HIDROSEPHALUS
Disusun Oleh:
Nama : Aulia Pancarani Nuswantari
NIM : P0724218006
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori....................................................................................4
1. Definisi.................................................................................................4
2. Epidemiologi........................................................................................4
3. Patofisiologi..........................................................................................5
4. Etiologi.................................................................................................7
5. Gejala....................................................................................................8
6. Diagnosis..............................................................................................9
7. Komplikasi..........................................................................................14
B. Konsep dasar manajemen kebidanan........................................................15
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Kasus.........................................................................................................26
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................32
B. Saran..........................................................................................................32
BAB V DAFTAR PUSTAKA.............................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada
bayi yang ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal.
Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus
juga biasa terjadi pada oaran dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya
tampak lebih jelas sehingga lebih mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini
dikarenakan pada bayi ubun2nya masih terbuka, sehingga adanya
penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan melebarnya tulang2
tengkorak. Sedang pada orang dewasa tulang tengkorak tidak mampu lagi
melebar.
C. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Kata hidrosefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydro yang berarti
air, dan cephalus yang berarti kepala. (Rizvi R, Anjum Q. 2005).
3. Patofisiologi
Pembentukan cairan serebrospinal terutama dibentuk di dalam sistem
ventrikel. Kebanyakan cairan tersebut dibentuk oleh pleksus koroidalis di
ventrikel lateral, yaitu kurang lebih sebanyak 80% dari total cairan
serebrospinalis. Kecepatan pembentukan cairan serebrospinalis lebih kurang
0,35- 0,40 ml/menit atau 500 ml/hari, kecepatan pembentukan cairan tersebut
sama pada orang dewasa maupun anak-anak. Dengan jalur aliran yang
dimulai dari ventrikel lateral menuju ke foramen monro kemudian ke
ventrikel 3, selanjutnya mengalir ke akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4 dan
menuju ke foramen luska dan magendi,hingga akhirnya ke ruang
subarakhnoid dan kanalis spinalis.(Ibrahim S,dkk 2012)
Secara teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus, yaitu
(Satyanegara 2010).:
1. Produksi likuor yang berlebihan. Kondisi ini merupakan penyebab
paling jarang dari kasus hidrosefalus, hampir semua keadaan ini
disebabkan oleh adanya tumor pleksus koroid (papiloma atau
karsinoma), namun ada pula yang terjadi akibat dari
hipervitaminosis vitamin A.
2. Gangguan aliran likuor yang merupakan awal kebanyakan kasus
hidrosefalus. Kondisi ini merupakan akibat dari obstruksi atau
tersumbatnya sirkulasi cairan serebrospinalis yang dapat terjadi di
ventrikel maupun vili arakhnoid. Secara umum terdapat tiga
penyebab terjadinya keadaan patologis ini, yaitu:
a. Malformasi yang menyebabkan penyempitan saluran likuor,
misalnya stenosis akuaduktus sylvii dan malformasi Arnold
Chiari.
b. Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun
ekstrinsik saluran likuor, misalnya tumor intraventrikel, tumor
para ventrikel, kista arakhnoid, dan hematom.
c. Proses inflamasi dan gangguan lainnya seperti
mukopolisakaridosis, termasuk reaksi ependimal, fibrosis
leptomeningeal, dan obliterasi vili arakhnoid.
3. Gangguan penyerapan cairan serebrospinal. Suatu kondisi seperti
sindrom vena cava dan trombosis sinus dapat mempengaruhi
penyerapan cairan serebrospinal. Kondisi jenis ini termasuk
hidrosefalus tekanan normal atau pseudotumor serebri
Terdapat pula beberapa klasifikasi lain yang dilihat berdasarkan waktu
onsetnya, yaitu akut (beberapa hari), subakut (meninggi), dan kronis
(berbulan-bulan). Terdapat dua pembagian hidrosefalus berdasarkan
gejalanya yaitu hidrosefalus simtomatik dan hidrosefalus asimtomatik.
(Satyanegara 2010).
Berdasarkan mekanisme terjadinya maka hidrosefalus dibagi menjadi
dua, yaitu (Wright Z,dkk 2016) :
4. Etiologi
Penyebab hidrosefalus pada anak secara garis besar dapat dibagi menjadi
dua, yaitu penyebab prenatal dan postnatal.
A. Penyebab prenatal
Sebagian besar anak dengan hidrosefalus telah mengalami hal ini
sejak lahir atau segera setelah lahir. Beberapa penyebabnya terutama
adalah stenosis akuaduktus sylvii, malfromasi Dandy Walker,
Holopresencephaly, Myelomeningokel, dan Malformasi Arnold Chiari.
Selain itu, terdapat juga jenis malformasi lain yang jarang terjadi.
Penyebab lain dapat berupa infeksi in-utero, lesi destruktif dan faktor
genetik. (Satyanegara 2010 dan Ibrahim S,dkk 2012)
B. Penyebab postnatal
Lesi massa menyebabkan sekitar 20% kasus hidrosefalus, kista
arakhnoid dan kista neuroepitelial merupakan kedua terbanyak yang
mengganggu aliran likuor. Perdarahan, meningitis, dan gangguan aliran
vena juga merupakan penyabab yang cukup sering terjadi. (Satyanegara
2010 dan Fazl M, dkk 2006)
Dari penjelasan di atas, hidrosefalus dapat diklasifikasikan menjadi
hidrosefalus obstruktif dan hidrosefalus komunikans seperti yang dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Hidrosefalus
Hidrosefalus obstruktif Hidrosefalus komunikans
Kongenital Kongenital
Stenosis akuaduktus Kista Dandy Malformasi Arnold Chiari (tipe II,
Walker Benign intracranial cysts jarang pada type I) Ensefalokel
(seperti kista arachnoid) Malformasi Deformitas basis kranii
vaskular (seperti aneurisma vena
Galen) Didapat
Infeksi (intrauterin misalnya CMV,
Didapat toxoplasma, postbacterial meningitis)
Tumor (seperti ventrikel 3, Perdarahan (IVH pada infan, sub-
regio pineal, arachnoid haemorrhage)
fossa posterior) Lessi massa lainnya Hipertensi vena (seperti trombosis
(seperti giant aneurysms, abses) sinus venosa, arterio±venous shunts)
Ventricular scarring Meningeal carcinomatosis Sekresi
berlebihan CSF (papiloma pleksus
koroidalis)
5. Gejala Klinis
Gejala yang tamapak berupa sebagai berikut :
1. Gejala akibat tekanan intracranial yang meninggi. Pada bayi biasanya
disertai pembesaran tengkorak sendiri yaitu bila tekanan yang meninggi
ini terjadi sebelum sutura tengkorak menutup. Gejala 200 tekanan
intracranial yang meninggi dapat berupa muntah, nyeri kepala dan pada
anak yang agak besar mungkin terdapat edema papil saraf otak II pada
pemeriksaan funduskopi (choked Disk).
2. Kepala terlihat lebih besar dibandingkan tubuh Dipastikan dengan
menukur lingkar lingkar kepala suboksipito-bregmatikus dibandingkan
dengan lingkaran dada dan angka normal pada usia yang sama.
3. Ubun – ubun besar melabar atau tidak menutup pada waktunya, teraba
tegang atau menonjol. 4) Dahi tampak melebar dengan kulit kepal yang
menipis, teganag dan mengkilat dengan pelebaran vena kulit kepala.
4. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
5. Didapatkan Cracked pot sign yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak
pada perkusi kepala.
6. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang
supraorbita, sclera tampak diatas iris sehingga seakan – akan matahari
yang tebenam ( sun set sign ). (Buda S, SPd.M.Kes, dkk 2011)
6. Diagnosis
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar
daripada bayi, gejala ini mencakup nyeri kepala, muntah, gangguan
okulomotor, dan gejala gangguan batang otak (bradikardia, aritmia respirasi).
Gejala lainnya yaitu spastisitas pada eksremitas inferior yang berlanjut
menjadi gangguan berjalan dan gangguan endokrin. (Satyanegara 2010)
A. Pemeriksaan Penunjang
MRI otak dapat dengan kontras dapat melihat kuantitas aliran cairan
serebrospinal pada aquaductus dan memprediksi angka
responsivitas shunt. Selain itu, metode ini juga dapat mengukur tekanan
intrakranial secara tidak langsung, sehingga mengurangi keperluan
tindakan invasif. (McAllister JP, dkk 2016)
f. Pemeriksaan Laboratorium
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses
otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian (Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio 2004)
B. Konsep dasar manajemen kebidanan
KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA
NEONATUS/BAYI/BALITA/ANAK
DENGAN HIDROSEFALUS
1. PENGKAJIAN
Pengkajian data subyektif dan data obyektif menggunakan konsep
Refocusing atau menggunakan data fkus yang disesuaikan dengan
kebutuhan klien, Berdasarkan teori yang ada untuk menegakan diagnosis.
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Umur/tanggal lahir : Hidrosefalus umumnya bersifat
kongenital,biasanya tampak pada
masa bayi. Hidrosefalus yang
muncul umur 6 bulan biasanya
tidak bersifat kongenital.(M. Sri,
dkk. 2006)
Jenis kelamin :
- Secara distributif didapatkan laki-laki lebih banyak
menderita hidrosefalus, baik tipe komunikans
maupun non komunikans dibandingkan
perempuan. (Islam, MA, dkk. 2014)
- Penderita hidrosefalus terbanyak pada jenis kelamin
laki-laki. (Sitepu, 2011)
Tanggal MRS :
Diagnosa medis :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/Ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
2. Alasan MRS dan Keluhan Utama
a. Alasan MRS
Alasan MRS bisa disebabkan klien datang sendiri karena
adanya keluhan ataupun rujukan.
b. Keluhan Utama
Ukuran kepala .yang mengalami pembesaran yang lebih dari
normal perubahan perilaku dan penurunan kesadaran (letargi
dan iritabilitas) muntah-muntah, penurunan berat badan
sunsetting of the eyes, serta gangguan perkembangan. (Wright
Z, Larrew TW,et al 2016)
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
- Riwayat antenatal :
- Toksoplasmosis pada kehamilan dapat
menyebabkan infeksi janin kongenital sehingga
mengalami kerusakan organ/struktur, salah satunya
ialah hidrosefalus (Yudrawati, 2017).
- Paparan ibu terhadap obat-obatan atau minuman
beralkohol pada saat hamil, misalnya seorang ibu
yang makan obat anti depresan saat sedang mengandung
atau seorang ibu yang sedang hamil suka
mengkonsumsi minuman beralkohol. Kedua hal tersebut
dapat mempengaruhi janin yang ada didalam
rahimnya seperti terkena hidrosefalus (Kalyvas, 2016)
- Riwayat intranatal :
- Kehamilan dengan hidrosefalus merupakan penyakit
kongenital (gangguan perkembangan janin dalam uterus
atau infeksi intrauteri) atau didapat (neoplasma,
perdarahan, atau infeksi) (Wong, 2008).
- Riwayat postnatal :
Lesi massa menyebabkan sekitar 20% kasus
hidrosefalus, kista arakhnoid dan kista neuroepitelial
merupakan kedua terbanyak yang mengganggu aliran likuor.
Perdarahan, meningitis, dan gangguan aliran vena juga
merupakan penyabab yang cukup sering terjadi.
(Satyanegara 2010 dan Fazl M, dkk 2006)
Riwayat imunisasi :
Riwayat alergi
Riwayat penyakit yang pernah di derita :
Riwayat operasi/pembedahan
Riwayat tumbuh kembang
Riwayat Pertumbuhan :
- Ukuran kepala .yang mengalami pembesaran yang
lebih dari normal perubahan perilaku dan penurunan
kesadaran (letargi dan iritabilitas) muntah-muntah,
penurunan berat badan juga dapat terjadi sunsetting of
the eyes, serta gangguan perkembangan. (Wright Z,
Larrew TW,et al 2016)
Riwayat perkembangan :
- Pada anak dengan hidrosefalus obstruktif yang
memiliki korteks serebral intak, perkembangan yang
adekuat dapat dicapai hanya dengan ETV, meskipun
pencapaian tersebut lebih lambat. Pada anak dengan
perkembangan otak tidak adekuat atau serebrum telah
rusak oleh hidrosefalus maka perkembangan yang
optimal tidak dapat dicapai hanya dengan terapi ETV
meskipun tekanan intrakranial terkontrol. (Takahashi
Y 2006)
4. Riwayat kesehatan keluarga
a. Penyakit menular :
b. Penyakit menurun :
- Beberapa penyebabnya terutama adalah stenosis
akuaduktus sylvii, malfromasi Dandy Walker,
Holopresencephaly, Myelomeningokel, dan Malformasi
Arnold Chiari. Selain itu, terdapat juga jenis malformasi
lain yang jarang terjadi. Penyebab lain dapat berupa
infeksi in-utero, lesi destruktif dan faktor genetik.
(Ibrahim S, Rosa AB, et al 2012)
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas :
Palpasi :
Perkusi :
3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Pemeriksaan refleks yang dilakukan antara lain :
Refleks moro :
Refleks tonic neck :
Refleks rooting :
Refleks sucking :
Refleks graps (plantar & palmar grasp) :Refleks babinski atau
refleks plantar adalah refleks pada syaraf kaki
yang dimiliki bayi ketika berusia sekitar 6
bulan hingga 2 tahun. Refleks ini biasanya
muncul ketika telapak kaki dibelai atau ditekan
sedikit.
Refleks plantar positif (Oliveira LM, et al
2019)
Pemeriksaan USG:
Dengan menggunakan usg dapat mendeteksi hidrosefalus
pada periode prenatal, dapat pula digunakan untuk mengukur
dan memonitor ukuran ventrikel, terutama digunakanpada anak
prematur. (Satyanegara. 2010)
Pemeriksaan CT scan and MRI otak:
V. INTERVENSI
1. Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bayinya .
R: Menjelaskan mengenai keadaan anak, orang tua akan mengerti
sehingga bersifat kooperatif terhadap tindakan dan anjuran petugas
kesehatan (Suparyanti,2008)
2. Beri dorongan kepada ibu untuk bisa menerima bayinya bahwa bayi ibu
adalah anugrah tuhan dan juga berikan semangat kepada ibu dan
keluarga
R: Memberikan dukungan sosial ini berkenaan dengan keuntungan
yang didapat oleh seorang individu dalam hubungan dengan orang
lain dia akan mampu mengelola dan meningkatkan kemampuannya
dalam mengahadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
(Corsini, dalam Jurnal Psikologi, 2010).
Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non
verbal. ( Citra 2010)
3. Jelaskan kepada orang tua penyebab hidrosefalus
R: Informasi dapat membantu menurunkan ansietas dan meningkatkan
hubungan yang baik diantara klien dan bidan (Doenges, 2007)
4. Jelaskan kepada ibu untuk tetap memberikan asi dan terus menjaga
asupan bayi.
R: Perilaku makan pada anak hidrosefalus cenderung pasif, yaitu hanya
menerima makanan yang diberikan oleh ibunya, sehingga peran ibu
sangat bersar dalam menentukan menu makanan yang bergizi
legkap dan seimbang (Sulistyoningsih, 2010).
Makanan paling ideal dan seimbang bagi bayi dapat diberika
secara langsung ataupun tidak langsung (Suryoprayogo,2009).
5. Anjurkan kepada ibu untuk konsul khusus pada dokter special bedah
syaraf agar bayinya mendapatkan tindakan operatif dalam bentuk
pemasangan Vp SHUNT.
R: Shunt adalah alat dalam pengobatan hidrosefalus pada bayi yang
berguna untuk mengeluarkan kelebihan cairan serebrospinal dari
dalam otak. VP shunt merupakan saluran khusus yang dipasang
melalui prosedur pembedahan untuk mengurangi penumpukan
cairan otak pada penderita hidrosefalus. Alat ini bertujuan untuk
mengurangi tekanan pada otak akibat penumpukan cairan
serebrospinal. (alodokter, 2018)
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
SUBJEKTIF
A. Identitas
Nama bayi : Bayi Ny “N”
Umur : 7 bulan
Tgl/Jam Lahir : 11-02-2020/14.50 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 8,6 kg
Panjang badan : 65 cm
1. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kondisi bayinya yang rewel dan
muntah.
2. Keluhan Utama
Ukuran kepala .yang mengalami pembesaran yang lebih dari normal
perubahan perilaku dan penurunan kesadaran (letargi dan iritabilitas)
muntah-muntah, penurunan berat badan, ibu mengatakan kepala
anaknya mulai membesar pada umur 6 bulan tapi ibu menganggap
normal karena ukurannya tida terlalu besar atau masih terlihat normal.
Riwayat imunisasi
Riwayat alergi
Bayi tidak ada alergi
Riwayat penyakit yang pernah di derita
Demam pada umur 6 bulan
Riwayat operasi/pembedahan
Tidak ada operasi
Riwayat tumbuh kembang
Riwayat Pertumbuhan : Ukuran kepala .yang mengalami
pembesaran
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
KU : Buruk , KES : Samnolen
Tanda Vital : Nadi : 120 x/menit
Pernapasan : 60 x/menit
Suhu : 37, 8 °C
Antropometri : Panjang badan : 65 cm,
Berat badan : 8,6 Kg,
LILA : 12 cm
Lingkar kepala :
- Circumferentia suboccipu bregmetica = 40cm
- Circumferentia fronto occipitalis = 48 cm
- Circumferentia mento occipitalis = 52 cm.
Lingkar dada : 38 cm
Lingkar perut : 36 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Tampak membesar, Asimetris, berbenjol pada bagian
pariental danfrontal, Dahi tampak melebar dengan kulit
kepala yang menipis, tegang dan mengkilat dengan
pelebaran vena kulit kepala.
Mata : Tidak simetris, bola mata kearah bawah/ sunset
fenomena, konjungtiva pucat, mata tidak tampak kotor
Telinga : Simetris, bersih, tidak tampak serumen.
Hidung : Bentuk hidung simetris, pernapasan cuping hidung,
tidak ada polip.
Mulut : Simetris, pucat kering, tidak ada labioskisis, tidak ada
palatoskisis, tidak ada labiapalatoskisis, lidah bersih,
tidak ada kelainan pallatum, tidak ada cyanosis, gusi
kemerahan, reflek rooting dan sucking tampak lemah.
Leher : Tampak simetris,tidak tampak pembengkakan
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, tidak ada
perlukaan, reflek tonick neck negatif.
Dada : Simetris kiri-kanan, terdapat retraksi dinding dada,
tidak tampak adanya perlukaan., lapang paru terdengar
sonor, Suara nafas vesikuler . BJ 1 menutupnya katup
mitral dan trikuspidalis dan BJ 2 menutupnya aorta dan
pulmo, terdengar teratur
Abdomen : Abdomen tampak datar, simetris, kulit tampak
pucat,bising usus normal (10 x/menit), timpani tidak
nyeri tekan, ,tidak ada pembekakan., hepar dan lien.
Genetalia : Perempuan, vagina tampak normal, labia mayora
menutupi labia minora, klitoris normal, bersih, tidak
terdapat benjolan dikelenjar skane dan bartholini
Anus : Tampak lubang anus, tidak terdapat haemoroid, tidak
ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada tanda kelainan.
Ekstermitas : Pada ekstremitas superior dan inferior tidak terdapat
oedem, namun ujung ekstremitas tampak pucat, crt
kembali dalam 3 detik babinski positif.
Punggung : Tidak tampak adanya kelainan pada tulang punggung,
tidak teraba adanya pembengkakan, dan tidak ada
perlukaan.
Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Pemeriksaan refleks yang dilakukan antara lain:
Refleks Moro : (-) bayi tidak tampak terkejut ketika dikejutkan
dengan suara,
Refleks tonic neck : (-) saat dilakukan gerakan di tengkurapkan
spontan bayi tida bisa memiringkan kepalanya ke
samping karena kepala bayi abnormal
Refleks rooting : (-) bayi tidak tampak menoleh kearah sentuhan
ketika pipi bayi disentuh
Refleks sucking :(+) refleks isap lemah, berusaha untuk menghisap
puting yang disentuhkan.
Refleks graps (plantar & palmar grasp): (+)
- Stimulasi pada telapak kaki menyebabkan jari-jari kaki melengkung
(plantar flexion ).
- Jari bayi melekuk di sekeliling benda dan menggenggamnya seketika
bila jari diletakkan di tangan bayi
Refleks babynski : (+) dibuktikan dengan dengan bila bayi telapak
kakinya digores dengan jari pemeriksa maka
jari kaki bayi berusaha untuk menggenggam
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan CT Scan Kepala : tampak pelebaran berat, fentrikel
kanan fentrikel kiri, tampak massa di
fentrikel IV dengan pelebaran vosa
posterior
ANALISA
Diagnosis : Bayi 7 bulan dengan Hidrosefalus
Masalah : - Terjadi pembesaran kepala yang abnormal
- Mual dan muntah
- Penurunan kesadaran
Diagnosis potensial : - Atrofi otak
- Herniasi otak yang dapat berakibat kematian.
- Peningkatan TIK
Masalah Potensial : - Dehidrasi
- Sopor (stupor)
Kebutuhan segera : kolaborasi dan rujuk ke dokter spesialis anak dan
dokter bedah syaraf dan memerlukan tindakan
Operasi shunting.
PLANNING
A. Kesimpulan
Hidrosefalus merupakan gangguan yang terjadi akibat kelebihan cairan
serebrospinal pada sistem saraf pusat. Secara umum hidrosefalus dapat
didefiniskan sebagai suatu gangguan pembentukan, aliran, maupun
penyerapan dari cairan serebrospinal sehingga terjadi kelebihan cairan
serebrospinal pada susunan saraf pusat, kondisi ini juga dapat diartikan
sebagai gangguan hidrodinamik cairan serebrospinal.
Terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus, yaitu produksi likuor
yang berlebihan, gangguan aliran likuor dan gangguan penyerapan cairan
serebrospinal. Likour adalah sejenis cairan tubuh yang menempati ruang sub-
arachnoid. Penyebab hidrosefalus pada anak secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua, yaitu penyebab prenatal dan postnatal. Hidrosefalus dapat
diklasifikasikan menjadi hidrosefalus obstruktif dan hidrosefalus
komunikans.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan USG bisa mendeteksi
hidrosefalus pada periode prenatal, dapat pula digunakan untuk mengukur
dan memonitor ukuran ventrikel, terutama digunakan pada anak prematur.
CT Scan dapat digunakan untuk mengukur dilatasi ventrikel secara kasar dan
menentukan sumber obstruksi
B. Saran
Sebagai mahasiswa diharapkan agar dapat mencari informasi dan
memperluas wawasan mengenai klien dengan Hidrosefalus karena dengan
adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan mampu
mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan pendidikan
kesehatan bagi masyarakat mengenai Hidrosefalus, dan fakor –faktor
pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buda S, SPd.M.Kes, , Sih Sajekti, SST. Buku Ajar : Asuhan Kebidanan Pada
Neonatus, Bayi dan Balita (2011).
Kalyvas, AV., Theodosis K., Mantha O., Georgios DL., George S., Gorge AA.,
2016. Maternal Enviromental Risk Factors For Congenital Hydrocephalus: A
Systematic Review.Department of Neurosurgery Evangelismos Hospital,
University of Athens. Jurnal Of Neurosurgery Volume 41(5):E3 November
2016. http://www.thejns.10.3171/
McAllister JP, Williams MA, Walker ML, et al. An update on research priorities
in hydrocephalus: overview of the third National Institutes of Health-
sponsored symposium “Opportunities for Hydrocephalus Research:
Pathways to Better Outcomes.” J Neurosurg. 2015 Dec;123(6):1427–38.
Rahmayani DD, Gunawan PI, Utomo B. Profil Klinis dan Faktor Risiko
hydrocephalus Komunikans dan Non Komunikans pada Anak di RSUD dr.
Soetomo. Sari Pediatri. 2017 Aug 22;19(1):25.
Satyanegara. Buku Ajar Bedah Saraf Edisi IV. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama; 2010. P.267- 89
Subagio, Y., Pramusinto, H., & Basuki, E. (2019). Faktor–Faktor Risiko Kejadian
Malfungsi Pirau Ventrikuloperitoneal Pada Pasien Hidrosefalus Bayi Dan
Anak Di Rumah Saikit Umum Pendidikan dr. Sardjito Yogyakarta. Saintika
Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga, 15(1), 69-77.
Sun Y, Li Y, Chen M, Luo Y, et al. A Novel Silent Mutation in the L1CAM Gene
Causing Fetal Hydrocephalus Detected by Whole-Exome Sequencing. Front
Genet. 2019;10. Available from:
https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fgene.2019.00817/full