Anda di halaman 1dari 50

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 372/3

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN PEMULA

“INOVASI KELAS IBU HAMIL”


MELALUI PEMBERDAYAAN PENDAMPING
PERSALINANTERHADAP PERSALINAN NORMAL
TAHUN 2020

Oleh :

RINA NURSANTI, SKM, M.Kes


NIDN : 4005087301

EPRILA, SST, M.Keb


NIDN : 4015048101

WILMA, SST, M.Kes


NIDN : 4003118002

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


Desember 2020
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN PEMULA

Judul : “Inovasi Kelas Ibu Hamil ”Melalui


Pemberdayaan Pendamping Persalinan Terhadap
Persalinan Normal Tahun 2020
KetuaPeneliti
Nama Lengkap : Rina Nursanti, SKM, M.Kes
NIP : 197308051993012001
Jabatan Fungsional : JFU DOSEN
Program Studi : D3 Kebidanan
Nomor Hp : 08127819048373345321
Alamat surel(e-mail) : rinanursanti@poltekkespalembang.ac.id
AnggotaPeneliti (1)
Nama Lengkap : Eprilla, SST, M.Keb
NIP : 198104152002122002
Program Studi : D4 Kebidanan
AnggotaPeneliti (2)
Nama Lengkap : Wilma, SST, M.Kes
NIP : 198011032006042005
Program Studi : D3 Kebidanan
Tahun pelaksanaan : Tahunke 1 darirencana 1 tahun
Biaya Penelitian : Rp. 12.000.000,-
Sumber Dana : DIPA Poltekkes Palembang

Palembang, Desember 2020


Mengetahui
KetuaJurusan KetuaPeneliti,

Nesi Novita, S.SiT, M.Kes Rina Nursanti, SKM, M.Kes


NIP. 197308121992012001 NIP. 197308051993012001

Kepala Pusat
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Dr.SonlimarMangunsong, Apt, M.Kes


NIP. 196302141994021001

Mengesahkan
Direktur

Muhamad Taswin, SSi, Apt, M.M., M.Kes


NIP. 196803012001121001
ABSTRAK

Latar Belakang : Kehamilan merupakan proses alamiah yang dialami wanita,


namun perlu dilakukan asuhan yang tepat agar ibu dan janin sehat. Demikian pun
proses persalinan adalah peristiwa penting yang sangat ditunggu oleh pasangan
suami dan istri. Harapannya adalah proses persalinan normal. Salah satu upayanya
adalah melalui upaya pendekatan yaitu mengikuti kelas ibu hamil dengan
melibatkan pendamping persalinan (suami). Dengan memberdayakan suami
mengikuti kelas edukasi kehamilan, maka suami mendapatkan informasi yang
sama dengan istrinya tentang kehamilan dan persalinan, sehingga suami bisa
memberikan dukungan positif pada saat istri melahirkan. Tujuan penelitian :
mengetahui efektifitas “inovasi kelas ibu hamil melalui pemberdayaan
pendamping persalinan terhadap persalinan normal di puskesmas pembina kota
palembang tahun 2020. Metode Penelitian : penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan metode eksperimen dengan desain desain posttest only control
Populasi adalah seluruh ibu hamil yang tercatat di Puskesmas Pembina Kota
Palembang. Sampel didapat secara random menggunakan rumus besar sampel
analitik komparatif kategorik tidak berpasangan, dengan analisis data Chi-Square.
Hasil : terdapat perbedaan yang signifikan pada proses persalinan ibu yang
mengikuti kelas edukasi kehamilan dengan pendamping persalinan dengan p-
value 0,007

Kata Kunci : inovasi kelas ibu hamil, pemberdayaan pendamping persalinan,


persalinan normal.
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yangtelahmemberi limpahan rahmat dan


karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW sehinggapenelitian
Dosen Pemula bidang kebidanan yang berjudul “Inovasi Kelas Ibu Hami Melalui
Pemberdayaan Pendamping Persalinan Terhadap Persalinan Normal Tahun
2020”dapat diselesaikan.

Penelitian ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini secara khusus penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Muhamad Taswin,S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang.
2. Bapak DR.Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes selaku Kepala Pusat
Penelitian dan PengabdianKepada Masyarakat
3. Ibu DR. Maksuk, SKM, M.Kes selaku Reviewer dari Jurusan
Keperawatan.
4. Bapak DR. Mulyadi, SKP, M.Kep selaku Reviewer dari JurusanFarmasi.
5. PimpinanPuskesmas Pembina sebagailokasipenelitian.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan moril maupun material sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan.

Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan penelitian ini.

Palembang, November 2020

Tim Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................ iii
PRAKATA
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................ 5
C. TujuanPenelitian.……………………………………… 5
D. ManfaatPenelitian.…………………………………….. 5
E. LuaranPenelitian………………………………………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................... 7


A. Program Kelas Ibu Hamil……….................................... 7
B. Program Sekolah Ayah Bunda....................................... 10
C. KonsepPemberdayaan.................................................... 13
D. PendampingPersalinan……………………………….. 15

BAB III METODE PENELITIAN....................................................... 24


A. Jenis Penelitian................................................................. 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian………………………….. 25
C. Populasi dan SampelPenelitian....................................... 25
D. KriteriaInklusi dan KriteriaEksklusi………………….. 26
E. VariabelPenelitian…………………………………….. 26
F. Kerangka Konsep............................................................ 26
G. DefinisiOperasional........................................................ 27
H. Desain Penelitian………………………………………. 27
I. Pengolahan Data dan Analisis Data………………….... 28
J. AspekEtikPenelitian………………………………….. 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….……………….. 30


A. Hasil …………………………………………………… 30
B. Pembahasan 32
…………………………………………………

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……………..


A. Kesimpulan ……………………………………………
B. Rekomendasi………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
LAMPIRAN ……………………………………………………………..
DAFTAR TABEL

Tabel 1 14
Tabel2 15
Tabel3 15
Tabel4 16
Tabel5 22
Tabel6 24
Tabel7 33
Tabel8 33
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan fase terakhir yang terpenting dalam proses
kehamilan. Masa inilah yang banyak mendebarkan seorang wanita yang
melahirkan, juga pasangannya. Oleh karena itu, persalinan merupakan
puncak dari segala proses dan upaya yang selama ini dilakukan agar
semuanya berakhir dengan lancar, yaitu ibunya dapat melahirkan dalam
keadaan sehat dan bayinya sempurna (Cunningham,et al, 2013).
Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal yaitu persalinan
melalui vagina atau jalan lahir biasa. Apabila wanita tidak dapat melahirkan
secara normal maka tenaga medis akan melakukan persalinan alternatif
untuk membantu pengeluaran janin. Salah satu penatalaksanaan yang dapat
dilakukan adalah persalinan Sectio Caesarea (Machmudah, 2010).
Sectio caesarea secara umum adalah didefinisikan sebagai kelahiran
janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus
(histerotomi) (Cunningham,et al, 2013). Sectio caesarea memiliki efek
samping antara lain beberapa hari pertama pasca persalinan akan
menimbulkan rasa nyeri yang hebat pada daerah insisi, disebabkan oleh
robeknya jaringan pada dinding perut dan dinding uterus yang kadarnya
berbeda-beda pada setiap ibu (Salawati,2013). Selain itu pada bayi juga
dapat terjadi depresi pernafasan akibat obat anestesi dan hipoksia akibat
sindrom hipotensi terlentang (Mochtar, 2012). Riwayat sectio caesarea juga
berperan menaikkan tiga kali risiko terjadinya plasenta akreta yang
menyebabkan perdarahan pasca melahirkan hingga syok hipovolemik,
embolisme cairan ketuban, koagulopati konsumtif dan dapat menyebabkan
kematian ibu (Hull et al, 2010). Insiden plasenta akreta meningkat sesuai
dengan peningkatan jumlah persalinan sectio caesarea (Dwyer et al, 2008).
Saat ini diperkiraan insidens plasenta akreta pada pasien plasenta previa
sebesar 25-50% dan menjadi prioritas operasi sesar (Fauzan et al, 2017).
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia sebagian besar karena
perdarahan 40-60% dan infeksi 20-30 % (Depkes RI, 2013). Angka
kematian ibu bersalin secara sectio caesarea adalah 40-80 tiap 100.000
kelahiran hidup, angka ini menunjukkan risiko 25 kali lebih besar dan risiko
infeksi 80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan pervaginam (Suhartatik,
2014).
Word Health Organitation (WHO, 2015) menetapkan standar rata-rata
sectio caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di
dunia. Menurut WHO, peningkatan persalinan dengan sectio caesarea di
seluruh negara terjadi semenjak tahun 2007- 2008 yaitu 110.000 per
kelahiran diseluruh Asia (Gibbons L, 2010). Di Indonesia sendiri angka
persalinan sectio caesarea terus meningkat. Hasil RISKESDAS tahun 2012
menunjukkan kelahiran dengan sectio caesarea sudah melewati batas
maksimal standar WHO yaitu15,3%, angka ini terus meningkat mencapai
17,6% (RISKESDAS, 2018). Peningkatan persalinan dengan sectio caesarea
di Sumatera Selatan juga mengalami peningkatan dari 7,8% di tahun 2013
(RISKESDAS, 2013), mencapai 9,4% di tahun 2018 (RISKESDAS, 2018).
Peningkatan angka sectio caesarea ini disertai kejadian infeksi luka post
sectio caesarea, sekitar 90 % dari morbiditas pasca operasi disebabkan oleh
infeksi operasi (Himatusujanah & Rahayuningsih 2008).
Salah satu upaya dalam mendukung kesehatan di Indonesia
diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak,
terutama pada kelompok yang paling rentan kesehatan, seperti ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Sebagai realisasi tujuan tersebut sejak
tahun 2009, telah dicanangkan program Kelas ibu hamil (KIH). KIH
merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil,
dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu mengenai kehamilan,
perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru
lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran (Kemenkes RI, 2012).
Beberapa studi yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
pelaksanaan kelas ibu hamil belum berjalan dengan baik. Hasil penelitian di
Kota Malang menunjukkan baru 30 persen kelas ibu hamil yang sudah
dilaksanakan dengan baik, 20 persen belum baik dan 50 persen sudah tidak
menyelenggarakan kelas ibu hamil. Studi lainnya yang dilakukan Kabupaten
Jombang mencatat bahwa selama tahun 2010 hingga 2011 terdapat
penurunan kehadiran ibu hamil di kelas ibu hamil (Rizky Lila D, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Rafidah A, 2017 di Banten mendapatkan
hasil ; manajemen kelas ibu hamil belum efektif.
Hasil penelitian yang diperoleh dari pelaksanaan KIH menurut
Saswaty, 2010 di Kabupaten Garut; Rosmawati, 2011 di Kabupaten
Tangerang; Linarsih, 2012 di Kabupaten Kebumen; ibu hamil yang
mengikuti KIH mendapatkan manfaat peningkatan pengetahuan tentang
kehamilan, persalinan dan nifas; pengambilan keputusan lebih mandiri, serta
memilih persalinan dengan tenga kesehatan. Selain itu hasil pelaksanaan
KIH menurut Sujatmi, 2013 Tingkat depresi postpartum dari kondisi fisik
ibu hamil yang diberikan pelatihan lebih rendah dari pada yang tidak
diberikan pelatihan. Pelaksanaan kih di kabupaten bulukumba, menurut
atiyatul izzah dan atmansyah 2011, didapatkan kunjungan k1 dan k4 100 %
dan angka kematian ibu 0. Melihat proses implementasi yang belum
maksimal namun besar manfaat yang didapatkan dari program KIH
terutama ouput menurunkan Angka Kematian Ibu Hamil sangat signifikan,
maka kajian pelaksanaan KIH perlu dilakukan dengan melibatkan
pendamping persalinan pada KIH.
Pendampingan persalinan adalah suami yang mendampingi atau
menemani istri dalam perslinan (Indrayani (2011). Manfaat pendampingan
suami dalam persalinan ikut bertanggung jawab dalam mempersiapkan
mental istri dalam menghadapi persalinan. Mengalihkan perhatian istri
selama proses kelahiran sambil ikut mengukur kontraksi, memberikan
pijatan, sentuhan ringan dan mengontrol nafas sehingga istri lebih relaks
dalam menghadapi persalinan. Seorang pendamping harus mempersiapkan
mental dan suasana yang menyenangkan bagi ibu bersalin (Haryanto, 2014).
Menurut Musbikin (2010) kehadiran suami atau kerabat terdekat akan
membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stress, dan membawa
pengaruh positif secara fisik, sehingga ketika melahirkan tiba ibu tidak
merasakan sakit secara fisik. Seorang pendamping juga dapat mengurangi
stress dan kecemasan yang dapat mempersulit proses persalinan dan
kelahiran. Menurut Mander (2003 dalam Karo 2010), pendamping
persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya persalinan, karena
efek perasaan wanita terhadap persalinan yang berbeda berkaitan dengan
persepsinya orang yang mendukung dan dari orang terdekat yang dapat
mempengaruhi kecemasan ibu.
Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikut sertakan
suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak
hasil penelitian menunjukkan bahwa para ibu yang diperhatikan dan diberi
dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi, serta mengetahui dengan
baik proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mendapatkan
rasa aman dan penampilan yang lebih baik (Enkin, et al, 2000). Disebutkan
juga bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan
tindakan seperti ekstraksi vakum, cunam, dan seksio cesarea/Caesar. Selain
itu, asuhan ini juga dapat membuat persalinan berlangsung lebih cepat.
(Enkin, et al, 2000).
Dukungan dalam persalinan dapat berupa pujian, penentraman hati,
tindakan untuk meningkatkan kenyamanan ibu, kontak fisik, penjelasan
tentang yang terjadi selama persalinan dan kelahiran, serta sikap ramah yang
konstan. Tugas-tugas tersebut dapat dipenuhi oleh bidan. Namun, pada
praktiknya bidan juga harus melakukan prosedur medis yang dapat
mengalihkan perhatian mereka dari si ibu. (Nike Badhi Subeki, SKp, 2003).
Oleh karena itu, seorang perempuan yang bersalin harus ditemani orang
yang ia percayai dan dapat membuatnya merasa nyaman, bisa
pasangan/suami, sahabat, atau anggota keluarga dekat lainnya. Menurut
Lutfiatus Sholihah (2004), selama masa kehamilan, suami juga sudah harus
diajak menyiapkan diri menyambut kedatangan si kecil, karena tidak semua
suami siap mental menunggui istrinya yang sedang kesakitan. Adakalanya
mereka malah panik.
Inovasi kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama
tentang kesehatan ibu hamil yang diikuti bersama pendamping dalam bentuk
kegiatan tatap muka. Pertemuan dilakukan terjadwal dan sistematis seperti
halnya ke sekolah dengan mendapatkan kurikulum ibu hamil, persalinan,
nifas dan perawatan bayi. materi terstruktur dan berkesinambungan. Dalam
pelaksanaannya SAB mengacu kepada prinsip dasar asuhan sayang ibu.
Menurut Garantly Dick-Read (2006) ibu hamil dan pasangannya perlu
mengikuti sekolah Antenatal dan kelas edukasi kehamilan sebagai persiapan
untuk persalinan tanpa rasa takut, sehingga mendapatkaan persalinan alami.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul Inovasi kelas Ibu Hamil Melalui Pemberdayaan Pendamping
Persalinan terhadap Persalinan Normal di Puskesmas Pembina Kota
Palembang Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu apakah penggunaan inovasi kelas ibu hamil melalui pemberdayaan
pendamping persalinan efektif terhadappersalinan normal di puskesmas
Pembina kota Palembang tahun 2020.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Program Kelas Ibu Hamil


1. Definisi Kelas Ibu Hamil
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur
kehamilan antara 4 minggu s.d 36 minggu (menjelang persalinan)
dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini, ibu-ibu hamil
akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan
ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta dapat
dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil
difasilitasi oleh bidan/ tenaga kesehatan dengan menggunakan paket
kelas ibu hamil yaitu Buku KIA, lembar balik, pedoman pelaksanaan
kelas ibu hamil, pegangan fasilitator kelas ibu hamil dan buku senam
hamil (Kemenkes, 2011).

2. Tujuan Kelas Ibu Hamil


Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan prilaku ibu agar
memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan,
perawatan bayi baru lahir, mitos/ kepercayaan adat istiadat setempat.

3. Sasaran Kelas Ibu Hamil


Peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 4
s.d 36 minggu untuk mendapatkan materi-materi kelas ibu hamil yang
sesuai. Khusus pelaksanaan senam ibu hamil sebaiknya peserta
dengan umur kehamilan > 20 minggu, karena pada umur kehamilan
ini kondisi ibu sudah kuat dan tidak takut terjadi keguguran serta
efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil
maksimal 10 orang setiap kelas. Suami/ keluarga ikut serta minimal 1
kali pertemuan sehingga dapat mengikuti berbagai materi yang
penting, misalnya materi tentang persiapan persalinan atau materi
yang lainnya (Kemenkes, 2011).

4. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil


Pada pelaksanaan kelas ibu hamil, ada beberapa komponen yang harus
dipenuhi agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan tertib, yaitu :
a. Fasilitator dan Narasumber
Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas kesehatan
yang telas mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu hamil (atau
melalui job training) dan setelah itu diperbolehkan untuk
melaksanakan fasilitasi kelas ibu hamil. Dalam pelaksanaan kelas
ibu hamil fasilitator dapat meminta bantuan narasumber untuk
menyampaikan materi bidang tertentu.
Narasumber adalah tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dibidang tertentu untuk mendukung kelas ibu hamil.
b. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan kelas
ibu hamil adalah :
1) Ruang belajar untuk kapasitas 10 orang peserta kira-kira
ukuran 4x5 meter dengan ventilasi dan pencahayaan yang
cukup
2) Alat tulis menulis (papan tulis, kertas, spidol, balpoin)
3) Buku KIA
4) Lembar balik kelas ibu hamil
5) Buku pegangan fasilitator
6) Alat peraga (KB kit, foodmodel, boneka, dll)
7) Tikar, karpet (matras)
8) Bantal, kursi (blok yoga, gym ball)
9) Buku senam hamil/ CD senam hamil

Idealnya kelengkapan sarana dan prasarana seperti tersebut diatas,


namun apabila tidak ada ruangan khusus dimanapun tempatnya bisa
dilaksanakan sesuai kesepakatan antara ibu hamil dan fasilitator.
Sedangkan, kegiatan lainnya seperti senam hamil hanya merupakan
materi tambahan bukan yang utama.

5. Kegiatan Pelaksanaan
a. Skema Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Bagan 2.1
Manajemen Program Kelas Inovasi Ibu hamil

Kebutuhan dalam Masyarakat/ Memilih Materi yang Dibutuhkan

Petemuan dalam Persiapan

Bentuk Tim

Sosialisasi Kelas Ibu Hamil kepada Masyarakat

Persiapan

Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil dan Pelaporan

Monitoring dan Evaluasi

b. Analisa Singkat
1) Melakukan analisa kebutuhan sebelum melaksanakan kelas
ibu hamil, bertujuan untuk mengetahui
2) Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan
selama hamil atau sesuai dengan hasil kesepakatan fasilitator
dengan peserta. Pada setiap pertemuan, materi kelas ibu
hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi
pokok, antara lain :
a) Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
(1) Apa kehamilan itu..
(2) Perubahan tubuh ibu selama kehamilan
(3) Keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya
(4) Apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil
(5) Pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah
darah untuk penanggulangan anemia
b) Perawatan kehamilan
c) Persalinan
d) Masa Nifas
e) Perawatan Bayi
f) Mitos
g) Penyakit Menular
h) Akte Kelahiran
3) Monitoring
4) Evaluasi
5) Pelaporan

B. Program Inovasi Kelas Ibu Hamil


1. Pengertian
Inovasi Kelas Ibu Hamilmerupakan sarana untuk belajar
bersama tentang kesehatan ibu hamil yang diikuti bersama
pendamping dalam bentuk kegiatan tatap muka. Pertemuan dilakukan
terjadwal dan sistematis seperti halnya ke sekolah dengan
mendapatkan kurikulum ibu hamil, persalinan, nifas dan perawatan
bayi. materi terstruktur dan berkesinambungan.
Inovasi Kelas Ibu Hamiladalah kegiatan yang dikemas khusus
untuk para pendamping persalinan terutama suami atau calon ayah
karena tidak jarang bahwa seorang calon ayah merasa cemas dan
panik karena tidak mengerti apa yang terjadi dan tidak tahu apa yang
harus dia lakukan untuk meringankan rasa sakit yang dialami istri
tercintanya, sehingga tanpa disadari banyak sekali pendamping
persalinan yang justru “menjadi sumber masalah” atau menjadi
sumber stres yang alhasil membuat seorang ibu merasa “down”
bahkan akhirnya mengambil keputusan yang kurang bijak.

2. Tujuan Inovasi Kelas Ibu Hamil


a. Ibu hamil disiapkan secara fisik dan psikologis sehingga siap
menghadapi persalinan.
b. Memfasilitasi ibu hamil menuju persalinan alami minim
intervensi medis.
c. Menjalin kebersamaan Ayah dan Bunda dalam menghadapi
persalinan.

3. Sasaran Inovasi Kelas Ibu Hamil


Peserta adalah ibu hamil dan pendamping dengan usia
kehamilan memasuki Trimester III atau usia kehamilan diatas 30
minggu. Pertemuan dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan berturut
turut selama 3 minggu

4. Pelaksanaan Inovasi Kelas Ibu Hamil


a. Fasilitator
Fasilitator adalah tenaga kesehatan yang sudah tersertifikasi
sebagai pelaksanan Sekolah Ayah Bunda.
b. Materi
Adapun materi yang diberikan kepada peserta adalah :
1) Fisiologi kehamilan
2) Rileksasi
3) Teknik pernafasan
4) Nutrisi
5) Olah tubuh dan olah pikir
6) Manajemen nyeri persalinan non farmakologi
7) Pijat endorphin
8) Perencanaan persalinan
c. Sarana dan Prasarana
1) Zoom Meeting
2) Aroma therapy
3) Matras, balok dan selimut
4) Ball birthing
5) Kain Rebozo
6) Alat peraga
7) Sound system
8) Modul dan buku kerja

C. Konsep Pemberdayaan
1. Pengertian
Empowerment atau yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
berarti pemberdayaan merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai
bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan
barat utamaya Eropa. Untuk memahami konsep empowerment secara
tepat dan jernih memerlukan upaya pemahaman latar belakang
kontekstual yang melahirkannya. Secara konseptual, pemberdayaan
atau pemerkuasaan (empowerment) berasal dari kata power
(kekuasaan atau keberdayaan). Karena ide utama pemberdayaan
bersentuhan dengan kemampuan untuk membuat orang lain
melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat
mereka (Edi Suharto, 2005).
Pemberdayaan merupakan suatu usaha atau upaya yang
dilakukan dalam rangka mengembangkan kemampuan dan
kemandirian individu atau masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya. Masyarakat dapat tahu potensi dan permasalahan yang
dihadapinya dan mampu menyelesaikannya, (Tantan, 2009).
Menurut Eddy Papilaya yang dikutip oleh Zubaedi, bahwa
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun kemampuan
masyarakat, dengan mendorong, memptivasi, membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk
mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata (Zubaidi, 20017).
Dari beberapa pernyataan tentang pengertian pemberdayaan,
dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu upaya yang
dilakukan oleh seseorang maupun kelompok melalui berbagai
kegiatan pemberian ketrampilan, pengembangan pengetahuan,
penguatan kemampuan atau potensi yang mendukung agar dapat
terciptanya kemandirian, dan keberdayaan pada masyarakat baik itu
dari segi ekonomi, kesehatan, sosial, budaya, maupun pendidikan
untuk membantu memecahkan berbagai masalah-masalah yang
dihadapi.

2. Tahap Pemberdayaan
Pemberdayaan sebagai suatu proses, tentunya dilaksanakan
secara bertahap, dan tidak bisa dilaksanakan secara instan. Adapun
tahapan pemberdayaan menurut Ambar Teguh Sulistyani yang dikutip
oleh Aziz Muslim (2012) dalam buku yang berjudul Dasar-Dasar
Pengembangan Masyarakat, bahwa tahap-tahap yang harus dilalui
dalam pemberdayaan diantaranya adalah :
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku.
Perlu membentuk kesadaran menuju perilaku sadar dan peduli
sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. Dalam
tahapan ini pihak yang menjadi sasaran pemberdayaan harus
disadarkan mengenai perlu adanya perubahan untuk merubah
keadaan agar dapat sejahtera. Sentuhan penyadaran akan lebih
membuka keinginan dan kesadaran akan tentang kondisinya saat
itu, dan demikian akan dapat merangsang kesadaran akan
perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan
yang lebih baik. Sehingga dengan adanya penyadaran ini dapat
mengunggah pihak yang menjadi sasaran pemberdayaan dalam
merubah perilaku.
b. Tahap trasformasi pengetahuan dan kecakapan ketrampilan
Dalam hal ini perlu adanya pembelajaran mengenai berbagai
pengetahuan, dan kecakapan ketrampilan untuk mendukung
kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan. Dengan adanya
pengetahuan, dan kecakapan ketrampilan maka sasaran dari
pemberdayaan akan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan
ketrampilan yang menjadi nilai tambahan dari potensi yang
dimiliki. Sehingga pada nantinya pemberdayaan dapat berjalan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual dan kecakapan
ketrampilan.
Dalam tahapan peningkatan kemampuan intelektual dan
ketrampilan ini sasaran pemberdayaan diarahkan untuk lebih
mengembangkan kemampuan yang dimiliki, meningkatkan
kemampuan dan kecakapan ketrampilan yang pada nantinya akan
mengarahkan pada kemandirian.

3. Indikator Keberhasilan
Menurut Edi Suharto (2005), suatu kegiatan pemberdayaan
tentunya memiliki beberapa indikator penentu pencapaian dalam
pemberdayaan tersebut. Hasil pemberdayaan merujuk pada
kemampuan orang khususnya kelompok rentan, dan kelompok lemah
sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan dalam hal :
a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki
kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan
pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan,
bebas dari kesakitan.
b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh
barang-barang dan jasajasa yang mereka perlukan.
c. Berpartisipasinya dalam proses pembangunan dan keputusan-
keputtusan yang mempengaruhi mereka. Dari pemaparan diatas
dapat disimpulkan bahwa hasil pemberdayaan dapat dilihat dari
tingkat pemenuhan kebutuhan, peningkatan pendapatan, dan
partisipasi.

D. Pendampingan Persalinan
1. Pengertian
Pendampingan persalinan adalah perilaku kehadiran seorang atau
teman senantiasa memberikan suatu dukungan fisik maupun psikis
secara aktif terus menerus dan berkesinambungan dalam mengikuti
seluruh proses persalinan dari mulai kala I sampai Kala IV terutama
pendampingan suami ketika istri melahirkan. Saat ini kehadiran suami
dianggap penting pada saat persalinan karena seorang suami adalah
orang terdekat yang menyebabkan kehamilan. Kehadiran suami akan
menambah pengalaman emosi positif pada istri. Ibu-ibu lebih sering
mengatakan, kelahiran bagaikan suatu pengalaman puncak baginya
jika saja suami hadir pada peristiwa itu (Entwilsle dan Doering, dalam
Dagun 2002).

2. Tujuan utama pendampingan persalinan


Untuk memberi dukungan secara fisik emosional dan psikologi
sehingga proses persalinan mempunyai makna yang positif baik bagi
ibu, suami, anak dan keluarga.

3. Manfaat Pendampingan bagi suami


a. Memberi rasa tenang dan penguat psikis pada istri.
Suami adalah orang terdekat yang dapat memberikan rasa aman
dan tenang yang diharapkan istri selama proses persalinan.
Ditengah kondisi yang tidak nyaman, istri memerlukan pegangan,
dukungan, dan semangat untuk mengurangi kecemasan dan
ketakutannya.
b. Selalu ada bila dibutuhkan
Dengan berada disamping istri, suami siap membantu apa saja
yang dibutuhkan istri.
c. Kedekatan emosi suami-istri bertambah.
Suami akan melihat sendiri perjuangan hidup dan mati sang istri
saat melahirkan anak sehingga membuatnya semakin sayang
kepada istrinya.
d. Menumbuhkan naluri kebapakan
Suami akan lebih menghargai istri.
Melihat pengorbanan istri saat persalinan suami akan dapat lebih
menghargai istrinya dan menjaga perilakunya. Karena dia akan
mengingat bagaimana besarnya pengorbanan istrinya.

4. Dukungan suami selama mendampingi proses persalinan


Pendampingan tidak bisa lepas dari dukungan sosial suami. Dukungan
sosial dapat berupa dukungan internal dan eksternal. Dukungan sosial
internal seperti dari suami/ayah, istri/ibu, atau dukungan saudara
kandung. Dukungan sosial eksterna adalah dukungan dari luar
keluarga (Friedman, 1998). Ada 4 dukungan sosial suami yaitu :
a. Dukungan emosional
Dukungan emosional dari suami akan membuat istri merasa
berharga, nyaman, aman, terjamin dan disayangi. Sumber utama
dukungan pria adalah pasangannya. Keluarga sebagai tempat
yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
membantu penguasaan terhadap emosi. Aspekaspek dari
dukungan emosional meliputi adanya kepercayaan, perhatian,
mendengarkan dan didengarkan.
b. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah penyebar informasi tentang
dunia. Keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,
informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.
Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran,
petunjuk dan pemberian informasi.
c. Dukungan Instrumental
Adalah dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk materi
dan waktu yang bertujuan untuk meringankan beban bagi individu
yang membutuhkan orang lain untuk memenuhinya. Suami harus
mengetahui jika istri dapat bergantung padanya jika istri
memerlukan bantuan. Keluarga merupakan sebuah sumber
pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya : kesehatan penderita
dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya
penderita dari kelelahan. Dukungan instrumental adalah tingkah
laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang
sifatnya materi atau tenaga.
d. Dukungan Penghargaan (Penilaian)
Adalah dukungan yang terjadi lewat ungkapan
hormat/penghargaan positif untuk orang lain, contohnya : pujian,
persetujuan orang lain. Keluarga bertindak sebagai sebuah
bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan
masalah dan memberikan support, penghargaan, perhatian.

Dukungan dari profesional kesehatan merupakan faktor lain


yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka
terutama berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku tersebut
merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi
perilaku individu dengan cara menyampaikan antusias mereka
terhadap tindakan tertentu dari individu, dan secara terus menerus
memberikan penghargaan yang positif bagi individu (Niven, 2002).
Hal tersebut dibutuhkan dalam pendampingan, ibu dalam
melahirkan mempunyai 4 keinginan dasar yaitu ditemani oleh orang
lain, mendapat pengurangan rasa sakit, mendapatkan jaminan tujuan
yang aman baik bagi dirinya maupun bagi bayinya, juga mendapatkan
perhatian yang menerima sikap pribadinya dan perilakunya selama
persalinan (Lesser dan Kean dalam Hamilton,1995).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendampingan persalinan


Menurut Hamilton (1995), factor yang mempengaruhi pendampingan
persalinan adalah sebagai berikt :
a. Sosial
Manusia adalah mahluk sosial, dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain, individu yang dapat
berinteraksi kontinyu akan lebih besar terpapar informasi,
sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi hubungan
individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut
komunikasi media. Dengan demikian hubungan sosial dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal.
b. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga
dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibandingkan
dengan keluarga status ekonomi lemah.Hal ini akan
mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk
kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
c. Budaya
Diberbagai wilayah di Indonesia terutama di dalam masyarakat
yang masih tradisional menganggap istri adalah konco wingking,
yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum
pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan
keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi
perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misal:
kualitas dan kuantitas makanan yang lebih baik dibanding istri
maupun anak karena menganggap suamilah yang mencari nafkah
dan sebagai kepala rumah tangga.
d. Lingkungan
Adanya kesadaran, sikap, peraktik pelastiran lingkungan intern
keluarga, lingkungan ekstern keluarga, pola hidup keluarga
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
e. Pengetahuan
Bila seorang suami mempunyai pengetahuan baik maka akan
dapat mengindra suatu keadaan dimana kehadirannya sangat
diperlukan dalam pendampingan proses persalinan. f. Sikap Bila
seorang suami mempunyai sikap yang positif maka akan dapat
melakukan pendampingan persalinan dengan baik.
f. Umur
Umur merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
pengetahuan. Semakin tinggi umur seseorang maka semakin
bertambah pula ilmu atau pengetahuan seseorang.
g. Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan
pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah
pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan
istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk
mengambil keputusan secara efektif.

6. Peran pendamping persalinan


Menurut Hamilton (1995) menyatakan peran pendamping selama proses
persalinan yaitu :
a. Mengatur posisi ibu, dengan membantu ibu tidur miring atau sesuai
dengan keinginan ibu disela-sela kontraksi dan mendukung posisi ini
agar dapat mengedan secara efektif saat relaksasi.
b. Mengatur nafas ibu, dengan cara membimbing ibu mengatur nafas
saat kontraksi dan beristirahat saat relaksasi.
c. Memberikan asuhan tubuh dengan menghapuskan keringat ibu,
memegang tangan, memberikan pijatan, mengelus perut ibu dengan
lembut
d. Memberi informasi kepada ibu tentang kemajuan persalinan.
e. Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman f. Membantu ibu
ke kamar mandi
f. Memberikan cairan dan nutrisi sesuai keinginan ibu
g. Memberikan dorongan spiritual dengan ikut berdoa
h. Memberi dorongan semangat mengedan saat kontraksi serta
memberikan pujian atas kemampuan ibu saat mengedan.

7. Keuntungan Pendampingan persalinan


Ada beberapa keuntungan dari pendampingan persalinan yaitu
memperlihatkan efektifnya dukungan fisik seperti memijat punggung ibu
yang sakit, menghapuskan keringat ibu, emosional dan psikologi
(memberikan dukungan dan semangat) selama persalinan dan kelahiran.
Memperlihatkan bahwa kehadiran seorang pendamping secara terus
menerus selama persalinan dan kelahiran akan menghasilkan (Yanti,
2010) :
a. Berkurangnya kelahiran dengan tindakan (forsep, vakum maupun
seksio sesaria).
b. APGAR Score < 7 lebih sedikit.
c. Lama persalinan menjadi semakin pendek.
d. Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman melahirkan
mereka.

8. Pendampingan persalinan
Orang yang dapat melakukan pendampingan persalinan antara lain
adalah suami, keluarga (biasanya ibu sendiri), teman, dan seorang wanita
yang pernah melahirkan dan membesarkan anak yang bekerjanya adalah
membantu wanita lain yang sedang melahirkan dan mengajarkan cara
mengasuh bayi. Dahulu calon ibu yang akan melahirkan selalu ditemani
oleh wanita lain yang mendukungnya (ibunya, saudarinya, teman dan
lain-lain). Wanita bersalin sebaiknya didukung oleh pemberi pelayanan
formal seperti bidan, serta pemberi perawatan informal, seperti
keluarganya.
Persalinan adalah suatu peristiwa dimana ibu masih bisa memilih
untuk ditemani oleh seorang yang sudah menjadi bagian dalam
kehidupan sehari-hari ibu, yang ibu kenal dengan baik dan sepenuhnya
mendukung ibu. Pendamping kelahiran akan membantu ibu untuk rileks
dan menikmati kelahiran bayi. Seorang pendukung kelahiran dapat
mempengaruhi peristiwa persalinan itu sendiri dan perasaan seorang ibu
terhadap persalinannya. Para wanita yang mendapatkan dukungan selama
persalinan akan lebih sedikit campur tangan medis dan melahirkan bayi
yang lebih kuat. Setelah kelahiran bayinya wanita juga akan merasa lebih
baik.
Situasi atau kondisi dimana suami tidak bisa mendampingi selama
proses persalinan Ada beberapa suami yang tidak dapat menemani
istrinya selama proses persalinan karena suatu alasan tertentu, tetapi
kebanyakan dari mereka merasa senang bisa berpartisipasi didalamnya.
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan pria tidak dapat secara aktif
ikut ambil bagian dalam membantu persalinan, mereka hanya melihat
dan menyaksikan proses persalinan istrinya. Alasan lain suami tidak
dapat melakukan pendampingan persalinan adalah (Nolan, 2010) :
a. Tidak semua orang mengetahui tentang proses persalinan, apalagi
peristiwa tersebut baru pertama kali dia lihat.
b. Ada sebagian istri yang tidak menginginkan kehadiran suaminya
disana
c. Mungkin ia takut dan tertekan oleh nyeri yang diderita calon ibu
d. Mungkin ia tidak senang melihat calon ibu bertingkah laku seperti
biasanya
e. Mungkin ia merasa ngeri dengan banyaknya darah yang keluar dari
tubuh wanita
f. Bagi beberapa pria, melihat tubuh pasangannya dilihat oleh dokter
pria adalah hal yang sangat tidak menyenangkan
g. Menyaksikan pasangannya kesakitan dan organ seks wanita rusak
selama melahirkan bisa menimbulkan perasaan bersalah dan
berdampak jangka panjang pada kehidupan seks mereka.
h. Perasaan bersalah karena mereka menganggap dirinya sebagai
penyebab dari penderitaan istrinya sering muncul dibenak calon
ayah, dan bagi pria pengalaman hadir selama persalinan adalah
sesuatu yang tidak ingin mereka ingat kembali. Akan sulit untuk
menjadi pendukung yang total bagi orang lain, jika ia sendiri sedang
kacau.

9. Persiapan sebagai seorang pendamping persalinan


Pendamping persalinan perlu menjaga dirinya sendiri mengenakan
pakaian yang nyaman agar tidak kepanasan, merasa pusing dan tidak
merepotkan calon ibu serta bidan jika pingsan. Makan dan minum yang
cukup agar tidak lelah karena lapar. Sama seperti calon ibu, perlu tahu
dan mengerti apa yang sedang terjadi selama persalinan juga mengalami
pengalaman emosional seperti pasangannya.
Pendamping mempersiapkan persalinan yang bersih dan aman serta
suasana yang menyenangkan, akan merencanakan dengan baik
disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba
terjadi keadaan gawat darurat.
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
1. TujuanUmum
Mengetahui keefektifan inovasi kelas ibu hamil melalui
pemberdayaan pendamping persalinan terhadap persalinan normal di
puskesmas pembina kota palembang tahun 2020.

2. TujuanKhusus
a. Diperoleh gambaran distribusi frekuensi ibuhamil yang
mengikutikelasedukasikehamilandan kelasibuhamildi puskesmas
pembina kota palembang tahun 2020.
b. Mendeskripsikan distribusi proses persalinanibu yang
mengikutiinovasikelasedukasikehamilan dan kelasibuhamildi
puskesmas pembina kota palembang tahun 2020.
c. Menganalisis efektifitaspendampingpersalinan(suami) terhadap
proses persalinan ibu di puskesmas pembina kota palembang
tahun 2020.

B. Manfaat Penelitian
1. Aspek Praktis
a. Diharapkan Inovasi Kelas Ibu Hamil dapat menjadi pilihan
altenatif kelas ibu hamil di Kota Palembang.
b. Dengan mengikuti Inovasi Kelas Ibu Hamil, ibu hamil serta
pendamping persalinan akan memiliki pemahaman yang sama
sehingga mampu bekerjasama sebagai tim yang kompak dalam
mempersiapkan persalinan dan pengasuhan bayinya.
2. Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
kebidanan (memperkuat teori dan penelitian yang sudah ada),
khususnya pengembangan kelas ibu hamil.
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode
eksperimen. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan data berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Sedangkan metode
eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh treatment (perlakuan) tertentu.Ditegaskan dalam penelitian ini
adalahmelihatkeefektifanInovasi Kelas Ibu Hamil Melalui Pemberdayaan
Pendamping Persalinan Terhadap Persalinan Normal
Penelitian ini menggunakan desain posttest only control yakni
menempatkan subyek penelitian ke dalam dua kelas yang dibedakan
menjadi kategori kelas eksperimen dan kelas kontrol serta kedua kelas
tersebut dipilih secara acak (random). Kelas eksperimen diberi perlakuan
inovasi kelas ibu hamil dan kelas kontrol dengan kelasibuhamil
konvensional (tanpapendampingpersalinan).

B. Tempat dan waktuPenelitian


1. Lokasipenelitian
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Pembina Kota Palembang
2. WaktuPenelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – November Tahun2020.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi penelitian
Populasi pada penlitianiniadalahseluruhibuhamil yang yangtercatat di
Puskesmas Pembina Kota Palembang yaitubejumlah 640 orang
ibuhamil.
2. Sampelpenelitian
Sampel dalam penelitian ini adalahibuhamil yang
memenuhikriteriainklusipenelitian yang dilakukansecara random
dengancaramembuatlist untukkelompokeksperimen dan
kelompokkontrol. Ibu hamil yang
datangpertamauntukmemeriksakankehamilannya di Puskesmas
Pembina akandimasukkankedalamkelompokeksperimen,
berikutnyaibuhamil yang
datangkeduadimasukkankedalamkelompokkontrolbegituseterusnyasam
paiterpenuhijumlahsampel. Penelitian menggunakan rumus besar
sampel untuk penelitian analitik komparatif kategorik tidak
berpasangan (D. Sapiyudin, 2018) dengan rumus yaitu:

n= [Zα√2PQ + Zβ√P1Q1 + P2Q2 ] 2

P1 – P2

Keterangan :
n = sampel
Zα = 5%, hipotesis dua arah sehingga deviat baku alfa= 1,96
dengan tingkat kemaknaan 95%
Zβ = deviat baku dengan kekuatan uji penelitian (power) 95%
Q =1-P
Q1 = 1-P1
Q2 = 1-P2
P = (P1+P2)/2
P1- P2 = selisih minimal proporsi (kepustakaan)
P1: 0.15P2: 0,069
n = 16

Dari beberapa jumlah sampel yang didapatkan dari perhitungan


proporsi dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka
ditetapkan sampel sebanyak 16pasang untukkelompokperlakuan dan 16
orang untukkelompokkontrol
D. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
a. Ibu hamil trimester 3
b. Memiliki suami
c. Bersedia mengikuti kelas selama 3 kali pertemuan
2. Kriteria Eksklusi
a. Riwayat CPD
b. Kehamilan dengan resiko
c. Responden berhenti saat penelitian

E. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (Independent variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberdayaan pendamping
persalinan.
2. Variabel terikat (Dependent variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persalinan normal.

F. DefinisiOperasional
Tabel 3.1DefinisiOperasional

Pengukuran
Variabel Definisi Operasional
Skala Penilaian
Pendamping perilaku kehadiran Kategorik 1. Mengikuti Kelas
persalinan seorang atau teman Inovasi Ibu hamil
senantiasa 2. Tidak mengikuti
memberikan suatu Kelas Inovasi Ibu
dukungan fisik hamil
maupun psikis secara
aktif terus menerus
dan
berkesinambungan
dalam mengikuti
seluruh proses
persalinan dari mulai
kala I sampai Kala IV
terutama
pendampingan suami
ketika istri
melahirkan.

Persalinan Ibu Kategorik 1. Normal


Normal melahirkantanpatindaka 2. Dengan Tindakan
n / intervensimedis

G. Alur Penelitian

Skema 3. 2Desain Penelitian

Responden yang memenuhi kriteria inklusi

Inovasi Kelas Ibu Hamil Kelas Ibu Hamil

4 x pertemuan 4 x pertemuan
Bersama pendamping Tanpapendamping

Proses persalinan Proses persalinan

H. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahandata
Pengolahan data pada penelitian ini didasarkan pada teori menurut
Arikunto (2002) yakni dengan melalui empat tahapan yang meliputi
editing, coding, tabulating dan entry.
a. Editing
Pada kegiatan editing penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti
melakukan pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan data yang
diantaranya kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan
kelengkapan isian kuesioner sehingga apabila terdapat
ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera oleh peneliti.
b. Coding
coding merupakan tindakan untuk melakukan pemberian kode atau
angka untuk memudahkan pengolahan data.

c. Tabulating
Tabulating merupakan tahap ketiga yang dilakukan setelah proses
editing dan coding. Kegiatan tabulating dalaam penelitian ini
meliputi pengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian
kemudian dimasukkan ke dalam tabel-tabel yang telah ditentukan
berdasarkan kuesioner yang telah ditentukan skornya.
d. Entry Data
Entry data merupakan proses memasukkan data yang diperoleh
menggunakan fasilitas komputer dengan menggunakan program
SPSS versi 20.0.

2. Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik
subjek penelitian seperti umur, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Analisis Analitik
Menggunakan uji Chi-Square disertai perhitungan OR beserta
interval kepercayaan.

I. Implikasi/Aspek EtikPenelitian
Aspek etik penelitian ini mencakup :
1. Respect for persons (menghormati harkat dan martabatmanusia).
Peneliti memberikan informasi kepada responden mengenai penelitian
yang dilakukan meliputi prosedur, manfaat, risiko dan
ketidaknyamanan, serta kesukarelaan, dan kerahasiaan data. Informasi
diberikan agar subjek dapat mengambil keputusan. Subjek yang setuju
menjadi responden pada penelitian ini diminta persetujuan tertulis
dengan menandatangani lembar persetujuan sebagai responden
(informed consent).
2. Beneficence(memenuhi persyaratan ilmiah dan bermanfaat)
Penelitian ini memberikan manfaat secara langsung bagi subjek yaitu
menilai tingkat kecemasannya dan nyeri persalinannya. Risiko secara
fisik bagi responden sebenarnya tidak ada, hanya saja menimbulkan
ketidaknyamanan karena penelitian ini menyita waktu. Waktu yang
diperlukan dalam penelitian ini yaitu 5-10 menit untuk pengisian
kuesioner. Semua biaya yang terkait dengan penelitian ditanggung oleh
peneliti.
3. Justice(keadilan)
Semua responden dalam penelitian ini diperlakukan secara adil tanpa
melihat suku, status sosial ekonomi dan sebagainya serta
mempertimbangkan hak asasi manusia.
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

A. Hasil
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi pendidikan,
usia, pekerjaan, paritas dan perslinan
a. Pendidikan
Pendidikan dikelompokkan menjadi 2 yaitu tinggi jika
Pendidikan responden ≥ SMA dan rendanf jika pendiidkan
responden ≤ smp. Pendidikan responden dapat dilihat pada tabel
4.1 dibawah ini :

Tabel 4.1 Pendidikan Ibu


Pendidikan f %
Tinggi 15 41.7
Rendah 21 58.3
Total 36 100

Dari tabel 4.1 diatas didapat data bahwa Sebagian besar


responden berpendidikan rendah (≤ smp ) yaitu 21 responden
atau 58,3 % .

b. Pekerjaan
Pekerjaan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu bekerja, bagi ibu
yang sehari harinya melakukan kegiatan diluar pekerjaan rumah
tangga dan menghasilkan uang ( Buruh, berjaulan, bekerja
dikantor atau PNS ) dan tidak bekerja jika ibu sehari harinya
hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga dirumahnya sendiri.
Pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini :
Tabel 4.2 Pekerjaan Ibu
Pekerjaan F %
Bekerja 10 27.8
Tidak Bekerja 26 72.2
Total 36 100

Dari tabel 4.2 diatas didapat data bahwa Sebagian besar


responden tidak bekerja atau hanya mengerjakan pekerjaan
rumah tangga saja dirumahnya yaitu sebanyak 26 orang atau
72.2 %.

c. Usia
Usia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : usia resiko jika usia ibu
< 20 tahun atau > 35 tahun dan tidak resiko jika usia ibu 20 –
35 tahun, dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.3 Usia Ibu


Usia F %
Resiko 1 2.8
Tidak Resiko 35 97.2
Total 36 100

Dari tabel 4.3 diatas didapat data bahwa Sebagian besar


responden tergolong pada kelompok umur tidak resiko ( 20 – 35
tahun ) yaitu 35 orang atau 97,2 %.

d. Paritas
Paritas pada Penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok
yaitu paritas rendah jika jumlah anak hidup responden 1-3 orang
dan paritas tinggi jika jumlah anak hidup responden > 3 orang,
data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.4 Paritas
Paritas F %
Rendah 32 88.9
Tinggi 4 11.1
Total 36 100.0

Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa Sebagian besar


responden mempunyai paritas rendah yaitu 32 orang atau 88,9
%.

e. Persalinan
Persalinan pada penelitian ini persalinan dikelompokkan
menjadi 2 kelompok yaitu persalinan normal jika responden
melahirkan secara spontan dan persalinan dengan Tindakan jika
responden melahirkan dengan Tindakan seperti drip, vakum,
forcep atau dengan SC, dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini :

Tabel 4.5 Persalinan


Persalinan F %
Normal 31 86.1
Dengan Tindakan 5 13.9
Total 36 100

Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar


responden melahirkan normal yaitu 31 orang atau 86,1 %.

2. Pengaruh Kelas Ibu Terhadap Persalinan


Pada penelitian ini responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok ibu hamil yang diberikan intervensi
denganmengikutiInovasi Kelas EdukasiKehamilan,pesertanya adalah
ibu hamil trimester 3bersamapendampingpersalian dan kelompok ibu
hamil yang mengikuti Kelas Ibu Hamiltanpapendampingpersalinan.
Dari hasil uji statistic dengan menggunakan uji Chi-square didapatkan
hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini :

Tabel 4.6 Pengaruh Kelas Edukasi dengan Persalinan


Persalinan Kelas IbuHamil InovasiKelas Value
EdukasiKehamilan
F % f % 0,007
Spontan 10 55,6 17 94,4
Dengan 8 44,4 1 5,6
Tindakan
Total 18 100 18 100

Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa responden yang mengikuti
inovasi kelas edukasikehamilanbersamapendampingpersalinan
sebagian besar bersalin normal yaitu 17 orang atai 94,4 % sedangkan
responden yang mengikuti Kelas Ibu
Hamiltanpapendampingpersalinansebanyak 10 orang atau 55,6 %
bersalin normal. Berdasarkan uji statistic Chi-Square didapatkan p-
value 0,007 < dari p : 0,05 artinya terdapat pengaruh kelas edukasi
terhadap persalinan ibu.

3. Pembahasan
Hasil penelitianinimenunjukkanbahwaterdapatperbedaan yang
signifikan pada proses persalinanibu yang dibuktikandenganhasil uji
perbandinganantaraskor proses persalinan pada kelompokkasus yang
mengikutiinovasikelasedukasikehamilan dan kelompokkontrol yang
mengikutikelasibudengannilaip-value0,007.Secarakategorik pada
kelompokkasus (yang
mengikutiinovasikelasedukasikehamilandenganpendampingpersalinan
) sebagianbesar proses persalinanadalah normal (94,4%).
Suami adalah pendamping persalinan yang sangat penting dan
dianjurkan untuk melakukan peran aktif dalam mendukung ibu dan
mengidentifikasikan langkah-langkah yang mungkin untuk
kenyamanan ibu(Sari dan Kurnia, 2015). Kehadiran suami akan
membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stres dan
kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan,
sehinggamembawa pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak
positif pula pada kesiapan ibu secara fisik(Marmi, 2016).
Dukungan suami dalam proses persalinan akan memberikan
efek pada ibu yaitu dalam hal emosi.Emosi ibu yang tenang,
menyebabkan sel-sel sarafnya mengeluarkan hormonoksitosin yang
reaksinya akan menyebabkan kontraksi pada rahim pada akhir
kehamilan untuk mengeluarkan bayi (Sari dan Kurnia, 2015).
Dukungan suami dapat berupa dorongan, motivasi terhadap istri
baik secara moral maupun material serta dukungan fisik, psikologis,
emosi, informasi, penilaian dan finansial. Dukungan minimal berupa
sentuhan dan kata-kata pujian yang membuat nyaman serta memberi
penguatan pada saat proses persalinan berlangsung hasilnya akan
mengurangi durasi kelahiran (Marmi, 2016).
Proses persalinan merupakan peristiwa yang melelahkan
sekaligus beresiko. Tidak mengherankan, calon ibu yang akan
melahirkan diselimuti perasaan takut, panik, dan gugup. Ibu menanti
kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya. Terdapat perasaan
tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat pada waktunya.
Ibu takut terhadap hidupnya dan bayinya dan tidak tahu kapan akan
melahirkan. Ibu merasa takut akan rasa sakit dan bahaya yang akan
timbul pada saat melahirkan (Adelina, 2014).
Proses kelahiran anak adalah alami asalkan kondisi fisik
memadai tidak akan mengalami banyak kesulitan, akan tetapi proses
kelahiran ini masih sering diselimuti misteri, ketidaktahuan dan rasa
takut dalam pikiran banyak orang. Ada kalanya hal in disebabkan oleh
informasi dan pengertian yang salah tentang berfungsinya tubuh
secara normal. Akhirnya proses kelahiran itu sendiri mungkin menjadi
lebih sulit pada ibu yang ketakutan, sehingga ketegangannya
menghambat proses alami dan justru mengakibatkan rasa sakit yang
dicemaskan(Susilowati, 2012).
Untuk itu perlu adanya orang yang memberikan dukungan
khususnya suami. Kehadiran pendamping pada saat persalinan dapat
menimbulkan efek positif terhadap persalinan, dalam arti dapat
menurunkan morbiditas, mengurangi rasa sakit, mempersingkat
persalinan, dan menurunkan angka persalinan dengan operasi
termasuk bedah besar. Selain itu, kehadiran pendamping perslinan
dapat memberikan rasa nyaman, semangat, dukungan emosional, dan
dapat membesarkan hati ibu (Jannah, 2017)
Dukungan keluarga khususnya suami sangat berperan dalam
menjaga atau mempertahankan integritas seseorang baik secara fisik
ataupun psikologis. Seseorang dalam keadaan stres akan mencari
dukungan dari orang lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut,
maka diharapkan dapat mengurangi kecemasan. Selain berperan
dalam melindungi seseorang terhadap sumber stres, dukungan suami
juga memberikan pengaruh positif terhadap kondisi kesehatan ibu
hamil.
Seseorang dengan dukungan keluarga yang tinggi akan dapat
mengatasi stresnya dengan baik (Aprinawati, 2007 dalam Adelina,
2014). Kehadiran orang kedua atau pendamping atau penolong
persalinan dapat memberi kenyamanan pada saat bersalin. Kehadiran
pendamping terutama suami pada saat persalinan dapat menimbulkan
efek positif terhadap persalinan, yaitu dapat menurunkan morbiditas,
mengurangi rasa sakit, mempersingkat persalinan, dan menurunkan
angka persalinan dengan operasi termasuk bedah caesar (Marmi,
2016).
Dukungan suami secara langsung sangat bermanfaat bagi
kesehatan dan kesejahteraan ibu bersalin serta dapat mengurangi
kecemasan dan ketidakberdayaan ibu bersalin yang sedang mengalami
stres dan cemas akan mendapatkan perasaan dan pengalaman positif
bahwa kehidupan dapat berjalan stabil bila mendapat dukungan dari
lingkungan sekitarnya.
Dukungan suami dapat memodifikasi reaksi ibu bersalin tentang
stressor kecemasan setelah melakukan penilaian sebelumnya. Ibu
bersalin yangtidak mendapatkan dukungan dari keluarga terutama
suaminya mempunyai kecenderungan tinggi mengalami dampak
negatif dari stres dan cemas (Jannatun, 2010 dalam Adelina, 2014).
Adanya dukungan yang diberikan suami pada saat ibu akan bersalin
maka akan berpengaruh terhadap fisik dan psikis baik pada ibu
maupun janin. Adanya dukungan keluarga terutama dukungan yang
didapatkan dari suami akan menimbulkan ketenangan batin dan
perasaan senang dalam diri ibu (Rahmat, 2013 dalam Adelina, 2014).
Menurut asumsi peneliti, kehadiran pendampingpersalinan
(suami) terhadap ibu
hamilselamamengikutiinovasikelasedukasikehamilandapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap ibu.
Suamimendapatkaninformasi yang samadenganistrinyatentang proses
kehamilan dan apa yang harusdilakukansuami pada saat proses
persalinannantinya.
Dengan adanya pendampingpersalinan (suami) ibu dapat
berbagi rasa sakit dan suami dapat menghibur istri dengan memegang
tangan istri dan memberikan motivasi agar istri lebih kuat dalam
menjalani proses persalinan,
karenaselamamengikutiinovasikelasedukasikehamilan, ibu dan
suamidiajakbekerjasamadenganmemberdayakandirimereka dan
bekerjasamadalamsebuahtimkelahiran. Hal ini karena dengan
pendampingan yang baik dari suami membawa dampak yang sangat
positif bagi ibu bersalin.
Kebanyakansuami Ketika
menemanipersalinanistrinyamerekatidaktahuharusmelakukanapa.
Keberadaan suami tidak cukup hanya sekedar menemani ibu bersalin,
melainkan dukungan yang bersifat positif dan melakukan peran untuk
meningkatkan kenyamanan ibu, mengurangi nyeri serta
kecemasanyang sedang dialami ibu. Dukungan yang membawa
dampak positif bagi ibu bersalin adalah dukungan yang bersifat fisik
dan emosioanl, seperti menggosok punggung ibu, memegang
tangannya, mempertahankan kontak mata, ditemani oleh orang-orang
yang ramah, dan diyakinkan bahwa ibu berada dalam proses
persalinan tidak akan ditinggal sendirian. Hal inilah yang diajarkan
pada inovasikelasedukasikehamilan.
Dengan adanya pendampingan suami pada saat bersalin akan
menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri ibu.
Pendampingan suami dapat menimbulkan emosi (senang) dari ibu,
yang akan menjadi impuls ke neurotransmitter ke sistem limbik dan
diteruskan ke amigdala kemudian ke hipotalamus sehingga terjadi
perangsangan pada nukleus ventromedial dan area disekelilingnya
sehingga menimbulkan perasaan tenang dan akhirnya kecemasanpun
menurun. Dukunganpositifinilah yang berperan pada proses
persalinanibu, ehinggaibubisamelahirkansecara normal.

B. LuaranPenelitian
Luaran penelitian ini adalah publikasi berupa satu artikel ilmiah yakni jurnal
nasional yang terakreditasi. Luaran penelitian dari skema ini juga berupa
produk e modul dan bukuInovasi Kelas Ibu Hamil.
BAB VI
RENCANA TAHAP BERIKUTNYA

Pada
penelitianberikutnyapenelitiakanmelakukanpenelitianlanjutandenganmelihatberap
alamanya kala I, kala II ibu dan manajemennyeridalam proses persalinan normal
denganmelakukankegiatanrelaksasifisik dan relaksasiemosi di Room Birthing.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Distribusi frekuensi ibuhamil yang mengikutikelasedukasikehamilan
dan kelasibuhamildi puskesmas Pembina kota Palembang tahun
2020kategoribaik.
2. Di puskesmas Pembina kota Palembang tahun 2020, sebagianbesar
proses persalinanibu yang
mengikutiinovasikelasedukasikehamilanadalahmelahirkan normal
dibandingibu yang mengikutikelasibuhamilhanyasebagiankecil proses
persalinannnya normal.
3. Efektifmengikutiinovasikelasedukasikehamilandenganpendampingper
salinan (suami) terhadap proses persalinan normal di puskesmas
Pembina kota Palembang tahun 2020.

7.2 Saran
1. Kepadamasyarakat,
dianjurkanuntukmengikutiinovasikelasedukasikehamilandenganpenda
mpingpersalinan, karena punya dampakpositifterhadap proses
persalinan normal.
2. Kepadainstitusipelayanankesehatan dapat memfasilitasi
edukasikelasibuhamildenganpendamping persalinan(suami), agar
suamimemberdayakandirinya pada saat proses
persalinansehinggabisamelahirkan normal.
3. Kepadainstitusi Pendidikan
dapatmemfasilitasiinovasikelasedukasikehamilandalam proses
belajarmengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, E. 2014. Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu


Hamil Menghadapi Persalinan Di Puskesmas Turi Sleman. Skripsi.
Program Studi Ners STIKES Alma Ata. Yogyakarta (diunduh 07
November 2017).

Azis Muslim. 2012. Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat. Yogyakarta:


Samudra Biru.

Cunningham. 2013. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu


Hamil. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

D. Sapiyudin. 2018. Metode Multiaksial Statistik Diagnostik. Jakarta. PT


Epidemiologi Indonesia

R. Garantly Dick. 1949. Childbirth Without Fear (This large print edition published
by Pollinger in Print 2006). London

Edi Soeharto. 2005. Membangun Masyarakat dan Memberdayakan Rakyat.


Jakarta: PT. Refika Aditama.

Himatusujanah, dan Rahayuningsih, F.B., 2008, Hubungan Tingkat Kepatuhan


Pelaksanaan Protap Perawatan Luka dengan Kejadian Infeksi Luka Post
Sectio caesarea (SC) di Ruang Mawar I RSUD DR. Moewardi Surakarta,
http://eprints.ums.ac.id/1129/1/4e.pdf, 10 Oktober 2019.

Jannah, N. 2017. Askeb II Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI (2019) Laoran Nasional RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan
Kemenkes. (2011) Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Direktorat Jendral
Bina Gizi dan KIA. Jakarta

Machmudah. (2010). Pengaruh Persalinan dengan Komplikasi terhadap


Kemungkinan Terjadinya Postpartum Blues di Kota Semarang. Diunduh
dari www.lib.ui.ac.id. tanggal 10 Oktober 2019

Marmi. 2016. Intranatal Care Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Yogyakarta:


Pustaka Belajar.

Rasjidi, Imam. (2009). Manual Seksio Sesarea & Laparotomi Kelainan Adneksa.
Jakarta: CV Sagung Seto.

Sari, E.P dan Kurnia. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care).
Jakarta: TIM.

Susilowati, Dewi. 2012. Pengaruh Dukungan Keluarga dan Paritas Terhadap


Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Dalam Menghadapi Persalinan Di RB
Harapan Bunda. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.

WHO. World Health Statistics 2015: World Health Organization; 2015

Zubaedi, Wacana Pembangun Alternatif: Ragam Prespektif Pembangunan dan


Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Ar Ruzz Media,2007), hlm 42

Anda mungkin juga menyukai