LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN PEMULA
Oleh :
Kepala Pusat
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Mengesahkan
Direktur
Penelitian ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini secara khusus penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Muhamad Taswin,S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang.
2. Bapak DR.Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes selaku Kepala Pusat
Penelitian dan PengabdianKepada Masyarakat
3. Ibu DR. Maksuk, SKM, M.Kes selaku Reviewer dari Jurusan
Keperawatan.
4. Bapak DR. Mulyadi, SKP, M.Kep selaku Reviewer dari JurusanFarmasi.
5. PimpinanPuskesmas Pembina sebagailokasipenelitian.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan moril maupun material sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan penelitian ini.
Tim Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................ iii
PRAKATA
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................ 5
C. TujuanPenelitian.……………………………………… 5
D. ManfaatPenelitian.…………………………………….. 5
E. LuaranPenelitian………………………………………. 6
Tabel 1 14
Tabel2 15
Tabel3 15
Tabel4 16
Tabel5 22
Tabel6 24
Tabel7 33
Tabel8 33
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan fase terakhir yang terpenting dalam proses
kehamilan. Masa inilah yang banyak mendebarkan seorang wanita yang
melahirkan, juga pasangannya. Oleh karena itu, persalinan merupakan
puncak dari segala proses dan upaya yang selama ini dilakukan agar
semuanya berakhir dengan lancar, yaitu ibunya dapat melahirkan dalam
keadaan sehat dan bayinya sempurna (Cunningham,et al, 2013).
Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal yaitu persalinan
melalui vagina atau jalan lahir biasa. Apabila wanita tidak dapat melahirkan
secara normal maka tenaga medis akan melakukan persalinan alternatif
untuk membantu pengeluaran janin. Salah satu penatalaksanaan yang dapat
dilakukan adalah persalinan Sectio Caesarea (Machmudah, 2010).
Sectio caesarea secara umum adalah didefinisikan sebagai kelahiran
janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus
(histerotomi) (Cunningham,et al, 2013). Sectio caesarea memiliki efek
samping antara lain beberapa hari pertama pasca persalinan akan
menimbulkan rasa nyeri yang hebat pada daerah insisi, disebabkan oleh
robeknya jaringan pada dinding perut dan dinding uterus yang kadarnya
berbeda-beda pada setiap ibu (Salawati,2013). Selain itu pada bayi juga
dapat terjadi depresi pernafasan akibat obat anestesi dan hipoksia akibat
sindrom hipotensi terlentang (Mochtar, 2012). Riwayat sectio caesarea juga
berperan menaikkan tiga kali risiko terjadinya plasenta akreta yang
menyebabkan perdarahan pasca melahirkan hingga syok hipovolemik,
embolisme cairan ketuban, koagulopati konsumtif dan dapat menyebabkan
kematian ibu (Hull et al, 2010). Insiden plasenta akreta meningkat sesuai
dengan peningkatan jumlah persalinan sectio caesarea (Dwyer et al, 2008).
Saat ini diperkiraan insidens plasenta akreta pada pasien plasenta previa
sebesar 25-50% dan menjadi prioritas operasi sesar (Fauzan et al, 2017).
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia sebagian besar karena
perdarahan 40-60% dan infeksi 20-30 % (Depkes RI, 2013). Angka
kematian ibu bersalin secara sectio caesarea adalah 40-80 tiap 100.000
kelahiran hidup, angka ini menunjukkan risiko 25 kali lebih besar dan risiko
infeksi 80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan pervaginam (Suhartatik,
2014).
Word Health Organitation (WHO, 2015) menetapkan standar rata-rata
sectio caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di
dunia. Menurut WHO, peningkatan persalinan dengan sectio caesarea di
seluruh negara terjadi semenjak tahun 2007- 2008 yaitu 110.000 per
kelahiran diseluruh Asia (Gibbons L, 2010). Di Indonesia sendiri angka
persalinan sectio caesarea terus meningkat. Hasil RISKESDAS tahun 2012
menunjukkan kelahiran dengan sectio caesarea sudah melewati batas
maksimal standar WHO yaitu15,3%, angka ini terus meningkat mencapai
17,6% (RISKESDAS, 2018). Peningkatan persalinan dengan sectio caesarea
di Sumatera Selatan juga mengalami peningkatan dari 7,8% di tahun 2013
(RISKESDAS, 2013), mencapai 9,4% di tahun 2018 (RISKESDAS, 2018).
Peningkatan angka sectio caesarea ini disertai kejadian infeksi luka post
sectio caesarea, sekitar 90 % dari morbiditas pasca operasi disebabkan oleh
infeksi operasi (Himatusujanah & Rahayuningsih 2008).
Salah satu upaya dalam mendukung kesehatan di Indonesia
diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak,
terutama pada kelompok yang paling rentan kesehatan, seperti ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Sebagai realisasi tujuan tersebut sejak
tahun 2009, telah dicanangkan program Kelas ibu hamil (KIH). KIH
merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil,
dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu mengenai kehamilan,
perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru
lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran (Kemenkes RI, 2012).
Beberapa studi yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
pelaksanaan kelas ibu hamil belum berjalan dengan baik. Hasil penelitian di
Kota Malang menunjukkan baru 30 persen kelas ibu hamil yang sudah
dilaksanakan dengan baik, 20 persen belum baik dan 50 persen sudah tidak
menyelenggarakan kelas ibu hamil. Studi lainnya yang dilakukan Kabupaten
Jombang mencatat bahwa selama tahun 2010 hingga 2011 terdapat
penurunan kehadiran ibu hamil di kelas ibu hamil (Rizky Lila D, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Rafidah A, 2017 di Banten mendapatkan
hasil ; manajemen kelas ibu hamil belum efektif.
Hasil penelitian yang diperoleh dari pelaksanaan KIH menurut
Saswaty, 2010 di Kabupaten Garut; Rosmawati, 2011 di Kabupaten
Tangerang; Linarsih, 2012 di Kabupaten Kebumen; ibu hamil yang
mengikuti KIH mendapatkan manfaat peningkatan pengetahuan tentang
kehamilan, persalinan dan nifas; pengambilan keputusan lebih mandiri, serta
memilih persalinan dengan tenga kesehatan. Selain itu hasil pelaksanaan
KIH menurut Sujatmi, 2013 Tingkat depresi postpartum dari kondisi fisik
ibu hamil yang diberikan pelatihan lebih rendah dari pada yang tidak
diberikan pelatihan. Pelaksanaan kih di kabupaten bulukumba, menurut
atiyatul izzah dan atmansyah 2011, didapatkan kunjungan k1 dan k4 100 %
dan angka kematian ibu 0. Melihat proses implementasi yang belum
maksimal namun besar manfaat yang didapatkan dari program KIH
terutama ouput menurunkan Angka Kematian Ibu Hamil sangat signifikan,
maka kajian pelaksanaan KIH perlu dilakukan dengan melibatkan
pendamping persalinan pada KIH.
Pendampingan persalinan adalah suami yang mendampingi atau
menemani istri dalam perslinan (Indrayani (2011). Manfaat pendampingan
suami dalam persalinan ikut bertanggung jawab dalam mempersiapkan
mental istri dalam menghadapi persalinan. Mengalihkan perhatian istri
selama proses kelahiran sambil ikut mengukur kontraksi, memberikan
pijatan, sentuhan ringan dan mengontrol nafas sehingga istri lebih relaks
dalam menghadapi persalinan. Seorang pendamping harus mempersiapkan
mental dan suasana yang menyenangkan bagi ibu bersalin (Haryanto, 2014).
Menurut Musbikin (2010) kehadiran suami atau kerabat terdekat akan
membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stress, dan membawa
pengaruh positif secara fisik, sehingga ketika melahirkan tiba ibu tidak
merasakan sakit secara fisik. Seorang pendamping juga dapat mengurangi
stress dan kecemasan yang dapat mempersulit proses persalinan dan
kelahiran. Menurut Mander (2003 dalam Karo 2010), pendamping
persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya persalinan, karena
efek perasaan wanita terhadap persalinan yang berbeda berkaitan dengan
persepsinya orang yang mendukung dan dari orang terdekat yang dapat
mempengaruhi kecemasan ibu.
Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikut sertakan
suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak
hasil penelitian menunjukkan bahwa para ibu yang diperhatikan dan diberi
dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi, serta mengetahui dengan
baik proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mendapatkan
rasa aman dan penampilan yang lebih baik (Enkin, et al, 2000). Disebutkan
juga bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan
tindakan seperti ekstraksi vakum, cunam, dan seksio cesarea/Caesar. Selain
itu, asuhan ini juga dapat membuat persalinan berlangsung lebih cepat.
(Enkin, et al, 2000).
Dukungan dalam persalinan dapat berupa pujian, penentraman hati,
tindakan untuk meningkatkan kenyamanan ibu, kontak fisik, penjelasan
tentang yang terjadi selama persalinan dan kelahiran, serta sikap ramah yang
konstan. Tugas-tugas tersebut dapat dipenuhi oleh bidan. Namun, pada
praktiknya bidan juga harus melakukan prosedur medis yang dapat
mengalihkan perhatian mereka dari si ibu. (Nike Badhi Subeki, SKp, 2003).
Oleh karena itu, seorang perempuan yang bersalin harus ditemani orang
yang ia percayai dan dapat membuatnya merasa nyaman, bisa
pasangan/suami, sahabat, atau anggota keluarga dekat lainnya. Menurut
Lutfiatus Sholihah (2004), selama masa kehamilan, suami juga sudah harus
diajak menyiapkan diri menyambut kedatangan si kecil, karena tidak semua
suami siap mental menunggui istrinya yang sedang kesakitan. Adakalanya
mereka malah panik.
Inovasi kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama
tentang kesehatan ibu hamil yang diikuti bersama pendamping dalam bentuk
kegiatan tatap muka. Pertemuan dilakukan terjadwal dan sistematis seperti
halnya ke sekolah dengan mendapatkan kurikulum ibu hamil, persalinan,
nifas dan perawatan bayi. materi terstruktur dan berkesinambungan. Dalam
pelaksanaannya SAB mengacu kepada prinsip dasar asuhan sayang ibu.
Menurut Garantly Dick-Read (2006) ibu hamil dan pasangannya perlu
mengikuti sekolah Antenatal dan kelas edukasi kehamilan sebagai persiapan
untuk persalinan tanpa rasa takut, sehingga mendapatkaan persalinan alami.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul Inovasi kelas Ibu Hamil Melalui Pemberdayaan Pendamping
Persalinan terhadap Persalinan Normal di Puskesmas Pembina Kota
Palembang Tahun 2020.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu apakah penggunaan inovasi kelas ibu hamil melalui pemberdayaan
pendamping persalinan efektif terhadappersalinan normal di puskesmas
Pembina kota Palembang tahun 2020.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5. Kegiatan Pelaksanaan
a. Skema Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
Bagan 2.1
Manajemen Program Kelas Inovasi Ibu hamil
Bentuk Tim
Persiapan
b. Analisa Singkat
1) Melakukan analisa kebutuhan sebelum melaksanakan kelas
ibu hamil, bertujuan untuk mengetahui
2) Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan
selama hamil atau sesuai dengan hasil kesepakatan fasilitator
dengan peserta. Pada setiap pertemuan, materi kelas ibu
hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi
pokok, antara lain :
a) Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
(1) Apa kehamilan itu..
(2) Perubahan tubuh ibu selama kehamilan
(3) Keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya
(4) Apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil
(5) Pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah
darah untuk penanggulangan anemia
b) Perawatan kehamilan
c) Persalinan
d) Masa Nifas
e) Perawatan Bayi
f) Mitos
g) Penyakit Menular
h) Akte Kelahiran
3) Monitoring
4) Evaluasi
5) Pelaporan
C. Konsep Pemberdayaan
1. Pengertian
Empowerment atau yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
berarti pemberdayaan merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai
bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan
barat utamaya Eropa. Untuk memahami konsep empowerment secara
tepat dan jernih memerlukan upaya pemahaman latar belakang
kontekstual yang melahirkannya. Secara konseptual, pemberdayaan
atau pemerkuasaan (empowerment) berasal dari kata power
(kekuasaan atau keberdayaan). Karena ide utama pemberdayaan
bersentuhan dengan kemampuan untuk membuat orang lain
melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat
mereka (Edi Suharto, 2005).
Pemberdayaan merupakan suatu usaha atau upaya yang
dilakukan dalam rangka mengembangkan kemampuan dan
kemandirian individu atau masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya. Masyarakat dapat tahu potensi dan permasalahan yang
dihadapinya dan mampu menyelesaikannya, (Tantan, 2009).
Menurut Eddy Papilaya yang dikutip oleh Zubaedi, bahwa
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun kemampuan
masyarakat, dengan mendorong, memptivasi, membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk
mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata (Zubaidi, 20017).
Dari beberapa pernyataan tentang pengertian pemberdayaan,
dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu upaya yang
dilakukan oleh seseorang maupun kelompok melalui berbagai
kegiatan pemberian ketrampilan, pengembangan pengetahuan,
penguatan kemampuan atau potensi yang mendukung agar dapat
terciptanya kemandirian, dan keberdayaan pada masyarakat baik itu
dari segi ekonomi, kesehatan, sosial, budaya, maupun pendidikan
untuk membantu memecahkan berbagai masalah-masalah yang
dihadapi.
2. Tahap Pemberdayaan
Pemberdayaan sebagai suatu proses, tentunya dilaksanakan
secara bertahap, dan tidak bisa dilaksanakan secara instan. Adapun
tahapan pemberdayaan menurut Ambar Teguh Sulistyani yang dikutip
oleh Aziz Muslim (2012) dalam buku yang berjudul Dasar-Dasar
Pengembangan Masyarakat, bahwa tahap-tahap yang harus dilalui
dalam pemberdayaan diantaranya adalah :
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku.
Perlu membentuk kesadaran menuju perilaku sadar dan peduli
sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. Dalam
tahapan ini pihak yang menjadi sasaran pemberdayaan harus
disadarkan mengenai perlu adanya perubahan untuk merubah
keadaan agar dapat sejahtera. Sentuhan penyadaran akan lebih
membuka keinginan dan kesadaran akan tentang kondisinya saat
itu, dan demikian akan dapat merangsang kesadaran akan
perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan
yang lebih baik. Sehingga dengan adanya penyadaran ini dapat
mengunggah pihak yang menjadi sasaran pemberdayaan dalam
merubah perilaku.
b. Tahap trasformasi pengetahuan dan kecakapan ketrampilan
Dalam hal ini perlu adanya pembelajaran mengenai berbagai
pengetahuan, dan kecakapan ketrampilan untuk mendukung
kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan. Dengan adanya
pengetahuan, dan kecakapan ketrampilan maka sasaran dari
pemberdayaan akan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan
ketrampilan yang menjadi nilai tambahan dari potensi yang
dimiliki. Sehingga pada nantinya pemberdayaan dapat berjalan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual dan kecakapan
ketrampilan.
Dalam tahapan peningkatan kemampuan intelektual dan
ketrampilan ini sasaran pemberdayaan diarahkan untuk lebih
mengembangkan kemampuan yang dimiliki, meningkatkan
kemampuan dan kecakapan ketrampilan yang pada nantinya akan
mengarahkan pada kemandirian.
3. Indikator Keberhasilan
Menurut Edi Suharto (2005), suatu kegiatan pemberdayaan
tentunya memiliki beberapa indikator penentu pencapaian dalam
pemberdayaan tersebut. Hasil pemberdayaan merujuk pada
kemampuan orang khususnya kelompok rentan, dan kelompok lemah
sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan dalam hal :
a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki
kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan
pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan,
bebas dari kesakitan.
b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh
barang-barang dan jasajasa yang mereka perlukan.
c. Berpartisipasinya dalam proses pembangunan dan keputusan-
keputtusan yang mempengaruhi mereka. Dari pemaparan diatas
dapat disimpulkan bahwa hasil pemberdayaan dapat dilihat dari
tingkat pemenuhan kebutuhan, peningkatan pendapatan, dan
partisipasi.
D. Pendampingan Persalinan
1. Pengertian
Pendampingan persalinan adalah perilaku kehadiran seorang atau
teman senantiasa memberikan suatu dukungan fisik maupun psikis
secara aktif terus menerus dan berkesinambungan dalam mengikuti
seluruh proses persalinan dari mulai kala I sampai Kala IV terutama
pendampingan suami ketika istri melahirkan. Saat ini kehadiran suami
dianggap penting pada saat persalinan karena seorang suami adalah
orang terdekat yang menyebabkan kehamilan. Kehadiran suami akan
menambah pengalaman emosi positif pada istri. Ibu-ibu lebih sering
mengatakan, kelahiran bagaikan suatu pengalaman puncak baginya
jika saja suami hadir pada peristiwa itu (Entwilsle dan Doering, dalam
Dagun 2002).
8. Pendampingan persalinan
Orang yang dapat melakukan pendampingan persalinan antara lain
adalah suami, keluarga (biasanya ibu sendiri), teman, dan seorang wanita
yang pernah melahirkan dan membesarkan anak yang bekerjanya adalah
membantu wanita lain yang sedang melahirkan dan mengajarkan cara
mengasuh bayi. Dahulu calon ibu yang akan melahirkan selalu ditemani
oleh wanita lain yang mendukungnya (ibunya, saudarinya, teman dan
lain-lain). Wanita bersalin sebaiknya didukung oleh pemberi pelayanan
formal seperti bidan, serta pemberi perawatan informal, seperti
keluarganya.
Persalinan adalah suatu peristiwa dimana ibu masih bisa memilih
untuk ditemani oleh seorang yang sudah menjadi bagian dalam
kehidupan sehari-hari ibu, yang ibu kenal dengan baik dan sepenuhnya
mendukung ibu. Pendamping kelahiran akan membantu ibu untuk rileks
dan menikmati kelahiran bayi. Seorang pendukung kelahiran dapat
mempengaruhi peristiwa persalinan itu sendiri dan perasaan seorang ibu
terhadap persalinannya. Para wanita yang mendapatkan dukungan selama
persalinan akan lebih sedikit campur tangan medis dan melahirkan bayi
yang lebih kuat. Setelah kelahiran bayinya wanita juga akan merasa lebih
baik.
Situasi atau kondisi dimana suami tidak bisa mendampingi selama
proses persalinan Ada beberapa suami yang tidak dapat menemani
istrinya selama proses persalinan karena suatu alasan tertentu, tetapi
kebanyakan dari mereka merasa senang bisa berpartisipasi didalamnya.
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan pria tidak dapat secara aktif
ikut ambil bagian dalam membantu persalinan, mereka hanya melihat
dan menyaksikan proses persalinan istrinya. Alasan lain suami tidak
dapat melakukan pendampingan persalinan adalah (Nolan, 2010) :
a. Tidak semua orang mengetahui tentang proses persalinan, apalagi
peristiwa tersebut baru pertama kali dia lihat.
b. Ada sebagian istri yang tidak menginginkan kehadiran suaminya
disana
c. Mungkin ia takut dan tertekan oleh nyeri yang diderita calon ibu
d. Mungkin ia tidak senang melihat calon ibu bertingkah laku seperti
biasanya
e. Mungkin ia merasa ngeri dengan banyaknya darah yang keluar dari
tubuh wanita
f. Bagi beberapa pria, melihat tubuh pasangannya dilihat oleh dokter
pria adalah hal yang sangat tidak menyenangkan
g. Menyaksikan pasangannya kesakitan dan organ seks wanita rusak
selama melahirkan bisa menimbulkan perasaan bersalah dan
berdampak jangka panjang pada kehidupan seks mereka.
h. Perasaan bersalah karena mereka menganggap dirinya sebagai
penyebab dari penderitaan istrinya sering muncul dibenak calon
ayah, dan bagi pria pengalaman hadir selama persalinan adalah
sesuatu yang tidak ingin mereka ingat kembali. Akan sulit untuk
menjadi pendukung yang total bagi orang lain, jika ia sendiri sedang
kacau.
A. Tujuan Penelitian
1. TujuanUmum
Mengetahui keefektifan inovasi kelas ibu hamil melalui
pemberdayaan pendamping persalinan terhadap persalinan normal di
puskesmas pembina kota palembang tahun 2020.
2. TujuanKhusus
a. Diperoleh gambaran distribusi frekuensi ibuhamil yang
mengikutikelasedukasikehamilandan kelasibuhamildi puskesmas
pembina kota palembang tahun 2020.
b. Mendeskripsikan distribusi proses persalinanibu yang
mengikutiinovasikelasedukasikehamilan dan kelasibuhamildi
puskesmas pembina kota palembang tahun 2020.
c. Menganalisis efektifitaspendampingpersalinan(suami) terhadap
proses persalinan ibu di puskesmas pembina kota palembang
tahun 2020.
B. Manfaat Penelitian
1. Aspek Praktis
a. Diharapkan Inovasi Kelas Ibu Hamil dapat menjadi pilihan
altenatif kelas ibu hamil di Kota Palembang.
b. Dengan mengikuti Inovasi Kelas Ibu Hamil, ibu hamil serta
pendamping persalinan akan memiliki pemahaman yang sama
sehingga mampu bekerjasama sebagai tim yang kompak dalam
mempersiapkan persalinan dan pengasuhan bayinya.
2. Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
kebidanan (memperkuat teori dan penelitian yang sudah ada),
khususnya pengembangan kelas ibu hamil.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode
eksperimen. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan data berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Sedangkan metode
eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh treatment (perlakuan) tertentu.Ditegaskan dalam penelitian ini
adalahmelihatkeefektifanInovasi Kelas Ibu Hamil Melalui Pemberdayaan
Pendamping Persalinan Terhadap Persalinan Normal
Penelitian ini menggunakan desain posttest only control yakni
menempatkan subyek penelitian ke dalam dua kelas yang dibedakan
menjadi kategori kelas eksperimen dan kelas kontrol serta kedua kelas
tersebut dipilih secara acak (random). Kelas eksperimen diberi perlakuan
inovasi kelas ibu hamil dan kelas kontrol dengan kelasibuhamil
konvensional (tanpapendampingpersalinan).
P1 – P2
Keterangan :
n = sampel
Zα = 5%, hipotesis dua arah sehingga deviat baku alfa= 1,96
dengan tingkat kemaknaan 95%
Zβ = deviat baku dengan kekuatan uji penelitian (power) 95%
Q =1-P
Q1 = 1-P1
Q2 = 1-P2
P = (P1+P2)/2
P1- P2 = selisih minimal proporsi (kepustakaan)
P1: 0.15P2: 0,069
n = 16
E. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (Independent variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberdayaan pendamping
persalinan.
2. Variabel terikat (Dependent variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persalinan normal.
F. DefinisiOperasional
Tabel 3.1DefinisiOperasional
Pengukuran
Variabel Definisi Operasional
Skala Penilaian
Pendamping perilaku kehadiran Kategorik 1. Mengikuti Kelas
persalinan seorang atau teman Inovasi Ibu hamil
senantiasa 2. Tidak mengikuti
memberikan suatu Kelas Inovasi Ibu
dukungan fisik hamil
maupun psikis secara
aktif terus menerus
dan
berkesinambungan
dalam mengikuti
seluruh proses
persalinan dari mulai
kala I sampai Kala IV
terutama
pendampingan suami
ketika istri
melahirkan.
G. Alur Penelitian
4 x pertemuan 4 x pertemuan
Bersama pendamping Tanpapendamping
c. Tabulating
Tabulating merupakan tahap ketiga yang dilakukan setelah proses
editing dan coding. Kegiatan tabulating dalaam penelitian ini
meliputi pengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian
kemudian dimasukkan ke dalam tabel-tabel yang telah ditentukan
berdasarkan kuesioner yang telah ditentukan skornya.
d. Entry Data
Entry data merupakan proses memasukkan data yang diperoleh
menggunakan fasilitas komputer dengan menggunakan program
SPSS versi 20.0.
2. Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik
subjek penelitian seperti umur, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Analisis Analitik
Menggunakan uji Chi-Square disertai perhitungan OR beserta
interval kepercayaan.
I. Implikasi/Aspek EtikPenelitian
Aspek etik penelitian ini mencakup :
1. Respect for persons (menghormati harkat dan martabatmanusia).
Peneliti memberikan informasi kepada responden mengenai penelitian
yang dilakukan meliputi prosedur, manfaat, risiko dan
ketidaknyamanan, serta kesukarelaan, dan kerahasiaan data. Informasi
diberikan agar subjek dapat mengambil keputusan. Subjek yang setuju
menjadi responden pada penelitian ini diminta persetujuan tertulis
dengan menandatangani lembar persetujuan sebagai responden
(informed consent).
2. Beneficence(memenuhi persyaratan ilmiah dan bermanfaat)
Penelitian ini memberikan manfaat secara langsung bagi subjek yaitu
menilai tingkat kecemasannya dan nyeri persalinannya. Risiko secara
fisik bagi responden sebenarnya tidak ada, hanya saja menimbulkan
ketidaknyamanan karena penelitian ini menyita waktu. Waktu yang
diperlukan dalam penelitian ini yaitu 5-10 menit untuk pengisian
kuesioner. Semua biaya yang terkait dengan penelitian ditanggung oleh
peneliti.
3. Justice(keadilan)
Semua responden dalam penelitian ini diperlakukan secara adil tanpa
melihat suku, status sosial ekonomi dan sebagainya serta
mempertimbangkan hak asasi manusia.
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
A. Hasil
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi pendidikan,
usia, pekerjaan, paritas dan perslinan
a. Pendidikan
Pendidikan dikelompokkan menjadi 2 yaitu tinggi jika
Pendidikan responden ≥ SMA dan rendanf jika pendiidkan
responden ≤ smp. Pendidikan responden dapat dilihat pada tabel
4.1 dibawah ini :
b. Pekerjaan
Pekerjaan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu bekerja, bagi ibu
yang sehari harinya melakukan kegiatan diluar pekerjaan rumah
tangga dan menghasilkan uang ( Buruh, berjaulan, bekerja
dikantor atau PNS ) dan tidak bekerja jika ibu sehari harinya
hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga dirumahnya sendiri.
Pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini :
Tabel 4.2 Pekerjaan Ibu
Pekerjaan F %
Bekerja 10 27.8
Tidak Bekerja 26 72.2
Total 36 100
c. Usia
Usia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : usia resiko jika usia ibu
< 20 tahun atau > 35 tahun dan tidak resiko jika usia ibu 20 –
35 tahun, dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini :
d. Paritas
Paritas pada Penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok
yaitu paritas rendah jika jumlah anak hidup responden 1-3 orang
dan paritas tinggi jika jumlah anak hidup responden > 3 orang,
data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.4 Paritas
Paritas F %
Rendah 32 88.9
Tinggi 4 11.1
Total 36 100.0
e. Persalinan
Persalinan pada penelitian ini persalinan dikelompokkan
menjadi 2 kelompok yaitu persalinan normal jika responden
melahirkan secara spontan dan persalinan dengan Tindakan jika
responden melahirkan dengan Tindakan seperti drip, vakum,
forcep atau dengan SC, dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini :
Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa responden yang mengikuti
inovasi kelas edukasikehamilanbersamapendampingpersalinan
sebagian besar bersalin normal yaitu 17 orang atai 94,4 % sedangkan
responden yang mengikuti Kelas Ibu
Hamiltanpapendampingpersalinansebanyak 10 orang atau 55,6 %
bersalin normal. Berdasarkan uji statistic Chi-Square didapatkan p-
value 0,007 < dari p : 0,05 artinya terdapat pengaruh kelas edukasi
terhadap persalinan ibu.
3. Pembahasan
Hasil penelitianinimenunjukkanbahwaterdapatperbedaan yang
signifikan pada proses persalinanibu yang dibuktikandenganhasil uji
perbandinganantaraskor proses persalinan pada kelompokkasus yang
mengikutiinovasikelasedukasikehamilan dan kelompokkontrol yang
mengikutikelasibudengannilaip-value0,007.Secarakategorik pada
kelompokkasus (yang
mengikutiinovasikelasedukasikehamilandenganpendampingpersalinan
) sebagianbesar proses persalinanadalah normal (94,4%).
Suami adalah pendamping persalinan yang sangat penting dan
dianjurkan untuk melakukan peran aktif dalam mendukung ibu dan
mengidentifikasikan langkah-langkah yang mungkin untuk
kenyamanan ibu(Sari dan Kurnia, 2015). Kehadiran suami akan
membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stres dan
kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan,
sehinggamembawa pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak
positif pula pada kesiapan ibu secara fisik(Marmi, 2016).
Dukungan suami dalam proses persalinan akan memberikan
efek pada ibu yaitu dalam hal emosi.Emosi ibu yang tenang,
menyebabkan sel-sel sarafnya mengeluarkan hormonoksitosin yang
reaksinya akan menyebabkan kontraksi pada rahim pada akhir
kehamilan untuk mengeluarkan bayi (Sari dan Kurnia, 2015).
Dukungan suami dapat berupa dorongan, motivasi terhadap istri
baik secara moral maupun material serta dukungan fisik, psikologis,
emosi, informasi, penilaian dan finansial. Dukungan minimal berupa
sentuhan dan kata-kata pujian yang membuat nyaman serta memberi
penguatan pada saat proses persalinan berlangsung hasilnya akan
mengurangi durasi kelahiran (Marmi, 2016).
Proses persalinan merupakan peristiwa yang melelahkan
sekaligus beresiko. Tidak mengherankan, calon ibu yang akan
melahirkan diselimuti perasaan takut, panik, dan gugup. Ibu menanti
kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya. Terdapat perasaan
tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat pada waktunya.
Ibu takut terhadap hidupnya dan bayinya dan tidak tahu kapan akan
melahirkan. Ibu merasa takut akan rasa sakit dan bahaya yang akan
timbul pada saat melahirkan (Adelina, 2014).
Proses kelahiran anak adalah alami asalkan kondisi fisik
memadai tidak akan mengalami banyak kesulitan, akan tetapi proses
kelahiran ini masih sering diselimuti misteri, ketidaktahuan dan rasa
takut dalam pikiran banyak orang. Ada kalanya hal in disebabkan oleh
informasi dan pengertian yang salah tentang berfungsinya tubuh
secara normal. Akhirnya proses kelahiran itu sendiri mungkin menjadi
lebih sulit pada ibu yang ketakutan, sehingga ketegangannya
menghambat proses alami dan justru mengakibatkan rasa sakit yang
dicemaskan(Susilowati, 2012).
Untuk itu perlu adanya orang yang memberikan dukungan
khususnya suami. Kehadiran pendamping pada saat persalinan dapat
menimbulkan efek positif terhadap persalinan, dalam arti dapat
menurunkan morbiditas, mengurangi rasa sakit, mempersingkat
persalinan, dan menurunkan angka persalinan dengan operasi
termasuk bedah besar. Selain itu, kehadiran pendamping perslinan
dapat memberikan rasa nyaman, semangat, dukungan emosional, dan
dapat membesarkan hati ibu (Jannah, 2017)
Dukungan keluarga khususnya suami sangat berperan dalam
menjaga atau mempertahankan integritas seseorang baik secara fisik
ataupun psikologis. Seseorang dalam keadaan stres akan mencari
dukungan dari orang lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut,
maka diharapkan dapat mengurangi kecemasan. Selain berperan
dalam melindungi seseorang terhadap sumber stres, dukungan suami
juga memberikan pengaruh positif terhadap kondisi kesehatan ibu
hamil.
Seseorang dengan dukungan keluarga yang tinggi akan dapat
mengatasi stresnya dengan baik (Aprinawati, 2007 dalam Adelina,
2014). Kehadiran orang kedua atau pendamping atau penolong
persalinan dapat memberi kenyamanan pada saat bersalin. Kehadiran
pendamping terutama suami pada saat persalinan dapat menimbulkan
efek positif terhadap persalinan, yaitu dapat menurunkan morbiditas,
mengurangi rasa sakit, mempersingkat persalinan, dan menurunkan
angka persalinan dengan operasi termasuk bedah caesar (Marmi,
2016).
Dukungan suami secara langsung sangat bermanfaat bagi
kesehatan dan kesejahteraan ibu bersalin serta dapat mengurangi
kecemasan dan ketidakberdayaan ibu bersalin yang sedang mengalami
stres dan cemas akan mendapatkan perasaan dan pengalaman positif
bahwa kehidupan dapat berjalan stabil bila mendapat dukungan dari
lingkungan sekitarnya.
Dukungan suami dapat memodifikasi reaksi ibu bersalin tentang
stressor kecemasan setelah melakukan penilaian sebelumnya. Ibu
bersalin yangtidak mendapatkan dukungan dari keluarga terutama
suaminya mempunyai kecenderungan tinggi mengalami dampak
negatif dari stres dan cemas (Jannatun, 2010 dalam Adelina, 2014).
Adanya dukungan yang diberikan suami pada saat ibu akan bersalin
maka akan berpengaruh terhadap fisik dan psikis baik pada ibu
maupun janin. Adanya dukungan keluarga terutama dukungan yang
didapatkan dari suami akan menimbulkan ketenangan batin dan
perasaan senang dalam diri ibu (Rahmat, 2013 dalam Adelina, 2014).
Menurut asumsi peneliti, kehadiran pendampingpersalinan
(suami) terhadap ibu
hamilselamamengikutiinovasikelasedukasikehamilandapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap ibu.
Suamimendapatkaninformasi yang samadenganistrinyatentang proses
kehamilan dan apa yang harusdilakukansuami pada saat proses
persalinannantinya.
Dengan adanya pendampingpersalinan (suami) ibu dapat
berbagi rasa sakit dan suami dapat menghibur istri dengan memegang
tangan istri dan memberikan motivasi agar istri lebih kuat dalam
menjalani proses persalinan,
karenaselamamengikutiinovasikelasedukasikehamilan, ibu dan
suamidiajakbekerjasamadenganmemberdayakandirimereka dan
bekerjasamadalamsebuahtimkelahiran. Hal ini karena dengan
pendampingan yang baik dari suami membawa dampak yang sangat
positif bagi ibu bersalin.
Kebanyakansuami Ketika
menemanipersalinanistrinyamerekatidaktahuharusmelakukanapa.
Keberadaan suami tidak cukup hanya sekedar menemani ibu bersalin,
melainkan dukungan yang bersifat positif dan melakukan peran untuk
meningkatkan kenyamanan ibu, mengurangi nyeri serta
kecemasanyang sedang dialami ibu. Dukungan yang membawa
dampak positif bagi ibu bersalin adalah dukungan yang bersifat fisik
dan emosioanl, seperti menggosok punggung ibu, memegang
tangannya, mempertahankan kontak mata, ditemani oleh orang-orang
yang ramah, dan diyakinkan bahwa ibu berada dalam proses
persalinan tidak akan ditinggal sendirian. Hal inilah yang diajarkan
pada inovasikelasedukasikehamilan.
Dengan adanya pendampingan suami pada saat bersalin akan
menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri ibu.
Pendampingan suami dapat menimbulkan emosi (senang) dari ibu,
yang akan menjadi impuls ke neurotransmitter ke sistem limbik dan
diteruskan ke amigdala kemudian ke hipotalamus sehingga terjadi
perangsangan pada nukleus ventromedial dan area disekelilingnya
sehingga menimbulkan perasaan tenang dan akhirnya kecemasanpun
menurun. Dukunganpositifinilah yang berperan pada proses
persalinanibu, ehinggaibubisamelahirkansecara normal.
B. LuaranPenelitian
Luaran penelitian ini adalah publikasi berupa satu artikel ilmiah yakni jurnal
nasional yang terakreditasi. Luaran penelitian dari skema ini juga berupa
produk e modul dan bukuInovasi Kelas Ibu Hamil.
BAB VI
RENCANA TAHAP BERIKUTNYA
Pada
penelitianberikutnyapenelitiakanmelakukanpenelitianlanjutandenganmelihatberap
alamanya kala I, kala II ibu dan manajemennyeridalam proses persalinan normal
denganmelakukankegiatanrelaksasifisik dan relaksasiemosi di Room Birthing.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Distribusi frekuensi ibuhamil yang mengikutikelasedukasikehamilan
dan kelasibuhamildi puskesmas Pembina kota Palembang tahun
2020kategoribaik.
2. Di puskesmas Pembina kota Palembang tahun 2020, sebagianbesar
proses persalinanibu yang
mengikutiinovasikelasedukasikehamilanadalahmelahirkan normal
dibandingibu yang mengikutikelasibuhamilhanyasebagiankecil proses
persalinannnya normal.
3. Efektifmengikutiinovasikelasedukasikehamilandenganpendampingper
salinan (suami) terhadap proses persalinan normal di puskesmas
Pembina kota Palembang tahun 2020.
7.2 Saran
1. Kepadamasyarakat,
dianjurkanuntukmengikutiinovasikelasedukasikehamilandenganpenda
mpingpersalinan, karena punya dampakpositifterhadap proses
persalinan normal.
2. Kepadainstitusipelayanankesehatan dapat memfasilitasi
edukasikelasibuhamildenganpendamping persalinan(suami), agar
suamimemberdayakandirinya pada saat proses
persalinansehinggabisamelahirkan normal.
3. Kepadainstitusi Pendidikan
dapatmemfasilitasiinovasikelasedukasikehamilandalam proses
belajarmengajar.
DAFTAR PUSTAKA
R. Garantly Dick. 1949. Childbirth Without Fear (This large print edition published
by Pollinger in Print 2006). London
Rasjidi, Imam. (2009). Manual Seksio Sesarea & Laparotomi Kelainan Adneksa.
Jakarta: CV Sagung Seto.
Sari, E.P dan Kurnia. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care).
Jakarta: TIM.