Anda di halaman 1dari 27

CBD KEJANG DEMAM diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh Program

Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Pembimbing: dr. Pujiati A, Sp.A

disusun oleh : Siti Eva Mustafiah 01.208.5784 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejang demam, atau sering kita sebut step adalah kejang yang biasa terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dimana insiden tertinggi terjadi pada umur 18 bulan. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan anak di luar rentang usia ini juga terkena. Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 4 tahun hampir 2 5 %. Hampir sebanyak 1 dari setiap 25 anak pernah mengalami kejang demam dan lebih dari sepertiga dari anak-anak tersebut mengalaminya lebih dari 1 kali. Kejang merupakan hal yang menakutkan tetapi biasanya tidak membahayakan. Orang tua akan panik begitu mendapatkan anaknya menderita kejang demam. Sebagian besar kejang demam yang terjadi adalah kejang demam sederhana (80%) dan sisanya adalah kejang demam kompleks. Kejang timbul akibat naiknya suhu tubuh secara tiba-tiba, biasanya akibat demam di atas 38C. Ada berbagai macam penyebab kenaikan suhu tubuh yang tiba-tiba dan paling sering karena infeksi, baik infeksi bakteri maupun virus, misalnya tonsilitis atau faringitis.

BAB II LAPORAN KASUS STATUS PASIEN A. IDENTITAS PENDERITA Nama Penderita Umur/ tanggal lahir Jenis Kelamin Alamat Nama Ayah Umur Pendidikan Agama Pekerjaan Alamat Nama Ibu Umur Pendidikan Agama Pekerjaan Alamat : An. M F : 1 tahun 9 bulan : Laki- laki : Kampung |Gisik Rejo RT 6 RW 1, Semarang : Bp. M : 24 tahun : SMK : Islam : Swasta : Kampung |Gisik Rejo RT 6 RW 1, Semarang : Ibu. S : 24 tahun : SMA : Islam : swasta : Kampung |Gisik Rejo RT 6 RW 1, Semarang

B. DATA DASAR Alloanamnesis dengan Ibu penderita dilakukan pada tanggal 12 April 2013 pukul 15.30 WIB di ruang ITH lantai 3 Anak dan didukung dengan catatan medis.

KELUHAN UTAMA Kejang

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Lima hari yang lalu anak batuk dan pilek, sudah berobat ke bidan dan keluhan sedikit berkurang. Dua hari yang lalu anak panas tinggi mendadak, terus menerus, minggigil (-), kejang (+) 1x selama 1 menit, kejang seluruh tubuh, anak tidak sadar waktu kejang, sedangkan sebelum kejang anak sadar dan setelah kejang anak menangis, kejang tidak berulang kembali dalam 24 jam. Orangtua anak mengaku sudah memberikan obat penurun panas, panas turun sesaat tetapi panas naik lagi. Badan lemas (+), pusing (-), mual (-), muntah (-), sesak nafas (-), nyeri perut (-), makan dan minum kurang dari biasanya, BAB (+) Normal, BAK (+) Normal, nyeri saat berkemih (-) kemudian di bawa ke IGD Rumah Sakit Sultan Agung.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Anak belum pernah mengalami kejang sebelumnya. Anak pernah menderita panas tetapi tidak sampai menimbulkan kejang. Penyakit lain yang pernah diderita anak

Flek/ TB : disangkal Faringitis : disangkal Pneumonia: disangkal Morbili : disangkal Pertusis : disangkal Varicella : disangkal Bronkitis : disangkal Malaria : disangkal Polio : disangkal

Enteritis : disangkal Disentri basiler : disangkal Disentri amoeba : disangkal Thyp. Abdominalis : disangkal Cacingan : disangkal Operasi : disangkal Trauma : disangkal Reaksi obat/ alergi : disangkal Difteri : disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI Ayah dan Ibu bekerja sebagai karyawan swasta. Berobat dengan fasilitas asuransi in Health. Kesan ekonomi: cukup. C. DATA KHUSUS 1. Riwayat kehamilan - Pasien merupakan anak pertama. Ibu memeriksakan kehamilan di bidan secara teratur, sejak mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan kurang lebih 38 minggu. Pemeriksaan dilakukan 1x sebulan dan mendapat imunisasi tetanus toksoid 1x. Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun minum jamu disangkal. Obat-obat yang diminum selama kehamilan adalah vitamin dan tablet tambah darah. 2. Riwayat kelahiran Lahir spontan, aterm (38 minggu), dengan SC a/i fetal distress, Berat Badan 2500 gram, Pajang Badan 45 cm, langsung menangis dan kemerahan. 3. Riwayat Makan Minum Minum ASI sampai usia 6 bulan. Makanan pendamping ASI (nasi lumat) mulai usia 6 bulan. Umur 1 tahun di berikan makanan keluarga ( nasi, sayur, telur, tempe/ tahu) buah jarang diberikan. Makan 3 X sehari, porsi piring. Kesan: Kualitas dan kuantitas cukup.

4. Riwayat Imunisasi Dasar

No Imunisasi 1. BCG 2. 3. 4. 5. DPT Polio Hepatitis B Campak

Berapa Kali 1x 3x 5x 3x 1x

Umur 1 bulan 2,4,6 bulan 0,2,4,6,18 bulan 0,1,6 bulan 9 bulan

Kesasn imunisasi dasar: lengkap 5. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Riwayat pertumbuhan : pada KMS garis selalu terlihat normal/ diatas garis merah. Riwayat Perkembangan: Senyum (usia 1 bulan), miring (usia 3 bulan), tengkurap (usia 4 bulan), duduk (usia 6 bulan), merangkak (usia 8 bulan), berdiri (usia 12 bulan), berjalan (usia 13 bulan), ................. Kesan : Pertumbuhan dan Perkembangan Sesuai Umur 6. Riwayat KB Orang Tua Ibu memakai KB suntik 3 bulan Pemeriksaan Status Gizi (Z score): Diketahui: Umur : 1 tahun 9 bulan BB TB : 13 kg : 87 cm WAZ = BB/U = (13- 12 ) = 0,769 (Normal)

1,3 HAZ = TB/U = (87- 85,1) = 0,576 (Normal) 3,3

WHZ = BB/TB = (13-12,6) = 0,286 (Normal) 1,4 Kesan : Gizi Baik D. PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pada tanggal 12 April 2013 jam 15.30 WIB Umur Berat badan Panjang badan Suhu badan Nadi cukup, teraba kuat Frekuensi nafas: 30 kali/menit : 1 tahun 9 bulan : 13 kg : 87 cm : 39C (axilla) :132 kali/menit, irama regular, isi dan tegangan

KESAN UMUM Keadaan Umum: Composmentis,tampak lemas, dan gizi baik,tidak sesak. Keadaan Tubuh : Rambut Kepala Kulit Mata Hidung Telinga Mulut Leher : hitam, tidak mudah dicabut : mesocephale, ubun-ubun besar, menutup : tidak sianosis, Ptechie (-), Turgor baik : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-) : nafas cuping hidung (-), secret (-), epistaksis (-) : discharge (-) : gusi berdarah (-), lidah kotor (-), sianotik (-), tonsil membesar (-), bibir kering (-) : simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku kuduk (-) Tenggorokan : hiperemis (-),

Thorax Paru-paru Inspeksi : :Statis Dinamis : Hemithorax dextra sama dengan sinistra : Hemithorax dextra sama dengan sinistra,

Auskultasi : SD Vesikuler, Wheezing (-),Ronkhi (-) Palpasi Perkusi : Strem femitus dextra dan sinistra simetris : sonor di seluruh lapang paru

Jantung: Inspeksi Palpasi Auskultasi : ictus cordis tidak tampak : ictus cordis tidak kuat angkat : BJ I-II regular, bising (-)

Perut Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi Hepar Lien Alat kelamin : bentuk datar, simetris : peristaltik (+), Normal : tyimpani : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-) : konsistensi kenyal, tidak ada pembesaran, nyeri tekan, tepi tajam, : tidak teraba : laki-laki, tidak ada kelainan

permukaan rata

Anggota Gerak : Capilary refill Akral dingin R. Fisiologis : : :

Atas (ka/ki) < 2 -/+/+

Bawah (ka/ki) < 2 -/+/+

R. Patologis

-/-

-/-

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium saat di RSISA tanggal 13 April 2013: DARAH Hb :12,6 gr/dl Hematokrit Leukosit Eritrosit Trombosit Eosinofil Basofil Netrofil Limfosit Monosit MCV MCH MCHC : 37,0 gr/dl : 17,04 ribu/uL : 4,44 juta/ uL : 440 ribu/Ul : 0,5% (L) : 0,2 % : 26,5 % (L) : 60,44% (H) : 12,4 % (H) : 83,3 fL : 28,4 pg : 34, 1 g/dL (H)

Golongan darah : O Rh (+)

ASSESMENT : 1. Febris 2. Gizi Baik 3. Kejang Demam 1. Assesment : Febris DD : Demam et causa TB Demam et causa ISPA Initial Plans:

10

Assessment: Demam et causa ISPA IPDx IP Tx : S:O : pengukuran suhu per axilla 39 C : Infus 2A1/2N 20 tpm Inj Cefotaxime 3x175 mg Inj Dexamethasone 2x1/2 amp Parasetamol syr 1 CTH/kali pemberian

Cairan: Kebutuhan cairan BB 12 kg larutan isotonik Infus 2A1/2 N Kebutuhan cairan: Berat Badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/ Jam Berat Badan 15-40 kg: 5 ml/kgBB/ Jam Berat Badan > 40 kg: 3 ml/kgBB/ Jam 7 x 12 = 84 ml/kgBB/Jam IP Mx 84 ml/kgBB/ Jam: 4= 21 tpm : - Tanda Vital IP Ex : Hemodinamik (kesadaran, akral dingin) Input cairan Diuresis tiap jam Tirah baring Minum obat teratur Banyak minum 1-2 liter per hari Makan makanan yang bergizi Di rumah : Jika panas, minum obat penurun panas, jika panas tidak turun, segera bawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

11

2. Assesment : Gizi Baik DD : Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Initial Plans: Assessment: Gizi Baik IPDx IP Rx : S : Kualitas dan kuantitas makan sehari-hari O : Berat badan pasien, Z score : Kebutuhan kalori umur 2 tahun, BB 12 kg
Kebutuhan kalori

10 Kg I x 100 = 1000 kkal 2 Kg x 50 Jumlah = 100 kkal = 1100 kkal/ hari - Karbohidrat : 60% x 1100 = 660 kkal - Lemak - Protein IP Mx : : 40% x 1100 = 440 kkal : 10% x 1100 = 110 kkal

Yang terdiri dari :

Penimbangan BB secara rutin dan teratur

- Pengukuran TB setiap bulan 3. Asessment : Kejang demam DD : Kejang demam kompleks Kejang demam sederhana Initial Plans: Assessment: Kejang Demam Sederhana IP Dx IP Tx : : S : kejang 1x selama 3 menit O:Puyer: o Diazepam 1,5 mg o Vit B complex tab

12

o Vit A 1/3 tab IP Mx : Kejang ulangan Oksigenasi IP Ex : Jika kejang beri diazepam per rektal dosis 0,5-0,75 mg/kg, bila tetap kejang segera bawa ke Rumah sakit. Saat pasien kejang : o o o o Tetap tenang, awasi penderita selama kejang, bila perlu catat berapa lama kejang terjadi Semua pakaian ketat dilonggarkan Memposisikan kepala penderita agar miring, mencegah aspirasi isi lambung. Mengusahakan jalan napas agar bebas

13

Waktu Tanggal Keluhan

Hari ke-1 perawatan 2 Maret 2013 Kejang (+), Panas (+), Batuk (+), Pilek (+), sesak napas (-), mual (-), muntah (-), perut sakit (-), makan (+), minum (+), BAB dan BAK (+) normal Composmentis, lemah 152x/menit 30x/menit 39C (rectal)

Hari ke-2 perawatan 3 Maret 2013 Kejang (-), Panas (-), Batuk (+), Pilek (+),sesak napas (-), mual (-), muntah (-), perut sakit (-), makan (+), minum (+), BAB dan BAK (+) normal Compos mentis, baik 112x/ menit isi cukup 40x/ menit 36,8 C ( rectal)

Hari ke 3 perawatan 4 Maret 2013 Kejang (-), Panas (-), Batuk (+), Pilek (+),sesak napas (-), mual (-), muntah (-), perut sakit (-), makan (+), minum (+), BAB dan BAK (+) normal Compos mentis,baik 110x/ menit isi cukup 48 x/ menit 36C ( axilla)

Hari ke- 4 perawatan 5 Maret 2013 Kejang (-), Panas (+), Batuk (+), Pilek (-),sesak napas (-), mual (-), muntah (-), perut sakit (-), makan (+), minum (+), BAB dan BAK (+) normal Compos mentis, lemah 130 x / menit isi Cukup 46 x/ menit 37,5C ( rectal )

Keadaan Umum TTV

Laboratorium Darah

Hb :10,9 gr/dl Hematokrit : 33,9 gr/dl Leukosit : 17,0 ribu/uL Trombosit : 330 ribu/Ul Golongan darah : B Rh (+) KD Simplek Infus 2A1/2N 20 tpm Inj Cefotaxime 3x175 mg Inj Dexamethasone 2x1/2 amp Parasetamol syr 1 CTH/kali pemberian Puyer 3x1: Diazepam 1,5 mg Vit B complex tab Vit A 1/3 tab Evaluasi KU dan TTV KD Simplek Infus 2A1/2N 20 tpm Inj Cefotaxime 3x175 mg Inj Dexamethasone 2x1/2 amp Parasetamol syr 1 CTH/kali pemberian KD Simplek Infus 2A1/2N 20 tpm Inj Cefotaxime 3x175 mg Inj Dexamethasone 2x1/2 amp Parasetamol syr 1 CTH/kali pemberian KD Simplek Infus 2A1/2N 20 tpm Inj Cefotaxime 3x175 mg Inj Dexamethasone 2x1/2 amp Parasetamol syr 1 CTH/kali pemberian

Assesment Terapi

Program

Evaluasi KU dan TTV

Evaluasi KU dan TTV

Evaluasi KU dan TTV

BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38 C) yang disebabkna oleh suatu proses ekstrakranium. Atau dengan kata lain, kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak (paling banyak pada anak laki-laki) mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit. B. Sinonim Febrile Convulsion. C. Etiologi Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang demam biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam. Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam disebabkan oleh penyakit lain, seperti keracunan, meningitis atau ensefalitis. Roseola atau infeksi oleh virus herpes juga sering menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Disentri karena Shigella juga sering menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada anak-anak.

14

15

Dari contoh kejadian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam, antara lain: Demam itu sendiri Efek produk toksik dari mikroorganisme terhadap otak. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit. Ensefalitis viral yang ringan yang tidak diketahui Gabungan semua faktor diatas

Menurut penelitian, imunisasi juga dapat diikuti oleh kejang demam walaupun insidennya sangat jarang. Hasil penelitian yang dilakukan memperlihatkan risiko kejang demam pada beberapa jenis imunisasi sebagai berikut: DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi. Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi. Risiko meningkat pada hari 8-14 setelah imunisasi. Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi kejang demam bukan merupakan kontra indikasi imunisasi D. Klasifikasi Secara umum, Kejang Demam dapat dibagi dalam dua jenis yaitu : 1. Simple febrile seizures (Kejang Demam Sederhana) yaitu kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit, umum, tonik dan atau klonik, umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam. 2. Complex febrile seizures (Kejang Demam Kompleks) yaitu kejang fokal (hanya melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, bersifat fokal (parsial satu sisi) dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.

16

Sedangkan menurut Livingston (yang sudah dimodifikasi), membedakan kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu: 1. sampai 4 tahun timbul demam kejang, normal 1 tahun 2. Epilepsi yang diprovokasi demam Apabila tidak memenuhi dari salah satu kriteria diatas. E. Patogenesis Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang didapatkan dari metabolisme, terutama glukosa. Proses tersebut merupakan proses oksidasi dimana membutuhkan oksigen yang disediakan melalui perantaraan fungi paru dan diteruskan ke otak melalui system kardiovaskuler. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam (lipoid) dan permukaan luar (ionik). Dalam keadaan normal membrane sel dapat dilalui dengan mudah oleh ion K dan sangat sulit dilalui oleh ion Na dan elektrolit lainnya, kecuali ion Cl. Karena perbedaab jenis dan konsentrasi, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim. Pemeriksaan EEG setelah kejang, normal Frekuensi kejang tidak lebih dari 4 kali dalam Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah Kejang hanya berlangsung < 15 menit Kejang bersifat umum Kejang terjadi dalam 16 jam pertama setelah Kejang demam sederhana Umur anak ketika kejang, antara 6 bulan Bila memenuhi keadaan seperti dibawah ini:

17

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen 20%. Karena hal inilah maka terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran, sehingga terjadi lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel/membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter, sehingga terjadi kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya. F. Gejala Klinis Terjadinya bangkitan kejang pada bayi atau anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat. Berikut ini beberapa gejala yang biasanya timbul: Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba). Kejang tonik-klonik Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam) Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik) Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit). Lidah atau pipinya tergigit Gigi atau rahangnya terkatup rapat Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya) Gangguan pernapasan (apneu) Kulit kebiruan

18

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain: Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama Riwayat kejang demam dalam keluarga Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal Riwayat demam yang sering Kejang pertama adalah complex febrile seizure

G. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang mengalami demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Suhu tubuh yang diukur dengan cara memasukkan termometer ke dalam lubang dubur, menunjukkan angka lebih besar dari 38,9 C. Harus diketahui darimana penyebab kejang, dari dalam atau dari luar susunan saraf pusat (otak). Hal ini penting untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti ensefalitis, meningitis atau epilepsi. Kemudian dicari tahu apakah tergolong kejang demam sederhana, kejang demam kompleks maupun epilepsi yang diprovokasi demam. H. Diagnosis Banding Kejang serebral : meningitis, ensefalitis, abese otak ( infeksi intrakranial), epilepsi (kronik berulang) non serebral : tetanus, tetani

I. Pemeriksaan Penunjang 1. Pungsi Lumbal Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan bila kejang demam pertama terjadi pada usia < 12

19

bulan. Berdasar penelitian, cairan serebrospinal yang abnormal umumnya diperoleh pada anak dengan kejang demam yang: - Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher) - Mengalami complex partial seizure - Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam sebelumnya) - Kejang saat tiba di IGD - Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal - Kejang pertama setelah usia 3 tahun

2. EEG (electroencephalogram) Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Indikasi dilakukan pemeriksaan adalah kejang demam pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal. 3. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam. 4. Neuro-imaging Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CTscan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya dan dilakukan atas indikasi hemiparesis, parese N. VI, dan papiledema. J. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan secara umum

20

Kejang demam biasanya berlangsung singkat, apabila pasien datang dalam keadaan kejang obat yang paling efektif adalah diazepam secara intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB. Sedangkan obat yang praktis dan dapat diberikan di rumah adalah diazepam rectal dengan dosis 0,5 0,75 mg/kgBB. Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rectal dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5 menit. Apabila kejang tetap belum berhenti diberikan Fenitoin secara intravenal dengan dosis awal 10-20mg/kgBB/hari. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8mg/kgBB/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan Fenitoin belum berhenti maka pasien harus dirawat di ICU. Bila kejang berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam dan faktor resikonya (sederhana atau kompleks). Selain pemberian obat-obatan kepada pasien kejang, juga harus dilakukan upaya-upaya non medis. Upaya tersebut antara lain: o Semua pakaian ketat dilonggarkan o Memposisikan kepala pasien agar miring, mencegah aspirasi isi lambung. o Mengusahakan jalan napas agar bebas o Mengawasi secara ketat fungsi vital 2. Pemberian obat pada saat demam a. Antipiretik Pemberian dianjurkan, walaupun tidak ditemukan bukti dapat mengurangi resiko terjadinya kejang demam. Dosis Acetaminofen yang digunakan adalah 10-15mg/kgBB/hari, sedangkan dosis ibuprofen adalah 5-10mg/kgBB/hari. b. Antikonvulsan Pemakaian diazepam oral dosis 0,3mg/kgBB tiap 8jam pada saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang. Begitu pula dengan diazepam rectal dosis 0,5mg/kgBB tiap 8jam pada suhu >38,5 C. Sedangkan fenobarbital atau fenetoin pada saat demam, tidak berguna untuk mencegah kejang demam. 3. Pemberian obat rumat

21

Diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Untuk menurunkan resiko berulangnya kejang, pemberian efektif adalah fenobarbital atau asam valproat tiap hari. Denagn diketahuinya efek samping penggunaan obat terhadap fungsi kognitif dan perilaku pasien, maka profilaksis diberikan dalam jangka pendek. Sehingga obat pilihan saat ini adalah asam valproat dengan dosis 15-40mg/kgBB/hari, meskipun dapat menyebabkan hepatitis. Indikasi pemberian obat rumat : Kejang lama > 5 menit Ada kelainan Neurologis sebelum dan sesudah kejang (Hemiparesis, Cerebral Palsy, Hidrosefalus, dsb). Kejang fokal

K. Komplikasi Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak berbahaya karena bersifat jinak (benigna) dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tapi pada kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) biasanya dapat menimbulkan komplikasi. Disamping itu, bila ditemukan gejala kerusakan otak setelah kejang demam, maka biasanya para pakar menganggapnya disebabkan oleh penyebab demam dan bukan disebabkan oleh kejang itu sendiri. Berikut beberapa contoh kejadian yang dianngap sebagai komplikasi dari kejang demam, antara lain: Epilepsi, menurut penelitian prognosis mencapai 2-4 %. Faktor risiko pada kelainan neurologis yang jelas sebelum kejang demam pertama, kejang demam kompleks, dan riwayat epilepsi pada orangtua atau sudara kandung pasien.neuron otak. Apneu Hipoksia, meningkatkan permeabilitas kapiler dan mengakibatkan edema otak dan kerusakan nervus cranialis Asidosis laktat (karena meningkatnya metabolisme anaerob) Hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat

22

BAB IV KESIMPULAN Kejang demam (Febrile Convulsion) adalah kejang pada bayi atau anakanak yang terjadi akibat demam, tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat maupun kelainan saraf lainnya. Seorang anak yang mengalami kejang demam, tidak berarti dia menderita epilepsi karena epilepsi ditandai dengan kejang berulang yang tidak dipicu oleh adanya demam. Hampir sebanyak 1 dari setiap 25 anak pernah mengalami kejang demam dan lebih dari sepertiga dari anak-anak tersebut mengalaminya lebih dari 1 kali. Kejang demam biasanya terjadi pada anak-anak yang berusia antara 6 bulan-4 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 6 bulan maupun sesudah 3 tahun. Kejang demam disebabkan karena terjadinya lepas muatan potensial membran melalui neurotransmitter yang luas akibat perubahan keseimbangan dari membran sel neuron itu sendiri. Perubahan keseimbangan tersebut diakibatkan karena adanya kenaikan tertentu suhu tubuh dimana tiap kenaikan 1C, akan meningkatkan metabolisme basal. Telah diketahui bahwa infeksi diluar susunan saraf pusat (misal: tonsiltis, OMA, bronkitis,dll) merupakan penyebab paling sering sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi secara cepat. Diazepam secara oral maupun rektal adalah obat pilihan ketika pasien kejang. Sedangkan fenobarbital dan asam valproat lebih cenderung digunakan sebagai obat rumat. Pemberian antipiretik terbukti tidak dapat mencegah terulangnya kejang, sehingga pemberiannya tidak dianjurkan.

23

24

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2001, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas Berdasarkan Gejala, Badan Penerbit Depkes RI, Jakarta Ganong, W.F., 1995, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 17, EGC, Jakarta Lumbantobing, S.M.,Prof,DR,Dr, 2002, Kejang Demam (Febrile Convulsions), FKUI, Jakarta Price, S.A., Wilson, L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, jilid 1, edisi 4, EGC, Jakarta Pusponegoro,H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan anak, edisi 1, Badan Penerbit IDAI, Jakarta Staf Pengajar IKA, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, jilid 2, edisi 11, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta Unit Kerja Koordinasi Nerologi, 2005, Konsensus Penanganan Kejang Demam, IDAI, Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai