Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


HIDROSEFALUS”
Mata Kuliah : Keperawatan Anak

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
ASRUL AFRIZAL
EFI KHASANAH
I NYOMAN BUDI KERTI
RATI KADARSIH

ITKES WIYATA HUSADA


KELAS RPL BERAU SAMARINDA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puja puji syukur hanyalah milik Allah SWT Rabb semesta alam, yang senantiasa
memberikan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada umat-Nya. Serta shalawat dan
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah tentang PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN HIDROSEFALUS ini penulis harapkan dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca agar dapat mengetahui lebih banyak lagi tentang penyakit HIDROSEFALUS .
Penulis juga menyampaikan terima kasih atas bantuan kepada pihak yang telah membantu
penulis sehingga makalah ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan masukan berupa saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Berau, 30 Juni 2023

KELOMPOK 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................…1
B. RumusanMasalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
A. Pengertian Hidrosefalus ....................................................................................3
B. Etiologi ..............................................................................................................4
C. Anatomi Fisiologi ..............................................................................................4
D. Patofisiologi Hidrosefalus .................................................................................5
E. Manifestasi Klinis..........................................................................................….5
F. Penatalaksaan..................................................................................................…6
G. Asuhan Keperawatan Hidrosefalus................................................................…8
1. Pengkajian...........................................................................................…..8
2. Diagnosa Keperawatan.......................................................................…..9
3. Intervensi Keperawatan.....................................................................…..9
4. Implementasi Keperawatan................................................................…..11
5. Evaluasi..............................................................................................…..11
BAB III PENUTUP..............................................................................................…12
A. Kesimpulan ............................................................................................12
B. Saran .......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................….....13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidrocephalus telah dikenal sejak zaman Hipocrates, saat itu hidrocephalus
dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin
berkembang maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada
akhirnya menjadi faktor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan
keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya,
salah satunya adalah Hidrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat
dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita hidrocephalus.
Dan hidrocephalus merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan
keperawatan yang khusus. Hidrocephalus itu sendiri adalah akumulasi cairan serebro
spinal dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang subdural (Suriadi dan
Yuliani, 2010).
Hidrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi
yang ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Meskipun banyak
ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hidrosephalus juga biasa terjadi pada
orang dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga lebih
mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun- ubunnya masih
terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan
melebarnya tulang-tulang tengkorak. Sedang pada orang dewasa tulang tengkorak
tidak mampu lagi melebar.
Hidrosefalus adalah suatu penyakit dengan ciri-ciri pembesaran pada sefal
atau kepala yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal (CSS) dengan
atau karena tekanan intrakranial yang meningkat sehingga terjadi pelebaran ruang
tempat mengalirnya cairan serebrospinal (CSS) (Ngastiah). Bila masalah ini tidak
segera ditanggulangi dapat mengakibatkan kematian dan dapat menurunkan angka
kelahiran di suatu wilayah atau negara tertentu sehingga pertumbuhan populasi di
suatu daerah menjadi kecil. Menurut penelitian WHO untuk wilayah ASEAN jumlah
penderita Hidrosefalus di beberapa negara adalah sebagai berikut, di Singapura pada
anak 0-9 th : 0,5%, Malaysia: anak 5-12 th 15%, India: anak 2-4 th 4%, di Indonesia
berdasarkan penelitian dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia terdapat
3%.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Hidrosefalus?
2. Bagaimana etiologi dari Hidrosefalus?
3. Apa Anatomi Fisiologi dari Hidrosefalus?
4. Apa Patofisilogi dari Hidrosefalus?
5. Apa Menifestasi Klinis dari Hidrosefalus?
6. Asuhan Keperawatan dari Hidrosefalus
C. Tujuan
1. Agar Mahasiswa mampu mengetahui apa pengertian dari Hidrosefalus
2. Agar Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana etiologi dari Hidrosefalus
3. Agar Mahasiswa mampu mengetahui apa Anatomi Fisiologi dari Hidrosefalus
4. Agar Mahasiswa mampu mengetahui apa Patofisilogi dari Hidrosefalus
5. Agar Mahasiswa mampu mengetahui apa Manifestasi Klinis dari Hidrosefalus
6. Agar Mahasiswa mampu mengetahui asuhan Keperawatan dari Hidrosefalus

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Hidrosefalus ialah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinal (CSS) atau dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS Hydrocephalus adalah
akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid atau
ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hidrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan
serebro spinal (Ngastiyah, 1997).
Hidrocephalus adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
Intrkranial yang disebabkan karena adanya penumpukan cerebrospinal ƒluid didalam
ventrikel otak (Sharon & Terry; 1993; 292).
 Jenis Hidrocephalus dapat di klasifikasikan menurut :
1) Waktu pembentukan
o Hydrocephalus Congenital, yaitu hidrocephalus yang dialami sejak
dalam kandungan dan berlanjut setelah dilahirkan.
o Hydrocephalus Akuisita, yaitu hidrocephalus yang terjadi setelah
bayi dilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah bayi
dilahirkan (Harsono, 2006).
2) Proses Terbentuknya Hydrocephalus
o Hydrocephalus Akut, yaitu hidrocephalus yang tejadi secara mendadak
yang diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan
Serebrospinal).
o Hydrocephalus Kronik, yaitu hidrocephalus yang terjadi setelah cairan
CSS mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007).
3) Sirkulasi Cairan Serebrospinal
o Communicating, yaitu kondisi hidrocephalus dimana CSS
masih bias keluar dari ventrikel namun alirannya tersumbat
setelah itu.
o Non Communicating, yaitu kondisi hidrocephalus dimana
sumbatan aliran CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur
sempit yang menghubungkan ventrikel-ventrikel otak
(Anonim, 2003).

3
4) Proses Penyakit
o Acquired, yaitu hidrocephalus yang disebabkan oleh infeksi
yang mengenai otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput
pembungkus otak (meninges).
o Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke
atau cedera traumatis yang mungkin menyebabkan
penyempitan jaringan otak atau athrophy (Anonim, 2003).
B. Etiologi
Hidrocephalus terjadi bila tempat penyumbatan aliran cairan serebro spinal
pada salah satu tempat antara tempat pembentukan cairan serebro spinal dalam
sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarachnoid. Akibat
penyumbatan terjadi dilatasi ruangan cairan serebro spinal diatasnya. Tempat yang
sering tersumbat dan terdapat dalam klinik ialah foramen monroi, foramen luschka
dan magendie, sisterna magna dan sisterna basialis. Secara teoritis pembentukan
cairan serebro spinal yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang normal
akan menyebabkan terjadinya Hidrocephalus, dapat juga Hidrocephalus pada bayi
diakibatkan oleh kelainan bawaan (congenital), infeksi, neoplasma dan pendarahan
(Ngastiyah, 1997).
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) patofisiologi dari Hydrocephalus yaitu
tyerjadi karena adanya gangguan absorbsi cairan serebro spinal dalam subarachnoid
dan atau adanya obstruksi dalam ventrikel yang mencegah cairan serebro spinal
masuk kerongga subaracnoid karena infeksi, neoplasma, perdarahan atau kelainan
bentuk perkembangan otak janin, cairan terakumulasi dalam ventrikel dan
mengakibatkan dilatasi ventrikel dan penekanan organ-organ yang terdapat dalam
otak

 Penyebab hidrosefalus terbagi menjadi dua :


 Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim
(misalnya Malformasi Arnold Chiari) atau infeksi intrauterine
 Di dapat : disebabkan oleh infeksi , neoplasma atau perdarahan
C. Anatomi dan Fisiologi
Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio. CSS yang
dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus korodialis kembali ke peredaran darah
darah melalui kapiler dalam piameter dan araknoid yang meliputi susunan saraf
pusat (CSS). Aliran CSS yang normal ialah dari ventrikel laterasi melalui foramen
monroi ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuakdutus sylvii
ke ventrikel IV dan melalui foramen luschka dan magandie kedalam subaraknoid
melalui sistem magna

4
D. Patofisilogi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler
mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami
atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan
yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran
gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses
yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan
penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergensi. Pada bayi dan anak kecil
sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa
cranial.
Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa
tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang
terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah,
pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang
menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan
terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV
melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah
tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran
cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenaikan ICP sebelum
ventrikel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi
CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistem
ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang
pada dinding rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup
untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan
kompensasi
E. MANIFESTASI KLINIS
a) Bayi
 Kepala membesar, fontanel anterior menonjol, vena pada kulit kepala dilatasi
dan terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi creckedpot (tanda
macewen), mata melihat kebawah (tanda setting sun), mudah terstimulasi,
lemah, kemampuan makan berkurang, perubahan kesadaran, opisthotonus, dan
spatik pada ekstremitas bawah
 Pada bayi dengan malformasi arnold chiari, bayi mengalami kesulitan menelan,
bunyi napas stridor, kesulitan bernapas, apnea, aspirasi dan tidak ada refleks
muntah

5
 Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial
1) Muntah
2) Gelisah
3) Menangis dengan suara tinggi
4) Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
5) Peningkatan tonus otot ekstrimitas
 Tanda – tanda fisik lainnya
1) Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah
terlihat jelas.
2) Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera terlihat seolah – olah di
atas iris.
3) Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
4) Strabismus, nystagmus, atropi optik.
5) Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

b) Anak yang telah menutup suturanya ;


Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial
o Nyeri kepala
o Muntah
o Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
o Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10
tahun.
o Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
o Strabismus
o Perubahan pupil
F. Penatalaksanaan

 Non pembedahan :
1) Pemberian acetazolamide dan isosorbide atau furosemid mengurangi
produksi cairan serebrospinal
2) Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi yakni menghubungkan ventrikel dengan ruang subaraknoid.
3) Pengeluaran CSS ke dalam organ ekstrakranial

6
4) Pengangkatan penyebab obstruksi misalnya neoplasma, kista, atau
hematoma
5) Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus
koroidalis, dengan tindakan reseksi atau koagulasi, akan tetapi
hasilnya tidak memuaskan.
 Pembedahan
1) Pemasangan shunt yang bertujuan untuk mengalirkan cairan
serebrospinal yang berlebihan
2) Pemeriksaan Penunjang
3) Pengukuran lingkar kepala bayi setiap hari
4) Pertumbuhan / pembesaran kepala yang cepat
5) Pemeriksaan CT Scan, MRI, EEG
6) Isotope Ventriculograms
G. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hidrocephalus
 Pengkajian
 Identitas :
o Nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat, diagnostik medis.
 Keluhan utama :
o Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah, apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
 Riwayat penyakit dahulu :
o Antenatal : perdarahan ketika hamil
o Natal : perdarahan pada saat melahirkan, trauma saat melahirkan
o Post natal : infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
 Observasi tanda-tanda vital
 Pengkajian persistem
o B1 (breath) : dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
o B2 (blood) : pucat, peningkatan sistol tekanan darah, penurunan
nadi
o B3 (brain) : sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol
dan mengkilat, pembesaran kepala
o B4 (bladder) : oliguria
o B5 (bowel) : mual,muntah, malas makan
9
o B6 (bone) : kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstremitas
 Pemeriksaan diagnostik
o Lingkar kepala pada masa bayi
o Translumiasi kepala bayi, pengumpulan CSS yang abnormal
o Perkusi pada tengkorak menghasilkan suara khas
o CT scan
o Foto kepala menunjukan pelebaran pada fontanel dan sutura serta
erosi tulang intrakranial

 Diagnosa Keperawatan
 Risiko perfusi serebral tidak efektif
 Intoleransi aktivitas
 Nyeri akut
 Intervensi Keperawatan

Dx. Keperawatan SLKI SIKI


1) Risiko Perfusi Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen peningkatan tekanan
Serebral Tidak 24 jam maka perfusi serebral intrakranial
Efektif meningkat dengan kriteria hasil :
 Observasi
Definisi : - Tingkat kesadaran meningkat
 Identifikasi penyebab peningkatan TIK
Berisiko - Kognitif meningkat (mis, lesi, gangguan metabolisme,
mengalami edema serebral)
- Tekanan intrakranial menurun
penurunan
sirkulasi darah ke - Sakit kepala menurun  Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
otak (mis, tekanan darah meningkat,
- Gelisah menurun tekanan nadi melebar, bradikardia,
- Kecemasan menurun pola napas ireguler, kesadaran
menurun)
- Agitasi menurun
 Monitor status pernapasan
- Demam menurun
 Monitor intake dan output cairan
- Nilai rata-rata tekanan darah
membaik  Monitor cairan serebrospinal (mis,
warna, konsistensi)
- Kesadaran membaik
 Terapeutik
- Tekanan darah sistolik
membaik  Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang
- Tekanan darah diastol
membaik  Berikan posisi semi fowler
- Refleks saraf membaik  Hindari manuver valsava
9
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2 optimal
 Pertahankan suhu normal
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan
anti konvulsan, jika perlu
 Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis, jika perlu

9
Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen Energi
2) Intoleransi
24 jam maka toleransi aktivitas
Aktivitas  Obsevasi :
meningkat, kriteria hasil :
Definisi :
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Ketidakcukupan - Kemudahan melakukan
yang mengakibatkan kelelahan
energi untuk aktivitas sehari-hari
melakukan meningkat - Monitor kelelahan fisik dan
aktivitas sehari- emosional
- Kekuatan tubuh bagian atas
hari
meningkat - Monitor pola dan tidur
- Kekuatan tubuh bagian - Monitor lokasi dan
bawah meningkat ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
- Keluhan lelah menurun
 Terapeutik :
- Sianosis menurun
- Sediakan lingkungan nyaman dan
- Frekuensi nadi membaik
rendah stimulus (mis. Cahaya,
- Warna kulit membaik suara, kunjungan)
- Tekanan darah membaik - Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Saturasi oksigen membaik
- Berikan aktivitas distraksi yang
- Frekuensi napas membaik
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
 Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara berharap
 Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

10
3)Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen Nyeri
Definisi : 24 jam maka Tingkat Nyeri  Observasi
menurun, kriteria hasil :
Pengalaman sensorik - Identifikasi lokasi,
atau emosional yang - Keluhan nyeri menurun karakteristik, durasi, frekuensi,
berkaitan dengan - Meringis menurun kualitas, intensitas nyeri.
kerusakan jaringan aktual - Gelisah menurun - Identifikasi skala nyeri
atau fungsional, dengan - Muntah menurun - Identifikasi respons nyeri non
onset mendadak atau verbal
- Mual menurun
lambat dan berintensitas
- Frekuensi nadi membaik - Identifikasi faktor yang
ringan hingga berat yang
- Tekanan darah membaik memperberat dan memperingan
berlangsung kurang dari
nyeri
3 bulan.
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
 DS :
- Identifikasi pengaruh budaya
- Mengeluh terhadap respons nyeri
nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
 DO : - Monitor keberhasilan terapi
- Tampak komplementer yang sudah di
meringis berikan
- Tekanan - Monitor efek samping
darah meningkat penggunaan analgetik
- Pola nafas  Terapeutik
berubah - Berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
- rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri

11
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

 Implementasi
Rohmah, & Walid, 2012 Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi
penguimpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. Setelah rencana tindakan ditetapkan,
maka dilanjutkan dengan melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien dispepsia, hal ini tidaklah mudah. Terlebih
dahulu penulis mengatur strategi agar tindakan keperawatan dapat terlaksana, yang dimulai
dengan melakukan pendekatan pada klien agar nantinya klien mau melaksanakan apa yang
perawat anjurkan, sehingga seluruh rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan
sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah & Walid,
2012). Dari 5 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang penulis
temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan, kurang lebih
sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam
melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya
kerja sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hidrocephalusadalahsuatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertamba
hnya aliran cerebrospinal (CSS) dengan atau tidak dengan tekanan intra kranial yang
meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.

B. Saran
Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang
mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik j
uga diperlukan. Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara
maksimal, sehinggadapat membantu proses pembelajaran dan dapat mengefektifkan
kemandirian
dankreatifitasmahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk menunjang
proses pembelajaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Axtonb, Sharon Ennis & Terry Fugate.1993.Pediatric Cre Plans : A Devision


of The Benjamin / Cummings Publishing Company Inc.
 Ngastiyah.1995.Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
 Doenges M.E, (1999), Rencana Asuhan keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC.
 Lynda Juall Carpenito, (2000) Buku Saku : Diagnosa Keperawatan, Ed.8, EGC.
Hidayat A, Aziz Alimul.2006. Pengantar Imu Keperawatan Anak II. Salemba
Medika. Jakarta

13
13

Anda mungkin juga menyukai