Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Askeb Neonatus, Balita dan Prasekolah
Program Studi Sarjana Kebidanan Tingkat 3
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun
mampu menyelesaikan tugas makalah mengenai “Konsep Dasar Neonatus dan Bayi
Dengan Kelainan Bawaan Hidrocephalus”. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini baik beruapa pemikiran maupun materinya. Dalam penyusunan tugas atau materi
ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan orangtua, sehingga kendala kendala yang penulis hadapi bisa teratasi
dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca khususnya mahasiswa. Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing penulis meminta masukan ataupun sarannya demi perbaikan pembuatan
makalah di masa yang akan datang. Penulis juga meminta kritik ataupun saran dari
pembaca mengenai isi makalah ini untuk perbaikan kedepannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4
2.1 Definisi.....................................................................................................................4
2.2 Anatomi fisiologi sirkulasi serta jalur CSS..............................................................5
2.3 Patogenesis...............................................................................................................7
2.4 Etiologi.....................................................................................................................8
2.5 Patofisiologi.............................................................................................................9
2.6 Gejala dan tanda.....................................................................................................10
2.7 Diagnosis................................................................................................................12
2.8 Terapi......................................................................................................................13
BAB III PENUTUP....................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................16
i
BAB I
PENDAHULUAN
Hidrocephalus sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Para ahli
memperkirakan sekitar 1 dari 500 anak di dunia, telah didiagnosa menderita
hydrocephalus. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
sebanyak 20 bayi yang baru lahir menderita hydrocephalus dari setiap 10.000
kelahiran di Indonesia (Anggita, 2012). Hidrocephalus adalah suatu keadaan dimana
terjadi penambahan volume dari cairan serebrospinal (CSS) di dalam ruangan
ventrikel dan ruang subarakhnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi dari cairan serebrospinalis (Gilroy,
1979; Moffet, 1986; Papile, 1990; dalam Sri dkk, 2006). Hidrocephalus secara umum
ditangani dengan prosedur pembedahan, dimana sebuah tabung yang disebut shunt
diletakkan di dalam tubuh seorang anak (Hydrocephalus Association, 2002).
Hidrosefalus berasal dari kata “hidro” yang berarti air dan “chepalus” yang
berarti kepala. Meskipun hidrosefalus dikenal sebagai “air di otak”, “air" ini
sebenarnya cairan serebrospinal (CSS) yaitu cairan bening yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang. Dari istilah medis, hidrosefalus dapat diartikan sebagai
penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi
sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau
lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat
ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS. Bila akumulasi CSS yang
berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau
koleksi cairan subdural. Hidrosefalus juga bisa disebut sebagai gangguan
hidrodinamik CSS. Kondisi seperti cerebral atrofi juga mengakibatkan peningkatan
abnormal CSS dalam susunan saraf pusat (SSP).
Fungsi utama dari CSS adalah untuk menyediakan keseimbangan dalam
sistem saraf. CSS merupakan cairan yang mengelilingi otak. Berfungsi untuk
mengurangi berat otak dalam tengkorak dan menyediakan bantalan mekanik dan
melindungi otak dari trauma yang mengenai tulang tengkorak. CSS merupakan
medium transportasi untuk menyingkirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan dari
otak seperti CO2, laktat, dan ion Hidrogen. CSS juga bertindak sebagai saluran untuk
1
2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
4
5
Angka kejadian hidrosefalus kongenital yang terlihat sejak bayi lahir kira-kira
30%, sedangkan yang terlihat dalam tiga bulan pertama setelah lahir merupakan 50%
dari semua kasus hidrosefalus kongenital. Hidrosefalus kongenital dijumpai satu di
antara 2 000 janin, dan merupakan kira-kira 12% dari semua kelainan kongenital yang
dijumpai pada bayi baru lahir. Angka kejadian ini diduga akan naik bila ibu mem-
punyai riwayat pernah melahirkan bayi dengan hidrosefalus kongenital. Terkadang
kelainan kongenital ini dijumpai bersamaan dengan kelainan kongenital susunan saraf
pusat lainnya misalnya meningomielokel.
mengandung jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah. Cairan dibentuk melalui
sekresi dan difusi aktif. Terdapat sumber CSS nonkoroid, tetapi aspek pembentukan
cairan ini masih belum diketahui seluruhnya. Sistem ventrikel terdiri atas sepasang
ventrikel lateral, masing-masing dihubungkan dengan foramen Monro ke ventrikel
ketiga tunggal di tengah. Ventrikel ketiga dihubungkan oleh akua- duktus Sylvii ke
ventrikel keempat tunggal yang terletak di garis tengah dan memiliki tiga lubang
keluar, sepasang foramen Luschka di sebelah lateral dan sebuah foramen Magendie di
tengah. Lubang-lubang ini berjalan menuju ke sebuah sistem yang saling
berhubungan dan ruang subaraknoid yang mengalami pembesaran fokal dan disebut
sisterna. Sisterna pada fosa posterior berhubungan dengan ruang subaraknoid di atas
konveksitas serebrum melalui jalur yang melintasi tentorium. Ruang subaraknoid
spinalis berhubungan dengan ruang subaraknoid intrakranium melalui sisterna basalis.
Aliran CSS netto adalah dari ventrikel lateral menuju ventrikel ketiga
kemudian ke ventrikel keempat lalu ke sisterna basalis, tentorium, dan ruang
subaraknoid di atas konveksitas serebrum ke daerah sinus sagitalis, tempat terjadinya
penyerapan ke dalam sirkulasi sistemik. Aliran cairan ruang subaraknoid spinalis
adalah ke arah sefalad. Sebagian besar penyerapan CSS terjadi melalui vilus
araknoidalis dan masuk ke dalam saluran vena sinus sagitalis, tetapi cairan juga
diserap melintasi lapisan ependim sistem ventrikel dan di ruang subaraknoid spinalis.
Pada orang dewasa normal, volume total CSS adalah sekitar 150 mL, yang 25%- nya
terdapat di dalam sistem ventrikel. CSS terbentuk dengan kecepatan sekitar 20
mL/jam, yang mengisyaratkan bahwa perputaran CSS terjadi tiga sampai empat kali
sehari. Pembentukan CSS tetap berlangsung walaupun tekanan intrakranial
meningkat, kecuali apabila tekanan tersebut sangat tinggi. Dengan demikian, harus
7
terjadi penyerapan cairan untuk mengakomodasi volume CSS yang dibentuk setiap
hari.
2.3 Patogenesis
2.4 Etiologi
hidro- sefalus, spina bifida, dan meningomielokel. Pada lesi ini, bagian batang otak
dan serebelum tergeser ke arah kaudal ke dalam kanalis spinalis servikalis, dan aliran
CSS terganggu pada fosa posterior.
Gangguan lain yang berkaitan dengan hidrosefalus adalah stenosis akuaduktus
terkait-X, kista araknoidalis, dan malformasi kongenital multipel akibat kelainan
kromosom. Walaupun jarang, dekat garis tengah, dapat menghambat aliran CSS dan
menimbulkan tumor kongenital susunan saraf pusat, terutama yang terletak dekat
garis tengah, dapat menghambat aliran CSS dan menimbulkan pembesaran sistem
ventrikel. (terutama meningitis bakterialis tetapi juga infeksi virus, seperti
Hidrosefalus didapat terjadi akibat infeksi sistem saraf Bondongan) dan tumor
(terutama meduloblastoma, astrositoma dan ependimoma di fosa posterior) yang
mengganggu aliran CSS. Ruptur aneurisma, malformasi arteriovena, trauma, dan
gangguan perdarahan sistemik dapat menimbulkan perdarahan ke dalam ruang
subaraknoid dan, yang lebih jarang, sistem ventrikel, yang menimbulkan respons
peradangan dan akhirnya fibrosis saluran CSS. Perdarahan intrakranium pada bayi
prematur dapat menyebabkan hidrosefalus.
2.5 Patofisiologi
Hal ini menambah rute alternatif penyerapan CSS yang diperlukan untuk
membatasi ekspansi sistem ventrikel yang tidak terkontrol. Perpindahan CSS
transependima ikut berperan menimbulkan edema substansia alba (interstisium)
periventrikel. Mekanisme kompensasi lain yang terjadi pada bayi adalah pembesaran
volume rongga intrakranium mengakibatkan pelebaran sutura kranium. Pada
hidrosefalus kronis, substansia alba akhirnya mengalami atrofi, dan substansia grisea
akhirnya akan terpengaruh. Aliran darah otak berkurang, terutama pada substansia
alba dibandingkan dengan substansia grisea. Tekanan intrakranial dapat berkurang,
dibandingkan dengan tekanan maksimum yang dicapai sebelumnya, karena
pembesaran sistem ventrikel menghasilkan peningkatan luas permukaan sehingga
gaya yang ditimbulkan cairan menjadi tersebar dan tekanan menurun.
Gejala dan tanda ditimbulkan oleh proses yang mendasari pem- bentukan
hidrosefalus, misalnya tumor, infeksi, perdarahan. Tiap-tiap proses tersebut akan
menyebabkan timbulnya temuan spesifik yang berkaitan dengan proses patologik
dasar, dan dibahas di bagian yang relevan pada bab ini. Peningkatan tekanan intra-
kranial dan dilatasi ventrikel menimbulkan temuan serupa tetapi nonspesifik pada
semua bentuk hidrosefalus, apapun penyebab primernya. Jika penimbunan CSS
berlebihan berlangsung secara perlahan dan terjadi penyesuaian, pasien mungkin
asimtomatik sampai perjalanan penyakitnya telah lanjut.
Hidrosefalus yang berkembang cepat menimbulkan gejala dini sewaktu terjadi
pelebaran ventrikel akut. Gejala nonspesifik berupa nyeri kepala, akibat distorsi
11
meningen dan pembuluh darah. Intensitas dan letak nyeri dapat bervariasi dan dapat
bersifat intermiten atau menetap. Nyeri pagi hari yang disertai mual dan muntah
sering disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan kepribadian dan
perilaku yang dapat terjadi antara lain adalah mudah tersinggung, gaduh, acuh-tak-
acuh, dan hilangnya perhatian. Dapat terjadi letargi dan perasaan mengantuk seiring
dengan perkembangan penyakit; ini adalah tanda-tanda disfungsi batang otak dan otak
tengah. Mual, muntah, dan penurunan nafsu makan mungkin merupakan gejala
nonspesifik, tetapi sebagian disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial di fosa
posterior.
Dapat ditemukan tanda nonspesifik yang berkaitan dengan peningkatan
tekanan intrakranial yang mencakup papiledema dan paresis otot ekstraokular yang
menimbulkan diplopia akibat tekanan pada saraf kranialis ketiga atau keenam.
Perubahan tanda vital mencakup bradikardi, hipertensi sistemik, dan perubahan
frekuensi napas yang disebabkan oleh gangguan batang otak. Fontanel anterior
mungkin mendatar atau menonjol. Pada bayi atau anak, per- tumbuhan kepala yang
berlebihan dapat diketahui melalui pengukuran serial lingkaran kepala yang
dibandingkan dengan kurva pertumbuhan normal. Namun, dilatasi ventrikel yang
bermakna dapat terjadi sebelum pertumbuhan kepala menjadi abnormal.
Pada bayi kecil, dapat terbentuk kontur tengkorak abnormal berupa dahi
menonjol, dan hal ini disebut sebagai frontal bossing. Dapat dijumpai transiluminasi
abnormal pada anak berusia kurang dari 2 tahun jika kranium tipis dan ventrikel
paling tidak mengalami pelebaran derajat sedang. Vena kulit kepala mengalami
dilatasi dan menonjol. Pasien dapat mengalami gangguan melihat ke atas karena
tekanan pada otak tengah, dan dapat terlihat sklera di atas iris. Hal ini dikenal sebagai
tanda matahari terbenam. Spastisitas ekstremitas, terutama tungkai, terjadi karena
12
serat dari korteks daerah motorik teregang di sekitar ventrikel yang melebar sewaktu
berjalan menuju pedunkulus serebri. Dapat timbul gangguan pertumbuhan,
perkembangan seks, dan homeostasis cairan dan elektrolit akibat tekanan pada
hipotalamus oleh ventrikel ketiga yang melebar.
2.7 Diagnosis
Pada bayi yang kepalanya tumbuh secara berlebihan dan ukuran lingkar
kepalanya melewati garis batas pada bagan pertumbuhan dicurigai menderita
hidrosefalus. Kesan klinis dapat dipastikan dengan prosedur radiografik yang sesuai.
CT (atau MRI) memperlihatkan jaringan otak dan ruang yang terisi CSS dan sangat
men permudah evaluasi penyakit. Pemeriksaan serial akan memberi kan informasi
mengenai kecepatan perkembangan penyakit dan juga hasil intervensi terapi. Pola
dilatasi ventrikel dapat menunjuk kan tempat sumbatan aliran CSS. Ventrikel ketiga
dan lateral y mengalami dilatasi dengan ventrikel keempat berukuran normal
menunjukkan stenosis akuaduktus. Dilatasi ventrikel yang termasuk ventrikel
keempat, menunjukkan sumbatan ekstra ventrikel. Studi pencitraan saraf akan
menunjukkan segala malformasi dan penyebab hidrosefalus didapat, seperti tumor.
CSS sebaiknya diperiksa jika infeksi samar yang menyebabkan araknoiditis adhesif
atau ependimitis dipertimbangkan sebagai penyebab hidrosefalus.
sekaligus untuk mencari kemungkinan adanya defek tuba neuralis. Pada waktu ini
mulai dikembangkan tindakan bedah fetus dengan pemasangan pirau
ventrikuloamniotik, suatu upaya untuk mengurangi kerusakan jaringan otak selama
kehidupan janin sebelum tindakan definitif dapat dilakukan, walaupun hasilnya masih
belum memuaskan. Pada proses persalinan dan kelahiran bayi, adanya pembesaran
ukuran kepala ini akan merupakan masalah sendiri. Dalam hal ini tindakan seksio
sesarea dapat dipertimbangkan.
2.8 Terapi
penyerapan CSS. Tindakan bedah jelas tidak bersifat kuratif, tetapi secara efektif
mengobati gejala dan menghentikan pelebaran ventrikel. Apabila hubungan sistem
pirau terputus atau kateter tersumbat, gejala akan kambuh apabila hidrosefalus masih
aktif. Kadang-kadang hidrosefalus mengalami "kompensasi" atau "berhenti" secara
spontan karena terbentuknya jalur alternatif untuk penyerapan atau pemulihan
mekanisme nor mal penyerapan CSS. Pada keadaan-keadaan tersebut, revisi sistem
pirau mungkin tidak diperlukan.
Kemajuan dalam ultrasonografi diagnostik pada janin telah menghasilkan
kemampuan untuk melihat sistem ventrikular dan mendiagnosis hidrosefalus
intrauterin. Biasanya terdapat kelainan tambahan. Pada beberapa kasus, pembedahan
janin dengan me nempatkan pirau cairan ventrikuloamniotik memberikan hasil yang
baik. Hasil terbaik untuk bertahan hidup dan perkembangan intelektual adalah pada
kasus stenosis akuaduktus saja. Pirau ventrikular intrauterin sebaiknya dipikirkan
untuk dilakukan pada ventrikulomegali saja saat janin terlalu imatur untuk dilahirkan.
Cara pengobatan yang lebih disukai adalah melanjutkan kehamilan sampai saat janin
dapat aman untuk dilahirkan dan dilakukan pemasangan pirau pascalahir.
Selain masalah mekanis yang berkaitan dengan pirau, masih banyak penyulit
yang berkaitan dengan pemasangan pirau. Yang terpenting adalah infeksi sistem
pirau, yang kadang-kadang di- sertai oleh terbentuknya ventrikulitis. Infeksi pirau
dapat merupa kan proses yang indolen dan sering melibatkan organisme yang
biasanya tidak patogen, misalnya Staphylococcus epidermidis Organisme lain yang
lebih jarang ditemukan adalah S. aureus, bakteri usus, difteroid, dan spesies
Streptococcus. Harus dicurigai adanya infeksi jika anak dengan pirau mengalami
demam yang tidak lazim atau menetap. Penyulit lain pada pirau ventrikulo- atrium
adalah hipertensi pulmonal akibat mikroemboli kronis dari trombus yang terbentuk
pada kateter atrium.
Terapi medis yang dirancang untuk menurunkan produksi CSS digunakan
apabila pasien mengalami hidrosefalus yang berkembang lambat dengan sedikit gejala
atau tanda, dan apabila keadaan pasien tidak memungkinkan tindakan bedah. Obat
yang digunakan, antara lain asetazolamid, digoksin, furosemid, dan gliserol. Obat-
obat ini digunakan untuk periode yang relatif singkat dan belum terlalu berhasil
apabila dibandingkan dengan tindakan bedah. Namun, jika obat-obat tersebut efektif,
penyulit yang berkaitan dengan tindakan bedah dapat dihindari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16