yang rendah,
higenitas yang buruk, hubungan seksual, dan perkembangan dermografik serta
ekologik.7 Dari anamnesis pasien mengatakan sejak 3 bulan yang lalu timbul
bintil-bintil merah yang berukuran sebesar kepala jarum pentul pada betis kaki
sebelah kanan. Awalnya bintil berwarna merah, gatal dan jika digaruk akan
mengeluarkan cairan bening, Bintil tidak menjalar seperti benang. Berdasarkan
teori gambaran klinis skabies berupa papul eritema berukuran 1-2mm, dan adanya
kanalikuli (terowongan) yang menandai perjalanan tungau.7 Kemudian bintil
muncul pada kaki kiri, paha, selangkangan, pinggang, disela-sela jari tangan kiri,
dan disiku depan tangan kanan. Berdasarkan teori hal ini sesuai dengan salah satu
manifesitasi dari skabies dimana tempat predileksinya biasanya merupakan tempat
dengan stratum korneum yang tipis, yaitu di sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan, siku bagian luar, ketiak, dan pusat.7 Dari anamnesis didapatkan bawah
bintil terasa gatal terutama pada malam hari dan ketika berkeringat. Berdasarkan
teori hal ini sesuai manifestasi klinis dari scabies yakni gejala pruritus nokturna
yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lebih lembab dan panas.7 Dari anamnesis juga didapatkan keluhan
seperti itu diderita hampir seluruh penghuni panti rehab, berdasarkan teori hal ini
merupakan salah satu manifestasi klinis dari scabies oleh tungau Sarcoptes scabiei
yakni dapat menyerang sekelompok manusia, misalnya sebuah keluarga, sehingga
seluruh anggota keluarga terkena infeksi begitu juga di asarma maupun di
pondokan dan hal ini termasuk dari tanda cardinal sign untuk dapat menegakkan
diagnosis scabies.7

21
Pasien mengatakan ia tidur bersama di kasur yang sama dengan penghuni
yang lain dan menggunakan WC yang sama dengan penghuni yang lain. Serta
riwayat hubungan kontak kulit dengan penyakit yang sama sebelumnya ada.
Berdasarkan teori Hal ini bermakna terjadi penularan secara secara langsung
maupun tak langsung. Berdasarkan teori menyatakan bahwa cara penularan
(tranmisi) skabies itu dibagi 2 yakni kontak langsung ( kontak kulit dengan kulit,
misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual) dan kontak tidak
langsung ( melalui benda) misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain-lain.7

Dari pemeriksaan fisik didapatkan Pada Regio Tibia Bilateral tampak


papul eritema, multipel dengan ukuran diameter 0,1 - 0,5 cm penyebaran diskret
dengan krusta berwarna kecoklatan, dan regio Regio genital tampak papul,
multiple, ukuran diameter 0.2 cm - 0.4 cm, penyebaran diskret dan konfluens
sebagian disertai krusta kuning muda dan skuama halus berwarna putih. Hal ini
sesuai dengan teori yakni pada daerah predeleksi ditemukan papul eritema,karena
gatal hebat pasien menggaruk dengan kuat menimbulkan erosi, eksoriasi, skuama
dan krusta. Terowongan biasanya sulit ditemukan, karena gatal pasien akan
menggaruk dan terowongan (kunikulus) akan sukar terlihat. Terowongan
berwarna putih abu-abu, tipis dan kecil seperti benang dengan struktur linear atau
berkelok-kelok kurang lebih 1-10 mm yang merupakan hasil dari pergerakan
tungau di dalam stratum korneum. Di ujung terowongan dapat ditemukan vesikel
atau papul kecil.7

Tabel 4.1 Anamnesis secara teori dan kasus


Teori Kasus

Epidemiologi  Skabies banyak terjadi  Pada kasus, usia Tn. E 30 tahun


disetiap siklus 30 tahun.  Pernah tinggal di panti
 Banyak faktor yang rehabilitasi, dengan keadaan
menunjang perkembangan higenitas kurang baik
penyakit ini antara lain
sosial ekonomi yang
rendah, higenitas yang
buruk, hubungan seksual,

22
dan perkembangan
dermografik serta ekologik.
Anamnesis 
Gambaran klinis skabies  Timbul bintil-bintil merah yang
berupa papul eritema berukuran sebesar kepala jarum
berukuran 1-2mm, , dan pentul pada betis kaki sebelah
kanalikuli (terowongan) kanan. Awalnya bintil berwarna
yang menandai perjalanan merah, gatal dan jika digaruk
tungau. akan mengeluarkan cairan

Manifestasi klinis dari bening.
scabies yakni gejala pruritus  Bintil terasa gatal terutama pada
nokturna yaitu gatal pada malam hari dan ketika
malam hari yang berkeringat.
disebabkan oleh aktivitas  Keluhan diderita hampir seluruh
tungau lebih tinggi pada penghuni panti rehabilitasi.
suhu yang lebih lembab dan  Tn.E tidur bersama di kasur
panas.7 yang sama dengan penghuni
 Tungau Sarcoptes scabiei yang lain dan menggunakan
yakni dapat menyerang WC yang sama dengan
sekelompok manusia, penghuni yang lain.
misalnya sebuah keluarga,  Serta riwayat hubungan kontak
sehingga seluruh anggota kulit dengan penyakit yang
keluarga terkena infeksi sama sebelumnya ada.
begitu juga di asarma
maupun di pondokan
 Berdasarkan teori cara
penularan (tranmisi) skabies
itu dibagi 2 yakni kontak
langsung (kontak kulit
dengan kulit, misalnya
berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan
seksual) dan kontak tidak
langsung ( melalui benda)
misalnya pakaian, handuk,
sprei, bantal dan lain-lain.7

23
Predileksi  salah satu manifesitasi dari  Bintil muncul pada kaki kiri,
skabies dimana tempat paha, selangkangan, pinggang,
predileksinya biasanya disela-sela jari tangan kiri, dan
merupakan tempat dengan disiku depan tangan kanan.
stratum korneum yang
tipis, yaitu di sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan,
siku bagian luar, ketiak, dan
pusat.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut dapat kita


pikirkan tiga diagnosis banding yaitu Skabies, Prurigo hebra dan Creeping
eruption. Diagnosis banding dapat ditinjau dari epidemiologi, gejala klinis, daerah
predeleksi, dan efloresensinya.

Dilihat secara epidemiologi Tn.E berusia 30 tahun, dan berjenis kelamin


laki-laki serta mempunyai riwayat tinggal di pondok rehabilitasi dengan keadaan
higenitas yang kurang bersih. Berdasarkan teori epidemiologi skabies terjadi
setiap siklus 30 tahun, banyak faktor yang menunjang penyakit ini, antara lain
sosial ekonomi yang rendah, higenitas yang buruk, dan hubungan seksual bersifat
promiskuitas. Serta penyakit ini menyerang sekelompok manusia, baik keluarga,
pondok, pesantren ataupun asrama.7 Untuk insiden Prurigo hebra secara
epidemiologi sering terdapat pada keadaan sosial-ekonomi dan higenitas yang
rendah. Dijakarta penderita perempuan lebih banyak dari pada laki-laki.
Umumnya terdapat pada anak-anak.7 Sedangkan epidemiologi creeping eruption
sulit diketahui, umumnya tekena pada daerah tropis dan pada anak-anak terutama
yang jarang memakai alas kaki atau yang sering berhubungan dengan tanah atau
pasir yang mengandung larva tersebut.7

Dari anamnesis Timbul bintil-bintil merah yang berukuran sebesar kepala


jarum pentul pada betis kaki sebelah kanan. Awalnya bintil berwarna merah, gatal
dan jika digaruk akan mengeluarkan cairan bening. Bintil tidak menjalar sepeti

24
benang.Ia sering merasakan gatal pada saat malam hari dan juga dirasakan saat
berkeringat. Tidak ada riwayat di gigit serangga sebelumnya. Riwayat jarang
memakai alas kaki disangkal, dan tidak memelihara hewan peliharaan. Bintil-
bintil drasakan semakin banyak ketika berada disuhu yang cukup panas dan
lembab timbul di sekitar kaki, paha, selangkangan, pinggang, disela-sela jari
tangan kiri, dan disiku depan tangan kanan. Pasien mengaku bintil-bintil lebih
banyak di daerah alat kelamin dan disertai rasa gatal yang meningkat. Menurut
pasien keluhan seperti ini diderita hampir seluruh penghuni panti rehab, Pasien
mengatakan ia tidur bersama di kasur yang sama dengan penghuni yang lain dan
menggunakan WC yang sama dengan penghuni yang lain. Riwayat hubungan
kontak kulit dengan penyakit yang sama sebelumnya ada, Riwayat adanya
penyakit kulit sebelumya disangkal, Riwayat adanya penyakit kulit dalam
keluarga juga disangkal.

Berdasarkan teori lesi pada skabies berupa papul eritema, adanya


kanalikuli (terowongan) yang menandai perjalanan tungau. Diujung terowongan
ditemukannya papul atau vesikel, jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi
polimorf (pustul, eksoriasi dan lain-lain) disertai dengan rasa gatal yang
meningkat terutama pada malam hari dan pada saat berkeringat. Tempat
predeleksi skabies pada startum korneum yang tipis, seperti sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan, bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
aerola mamae (perempuan), umbilikus, bokong, dan didaerah selangkangan dan
genetilia. Cara Penyebaran Skabies bisa melalui kontak langsung maupun tak
langsung7 Sedangkan pada prurigo lesi berbentuk papul-papul miliar tidak
berwarna, berbentuk kubah, lebih mudah diraba dari pada dilihat. Rasa gatal yang
terus menerus akan menimbulkan erosi, eksoriasi, krusta, hiperpigmentasi, serta
likenifikasi7. Tempat predilkesinya di ektremitas bagian ektensor dan simetrik,
dapat pula meluas ke bokong dan perut, wajah dan dapat pula meluas ke
ektremitas bagian bawah. Serta penyebarannya melalui gigitan serangga.7 Pada
Creeping Eruption didapatkan lesi berupa papul kemudian diikuti bentuk yang
khas yakni lesi berbentuk liner atau berkelok-kelok seperti terowongan, menimbul
dengan diameter 2-3 mm, dan berwarna kemerahan. Adanya lesi papul
eritematosa ini menunjukan bahwa larva tersebut sudah berada dikulit selama

25
beberapa jam atau beberapa hari. Tempat predileksinya yakni kuli di kaki, tangan,
bokong atay abdomen. 7

Dari anamnesis juga didapatkan Tn.E mengatakan tidak ada riwayat di


gigit serangga sebelumnya. Hal ini dapat menyingkirkan diagnosis dari prurigo,
Berdasarkan teori menyatakan bahwa etiologi dari prurigo secara pasti belum
dapat diketahui. Pada umumnya terdapat anggota keluarga yang menderita
penyakit ini, sehingga penyakit ini dianggap herediter, sebagian para ahli
mengatakan bahwa kulit penderita prurigo peka terhadap gigitan serangga
misalnya nyamuk. Hal ini disebabkan adanya toksin atau antigen dalam ludah
serangga yang dapat menyebabkan timbulnya gatal.7

Riwayat jarang memakai alas kaki disangkal, dan tidak memelihara hewan
peliharaan. Hal ini juga dapat menyingkirkan diagnosis dari Creeping Eruption,
berdasarkan teori etiologi dari Creeping eruption adalah larva yang berasal dari
cacing tambang yaitu ancylostoma brazillense dan ancylostoma caninum yang
berada kotoran biantang seprti kucing dan anjing. Biasanya menginvasi pada
orang yang jarang memakai alas kaki atau yang sering berhubungan dengan tanah
atau pasir.7

Tabel 4.2 Diagnosis banding

Kasus Skabies Prurigo Creeping


Eruption

Epidemiologi  Berusia 30 tahun  Terjadi setiap  Sering terdap  Terjadi pada


 Berjenis kelamin  siklus 30 tahun at pada keada anak-anak
 Laki-laki Mempuny  Sosial ekonomi an sosial-eko  Terjadi padad
ai riwayat tinggal di yang rendah, nomi aerah yang be
pondok rehabilitasi  Higenitas yang bu  Higenitas yan riklim tropis
dengan ruk, dan hubunga g rendah.  Tidak
keadaan higenitas n seksual  Dijakarta terdapat
yang kurang  Menyerang kelom penderia  perbedaan ras
bersih. pok manusia, sep perempuan usia maupun
erti keluarga, pon lebih banyak jenis kelamin
dok dan asrama dari pada
laki-laki.
 Umumnya
terdapat pada
Anak-anak

26
Etiologi  Pasien merasakan  Disebabkan oleh t  Penyebarann  Penyebabnya
ada kutu ungau sarcoptes S ya melalui g adalah
yang jatuh kebagian cabiei igitan serang larva ancylost
 Cara Penyebaran ga. oma brazille
pundak
Skabies bisa mela nse dan ancyl
 Riwayat kontak den lui kontak langsu ostoma canin
gan orang penyakit ng maupun tak la um.
yang sama ngsung  cara penyebar
sebelumnya annya terjadi
 adanya riwayat mem pada orang
akai yang jarang
Berjalan
 Barang yang sama d
tanpa alas
engan penghuni kaki.
panti rehab lainnya

Elfloresensi  Timbul bintil-bintil  pada skabies beru  lesi berbentuk  lesi awalnya ber
merah yang berukur pa papul eritema, papul-papul bentuk papul
an sebesar kepala jar  adanya kanalikuli miliar tidak b eritematosa
um pentul (terowongan) erwarna, berb
 diikuti bentuk
pada betis kaki ya ng menandai entuk kubah,
sebelah kanan. perjalanan tungau lebih mudah yang
 Bintil berwarna mer  Diujung terowong diraba dari khas, yakni lesi
ah, gatal dan jika di an ditemukannya pada dilihat. berbentuk
garuk akan mengelu papul atau vesike linear atau berk
arkan cairan benin l, jika timbul infe  Rasa gatal ya elok-kelok, sep
g. ksi sekunder rua ng terus mene
erti terowonga
m kulit rus akan meni
 polimorf (pustul, mbulkan eros n, menimbul de
eksoriasi dan lain i, eksoriasi, kr ngan diameter
-lain) usta, hiperpig 2-3 mm, dan
mentasi, serta berwarna kemer
likenifikasi ahan.
 papul merah ak
an menjalar dan
menyerupai be
nang yang berk
elok-kelok.

Tempat  Bintil-bintil dirasaka  pada startum korn  ektremitas ba  ektremitas (k


Predeleksi n semakin eum yang tipis, gian ektensor aki),
banyak ketika  seperti sela-sela dan simetrik, bokong dan
berada disuhu  jari tangan,  dapat pula me
Genetalia
yang cukup panas  pergelangan tanga luas ke bokon
dan lembab timbul n, siku bagian lua g dan perut,
di sekitar kaki, paha, r, lipat ketiak  wajah dan  rasa gatal
selangkangan,  bagian depan, dapat pula meningkat
pinggang,  aerola mamae (pe meluas ke pada mala hri
 disela-sela jari rempuan), umbili ektremitas

27
tangan kiri, dan kus, bokong, dan  bagian bawa
disiku depan tangan didaerah selangka h.
kanan. ngan & genetalia.

 gatal meningkat
pada
 malam hari dan sa
at berkeringat.

Berdasarkan teori, anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut maka


diagnosis pada kasus ini lebih mendekati skabies dibandingkan prurigo hebra dan
Creeping eruption. Namun perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan
yang dianjurkan pada kasus ini yakni :

Cara menemukan tungau


1. Carilah mula-mula terowongan kemudian pada ujung yang terlihat papul
atau vesikel dicongkel jarum dan diletakkan di atas sebuah objek, lalu
ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahay a
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan hematoksilin eosin
(H.E).7
Untuk menegakan diagnosis kerja skabies sendiri diperlukan 2 dari 4 tanda
kardinal yaitu pruritus nokturna, menyerang sekelompok orang, ditemukannya
terowongan dan ditermukannya tungau. Pada kasus ini ditemukan 2 tanda cardinal
sign yakni adanya pruritus nokturna dan terjadi pada sekelompok sehingga dapat
ditegakkan diagnosis scabies

Penatalaksaan dalam kasus ini berupa:


A. Non Farmakologi
Sesuai teori penatalaksanaan kasus skabies biasanya diberikan
penatalaksanaan non medika mentosa berupa edukasi yakni
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit disebabkan oleh infeksi tungau.

28
2. Menjelaskan tentang cara penularan penyakit melalui kontak personal
langsung dari kulit ke kulit atau melalui kontak tidak langsung, seperti
pakaian, handuk, sprei, bantal.
3. Menjelaskan kepada pasien untuk merendam pakaian di air panas agar
tungaunya mati, jemur di tempat panas dan setrika pakaian.
4. Menjelaskan cara mencegah penualaran penyakit, yaitu pakaian, handuk,
sprei, bantal perlu dicuci setiap 5 hari sekali dengan air panas.
5. Menjelaskan bahwa seluruh individu yang berkontak dengan pasien harus
diberikan terapi yang sama walaupun gejalanya belum ada.
6. Serta, menyarakan bila terasa gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras
karena dapat menyebabkan luka dan infeksi sekunder.

B. Farmakologi
Untuk pengobatan medikamentosa yang sesuai dengan teori yaitu diberikan
berupa obat topika untuk membasmi skabies, yaitu belerang endap atau sulfur
presitatum dengan kadar 4-20%, emulsi benzil benzoat 20-25%, gama benzena
heksa klorida atau gameksan 1%, krotamiton 10% dan permetrin 5% dalam krim.
Dari kelima obat tersebut, dipilih obat yang sesuai dengan syarat obat
skabies yaitu efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi
dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor serta tidak merusak pakaian dan mudah
diperoleh serta harganya yang murah. Obat tersebut adalah permetrin 5% dalam
krim, dosis tunggal yaitu oleskan dikulit dari leher hingga kelseluruh tubuh pada
malam hari karena obat ini kurang toksik jika dibandingkan gameksan dan obat
lainnya, efektifitasnya sama. Aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 8-12jam
dioleskan sebelum tidur kemudian dibilas keesokan harinya lalu oleskan satu kali
seminggu. Pengobatan skabies dilakukan pada malam hari karena aktivitas tungau
penyebab skabies ini meningkat pada suhu yang lembab dan panas yaitu pada
malam hari.
Untuk menghitung jumlah permetrin yang diberikan dapat mengukur
dengan pengkuruan ‘finger tape unit’. Dimana ukuran pada orang dewasa laki-
laki yakni 1 FTU = 0,5 gr. Untuk krim permetrin 5% yang tersedia dipasaran

29
adalah sebanyak 30 gram, menandakan krim tersebut dapat digunakan kembali
pada minggu kedua apabila keluhan yang diderita belum membaik.

Pada kasus ini diketahui umur Tn.E 30 tahun, dengan predileksi pemberian
krim prermetrin yaitu dari leher keseluruh tubuh ( leher : 2,5 FTU, kedua lengan :
12 FTU kedua tangan : 2 FTU Kedua Tungkai kaki : 24 FTU kaki : 4 FTU total
44.5 FTU )

Untuk pengobatan simptomatik diberikan obat antihitamin golongan ke


dua yakni astemizol dengan dosis 10 mg, loratadin 10 mg dan cetrizine 10 mg
dipilih cetrizine dengan dosis 10 mg. Hal ini karena Pada astemizol 10 mg, obat
ini secara cepat dan sempurna diabsrosi setelah pemberian oral, tetapi astemizol
metabolitnya sangat banyak distribusinya dan mengalami metabolisme yang
sangat lambat, waktu paruh kerjanya < 24 jam. Ioratadin Pada obat ini mula-mula
mengalami metabolisme menjadi metabolit aktif dan selanjutnya mengalami
metabolisme lebih lanjut. Ioratadin ditoleransi dengan baik, tanpa efek sedasi,dan
tidak mempunyai efek susunan saraf pusat.

Sedangkan Cetrizin, Obat ini tidak mengalami metabolisme, mulai


kerjanya lebih cepat dari pada obat yang sejenis. Efeknya antara lain menghambat
fungsi eosinofil, menghambat pelepasan histamin dan prostaglandin Cetirizin
tidak menyebabkan aritmia jantung, namun mempunyai sedikit efek sedasi
sehingga bila dibandingkan dengan terfenadin, astemizol dan loratadin obat ini

30
lebih rendah. Dosis cetrizine untuk dewasa adalah 5- 10 mg. Pemberian 1 x1 hari
dikarnekan masa kerja cetrizine 12-24 jam. Ceitrizine merupakan obat
antihistamin generasi keduia yang memiliki efek sedatif lebih rendah dari
generasi pertama. Pemilihan citrazine dibandingkan obat lain pada generasi kedua
seperti loratadine, karena estimasi efek kerja setelah menggunakan cetrizine lebih
cepat dibandingkan lotradine. Sementara tidak menggunakan asetamizo atau
loratadine karena kedua efek kerja obat tersebut lebih lambat. Cetrizine juga tidak
menyebabkan efek aritmia jantung.

Prognosis pada penyakit skabies ini baik jika diterapi adekuat, terapi
meliputi nonmedika mentosa dan medika mentosa. Pasien juga perlu untuk
menghindari faktor predesposisi, berupa menjaga higentias individu dan
lingkungan, mncuci pakaian, handuk, sprei yang dihunakan dengan air panas atau
direndam kemudia jemur dibawah sinar matahari, Prognosisnya adalah baik
berikut ini adalah penjabaran prognosisnya quo ad vitam dan quo ad fungsional
adalah bonam karena predeleksi penyakit scabies tidak mengancam jiwa dan
untuk quo ad sanationam adalah bonam karena berdasarkan kepatuhan pasien
dalam pengobatan, serta diperlukan juga pengibatan kepada keluarga pasien bila
mengalami keluhan yang sama.

31
BAB V
KESIMPULAN

1. Diagnosis pada pasien Tn. E, 30 tahun adalah scabies, Penyakit Scabies adalah
penyakit kulit yang menular yang disebabkan oleh infeksi dan sensitisasi
terhadap sarcoptes scabei varian hominis dan produknya.

2. Penegakan diagnosis pada pasien ini dengan terpenuhnya dua dari empat
kardinal sign yaitu pruritus nokturna dan menyerang secara kelompok.

3. Pada terapi non medikamentosa yang terpenting adalah menjelaskan kepada


pasien bahwa penyakit scabies ini adalah penyakit yang menular, kemudian
menerangkan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat
tinggal. Sedangkan terapi farmakologi diberikan diberikan permetrin 5% dan
antihistamin cetrizine.

4. Prognosis pada pasien ini quo et vitam, quo et fungsional, quo et sanationam
dan quo ad kosmetika : dubia ad bonam

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Burkhart N, Burkhart G. Scabies, Other Mites, and Pediculosis. In:


Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K
editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York:
Mc-Graw Hill; 2012.p. 869-876
2. James WD, Berger TG and Elston DM. Parasitic Infestations, Stings, and
Bites. Andrews’ Diseases of the Skin Clinical Dermatology. 12th ed.
Philadelphia. 2016.p.452-3.
3. Weller R, Hunter J and Savin J. Infestations. In: Weller R, Hunter J, and
Savin J, ed. Clinical Dermatology. 4th ed. Oxford: Blackwell. 2008.p.262-
6.
4. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Jakarta: KKI; 2012. hal.54.
5. Murtiastutik D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual: Skabies. Surabaya:
Airlangga University Press. 2005. hal.202-208
6. Kartowigno S. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Palembang: Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2011.hal.167-173
7. Handoko R, Boediardja S. Skabies. Dalam: Menaldi SL, editor. Ilmu
Penyakit Kulit Dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2015.hal.137-140.

33

Anda mungkin juga menyukai