Anda di halaman 1dari 56

BST

Demam Tifoid
Pembimbing :
dr. Yuli Amuntiarini, Sp. A, M. Kes

Disusun oleh:
Mentari Alisha
1
2
Identitas Pasien

◉  Nama : An. AW

👦
◉  No RM : 55-39-21
◉  Tanggal lahir : 16 Juni 2008
◉  Jenis kelamin : Laki-laki
◉  Usia : 10 tahun
◉  Tempat Enggal : Jl. KH. Azhari 12 Ulu

◉  Tanggal masuk RS : 14 Januari 2019


◉  Tanggal pemeriksaaan : 15 Januari 2019
Anamnesis
Keluhan Utama

Demam
Keluhan Tambahan!

Nyeri kepala
Batuk berdahak
Badan terasa lemas
Penurunan nafsu makan
Konstipasi

6
Riwayat Penyakit Sekarang!
!
Pasien datang dengan keluhan panas tinggi sejak 5 hari SMRS.
Panas timbul secara mendadak, bersifat naik turun dan panas mulai
meninggi ketika sore menjelang malam hari dan disertai dengan rasa
menggigil. Saat panas pasien tidak disertai kejang ataupun penurunan
kesadaran. Pasien sudah sempat diberi obat penurun panas namun panas
muncul kembali.
Pasien juga mengeluh batuk berdahak tetapi tidak ada darah &
tidak disertai sesak, nyeri sendi (+), sakit kepala (+) dan penurunan nafsu
makan (+) sejak awal sakit . Tidak ada mimisan, gusi berdarah ataupun
timbul bintik merah pada kulit. Pasien juga mengeluh belum BAB sejak 4
hari SMRS. BAK normal.
Riwayat Penyakit Dahulu !
!
•  Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga !


•  Dikelurga dan lingkungan keluarga pasien tidak ada yang menderita DBD
ataupun mengalami sakit serupa

!
Kesan: Tidak ada riwayat penyakit yang berkaitan dengan penyakit sekarang
Keadaan Lingkungan dan Sosial Ekonomi!

•  Pasien tinggal dengan kedua orang tua


•  Pasien saat ini duduk di kelas 3 SD
•  Sehari-hari sering jajan di sekolah (+)
•  Riwayat keluhan serupa di antara teman-teman di sekolah (-)
Riwayat Kelahiran!
•  Pasien lahir dari Ibu G6P6A0
•  Penolong persalinan : Bidan
•  Persalinan : Spontan
•  Masa gestasi : 37 Minggu
•  BB lahir : 2400 gr
•  Langsung menangis : Ya

10
Riwayat Imunisasi!
•  Ibu os mengatakan riwayat imunisasi sampai 9 bulan lengkap
•  BCG : 1 kali
•  Polio : 4 kali
•  Hepatitis B : 4 kali
•  Hib : 4 kali
•  DPT : 3 kali
•  Campak : 1 kali
Kesan: Imunisasi Lengkap

11
Riwayat Nutrisi!
•  Pemberian ASI : mulai 0 bulan – 5 bulan
•  Pemberian Susu Formula : mulai 5 bulan – 3 tahun
•  Bubur Saring : mulai 8 bulan – 10 bulan
•  Bubur tim : mulai 10 bulan – 12 bulan
•  Makanan dewasa : 12 bulan – sekarang (bubur nasi, ikan, telur) (1x/hari)
•  Snack : jajanan warung

12
Riwayat Tumbuh Kembang!
•  Mengangkat kepala : 3 bulan Usia 10 tahun:
•  Dapat berkomunikasi
•  Membalik badan : 3-4 bulan
•  Mengembangkan sedikit keterampilan, anak
•  Duduk : 5-6 bulan
dapat menyelesaikan tugas dengan menulis
•  Merangkak : 6-7 bulan •  Meningkatnya rasa percaya diri
•  Berdiri : 10 bulan •  Membina hubungan dengan teman sebaya
•  Berjalan : 11 bulan •  Membangun perilaku sosial yang baik melalui
•  Bicara : 11-12 bulan permainan dan bermain
•  Memilih teman dengan jenis kelamin yang
berbeda
•  Ikut serta dalam kelompok seperti pramuka

•  Mulai menunjukkan perhatian terhadap hewan
Kesan à Riwayat tumbuh kembang baik
dan tumbuh-tumbuhan

13
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum
◉ KU : Tampak sakit sedang
◉ Sens : Compos menEs
◉ Vital Sign
Nadi : 90 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 26 x/menit
SpO2 : 97%
T : 37,1 0C
◉ BB : 25 kg
◉ TB : 128 cm
Status Gizi

◉ Lingkar kepala: -2 SD S/d 2 SD (normosefali)

◉ BB/U: 78,1 % (Gizi Kurang)

◉ TB/U: 92 % (Mild Stunting)

◉ BB/TB: 96% (Gizi baik)


Weight for Age
BB/U:
BB aktual x 100% / BB baku untuk umur
◉ Pada kasus
BB ideal untuk usia 10 tahun adalah 32 kg
45 x 100% / 40 = 78,1 % (Gizi Kurang )
Length for Age

TB/U:
TB aktual x 100% / TB baku untuk umur
◉ Pada kasus
TB ideal untuk usia 10 tahun adalah 139 cm
128 x 100% / 139 cm = 92 % (Mild Stunting)
Weight for Lenght

BB/TB:
BB aktual x 100% / BB baku untuk TB aktual
◉ Pada kasus
BB ideal untuk TB 128 cm adalah 32 kg
25 x 100% / 32 = 78,1 % (Gizi kurang)
Pemeriksaan Spesifik!
Kepala dan Leher

• Kepala : Normochepali ( ukuran lingkar kepala : cm)


• Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera Ikterik (-), Mata cekung (-), pupil
isokor (+/+) normal, refleks cahaya (+/+), air mata (+/+) normal.
• Telinga : Tidak ada kelainan bentuk telinga, sekret (-/-)
• Hidung : Bentuk tidak ada kelainan, septum deviasi (-), sekret (-), NCH
(-), Epistaksis (-)
• Tenggerokan
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-), uvula ditengah
• Bibir : Mukosa bibir pucat dan kering (-), sianosis sirkumoral (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-) Pembesaran Tiroid : (-) JVP : Normal
5-2cmH20
Thorax
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat, thrill (-)
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Redup, Batas jantung normal
Kanan atas ICS II linea Parasternalis Dextra
Kiri Atas ICS II linea Parasternalis Sinistra
Kanan atas ICS IVI linea Parasternalis Dextra
Kiri Bawah ICS V Midclavicularis Sinistra
Auskultasi : BJ I,II (+) Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Daerah Mitral di Apeks
Daerah Trikuspid di Parasternal Kiri Bawah
Daerah Pulmonal ICS II Tepi Kanan Sternum
Daerah Aorta ICS II Tepi Kanan Sternum

22
Paru

Kanan Pemeriksaan Kiri

Simetris, retraksi (-) Inspeksi Simetris, retraksi (-)


Fremitus takEl kanan Fremitus takEl kanan =
Palpasi
=kiri kiri
Sonor semua area paru Perkusi Sonor semua area paru
Vesikuler (+), Rhonki (-), Vesikuler (+), Rhonki (-),
wheezing (-), krepitasi (-) Auskultasi wheezing (-), krepitasi
(-)
Abdomen

- Auskultasi : BU (+) N
- Inspeksi : Datar, distensi (-), ruam (-)
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : Nyeri tekan (+), hepar/lien Edak teraba

Ekstremitas

Akral Hangat, CRT<2 deEk


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang!
Hematologi 14/01/2019 Nilai rujukan Satuan
Hb 11,8 (L) 11,8-15,0 g/dL
Leukosit 6,2 4,2-11,0 10^3/uL
Trombosit 365 (L) 156-408 10^3/uL
• Simpulan :
Hematokrit 33,4 42-52 %
DifferenEal Count
Neutrofil 45,8 40-60 %
Limfosit 43,6 20-50 %
Eusinofil 3.5 1-3 %
Monosit 6,6 2-8 fL
Basofil 0.5 0-1 %

Imunoserologi
Widal
S typhi H (+) 1/320 NegaEf
S typhi O (+) 1/320 NegaEf
Diagnosis Banding:
demam tifoid
dbd
Diagnosis
Demam 5foid
Tatalaksana Nonfarmakologi

Tirah baring

Diet rendah lunak dan serat

Menjaga kebersihan
Tatalaksana

Inj, KAEN 3A 15 gh makro

Khlorampenikol tab 500mg 3x1 selama 10 hari

Paracetamol tab 500 mg/ 4-6 jam jika demam


Komplikasi

◉ Intestinal
•  Perdarahan & perforasi usus
◉ Ekstra intestinal
•  Trombositopenia / DIC
•  Hepatitis tifosa
•  Pankreatitis tifosa

Prognosis

Ad Vitam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
Pembahasan
Demam Tifoid
End

33
DEMAM TIFOID
Penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi.

Confirmed case of typhoid fever: demam (> 38,0oC) selama sekurang-kurangnya 3
hari, disertai dengan hasil biakan Salmonella typhi posiEf
Probable case of typhoid fever: demam (> 38,0oC) selama sekurang-kurangnya 3 hari,
disertai dengan hasil uji serologis posiEf, tanpa ditemukan Salmonella typhi pada uji
biakan kuman
Chronic carrier: ditemukannya Salmonella typhi pada urin, feses, dan biakan empedu
selama lebih dari 1 tahun setelah awitan demam Efoid
World Health OrganizaEon, 2003


almonella typhi:
  Bakteri gram negaEve
  Tidak membentuk spora
  FakultaEf anaerob
  Mempunyai anEgen somaEk (O), flagelar anEgen
(H) dan envelope anEgen (K).
almonella typhi dapat hidup di:
  Dalam tubuh manusia
  Luar tubuh manusia (beberapa minggu di dalam air,
es, debu atau kotoran yang kering maupun pada
pakaian).
enularan Salmonella typhi sebagian besar melalui
minuman/makanan yang tercemar oleh kuman yang
berasal dari penderita atau pembawa kuman,
biasanya keluar bersama-sama dengan Enja (melalui
rute oral-fekal)
Epidemiologi !

•  Negara berkembang dengan


masalah sanitasi: endemik
•  Negara maju: peningkatan kasus
•  Prevalensi 91% kasus demam
Efoid terjadi pada anak umur 3-19
tahun
Host Agent Environment
•  Manusia sebagai reservoir •  Jumlah kuman yang •  Sanitasi rendah
menginfeksi 10^5- 10^9 •  Ketersediaan air bersih
•  Eksresi melalui feses dan
urin, transplacental •  Makin banyak kuman, •  Kepadatan penduduk
masa inkubasi makin
pendek
atogenesis! Bakteri Salmonella typhi masuk melalui makanan/minuman
kedalam tubuh melalui mulut

Banyak bakteri yang maE di lambung karena suasana asam

Bakteri yang hidup mencapai usus halus

Penempelan dan invasi ke sel-sel M Peyer Patch

Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuE aliran kelenjar limfe mesenterika dan melewaE
sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES di organ haE dan limpa

Bakteri mengalami mulEplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel limfe, kel
limfe mesenterika, hari dan limfe

Salmonella typhi keluar dari habitatnya dan menuju duktus torasikus dan masuk kedalam sirkulasi
sistemik lalu menimbulkan manifestasi klinis
Anamnesis
◉  Demam naik secara bertahap seEap hari
dan mencapai suhu terEnggi pada akhir
minggu pertama dan minggu kedua
demam terus menerus Enggi
◉  Keluhan gastrointesEnal : anoreksia, nyeri
perut,konsEpasi, diare,muntah dan
kembung.
◉  Sering mengigau (delirium), malaise,
letargi, nyeri kepala
◉  Pada demam Efoid berat dapat dijumpai
penurunan kesadaran, kejang dan ikterus.
Pemeriksaan Fisik
◉  Gejala klinis bervariasi dari yang ringan
hingga berat dengan komplikasi
◉  Lidah 8foid (bagian tengah yang kotor
dengan tepi hiperemis.
◉  Pemeriksaan abdomen: meteorismus,
hepatomegali > splenomegali
◉  Pemeriksaan paru: ronkhi
◉  Rose spot: ruam makulopapular
berwarna merah ukuran 1-5 mm,
ditemukan pada abdomen, thorax,
ekstremitas dan punggung pada orang
kulit puEh, Edak pernah dilaporkan
ditemukan pada anak Indonesia.
EMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK DEMAM TIFOID
REKOMENDASI IDAI No.: 018/Rek/PP IDAI/VII/2016!
Rekomendasi :
!
•  Uji baku emas diagnosis demam tifoid sampai saat ini adalah kultur. Kultur darah
mempunyai sensitivitas terbaik (40–60%), bila dilakukan pada minggu pertama—
awal minggu kedua.
•  Pada anak yang menderita demam ≥6 hari dengan gejala ke arah demam tifoid,
untuk pengobatan pasien segera, dapat digunakan pemeriksaan serologis antibodi
terhadap antibody Salmonella typhi.
•  Pemeriksaan Widal untuk diagnosis demam tifoid tidak direkomendasikan, karena
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah.
Pemeriksaan Penunjang
v  Darah tepi perifer
ü  Anemia : akibat supresi sumsum tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus.
ü  Leukopenia
ü  Limfositosis relaEve
ü  Trombositopenia (terutama demam Efoid berat)
v  Kultur darah (+) pada minggu 1-2, bila (-) kultur sumsum tulang biasanya
posiEf (sensitivitas pada minggu pertama 90% tetapi invasif)
v  Kultur feces (+) pada demam 2-3 minggu (sensiEvitas <50%)
v  Kultur urin (+) pada demam 3 minggu (sensiEvitas 20-30%)
Pemeriksaan Penunjang
◉  Serologi Widal: kenaikan S. typhi Eter O atau kenaikan 4 kali Eter fase akut ke fase
konvalesens
◉  Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
◉  Peningkatan Eter uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu): dinyatakan (+).
◉  Titer 1/160: masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan Eter.
Jika ada, maka dinyatakan (+).
◉  Jika 1x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasien
dengan gejala klinis khas.
Pemeriksaan Penunjang
TUBEX TF: mendeteksi anEbodi IgM anEgen spesifik O9 lipopolisakarida S. typhi.
Uji ini dapat dilakukan sejak hari ke-4.
Penegakan Diagnosis dari pemeriksaan laboratorium
•  S.thypi kultur darah: sangat spesifik, kurang sensitif
•  Peningkatan titer uji Widal 4 kali lipat selama 2-3 minggu atau reaksi
uji widal tunggal titer O 1/320; H 1/640
•  IgM anti Tifoid Tubex TF: sensitif, spesifik (hanya untuk S. thypi)
MODUL DEMAM TIFOID
Maria Kristianti Sari
Pemeriksaan Radiologis
◉  Foto thorax
Bila diduga terjadi komplikasi pneumonia
◉  Foto abdomen
Bila diduga terjadi komplikasi intraintesEnal seperE perforasi
usus atau perdarahan saluran cerna
Pada perforasi usus tampak:
- distribusi udara tak merata
- airfluid level
- bayangan radiolusen di daerah hepar
- udara bebas pada abdomen
Suhu menurun
Komplikasi! Nyeri abdomen
Muntah
IntraintesEnal (perforasi usus
atau perdarahan saluran Nyeri tekan pada palpasi
cerna) Bising usus menurun sampai
menghilang,
Defance musculaire posiEf da
pekak haE menghilang.
Komplikasi
Tifoid ensefalopaE
HepaEEs Efosa
MeningiEs
Pneumonia
EkstraintesEnal
Syok sepEk
PielonefriEs
EndokardiEs
OsteomieliEs, dll.
Terapi!

Cairan dan kalori •  Pertahankan fungsi sirkulasi


•  Terutama pada demam Enggi, dengan baik
muntah, atau diare, bila perlu •  Pertahankan oksigenasi, bila
asupan cairan dan kalori perlu berikan O2
diberikan melalui sonde lambung •  Pelihara keadaan nutrisi
•  Pada ensefalopaE, jumlah •  Pengobatan gangguan asam basa
kebutuhan cairan dikurangi dan elektrolit
menjadi 4/5 kebutuhan dengan
kadar natrium rendah
•  Penuhi kebutuhan volume cairan
intravaskular dan jaringan
Terapi!

An8pire8k Transfusi darah


v  Diberikan apabila demam > 39 v  Kadang diperlukan pada
C, kecuali pada pasien dengan perdarahan saluran cerna
riwayat kejang demam dapat
lebih awal.
dan perforasi usus.
v  Parasetamol 15mg/kg/dosis
Diet
v  Makanan yang Edak berserat
dan mudah dicerna. Setelah
demam reda dapat segera
berikan makanan yang lebih
padat dengan kalori cukup.
Terapi!
•  Kloramfenikol 50-100 mg/KgBB, oral atau IV dibagi dalam 4 dosis selama
10-14 hari. Dosis diturunkan 30 mg/KgBB setelah demam turun 2 hari

•  Amoksisilin/ampisilin 100 mg/KgBB/hr (4x) selama 10-14 hari

•  Kotrimoksasol 6 mg/kgbb/hari, oral selama 10-14 hari

•  CeIriaxon 80 mg/kgbb/hari, IV atau IM, sekali sehari, selama 5 hari

•  Cefixime 10 mg/kgbb/hari oral, dibagi 2 dosis selama 10-14 hari


ANTIBIOTIK!
Terapi!
•  Fluoroquinolone generasi III 400 mg – 1 gr/hr ( 1 mgg): Ciprofloxacin/
Ofloxacin
Pada penurunan kesadaran
•  Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari IV dibagi 3 dosis hingga kesadaran
membaik
Pada sepsis/DIC
•  Deksametason 3 mg/KgBB loading dose dalam 30 mnt diikuti 1 mg/
KgBB per 6 jam selama 24-48 jam
Indikasi Rawat Inap!

Demam Efoid berat harus dirawat di rumah sakit

Kesulitan pemenuhan cairan dan kalori

Pada demam Enggi, mual, muntah, yang perlu bantuan NGT


Terima Kasih
J

Anda mungkin juga menyukai