Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

THYPOID FEVER

Oleh : Adi Joyo Negoro


Preseptor :dr. Astri Pinilih, Sp.A

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati


RS PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG, 2019
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. K
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 4 tahun
• TTL : Talang Padang, 26 Mei 2015
• Alamat : Perum BKP Blok s no 17 LK III
• Agama : Islam
• Masuk RS : 15 Juli 2019 pukul : 12.40
• Diagnosa Masuk : obs. Ferbris hari ke 5 susp. DHF
dan typoid
• Ruang Perawatan : Ruang Anak
• Nama Ayah : Tn. R
• Umur : 26 tahun
• Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
• Pendidikan Terakhir : SLTA
• Nama Ibu : Ny.N
• Umur : 25 tahun
• Pekerjaan :Mengurus Rumah Tangga
• Pendidikan Terakhir : SLTA
ANAMNESIS
• Dilakukan secara Alloanamnesis (ibu pasien)
• Lokasi : Ruang Anak RS Pertamina Bintang Amin
• Tanggal : 15 Juli 2019
ANAMNESIS
Keluhaan Utama
• Panas sejak 5 hari SMRS.
Keluhan Tambahan
• Keluhan juga disertai mual, muntah frekuensi 5x/ hari, nafsu
makan menurun
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• Os datang ke IGD dengan keluhan panas sejak 5 hari SMRS,
panas terus menerus tidak di pengaruhi waktu. Riwayat
perdarahan dari hidung, gusi, saluran cerna dan tempat lain
disangkal. Keluhan panas disertai mual disertai muntah
frekuensi 5x/ hari, muntah setiap habis makan. Nafsu makan
turun. Nyeri perut
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• Buang air kecil normal seperti biasa, berwarna
kuning muda, dan tidak ada sakit waktu buang
air kecil. Buang air besar normal, tidak ada
mencret. Os mengeluh nyeri otot di bagian kaki,
serta tidak ada riwayat bepergian ke luar kota.
LANJUTAN....
• Sebelum nya os sudah pernah berobat ke klinik pada hari
sabtu namun tidak ada perbaikan, kemudian pada hari minggu
14 juli 2019 orang tua os membawa nya ke klinik dan orang
tua os di sarankan dokter jaga untuk dirawat di rumah sakit
tipe C dan akhirnya os di rujuk ke RS Pertamina Bintang Amin
untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Orang tua os mengatakan os belum pernah mengalami
sakit seperti ini sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan
Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat Kehamilan
• Os merupakan anak pertama, saat hamil ibu tidak mengalami
mual dan muntah berlebihan, ibu rutin kontrol kehamilan, dan
pernah melakukan USG 1x, ibu os hamil cukup bulan.
Riwayat Persalinan
• -PBL : 51 cm
• -BBL : 3300 gr
• -masa gestasi: cukup bulan (38 minggu)
• -Persalinan : spontan
• -Penolong persalinan : bidan
• -os saat lahir langsung menangis kuat
 
• Kesan : riwayat kehamilan dan persalinan baik
RIWAYAT PEMEBRIAN MAKANAN
• ASI  2 tahun
• Makanan Pendamping  6 bulan keatas
RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN
• Umur 3-6 bulan : telungkup, merangkak dan telentang sendiri
• Umur 6-9 bulan : tepuk tangan dan duduk sendiri
• Umur 9-12 bulan :jalan dengan bantuan, bicara kata perkata
• Umur 12-18 bulan : berjalan, bermain sendiri,minum dengan gelas.
• Umur 18-22 bulan : berlari, melompat dan mencoret-
coret,memakai sendal
• Kesan : pertumbuhan anak dan perkembangan sesuai umur
• .
RIWAYAT IMUNISASI

• Ibu Os mengatakan selalu melakukan imunisasi sesuai jadwal ke


posyandu namun lupa waktunya.
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien merupakan anak pertama. Ayah penderita berumur 26
tahun, pendidikan terakhir SLTA, bekerja sebagai buruh. Dan Ibu
penderita berumur 25 tahun, pendidikan terakhir SLTA dan
pekerjaannya mengajar. Pasien tinggal bersama orang tuanya.
Secara ekonomi, keluarga penderita tergolong mampu.
PEMERIKSAAN FISIK
• Status Generalis
• Keadaan Umum: Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos Mentis
• Vital Sign
Nadi : 102 kali/menit
Respirasi : 32 kali/menit
Suhu : 39,70C
• Antropometri
BB : 13 Kg
TB : 102 cm
LK : 49
PEMERIKSAAN FISIK
1.Kepala
• Bentuk : Normocephali
• Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
• Mata : Sklera ikterik (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor
(+/+)
• Telinga : Nyeri tekan auricular (-), massa (-), serumen (-), eritem(-)
• Hidung : Pernafasan cuping hidung (-), septum nasal deviasi (-)
• Mulut :Bibir kering(-), pecah-pecah (-), stomatitis (-), lidah kotor(-)
• Pharing : Hiperemis (-)
• Gigi : Karies dentis (-)
2. Leher
• Bentuk tidak ada kelainan,Tidak ada pembesaran KGB
3.Thorax
• Inspeksi : sianosis (-), gerakan simetris, massa (-), perubahan warna
kulit (-)
• Palpasi : vokal fremitus pada semua lapang paru, nyeri tekan (-)
• Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
• Aukultasi : Suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (+/
+)
4. Jantung
• Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat, DBN.
• Palpasi : iktus cordis teraba
• Perkusi : DBN
• Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
5. Abdomen
• Inspeksi : DBN, warna sama dengan kulit sekitar, massa (-)
• Auskultasi : Bising usus normal
• Perkusi : Timpani (+)
• Palpasi : Massa(-), Nyeri tekan abdomen (-)
6. Genitalia
• Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Ekstremitas
• Akral hangat (+), kaku sendi (-), sianosis (-), edema (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium
• Darah Lengkap (15 juli 2019)
• Hb : 12,2 [14 – 18] g%
• Leukosit : 3.800 [4500 – 10.700] ribu/ul
• Eritrosit: 4,8 [4,6 – 6,2] ribu/ul
• Trombosit : 108.000 [159 - 400] ribu/ul
• HMT : 36 [50 - 54] vol%
• Eosinofil : 0 [0 - 3] %
• Basofil : 0 [0 - 1] %
• Batang : 1 [2 - 6] %
• Segmen: 37 [50 - 70] %
• Limfosit: 47 [20 - 40] %
• Monosit : 15 [2 - 8] %
• Imunologi
• Test widal salmonella Typhi H : Reaktif (1/320)
• Test widal salmonella Typhi O : Reaktif (1/320)
• Test widal salmonella Typhi AO : Reaktif (1/160)
• Test widal salmonella Typhi BO : Reaktif (1/320)
RESUME
• Os datang ke IGD dengan keluhan demam yang makin
tinggi sejak 5 hari SMRS. Demam terus menerus, tidak
dipengaruhi waktu. Riwayat perdarahan dari hidung,
gusi, saluran cerna dan tempat lain disangkal. mual (+)
muntah (+) >5x/ hari setiap sehabis makan. Nafsu makan
menurun dan nyeri perut (+). Pada pemeriksaan fisik
didaptkan pasien tampak sakit sedang, tanda vital
didapatkan Nadi : 102 kali/menit, Respirasi : 32
kali/menit, Suhu:39,90C, pada pemeriksaan darah
didapatkan leukopenia dan pemeriksaan imonologi test
widal didapatkan hasil reaktif (+).
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSA BANDING
• Malaria
• DBD

DIAGNOSA KERJA
• Thypoid fever
•  
PENATALAKSANAAN
Tindakan di IGD
• IVFD RL x tpm makro
• Dumin 125 mg
• Inj. ondansentron 1 cc amp/ 8 jam
• Antasid 3x 1cth
• Paracetamol syr 3x ½ cth
Medikamentosa DPJP:
• IVFD RL 12 tpm makro
• Cefixime 2x ½ cth
• Paracetamol syr 4x1 cth
• ondansentron 2 x ½ mg
• PROGNOSIS
• Quo ad vitam : Bonam
• Quo ad fungtionam : Bonam
• Quo ad sanactionam : Bonam
EDUKASI
• Menjaga kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan
• Di biasakan mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu
saat akan makan dan setelah buang air besar dan buang air
kecil
• Menghindari makanan mentah.
• Hanya memakan makanan yang sudah dimasak dan masih
panas atau dipanaskan kembali.
FOLLOW UP
  15 juli 2019 (ruang anak)
S Panas (+), mual (+), muntah (-),lemas (+), batuk (-)
O
Kesadaran : compos mentis

Hr 102x/menit

Rr 32x/menit

T 39,9˚ C

BB: 13 kg
Hb : 12,2 Leukosit : 38.000 HT : 36 Trombosit : 108.000
Widal titer H: Reaktif 1/320 O: Reaktif 1/320 AO: Reaktif 1/160 BO: Reaktif 1/320
A thypoid fever
P IVFD RL 12 tpm makro
Inj. Ondancentron 2 x ½ mg
Cefixime 2 x ½ ml
Paracetamol syr 4x1 cth
  16 juli 2019 (ruang anak)
S Panas (+), mual (-), muntah (-),lemas (+), batuk (-)
O
Kesadaran : compos mentis
Hr 91x/menit
Rr 22x/menit
T 38˚ C
BB: 13 kg

A thypoid fever
P IVFD RL 12 tpm makro
Inj. Ondancentron 2 x ½ mg
Cefixime 2x ½ mg
Paracetamol syr 4x1 cth
  17 juli 2019 (ruang anak)
S Panas (-), mual (-), muntah (-),lemas (-), batuk (-)
O
Kesadaran : compos mentis
Hr 98x/menit
Rr 24x/menit
T 36,6˚ C
BB: 13 kg

A thypoid fever
P IVFD RL 12 tpm makro
Inj. Ondancentron 2 x ½ mg
Cefixime 2x 1 mg cth
Paracetamol syr 2x1 cth
Rencana BLPL sore
Analisis Kasus
• Demam tifoid adalah penyakit bakterial yang disebabkan oleh
Salmonella typhi, kuman gram negatif berbentuk batang yang hanya
ditemukan pada manusia. Salmonella termasuk dalam famili
Enterobacteriaceae yang memiliki lebih dari 2300 serotipe.
• Penularan penyakit demam tifoid adalah secara “faeco-oral”, dan
banyak terdapat di masyarakat dengan higiene dan sanitasi yang
kurang baik. Kuman Salmonella typhi masuk ke tubuh melalui mulut
bersama dengan makan atau minuman yang tercemar
• Diagnosis demam tifoid ditegakkan atas dasar klinis, yaitu
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Klinis didapatkan adanya
demam, lidah tifoid, meteorismus, dan hepatomegali serta
roseola. Diagnosis ini disokong oleh hasil pemeriksaan
serologis, yaitu titer Widal O positif dengan kenaikan titer 4
kali atau pemeriksaan bakteriologis didapatkan adanya kuman
Salmonella typhi pada biakan darah.
• Pada Pasien ini datang dengan keluhan panas sejak 5 hari yang
lalu, di sertai mual, lemas , pasien juga mengeluh muntah >5x/
hari. Gejala ini diduga merupakan gejala prodromal pada masa
inkubasi Salmonella typhi, yakni perasaan tidak enak badan,
lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.
• pada pasien ini didapatkan panas terus menerus, tidak
dipengaruhi waktu. Tipe demam demikian sesuai dengan
gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Salmonella typhi.
• minggu pertama perjalanan penyakit, keluhan dan gejala
serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yakni
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut,
batuk dan epistaksis. Dan pada pemeriksaan fisik hanya
didapatkan suhu badan meningkat.
• Jika perjalanan penyakit demam tifoid pasien terus dimonitor,
maka biasanya pada minggu kedua didapatkan gejala-gejala
yang lebih jelas. Gejala yang timbul pada minggu kedua
berupa demam, bradikardi relarif, lidah yang khas (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali,
splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa
somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis, roseolae
jarang ditemukan pada orang Indonesia.
Oleh karena dari gejala yang diperoleh pada pasien ini belum
terlalu jelas, maka ada beberapa penyakit infeksi akut lain yang dapat
dijadikan sebagai diagnosa banding, yaitu :
• Demam berdarah dengue derajat I
Pada minggu pertama penyakit ini biasanya tidak ditemukan gejala
umum yang khas, hanya terdapat demam antara 2 hingga 7 hari tanpa
adanya manifestasi perdarahan. Akan tetapi, pada uji tourniquet
didapatkan hasil yang positif.
• Malaria
Adanya demam yang turun naik atau intermitten disertai dengan
menggigil, diare, muntah, dan terkadang kejang merupakan beberapa
gejala penyakit malaria. Akan tetapi pada pasien ini tidak didapatkan
menggigil serta tidak adanya riwayat keluar kota atau ke hutan.
• Agar semua diagnosa banding tersebut di atas dapat
disingkirkan, maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
guna membuktikan pemeriksaan yang tidak didapatkan pada
anamnesa maupun pemeriksaan fisik.
• Biakan darah, pemeriksaan darah rutin, dan tes serologis
Widal dilakukan guna menegakkan diagnosis demam tifoid,
pemeriksaan serologis IgM untuk mendeteksi kemungkinan
adanya infeksi campak, tes tourniquet untuk melihat adanya
manifestasi perdarahan pada penderita demam berdarah
dengue. Tes Mantoux digunakan untuk membuktikan ada atau
tidaknya infeksi tuberkulose. Pemeriksaan darah rutin dan
hapusan darah tepi berfungsi untuk mendeteksi adanya
kemungkinan terinfeksi malaria
• Dari keseluruhan diagnosa banding yang ada, diagnosa klinis
ini adalah suspect demam tifoid. Di mana pada periksaan
penunjang berupa biakan darah, pemeriksaan darah rutin dan
tes serologis Widal di dapatkan peningkatan leukosit dan hasil
test serologi widal titer H dan O yaitu reaktif 1/320.
Penatalaksanaan pada kasus
• Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah
dengan tirah baring, isolasi yang memadai, pemenuhan
kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian antibiotik.
Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat di rumah sakit
agar pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi di samping
observasi kemungkinan timbul penyulit dapat dilakukan
dengan seksama. Pengobatan antibiotik merupakan
pengobatan utama karena pada dasarnya patogenesis infeksi
S. typhi berhubungan dengan keadaan bakterimia.
• Antibiotik yang digunakan sebagai kontrol positif pada kasus ini adalah
cefixime. cefixime merupakan salah satu pilihan antibiotik untuk
pengobatan demam tifoid. Cefixime ini termasuk golongan antibiotik
sefalosporin dan merupakan antibiotik spektrum luas untuk bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif.
• Dosis Cefixime umum anak-anak yaitu 10 mg/kg bb/hari untuk 10 hari
dibagi 2 dosis. Dan untuk kasus ini di berikan antibiotik cefixime 2 x ½
cth / 24 jam.
• Anipiretik
• Diberikan ketika demam >39, kecuali pada pasien dengan riwayat kejang
demam dapat diberikan lebih awal
• Diet
• Makanan tidak berserta dan mudah dicerna
• Setelah demam reda, dapat segera diberikan makanan yang lebih padat
dengan kalori yang cukup
KESIMPULAN

• Telah dirawat pasien an. K. 4 tahun masuk dengan keluhan


utama Demam hari ke 5 SMRS dan didiagnosis sebagai
Thypoid fever berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium.
Tatalaksana pada pasien ini berupa suportif dan simptomatik
yang berupa pemberian terapi cairan yang disesuaikan. Pasien
pulang dalam kondisi kesehatan yang membaik. Dengan
demikian penegakan diagnosis dan tatalaksana kasus pada
pasien ini telah sesuai dengan tinjauan literature mengenai
penanganan pada Thypoid fever.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai