Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN FISIOLOGIS


TERHADAP NY. D G1P0A0 DI PUSTU LONDERANG
KABUPATEN MUARO JAMBI
TAHUN 2023

Dosen Pembimbing:
Nurmisih, S.Pd. M.Kes

Oleh :
Ria Harmonis
PO.71242230014

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin” guna
memenuhi tugas Stase Persalinan Program Studi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi TAHUN 2023.

Jambi, November 2023

Mahasiswa

Ria Harmonis
PO.71242230014

Mengetahui :

Preseptor Akademik Pembimbing Lahan

(Nurmisih, S.Pd. M.Kes) (Syami Septiani, Am.Keb)

i
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif Ibu Bersalin
Fisiologis Pada NY. D G1P0A0 hamil 39-40 minggu.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas praktik klinik kebidanan
stase kehamilan yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus
dilalui dalam proses pendidikan profesi kebidanan. Dalam penyusunan laporan ini
penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Y u l i S u r y a n t i , M . K e b selaku Kepala Jurusan Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Jambi

1. Ibu Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi
2. Ibu Nurmisih, S.Pd. M.Kes selaku Dosen Pembimbing Institusi
3. Ibu Dianti Endang Setianingsih, S.ST selaku pembimbing lahan praktik (CI) di
Pustu Londerang
4. Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak
masukan dalam laporan ini yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada
penulis sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari
dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang
berguna bagi yang membutuhkannya.

Jambi, November 2023

Penulis
2

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ................................................................................................ i
Kata Pengantar......................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................. iii
Daftar Gambar ........................................................................................................ iv
Daftar Tabel ............................................................................................................ v

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2
D. Manfaat .................................................................................................. 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Persalinan....................................................................... 4
1. Pengertian Persalinan .................................................................... 4
2. Mekanisme persalinan .................................................................. 4
3. Tanda dan Gejala Persalinan ........................................................ 10
4. Perubahan Fisiologi dalam Persalinan .......................................... 12
5. Perubahan Psikologis dalam Persalinan ....................................... 14
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persalinan............................... 15
7. Tahapan Persalinan ....................................................................... 17
8. Langkah-langkah Pertolongan Persalinan .................................... 23
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan.......................................................... 31
C. Teori Evidence Based Midwivery.......................................................... 34

BAB III. TINJAUAN KASUS


A. Kala I Persalinan ................................................................................... 42
B. Kala II Persalinan .................................................................................. 50
C. Kala III Persalinan ................................................................................ 52
D. Kala IV Persalinan ................................................................................ 53

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Data Subjektif..................................................................... 53
3

B. Pengkajian Data Objektif....................................................................... 55


C. Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial...................................... 56
D. Penatalaksanaan dengan pendekatan holistik berdasarkan Evidence Based
Midwivery (EBM)/Evidence Based practice (EBM)Teori EMB .......... 56

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 60
B. Saran ...................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1 Gambar Proses Descent............................................................................ 5


2.2 Gambar Tingkat Masuknya Kepala Pada Pintu Atas Panggul ................ 6
2.3 Gambar Proses Penurunan Kepala Janin.................................................. 8
2.4 Gambar Pathway Persalinan .................................................................... 29
2.5 Gambar Mind mapping Persalinan .......................................................... 30
5

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan dan kesejahteraan merupakan salah satu dari tujuan SDGs 2030. Di
Indonesia, Suistainable Development Goals (SDGs) pada sektor kesehatan yang
mulai dikerjakan pada tahun 2016 meliputi masalah yang masih perlu diupayakan
sebagai kelanjutan dari MDGs (Milenium Development Goals) pada tahun 2014 lalu
yang terdiri dari 17 point. Salah satu poin penting dari sector tersebut yaitu
Penurunan Angka Kematian Ibu (http://www.depkes.go.id)
Berdasarkan SDKI tahun 2018, AKI di Indonesia tercatat sebanyak 305 dari
100.000 kelahiran hidup. Tingginya AKI ini dapat disebabkan oleh perencanaan
kehamilan yang kurang matang sehingga perempuan melahirkan dengan kondisi
terlalu sering, terlalu dekat, terlalu muda atau terlalu tua. Angka Kematian Ibu
(AKI) di Provinsi Jambi tahun 2019 adalah 90 per 100.000 kelahiran hidup . Di
KABUPATEN MUARO JAMBI jumlah kematian ibu ditahun 2019 tercatat 9 kasus
dan Bungo menempati urutan kedua tertinggi di Provinsi Jambi dalam kurun waktu
tersebut (Dinas Kesehatan provinsi Jambi, 2019).
Persalinan adalah proses alami yang berlangsung dengan sendirinya, persalinan
pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun
janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan
fasilitas yang memadai (Manuaba. 2019). Pengertian primigravida adalah seorang
wanita yang pertama kali hamil (Prawirohardjo, 2018). Grande multipara adalah
kehamilan lebih dari 4 kali. Grande multipara termasuk dalam kehamilan dengan
resiko tinggi. Ibu hamil dengan resiko tinggi memiliki bahaya yang lebih besar pada
waktu kehamilan maupun persalinan bila dibandingkan dengan ibu hamil normal.
Komplikasi Grande Multipara dalam kehamilan meliputi, Perdarahan ante partum,
Solusio Plasenta, Plasenta Previa, Abortus. Sedangkan komlpikasi Grande Multipara
dalam persalinan, meliputi Atonia Uteri , Ruptur Uteri, dan Prolaps Uteri.
Kehamilan dan persalinan dengan resiko tinggi dapat dicegah bila ditemukan sedini
mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaiakan (http://academia.edu).
Dengan pendekatan yang dianjurkan menganggap bahwa semua kehamilan
beresiko sehingga setiap ibu hamil mempunyai akses ketenaga kesehatan, yang
salah satunya adalah bidan. Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat
6

memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan


kewenangannya. Salah satunya adalah PUSTU LONDERANG yang memberikan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak,
seperti pemeriksaan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi.
Sehingga untuk itu pada kesempatan ini penulis menyusun laporan asuhan
kebidanan komprehensif pada ibu bersalin yang di lakukan di PUSTU
LONDERANG.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan
Persalinan Normal pada Ny. D G1P0A0H0 usia kehamilan 39-40 minggu di PUSTU
LONDERANG TAHUN 2023?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan kebidanan persalinan fisiologis pada Ny. D
G1P0A0H0 39-40 minggu di PUSTU LONDERANG secara holistik dengan
pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada ibu hamil Ny. D G1P0A0H0 39-40 Minggu di
PUSTU LONDERANG.
b. Menginterpretasikan data pada ibu hamil Ny. D G1P0A0H0 39-40 Minggu di
PUSTU LONDERANG.
c. Merumuskan diagnosa potensial pada ibu hamil Ny. D G1P0A0H0 39-40
Minggu di PUSTU LONDERANG.
d. Mengantisipasi tindakan pada ibu Ny. D G1P0A0H0 39-40 Minggu di
PUSTU LONDERANG.
e. Menyusun rencana tindakan pada ibu hamil Ny. D G1P0A0H0 39-40 Minggu
di PUSTU LONDERANG.
f. Melaksanakan rencana tindakan pada ibu hamil Ny. D G1P0A0H0 39-40
Minggu di PUSTU LONDERANG.
g. Mengevaluasi tindakan pada ibu hamil Ny. D G1P0A0H0 39-40 Minggu di
PUSTU LONDERANG.
7

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis/Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan Asuhan
Kebidanan Persalinan Normal.
2. Bagi Lahan Praktik
Dapat menjadi sumber pengetahuan, studi banding dan strategi bagi bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan persalinan fisiologis.
3. Bagi Institusi
Menambah literature atau sumber bacaan tentang asuhan kebidanan persalinan
fisiologis.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses alami yang berlangsung dengan sendirinya,
persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu
maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan
pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 2019).
Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal, dimana proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu).
Peran ibu itu sendiri sangat penting dalam proses persalinan dan peran petugas
kesehatan membantu persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi
sedangkan peran keluarga memberikan dukungan pada ibu bersalin (Saifudin,
2016).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati
yang ditandai dengan perubahan progresif pada servik, dan diakhiri dengan
kelahiran plasenta (Varney, 2007)
2. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses
persalinan yang meliputi langkah sbb :
a. Engagment
Pada minggu-minggu akhir atau pada saat persalinan dimulai kepala
masuk lewat PAP ummnya dengan dengan presentasi biparietal (diameter
lebar paling panjang berkisar 8,5-9,5 cm ) atau 70% pada pangul ginekoid
(Cunningham dkk, 2018).
Masuknya kepala :
1) Pada primi terjadi pada bulan terakhir kehamilan
2) Pada multi terjadi pada permulaan persalinan kepala masuk pintu atas
panggul dan sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas
panggul ( sinklitismus ) atau miring/membentuk sudut dengan pintu aras
panggul ( asinklitismus aterior/ posterior)
9

Masuknya kepala kedalam PAP → dengan fleksi ringan, sutura


sagitalis / SS melintang .
Bila SS ditengah-tengah jalan lahir : synklitismus
Bila SS tidak ditengah-tengah jalan lahir : asynklitismus
Asynklitismus posterior : SS mendekati simfisis
Asynklitismus anterior : SS mendekati promontorium
b. Desent
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur pelvis dengan
hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan kepala
berlangsung lambat.
Descent/ penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari
cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan kontraksi
diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada saat persalinan, dengan sumbu
jalan lahir:
1) Sinklitismus yaitu ketika sutura sagitalis sejajar dengan sumbu jalan lahir
2) Asinklistismus anterior: Kepala janin mendekat ke arah promontorium
sehingga os parietalis lebih rendah.
3) Asinklistismus posterior: Kepala janin mendekat ke arah simfisis dan
tertahan oleh simfisis pubis (Cunningham dkk, 2018).
Gambar 2.1.
Proses Descent (Sinklitismus, Asinklitismus anterior, dan Asinklitismus
posterior)

Sumber: Cunningham et. al. (2018)


10

c. Flexion
Fleksi (flexion): Segera setelah bagian terbawah janin yang turun
tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan
normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada janin. Fleksi ini
disebabkan oleh:
1) Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah ke
dada.
2) Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang belakang
sehingga kekuatan his dapat menimbulkan fleksi kepala.
3) Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga dagu
lebih menempel pada tulang dada janin .
4) Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima tahanan
sehingga memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi fleksi
untuk mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir
(Cunningham dkk, 2018).

Gambar. 2.2
Tingkat masuknya kepala pada pintu atas panggul

Sumber: King, et all, 2019


d. Internal rotation (putaran paksi dalam)
11

Rotasi interna ( putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala,


putaran ubun-ubun kearah depan ( kebawah simfisis pubis ), membawa
kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis
Perputaran kepala (penunjuk) dari samping kedepan atau kearah
posterior ( jarang) disebabkan :
1) Ada his selaku tenaga/gaya pemutar
2) Ada dasar panggul beserta otot-otot dasar panggul selaku tahanan
Bila tidak terjadi putaran paksi dalam umumnya kepaa tidak turun lagi
dan persalinan diakhiri dengan tindakan vakum ekstraksi.
Pemutaran bagian depan anak sehingga bagian terendah memutar
kedepam kebawah simfisis .
3) Mutlak terjadi karena perlu menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir
4) Terjadi dengan sendirinya, selalu bersamaan dengan majunya kepala
5) Tidak terjadi sebelum sampai hidge III
6) Sebab-sebab putaran paksi dalam:
Pada letak fleksi → bagian belakang kepala merupakanbagian terendah
Bagian terendah mencari tahanan paling sedikit, yaitu didepan atas
( terdapat hiatus genitalis )
Ukuran terbesar pada bidang tengah panggul →diameter antereposterior
e. Extension
Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makinturun dan
menyebabakan perineum distensi. Pada saat ini puncak kepala berada di
simfisis dan dalam keadaan begini kontraksi perut ibu yang kuat mendorong
kepala ekplusi dan melewati introitus vaginae.
1) Defleksi dari kepala
2) Pada kepala bekerja 2 kekuatan yaitu mendesak kepala kebawah dan
tahanan dasar panggul yang menolak keatas
→resultantenya kekuatan kedepan atas
3) Pusat pemutaran : hipomoklion
4) Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah
oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-
turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, ulut, dagu.
12

f. Externa rotation ( restution)


Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala keposisi pada
saat engegment. Dengan demikian bahu depan dan belakang dilahirkan lebih
dahulu dan diikuti dada, perut, bokong, dan seluruh tungkai
1) Setelah kepala lahir →memutar kembali kearah punggunguntuk
menghilangkan torsi pada leher (putaran restitusi)
2) Selanjutnya putaran dilanjutkan sampai belakang kepala berhadapan
dengan tuber isochiadikum sefihak → putaran paksi luar sebenarnya
3) Putaran paksi luar disebabkan ukuran bahu menempatkan diri dalam
diameter antereposterior dari PAP
4) Setelah putaran paksi luar → bahu depan dibawah simfisis menjadi
hipomoklion kelahiran bahu belakang
5) Bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh badan anak.
g. Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat
tahanan dari pinggir PAP serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
h. Ekspulsi
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung
dilakukan pengeluaran anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼
bahu ke arah anterior dan posterior dan badan bayi keluar dengan sangga
susur.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Winjaksosastro (2022), Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Persalinan adalah sebagai berikut:
a. Kekuatan mendorong ibu
b. Faktor Janin (Passanger)
c. Jalan Lahir (Passage)
13

Gambar 2.3
Proses penurunan kepala janin

Sumber: Cuningham, et all (2018)


14

3. Tanda dan Gejala Persalinan


Menurut Kemenkes. RI (2016) tanda dan gejala persalinan adalah sebagai
berikut:
a. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
1) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi
sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah
2) Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium
kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala
janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini
menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk
sering kencing yang disebut Pollakisuria.
3) False labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu
diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
a) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
b) Tidak teratur
c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu
dan bila dibawa jalan malah sering berkurang
d) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
4) Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan
bahwa cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak, kemudian
menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi
pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masingmasing
ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada
primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
15

5) Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28
jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa
kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari
sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini
tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah,
mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah lainnya
sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga
persalinan menjadi panjang dan sulit.
6) Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,
obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap
sistem pencernaan.
b. Tanda-tanda persalinan
1) Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut :
a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
b) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
c) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya
makin besar
d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
e) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi
dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
2) Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
3) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
16

4) Premature Rupture of Membrane


Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari
jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.
Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap
dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali.
Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan
kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun
demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar.
4. Perubahan Fisiologi dalam Persalinan
Menurut King, et all (2019) Selama rentan waktu dari adanya his sampai
pembukaan lengkap 10 cm terjadi beberapa perubahan yang fisiologis.
Perubahan fisiologis kala I meluputi:
a. Perubahan pada serviks
1) Pendataran pada serviks/effacement
Pendataran pada serviks adalah pendekatan dari kanalis servikalis
yang semula berupa sebuah saluran panjang 1-2 cm, menjadi sebuah
lubang saja dengan pinggir yang tipis.
2) Pembukaan serviks
Pembukaan serviks disebabkan kerena pembesaran Ostium Uteri
Eksternum (OUE) karena otot yang melingkar di sekitar ostium
meregang untuk dilewati kepala. Pada pembukaan 10 cm atau
pembukaan lengkap, bibir portio tidak terba lagi.
b. Perubahan sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan
kenaikan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-
rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi tekanana darah akan turun seperti
sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi jika terjadi kontraksi.
Posisi tidur terlentang selama persalinan akan mengakibatkan adanya
penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta), yang
menyebabkan sirkulasi darah baik ibu maupun janin akan terganggu,
ibu biasanya mengalami hipotensi dan janin mengalami asfiksia.
17

2) Denyut jantung
Denyut jantung meningkat selama kontraksi. Dalam posisi
terlentang denyut jantung akan menurun. Denyut jantung antara
kontraksi sedikit lebih tinggi dibandingkan selam periode segera
sebelum persalinan.
c. Perubahan metabolisme
Selama persalinan baik metebolisme karbohidrat aerobik maupun
anaerobik akan naik secara perlahan, kenaikan ini sebagian besar
disebabkan karena kecemasan serta kegiatan otot keranka tubuh.
d. Perubahan sistem respirasi
Pada respirasi atau pernapasan terjadi kenaikan sedikit dibandingkan
sebelum persalinan, hal ini disebabkan adanya rasa nyeri, kehawatiran
serta penggunaan tekhnik pernapasan yang tidak benar.
e. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos
uerus dan penurunan hormon progesterone yang menyebabkan keluarnya
hormon oksitosin.
f. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen Atas Rahim (SAR) dibentuk oleh corpus uteri yang sifatnya
aktif yaitu berkontraksi, dan dinding tambah tebal dengan majunya
persalinan serta mendorong anak keluar.
g. Perubahan hematologist
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gram/100 ml selama persalinan dan
kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama setelah persalinan
apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan. Jumlah sel darah
putih meningkat secara progresp selama kala I persalinan sebesar 5000 s/d
15000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap.
h. Perubahan renal
Polyuri sering terjadi selama persalinan, di karenakan oleh kardiak
out-put yang meningkat serta disebabkan oleh glomerolus serta aliran
plasma ke renal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang
yang mengurangi aliran urine selama kehamilan.
18

i. Perubahan gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat
berkurang, menyebabkan pencernanan hampir berhenti disela persalinan
dan menyebabkan konstipasi. Makanan yang masuk ke lambung selama
fase pendahuluan atau fase kemungkinan besar akan tetap berada dalam
perut selama persalinan. Rasa mual- muntah bukanlah hal yang jarang, hal
ini menunjukan berakhirnya kala I persalinan.
j. Perubahan suhu badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu mencapai
tingkat tertinggi selama persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan
ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5 – 1 0 C. Suhu badan yang naik
sedikit merupakan yang wajar namun jika keadaan ini berlangsung lama,
kenaikan suhu mengindikasikan dehidrasi.
k. Perubahan pada vagina dasar panggul
Pada kala I ketuban ikut meregang, bagian atas vagina yang sejak
kehamilan mengalami perubahan sedemikian rupa akan bisa dilalui bayi,
setelah ketuban pecah segala perubahan terutama pada dasar panggul
ditimbulkan oleh bagian depan anak, bagian depan yang maju tersebut
kedasar panggul di regang menjadi saluran dengan dinding yang tipis,
waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas dan
dari luar peregangan oleh bagian depan tampak pada perineum yang
menonjol dan menjadi tipis, sedangkan anus semakin terbuka, regangan
yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah pada
bagian vagina dan dasar panggul. Tetapi saat jaringan tersebut robek, akan
menimbulkan perdarahan yang banyak (King, et all, 2019).
5. Perubahan Psikologis kala I
Menurut Widia ( 2015:57) perubahan psikologi pada ibu bersalin selama
kala I antara lain sebagai berikut :
a) Memperlihatkan ketakutan atau kecemasan, yang menyebabkan wanita
mengartikan ucapan pemberi perawatan atau kejadian persalinan secara
pesimistik atau negatif.
b) Mengajukan banyak pertanyaan atau sangat waspada terhadap sekelilingnya.
c) Memperlihatkan tingkah laku saat membutuhkan.
d) Memperlihatkan reaksi keras terhadap kontraksi ringan atau terhadap
19

pemerikasaan.
e) Menunjukkan kebutuhan yang kuat untuk mengontrol tindakan pemberi
perawatan.
f) Tampak “lepas kontrol” dalam persalinan (saat nyeri hebat, menggeliat
kesakitan, panik, menjerit, tidak merespon saran atau pertanyaan yang
membantu).
g) Respon “melawan atau menghindari”, yang dipicu oleh adanya bahaya fisik,
ketakutan, kecemasan dan bentuk stress lainnya.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor ibu (power, passage, psikologis), faktor janin, plasenta dan air ketuban
(passenger), dan faktor penolong persalinan. Hal ini sangat penting, mengingat
beberapa kasus kematian ibu dan bayi yang disebabkan oleh tidak terdeteksinya
secara dini adanya salah satu dari factor-faktor tersebut.
a. Power (Tenaga/Kekuatan)
1) His (Kontraksi Uterus)
Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah
kontraksi simetris, fundus dominial, terkordinasi dan relaksasi.
Kontraksi ini bersifat involunter karena berada dibawah saraf intrinsic.
2) Tenaga mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah atau dipecahkan,
serta sebagaian presentasi sudah berada di dasar panggul, sifat
kontraksinya berubah, yakni bersifat mendorong keluar dibantu
dengan keinginan ibu untuk mengedan atau usaha volunteer.
Keinginan mengedan ini di sebabkan karena, kontraksi otot-otot
dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra
abdominial dan tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan
menambah kekuatan untuk mendorong keluar, tenaga ini serupa
dengan tenaga mengedan sewaktu buang air besar (BAB) tapi jauh
lebih kuat, saat kepala sampai kedasar panggul timbul reflex yang
mengakibatkan ibu menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-otot
perut dan menekan diafragmanya kebawah, tenaga mengejan ini hanya
dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif
20

sewaktu ada his dan tanpa tenaga mengedan bayi tidak akan lahir
(Varney, 2007).
3) Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat agar janin
dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan
lahir tersebut harus normal (Widia, 2015: 16).
b. Passenger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban)
1) Janin
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberaapa faktor, yakni kepala janin, presentasi, letak,
sikap dan posisi janin (Varney, 2007).
2) Plasenta
Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di anggab sebagai
bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan normal (Widia, 2015: 29).
3) Air ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang
kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan
hampir semua kekuatan regangan membran janin, dengan demikian
pembentukan komponen amnion yang mencegah ruptur atau robekan.
Penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan
dari cairan amnion dan juga saat terjadinya dilatasi serviks atau
pelebaran muara dan saluran serviks yang terjadi di awal persalinan,
dapat juga karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama
ketuban masih utuh (Widia, 2015: 29).
c. Factor Psikis (Psikologi)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas, “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa
bangga bisa melahirkan atau memproduksi anak.
1) Psikologis meliputi : Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan
persiapan intelektual, pengalaman melahirkan bayi sebelumnya,
kebiasaan adat, dan dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
2) Sikap negative terhadap persalinan di pengaruhi oleh : Persalinan
21

semacam ancaman terhadap keamanan, persalinan semacam ancaman


pada self-image, medikasi persalinan, dan nyeri persalinan dan kelahiran
(Widia, 2015: 29-30).
d. Pysician (Penolong)
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan, yang
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
dan janin (Widia, 2015: 30). Tidak hanya aspek tindakan yang di berikan,
tetapi aspek konseling dan meberikan informasi yang jelas dibutuhkan oleh
ibu bersalin utuk mengurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga (Varney,
2007).
7. Tahapan Persalinan
a. Kala I Persalinan
1) Pengertian Persalinan Kala I yaitu dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus yang teratur dan miningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap /10 cm (Departemen Kesehatan RI, 2014)
2) Tanda-tanda Persalinan Kala I menurut Departemen Kesehatan RI tahun
2014 adalah sebagai berikut:
a) Penipisan dan pembukaan serviks
b) Kontraksi uterus yang meningkat perubahan serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit)
c) Cairan lendir bercampur darah (Show) melalui vagina
3) Fase laten pada kala satu Persalinan menurut Departemen Kesehatan RI
tahun 2016 adalah sebagai berikut:
a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap
b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
c) Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
4) Fase aktif pada kala satu Persalinan menurut Departemen Kesehatan RI
tahun 2016 adalah sebagai berikut:
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
22

b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10


cm, akan terjadi dengan kecapatan rata-rata 1 cm perjam (Nulipara
atau Primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (Multipara)
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
Fase aktif berlangsung selama 6 jam, dan dibagi menjadi 3 Subfase yaitu:
a) Fase Akselerasi: berlansung 2 Jam, Pembukaan menjadi 4 cm
b) Fase Dilatasi Maksimal: selama 2 jam dan pembukaan berlangsung
cepat menjadi 9 cm
c) Fase Deselerasi: berlangsung lambat dalam waktu 2 jam, pembukaan
menjadi 10 cm.
5) Pada Kala I ini, Asuhan sayang ibu selama persalinan dapat diberikan
untuk membantu kemajuan persalinan dan membantu ibu senyaman
mungkin dalam menghadapai persalinan. Adapun Asuhan Sayang Ibu
yang dapat diberikan antara lain:
a) Memberikan dukungan emosional
b) Membantu pengaturan posisi ibu
c) Memberikan cairan dan nutrisi
d) Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur
e) Dukungan Emosional baik dari penolong maupun Keluarga
f) Mencegah infeksi
(Departemen Kesehatan RI, 2016)
6) Pada kala I fase aktif , Pemantauan kemajuan persalinan mulai dilakukan
dengan menggunakan partograf. Hal-hal yang perlu dipantau dari
kemajuan persalinan yaitu :
a) Pembukaan serviks
b) Penurunan bagian terbawah janin
c) Garis waspada dan garis bertindak
d) Jam dan Waktu
e) Kontraksi Uterus
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
(JNPK-KR, 2016)
7) Pencatatan Kemajuan Persalianan dengan Partograf
a) Pengertian Partograf
23

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu


persalinan dan informasi untuk membuat keputusan (JNPKR-KR,
2016)
b) Tujuan Penulisan Partograf
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2016 tujuan penggunaan
partograf adalah:
(1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
(2) Mendeteksi apakah prosses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
(3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa sayang diberikan, pemeriksaan laboraturium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang
diberikan dimana semua itu dicatat secara rinci pada status atau
rekam mediik ibu bersalin dan BBI
c) Penggunaan Partograf
Partograf harus digunakan menurut Departemen Kesehatan RI tahun
2016 yaitu:
(1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan
merupakan elemen penting dalam asuhan persalinan.
(2) Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal
maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong
persalinan dalam mementau, mengevaluasi, dan membuat
keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang
tidak disertai dengan penyulit.
(3) Selama persalinan dan kelahiran bayi di suatu tempat ( rumah,
puskesmas, klinik, bidan swasta, rumah sakit, dll).
(4) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan
bayinya mendapat asuhan yang aman, adekuat, dan tepat waktu serta
24

membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam


keselamatan jiwa mereka.
d) Data yang dicatat dalam partograf
Data-data yang perlu dicatat dalam partograf menurut Departemen
Kesehatan RI (2016 )adalah sebagai berikut:
(1) Informasi tentang ibu
(a) Nama dan umur
(b) Gravida, para, abortus
(c) Namor catatan medik/nomor puskesmas
(d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah, tanggal
dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)
(e) Waktu pecahnya selaput ketuban
(2) Kondisi janin
(a) DJJ
Penilaian DJJ dilakukan selama 30 menit. Catat DJJ
dengan memberikan tanda titik pada garis yang sesuai dengan
angka yang menunjukkan DJJ kemudian hubungkan antara
titik-titik tersebut.
(b) Warna dan adanya air ketuban
Catat temuan dalam kotak, sesuai dengan temuan. Nilai
air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam
U : Selaput ketuban masih utuh
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur dengan mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban keruh
(c) Penyusutan
Penyusutan adalah indikator penting tentang seberapa
jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian
keras panggul ibu. Semakin besar derjat penyusutan atau
tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan
resiko disproporsi kepala panggul (CPD). Jika ini terjadi
25

maka penting untuk memantau bayi. Lakukan tindakan


pertolongan awal dan rujuk ibu.
b. Kala II Persalinan
1) Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, biasanya
berlansung 2 jam pada Primipara dan dan 1 jam pada Multipara.
2) Persalinan Kala II yaitu membukanya serviks secara lengkap yang
menandakan awitan kala dua/persalinan kala dua, wanita yang
bersangkutan biasanya mulai mengejan, dan dengan turunnya bagian
presentasi, ia mengalami keinginan kuat untuk buang air besar. His dan
gaya ekspulsi yang menyertainya dpat berlangsung 1,5 menit dan
kembali setelah fase istirahat miometrium dalam waktu tidak lebih dari
satu menit (Leveno, dkk. 2009)
3) Tanda-tanda persalinan kala II menurut Departemen Kesehatan RI tahun
2016 adalah sebagai berikut:
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau
vagina
c) Perineum menonjol
d) Vulva vagina dan sfingber ani membuka
e) Meningkatakan pengeluaran lendir bercampur darah
4) Asuhan sayang ibu selama persalinan Kala II menurut Departemen
Kesehatan RI tahun 2016 adalah sebagai berikut:
a) Memberikan dukungan emosional
b) Membantu pengaturan posisi ibu
c) Memberikan cairan dan nutrisi
d) Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur
c. Kala III Persalinan
1) Pengertian Manajemen Aktif Kala III Dimulai segera setelah bayi lahir
sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit
( Rukiyah, dkk, 2017)
2) Tanda-tanda pelepasan plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal,
yaitu: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, dimana setelah bayi lahir dan
sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh
dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi
26

dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seputih


buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali
mengarah ke sisi kanan) tali pusat memanjang, dimana tali pusat terlihat
menjulur keluar melalui vulva, semburan darah tiba-tiba, dimana darah
terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plaseta
keluar dibantu oleh gaya gravitasi (Rukiyah, dkk, 2017)
3) Tujuan Manajemen Aktif Kala III untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang telah efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika
dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis (Departemen Kesehatan
RI, 2016)
d. Kala IV Persalinan
Kala IV adalah kala pengawasan selang 2 jam setelah bayi lahir dan uri
lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
Post Partum.
Persalinan kala IV dimulai kelahiran plasenta dan berakhir dua jam
kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis untuk mencegah
kematian ibu, terutama kematian disebabkan perdarahan (Rukiyah, dkk,
2017)
1) Pemantauan Kala IV Persalinan yaitu, meliputi:
a) Pantau tanda vital setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit
pada jam kedua (TD, N, RR, S)
b) Menilai kontraksi uterus dan jumlah perdarahan
Menemukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan
perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum, lihat laserasi
untuk informasi dan nstruksi mengenai penjahitan laserasi atau
episiotomi. Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan
c) Ajarkan ibu dan keluarganya untuk melakukan rangsangan taktil
d) Menilai kontraksi uterus dan estimasi perdarahan
e) Rawat gabung ibu bayi dan pemberian ASI
f) Berikan asuhan esensial bayi baru lahir
g) Melakukan pencegahan infeksi
Setelah persalinan, dekontamisnasi alas plastik, tempat tidur dan
matras dengan larutan klorin 0,5% kemudian cuci dengan deterjen
27

dan bilas dengan air bersih. Jika sudah bersih keringkan dengan kain
bersih supaya ibu berbaring diatas matras yang basah. Dekontaminasi
linen yang digunakan selama persalinan dalam larutan klorin 0,5%
dan kemudian cuci segera dengn air dan detergen (Departemen
Kesehatan RI. 2016)
h) Melakukan Pencatatan Hasil Pemeriksaan dan Tindakan
(Pendokumentasian)
2) Tujuan pemantauan Kala IV
Untuk mengetahui tanda-tanda vital, Kontrkasi Uterus, Kandung
Kemih, Keadaan Lochea, serta Kondisi Perineum ibu agar semuaya
berjalan stabil dan dalam batas normal.
8. Langkah-langkah Pertolongan Persalinan
a. Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1) Mendengar dan melihat tanda gejala kala II
a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran (doran)
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
(teknus)
c) Perineum tampak menonjol (perjol)
d) Vulva dan singter ani membuka (vulka)
b. Menyiapakan pertolongan persalinan
1) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolon persalinan dan menatalaksanakan komplikasi ibu dan BBL.
2) Pakai celemek palastik
3) Mencuci tangan (sekitar 15 detik) dan keringkan dengan tissue/handuk.
4) Pakai sarung tangan DDT pada tangan yang digunakan untuk PD.
5) Masukkan oksitosin kedalam spuit (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT/steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada spuit).
c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
1) Membersihkan vulva dan perineum, mengusapnya dengan hati-hati dari
depan kebelakang dengan menggunakan kapas DTT.
2) Lakukan pemeriksaan dalam (PD) untuk memastikan pembukaan lengkap
(bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi).
3) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
28

masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% selama 10


menit.
4) Periksa DJJ setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus bahwa DJJ dalam
batas normal (120-160x/menit).
d. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran
1) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan seusuai dengan
keinginannya.
2) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu keposisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman).
3) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran
a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan ektif.
b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai;
c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya, kecuali
posisi terlentang dalam dalam waktu yang lama; Anjurkan ibu untuk
istirahat diantara kontraksi;
d) Anjurkan keluarga memberi dukungandan semangat untuk ibu;
Berikan asupan peroral yang cukup;
e) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai; Segera rujuk jika bayi
belum atau tidak akan segera lahir stelah 120 menit meneran
(primigravida) atau 60 menit meneran (multigravida).
4) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
1) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
2) Letakkan kain bersihyang di lipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
3) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
29

4) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.


f. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi Lahirnya Kepala Bayi
1) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva,
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering.
2) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
3) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
g. Lahirnya Bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Lahirnya Badan dan Tungkai
1) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
2) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
kepunggung, bokong, tungkai dan kaki serta pegang masing-masing kaki
dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.
h. Penanganan Bayi Baru Lahir
1) Lakukan penilaian selintas
a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan ?
b) Apakah bayi bergerak aktif ?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau mengap-mengap lakukan
langkah resusitasi (lanjut kelangkah resusitasi pada asfiksia BBL).
2) Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks caseosa. Ganti
handuk yang basah dengan handuk kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
3) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal)
4) Beritahu ibu bahwa ia akan di suntikkan oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
5) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menuntikkan
oksitosin).
30

6) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Mendorong tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
7) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi) dan lakukan pengguntikan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci dengan sisi lainnya.
c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah di sediakan.
8) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di
dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
9) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
i. Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
1) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
2) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas simpisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
3) Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso cranial)
secara hati- hati (untuk mencegah inversion uteri).
a) Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur diatas.
b) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.
j. Mengeluarkan Plasenta
1) Lakukan penegangan tali pusat dan dorongan dorso carnial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti proses
jalan lahir (tetap melakukan tekanan dorso cranial)
2) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
31

sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.


3) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
a) Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM
b) Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung kemih parah.
c) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
e) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
terjadi perdarahan segera lakukan plasenta manual.
4) Saat plasenta muncul di intoitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar palsenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah di
sediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT/steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarakan bagian selaput
yang tertinggal.
k. Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
1) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di undus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras).
l. Menilai perdarahan.
1) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung
plastik dan tempat khusus.
2) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan
penjahitan.
m. Melakukan prosedur pasca persalinan.
1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
2) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dada ibu paling sedikit
1 jam.
3) Setelah 1 jam, lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotic profilaksis dan vitamin K 1 mg IM di paha kiri antero lateral.
32

4) Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi Hepatitis


B dipaha kanan antero lateral.
n. Evaluasi
1) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan pervaginam
2) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
3) Evaluasi dan estimulasi jumlah kehilangan darah.
4) Memeriksa nadi ibu dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
5) Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik
(40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,50 C)
o. Kebersihan dan Keamanan
1) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 %
untukdekontaminasi.
2) Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat yang sesuai.
3) Bersikan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihakan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
4) Pastikan ibu merasa aman dan nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk meberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
5) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %
6) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balik bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
7) Cuci kedua tangan dengan sabut dan air mengalir.
p. Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman delapan dan belakang), periksa tanda-
tanda vital dan asuhan kala IV (Widia, 2015: 152-161).
29

Gambar 2.4
Pathway Persalinan
30

Gambar 2.5
Mindmapping Persalinan
31

B. Konsep Manajemen Kebidanan Persalinan


1. Asuhan Kebidanan Kala I
a. Pengkajian
Pengkajian data meliputi kapan, dimana, dan oleh siapa pengkajian
dilakukan. Adapun pengkajian data meliputi pengkajian data subjektif dan
objektif yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1). Data Subjektif
a) Biodata
(1) Nama Suami/istri : sebagai identitas agar kita lebih mudah dalam
memanggil dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi
antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Sulistyawati, 2013).
(2) Usia/tanggal lahir : digunakan untuk menentukan apakah ibu
dalam persalinan berisiko karena usia reproduktif atau tidak
(Sulistyawati, 2013).
(3) Agama : sebagai dasar dalam memberikan dukungan mental
spiritual terhadap pasien dan keluarga sebelum dan pada saat
persalinan(Sulistyawati, 2013).
(4) Pendidikan terakhir: sebagai dasar untuk menentukan metode yang
paling tepat dalam penyampaian informasi mengenai teknik
melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini akan sangat
mempengaruhi daya tanggap pasien terhadap instruksi yang
diberikan pada proses persalinan (Sulistyawati, 2013).
(5) Pekerjaan : menggambarkan tingkat social ekonomi, pola
sosialisasi dan data pendukung dalam menentukan pola komunikasi
yang akan dipilih selama asuhan (Sulistyawati, 2013).
(6) Suku / bangsa : berhubungan dengan social budaya yang
dianut oleh pasien dan keluarga yang berkaitan dengan pasien
(Sulistyawati,2013).
(7) Alamat : selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien,
data ini juga memberi gambaran
(8) mengenai jarak dan waktu yang ditemouh pasien menuju lokasi
persalinan. Berkaitan dengan keluhan terakhir atau tanda persalinan
yang disampaikan dengan patokan saat terakhir sebelum berangkat
ke lokasi persalinan (Sulistyawati, 2013).
32

b) Alasan Datang
Mengetahui alasan ibu datang ke tempat pelayanan kesehatan.
c) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke fasilitas kesehatan. Pada persalinan, informasi yang harus
didapat dari pasien adalah kapan mulai terasa ada kencang- kencang
diperut, bagaimana intensitas dan frekuensinya, apakah ada
pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari air kemih, apakah
sudah ada pengeluaran lendir yang disertai darah serta pergerakan
janin untuk memastikan kesejahteraannya (Sulistyawati, 2013).
d) Riwayat Menstruasi
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) merupakan data dasar yang
diperlukan untuk menetukan usia kehamilan, apakah cukup bulan atau
premature tetapi apabila HPHT tidak dapat diingat olehibu maka perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu Ultra Sonografi (USG)
(Rohani dkk, 2013).
Hari Perkiraan Lahir (HPL) merupakan data dasar yang
digunakan untuk menentukan perkiraan bayi akan dilahirkan dimana
akan dihitung dari HPHT (Rohani, 2013).
e) Riwayat Kesehatan
Dapat digunakan untuk peringatan akan adanya penyulit saat
persalinan. Data yang perlu dikaji adalah pernah atau sedang
menderita keputihan, infeksi, gatal karena jamur, tumor, penyakit
jantung, diabetes mellitus, ginjal, hipertensi, hipotensi, hepatitis atau
anemia (Sulistyawati, 2013).
f) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga memberi informasi tentang keluarga dekat
pasien, termasuk orangtua, saudara kandung, dan anak-anak. Hal ini
membantu mengidentifikasi gangguan genetik atau familial dan
kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi status kesehatan wanita
atau janin. Data yang perlu dikaji adalah pernah atau sedang
menderita kanker, penyakit jantung, diabetes mellitus, TBC, penyakit
jiwa, kelainan bawaan, kehamilan ganda dan kelainan genetik.
g) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu
33

(1) Kehamilan
Pengkajian mengenai berapa jumlah kehamilan pada ibu,
apakah ibu mengkonsumsi tablet Fe, apakah ibu mengalami
masalah/gangguan saat kehamilan seperti anemia, hyperemesis,
abortus, perdarahan pervaginam, pusing hebat, pandangan kabur,
dan bengkak-bengkak ditangan dan wajah.
(2) Persalinan
Cara kelahiran spontan atau buatan, aterm atau prematur,
perdarahan dan ditolong oleh siapa. Jika wanita pada kelahiran
terdahulu melahirkan secara bedah sesar, untuk kehamilan saat ini
mungkin melahirkan pervaginam. Keputusan ini tergantung pada
lokasi insisi di uterus, jika insisi uterus berada dibagian bawah
melintang, bukan vertikal maka bayi diupayakan untuk
dikeluarkan pervaginam.
(3) Nifas
Pengkajian dilakukan apakah ibu mengalami keluhan secara
emosional (baby blues) terhadap bayinya dan keluhan fisik seperti
demam, perdarahan, kejang – kejang, dan gangguan laktasi.
h) Riwayat Pernikahan
Sebagai gambaran mengenal suasana rumah tangga pasangan
serta kepastian mengenai siapa yang akan mendampingi persalinan.
Data yang dikaji adalah: usia menikah petama kali, status pernikahan
sah/tidak, lama pernikahan dan perkawinan yang sekarang dengan
suami yang keberapa (Sulistyawati, 2013).
i) Riwayat Kehamilan Sekarang
Trimester I : berisi tentang bagaimana awal mula terjadinya
kehamilan, ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil muda,
obat yang dikonsumsi,serta KIE yang didapat.
Trimester II : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali,
keluhan selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang
didapat. Sudah atau belum merasakan gerakan janin, usia berapa
merasakan gerakan janin(gerakan pertama fetus pada primigravida
dirasakan pada usia 18 minggu dan pada multigravida 16 minggu),
serta imunisasi yang didapat.
34

Trimester III : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali,


keluhan selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE
yang didapat.
j) Riwayat KB
Apakah selama sebeleum hamil ibu menggunakan KB, jika iya
ibu menggunakan KB jenis apa, sudah berhenti berapa lama, keluhan
selama ikut KB dan rencana penggunaan KB setelahmelahirkan. Hal
ini untuk mengetahui apakah kehamilan ini karena faktor gagal KB
atau tidak
k) Pola Kebiasaan Sehari-hari
(1) Pola Makan
Digunakan untuk mendapatkan gambaran bagaimana pasien
mencukupi asuhan gizinya selama hamil sampai awal persalinan.
Data fokusnya dikaji kapan atau jam berapa terakhir makan,
makanan yang dimakan, jumlah yang dimakan.
(2) Pola Minum
Digunakan untuk mengetahui intake cairan yang akan menentukan
kecenderungan terjadinya dehidrasi. Data fokusnya kapan terakhir
kali minum, jumlah yang diminum, dan apa yang diminum.
(3) Pola Istirahat
Diperlukan untuk mempersiapkan energy menghadapi proses
persalinan. Data fokusnya adalah: kapan terakhir tidur, berapa lama
dan aktivitas sehari-hari
(4) Aktifitas Seksual
Data yang diperlukan adalah: keluhan, frekuensi dan kapan
terakhir melakukan hubungan seksual (Sulistyawati, 2013).
l) Riwayat Psikososial dan Budaya
Hal ini penting untuk kenyamanan psikologis ibu. Adanya
respon yang positif dari keluarga terhadap persalinan akan
mempercepat proses adaptasi pasien dalam menenrima kondisi dan
perannya. Untuk mendapatkan data tentang adat istiadat yang
dilakukanketika menghadapi persalinan.
2) Data Objektif
a) Keadaan Umum
35

Data ini dapat mengamati keadaan pasien secara keseluruhan


(Sulistyawati, 2013).
(1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan (Sulistyawati, 2013).
(2) Lemah
Pasien kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak mampu berjalan
sendiri (Sulistyawati, 2013).
b) Tanda Vital
Untuk mengenali dan mendeteksi kelainan dan penyulit atau
komplikasi yang berhubungan dengan tanda-tanda vital pasien
(Sulistyawati, 2013).
(1) Tekanan Darah
Kenaikan atau penurunan tekanan darah merupakan indikasi
adanya gangguan hipertensi dalam kehamilan atau
syok.Peningkatan tekanan darah sistol dan diastole dalam batas
normal dapat mengindikasikan ansietas atau nyeri (Rohani dkk,
2013).
(2) Nadi
Peningkatan denyut nadi dapat menunjukkan adanya infeksi, syok,
ansietas atau dehidrasi. Nadi yang normal adalah tidak lebih dari
100 kali per menit (Rohani dkk, 2013).
(3) Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan dapat menunjukkanansietas atau
syok (Rohani dkk, 2013).
(4) Suhu
Peningkatan suhu menunjukkan adanya proses infeksi atau
dehidrasi (Rohani dkk, 2013).
c) Kepala
Untuk menilai tentang nutrisi, hygiene dan kelainan pada organ-
organ pasien yang dapat menghambat atau mempersulit proses
persalinan (Sulistyawati, 2013).
36

(1) Rambut
Dikaji tentang warna, kebersihan dan mudah rontok atau tidak
(Sulistyawati, 2013 ).
(2) Telinga
Dikaji tentang kebersihan dan adanya gangguan pendengaran
(Sulistyawati, 2013 ).
(3) Mata
Dikaji apakah konjungtiva pucat (apabila terjadi pucat pada
konjungtiva maka mengindikasikan terjadinya anemia pada pasien
yang mungkin dapat menjadi komplikasi pada persalinannya),
dikaji sklera, kebersihan, kelainan pada mata dan gangguan
penglihatan (rabun jauh/dekat) (Rohani, 2013 ).
(4) Hidung
Dikaji tentang kebersihan dan adanya polip (Sulistyawati, 2013 ).
(5) Mulut
(a)Bibir : Dikaji apakah ada kepucatan pada bibir (apabila terjadi
kepucatan pada bibir maka mengindikasikan terjadinya anemia
pada pasien yang mungkin dapat menjadi komplikasi pada
persalinannya), integritas jaringan (lembab, kering atau pecah-
pecah) (Rohani, 2013).
(b) Lidah :Dikaji apakah ada kepucatan pada lidah
(apabila terjadi kepucatan pada lidah maka mengindikasikan
terjadinya anemia pada pasien yang mungkin dapat menjadi
komplikasi pada persalinannya), kebersihannya (Rohani,2013).
(c)Gigi : Dikaji tentang kebersihan, adanya karies gigi
(Sulistyawati,2013).
(d) Gangguan pada mulut (bau mulut) (Sulistyawati,
2013).
d) Leher
Digunakan untuk mengetahui apakah ada kelainan atau pembesaran
pada kelenjar getah bening, kelenjar tyroid, dan bendungan vena
julgularis serta adanya parotitis (Sulistyawati, 2013).
e) Dada
Untuk menilai adanya kelainan atau penyakit yang berhubungan
37

dengan sistem respirasi dan kardiovaskuler serta digunakan untuk


menilai apakah kolostrum sudah keluar (Sulistyawati, 2013).
(1)Bentuk :Dikaji tentang bentuknya apakah simetris atau tidak
serta apakah ada retraksi intercosta (apabila ada retraksi
intercostal menandakan adanya masalah pada sistem respirasi)
(2) Payudara : Dikaji apakah ada kelainan bentuk pada payudara,
apakah ada perbedaan besar pada masing-masing payudara,
adakah hiperpigmentasi pada areola, adakah teraba nyeri dan
masa pada payudara, apakah kolostrum sudah keluar, keadaan
puting (menonjol, datar atau masuk ke dalam) dan kebersihan.
(3) Denyut Jantung: Dikaji apakah ada bunyi tambahan pada
jantung dan adanya disritmia jantung
(4) Gangguan Pernafasan : Dikaji adanya retraksi intercosta, adanya
bunyi tambahan padaparu-paru (wheezing, ronchi)
f) Perut
Digunakan untuk menilai adanya kelainan pada abdomen serta
memantau kesejahteraan janin, kontraksi uterus dan menetukan
kemajuan proses persalinan (Sulistyawati, 2013).
(1) Bentuk
(2) Bekas operasi SC
Digunakan untuk melihat apakah ibu pernah mengalami operasi
SC, sehingga dapat ditentukan tindakan selanjutnya (Rohani
dkk, 2013).
(5) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
TFU bekaitan dengan usia kehamilan (dalam minggu). Berat
janin dan tinggi fundus yang lebih kecil daripada perkiraan
kemungkinan menunjukkan kesalahan dalam menentukan
tanggal HPHT, kecil masa kehamilan (KMK) atau
oligohidramnion.
(6) Pemeriksaan Leopold
Digunakan untuk mengetahui letak, presentasi, posisi dan variasi
janin. Pemeriksaan digunakan untuk memastikan letak
(misalnya lintang), presentasi (misalnya bokong) (Rohani dkk,
2013).
38

(7) Kontraksi Uterus


Frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi digunakan untuk
menetukan status persalinan (Rohani dkk, 2013).
(8) Tafsiran Berat Janin (TBJ)
Untuk menentukan TBJ dapat menggunakan rumus dari Jhonson
Thusak yang didasarkan pada TFU yang dapat dibuat variasi
berdasarkan turunnya bagian terendah pada panggul (Ummi
Hani, dkk, 2010)
(9) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Normal apabila DJJ terdengar 120-160 kali per menit (Rohani
dkk, 2013).
(10) Palpasi Kandung Kemih
g) Genital
Digunakan untuk mengkaji tanda-tanda inpartu, kemajuan
persalinan, hygiene pasien dan adanya tanda-tanda infeksi vagina
(Sulistyawati, 2013).
h) Anus
Digunakan untuk mengetahui kelainan pada anus seperti
hemoroid yang berpengaruh dalam proses persalinan (Sulistyawati,
2013).
i) Data Penunjang
Digunakan untuk mengetahui keadaan ibu dan janin untuk
mendukung proses persalinan (Sulistyawati, 2013).
(1) USG
(2) Laboratorium meliputi: kadar Hemoglobin (Hb) , GolonganDarah.
b.Identifikasi Diagnosa dan Masalah
1) Diagnosa : G_P_ _ _ _Ab_ _ _UK_ _minggu T/H/I Letak Kepala
Punggung kanan/kiri, Kala I fase laten/aktif persalinan dengan
keadaan ibu dan janin baik.
2) Data Subjektif: Ibu mengatakan kenceng-kenceng sejak jam ...
3) Data Objektif :
(a) Keadaan umum : Baik
39

(b) Kesadaran : Composmentis


(c) Tekanan Darah : 90/60 – 140/90 mmHg
(d) Nadi : 60-96 kali/menit Pernafasan : 16-24 kali/menit (e) Suhu
: 36,5 – 37,5°C
(f) LILA: ≥ 23 cm Tinggi Badan : ≥ 145 cm
(g) BB hamil : ...kg Tafsisan Persalinan : ...
(h) Palpasi Abdomen
(i) Leopold I : TFU sesuai usia kehamilannya, teraba lunak, kurang
bundar, kurangmelenting (bokong).
(j) Leopold II : Teraba datar, keras memanjang
kanan/kiri (punggung) dan bagiankecil janin pada
bagian kanan/kiri.
(k) Leopold III : Teraba keras, undar, melenting (kepala).
(l) Leopold IV : Untuk mengetahui seberapa jauh
kepala janin masuk PAP (konvergen/sejajar/devergen).
(m)Auskultasi : DJJ : 120-160 kali/menit
c.Merumuskan Diagnosis/Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah yang ada (Sulistyawati, 2013).
Berikut adalah diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada pasien
bersalin menurut Ari Sulistyawati (2013) :
1) Eklampsia
2) Partus lama
3) Infeksi intrapartum
4) Gawat janin (Fetal Distress)
5) CPD
d. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera
Digunakan apabila terjadi situasi darurat dimana harus segera
melakukantindakan untuk menyelamatkan pasien (Sulistyawati, 2013 ).
e. Intervensi
Diagnosa : G_P_ _ _ _Ab_ _ _UK_ _minggu T/H/I Letak Kepala,
punggung kanan/kiri Kala I fase laten/aktif persalinan dengan keadaan
40

ibu dan janin baik. Tujuan : Ibu dan janin dalam keadaan baik dan
persalinan berjalan normal tanpa komplikasi.
Kriteria Hasil :
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tekanan darah : 90/60 – 140/90 mmHg
6) Pernafasan : 16-24 kali/menit
7) Kontraksi :3 kali dalam 10 menit durasi30-40 detik
8) Pemeriksaan dalam : Pembukaan pada primigravida 1cm/jam
dan pembukaan multigravida 2 cm/jam , partograf tidak melewati
gariswaspada
9) DJJ : 120-160 kali/menit (reguler) Intervensi :
1) Berikan konseling, informasi dan edukasi (KIE) kepada ibu
mengenai hasil pemeriksaannya, bahwa ibu dan janin dalam
keadaanbaik.
Rasional : Hak ibu untuk mengetahui kondisinya sehingga ibu
menjadi lebih kooperatif dalam pemberian asuhan terhadapnya
(Rohani, 2013).
2) Berikan KIE tentang prosedur seperti pemantauan janin dan
kemajuan persalinan normal.
Rasional : Pendidikan antepartal dapat memudahkan persalinan dan
proses kelahiran, membantu meningkatkan sikap positif dan atau
rasa kontrol dan dapat menurunkan ketergantungan pada medikasi
(Doenges, 2001).
3) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa
takut
Rasional : Stres, rasa takut dan ansietas mempunyai efek yang
dalam pada proses persalinan, sering memperlama persalinan karena
ketidakseimbangan epinefrin dan norepinefrin dapat meningkatkan
disfungsi pola persalinan (Doenges, 2001) .
4) Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam
Rasional : Mempertahankan kandung kemih bebas distensi yang
dapat meningkatkan ketidaknyamanan, mengakibatkan
kemungkinan trauma, mempengaruhi penurunan janin dan
41

memperlama persalinan (Doenges, 2001).


5) Pemberian cairan dan nutrisi pada klien
Rasional : Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi dan membuat
kontraksi jadi tidak teratur dan kurang efektif. (Sondakh, 2013)
6) Dukung klien selama kontraksi dengan teknik pernafasan dan
relaksasi
Rasional : Menurunkan ansietas dan memberikan distraksi, yang
dapat memblok persepsi impuls nyeri dalam korteks serebral.
(Doenges, 2001)
7) Lakukan maneuver leopold untuk menetukan posisi janin.
Rasional : Apabila ditemukan presentasi bokong, maka
memerlukan kelahiran ecara section caesarea. Abnormalitas lain
seperti presentasi wajah, dagu dan posterior juga dapat memerlukan
intervensi khusus untuk mencegah persalinan yang lama (Doenges,
2001).
8) Lakukan penilaian kemajuan persalinan yang meliputi pemeriksaan
DJJ, his, nadi taip 30 menit, suhu tiap 2 jam sekali, tekanan darah
tiap 4 jam sekali, dan pemeriksaan dalam tiap 4 jam sekali atau
sewaktu-waktu apabila ada indikasi
Rasional : Menilai apakah nilainya normal atau abnormal selama
persalinan kala I sehingg adapat memberikan asuhan yang teat
sesuai dengan kebutuhan ibu bersalin (rohani,2013)
9) Posisikan klien miring ke kiri
Rasional : Meningkatkan perfusi plasental, mencegah sindrom
hipotensif telentang (Doenges, 2001)
10) Catat kemajuan persalinan
Rasional : Persalinan lama/disfungsional dengan perpanjangan fase
laten dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stress berat,
infeksi dan hemorargi karena atonia/rupture uterus, menempatkan
janin pada risiko lebih tinggi terhadap hipoksia dan cedera
(Doenges, 2001)
f. Implementasi
1) Memberikan konseling, informasi dan edukasi (KIE) kepada ibu
mengenai hasil pemeriksaannya, bahwa ibu dan janin dalam
42

keadaanbaik.
2) Memberikan KIE tentang prosedur seperti pemantauan janin dan
kemajuan persalinan normal.
3) Menganjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan
rasa takut.
4) Menganjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam
5) Memberikan cairan dan nutrisi pada klien
6) Mendukung klien selama kontraksi dengan teknik pernafasan dan
relaksasi.
7) Melakukan maneuver leopold untuk menetukan posisi janin
8) Melakukan penilaian kemajuan persalinan yang meliputi
pemeriksaan DJJ, his, nadi taip 30 menit, suhu tiap 2 jam sekali,
tekanan darah tiap 4 jam sekali, dan pemeriksaan dalam tiap 4 jam
sekali atau sewaktu-waktu apabila ada indikasi
9) Memposisikan klien miring ke kiri
10) Mencatat kemajuan persalinan
g. Evaluasi
S : ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin kuat dan sering O :
keadaan umum : baik
A : Ny X G_P_ _ _ _Ab_ _ _ UK_ _ minggu letak kepala, punggung
kanan/kiri kala I fase laten/aktif persalinan dengna keadaan ibu dan
janin baik
P : 1) Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap
2) Mempersiapkan tempat, alat dan bahan
3) Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan
4) Memberitahu keluarga untuk mendukung ibu baik secara fisik
maupun psikologis serta menyiapkan rujukan bila sewaktu-
waktu terjadi kegawatdaruratan
2. Asuhan Kebidanan Kala II
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan merasa mulas seperti ingin buang air besar
b. Data Objektif
1) Ada dorongan ingin meneran
2) Terlihat tekanan pada anus
43

3) Vulva membuka
4) Perineum menonjol
5) Kontraksi lebih dari 3 kali dalam 10 menit durasi lebih dari 40 detik
6) Pemeriksaan dalam:
- Cairan vagina : ada lendir bercampur darah
- Ketuban : sudah pecah
- Pembukaan: 10 cm
- Penipisan : 100%
- Bagian terdahulu kepala, bagian terendah UUK jam …
- Tidak ada bagian kecil atau berdenyut disekitar kepala bayi
- Molage 0
- Hodge IV
c. Analisa
Ny X G_P Ab_ _UK_ _minggu presentasi belakang kepala kala II
persalinan dengan keadaan ibu dan janin baik
d. Penatalaksanaan
3. Asuhan Kebidanan Kala III
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan bahwa bagian bawah perut masih terasa mulas
b. Data Objektif
1) Terlihat semburan darah
2) Tali pusat memanjang
3) Uterus menjadi bulat (globuler)
4) TFU setinggi pusat
c. Analisa
Ny X P_ _ _ _Ab_ _ _ kala III persalinan dengan keadaan ibu baik.
d. Penatalaksanaan
4. Asuhan Kebidanan Kala IV
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan perutnya masih mulas.
b. Data Objektif
1) TFU dua jari dibawah pusat.
2) Kontraksi Uterus Baik.
3) Perdarahan kurang dari 500 ml.
44

c. Analisa
Ny X P_ _ _ _Ab_ _ _ kala IV persalinan dengan keadaan ibu baik.
d. Penatalaksanaan
45

C. Konsep Dasar Teori EBM (Evidence Based Midwifery)


1. Pengertian
Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan
pengalaman atau kebiasaaan semata.
Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Gray,
1997).
Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil
penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti,
2022).
2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan
Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence
based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu
hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta
bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.
3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)
Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:
a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan
obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu
beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti
memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.
b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi
kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.
c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.
d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus
yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat
diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.
4. Sumber Evidence Based
Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet
maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs
46

internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula
yang public domain.
5. Evidence Based Persalinan
a. Hubungan Pendampingan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primi
Gravidarum saat Menghadapi Persalinan (Khusnul Nikmah: 2018)
Kecemasan suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang
merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal
maupun wujudnya. Beberapa ahli sosial berpendapat bahwa wanita memiliki
risiko yang lebih besar untuk menderita gangguan kecemasan karena posisi
mereka dalam masyarakat dan sifat – sifat dasar mereka dalam menjalani
hubungan dengan orang lain.
Kehadiran pendampingan persalinan dapat memberikan dorongan bagi
ibu untuk mengurangi kecemasan khususnya pendampingan dari seorang
suami, namun keadaan di lapangan kecemasan tersebut sulit dihilangkan
bagi ibu yang sifatnya selalu memikirkan keadaan lingkungan baik
berdasarkan resiko kelahiran itu sendiri misalkan kematian, memikirkan
administrasi, apalagi di saat dia mendengarkan persalinan tersebut harus
dilanjutkan dengan jalan operasi, maka kecemasan ibu tersebut akan
semakin memuncak, dan faktor predisposisi juga mempengaruhi kecemasan
seperti psikoanalitik, interpesonal, perilaku, dan biologis. Maka meskipun
pendampingan oleh suami kurang bisa mengurangi kecemasan tersebut,
suami juga harus mengerti keadaan ibu tersebut untuk menunjang
terlaksananya proses persalinan dengan cepat walaupun masih ada rasa
kecemasan. Dan Faktor-faktor yang mempengaruhi peran pendamping
persalinan antara lain sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, pengetahuan,
umur dan pendidikan.
Didampingi keluarga, apalagi suami, saat melahirkan, tentu membuat
Ibu lebih tenang. Karena, selain dukungan mental, pendamping juga
membantu memastikan rencana persalinan yang sudah disusun bersama
berjalan sesuai yang Ibu inginkan. Ibu tinggal konsentrasi pada persalinan
saja. Urusan lain , biar suami yang ambil alih. Jadi, Ibu tidak stress
memikirkan ini dan itu. Ibu hamil dengan tingkat stress rendah, lebih
memungkinkan melakukan persalinan alami. Dalam penelitian ini ditemukan
bahwa kehadiran suami akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang
47

ibu dari kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan,
kehadiran suami akan membawa pengaruh positif secara psikologis, dan
berdampak positif pula pada kesiapan ibu secara fisik pada saat bersalin.
Berdasarkan uji statistic dengan hasi uji Koofisiensi Kontingensi dapat
disimpulkan bahwa pendampingan suami saat menghadapi proses persalinan
mendapatkan tingkat kemaknaan ρ ≤ α (0,027 ≤ 0,05) maka H0 di tolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pendampingan suami ada hubungan
dengan tingkat kecemasan ibu primi gravidarum pada saat menghadapi
persalinan.
b. The best encouraging persons in labor: A content analysis of Iranian
mothers' experiences of labor support (Najafi, 2017)
Proses melahirkan memang sangat menegangkan bagi sang
ibu. Sementara itu, kurangnya kesadaran petugas ruang bersalin akan
ketakutan ibu membuat ibu merasa kesepian dan tidak berdaya. Penelitian ini
bertujuan untuk bahwa pijat sakral yang diterapkan selama persalinan
mengurangi nyeri persalinan wanita, menurunkan tingkat kekhawatiran dan
kecemasan, menyebabkan perasaan kepuasan yang lebih besar di antara
wanita hamil dalam hal persalinan, secara positif mempengaruhi persepsi
persalinan dan tidak memiliki efek samping pada janin.
Wanita percaya bahwa kehadiran pendamping, misalnya suami,
anggota keluarga, atau doula, selama persalinan membantu mereka
menghadapi proses persalinan dengan lebih baik, terutama ketika mereka
merasa kesepian. Penyedia layanan kesehatan diharapkan
mempertimbangkan kebutuhan ibu dan mencoba memberikan dukungan
holistik bagi ibu selama nyeri persalinan.
c. Hubungan Pendampingan Suami Dengan Tingkat Kecemasan Ibu
Primigravida Dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I Di Rumah
Bersalin Kota Ungaran (Prismania, 2013)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pendampingansuami dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam
menghadapi proses persalinan kala I.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
pendampingan suami dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam
menghadapi proses persalinan kala I dengan nilai p= 0,007 dengan Odds
48

Ratio(OR) =6,750, dapat disimpulkan bahwa ibu primigravida yang


menghadapi proses persalinan kala I tanpa didampingi oleh suami
mempunyai peluang 6,750 kali untuk terjadi kecemasan dibanding ibu
primigravida yang menghadapi proses persalinan kala I dengan didampingi
oleh suami.
d. Menurut hasil penelitian Yeni Aryani, dkk yang berjudul Pengaruh Masase
pada Punggung Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Laten Persalinan
Normal Melalui Peningkatan Kadar Endorfin (2015).
Proses kelahiran identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani,
dimana sebagian besar persalinan disertai rasa nyeri. Nyeri pada
persalinan merupakan proses yang fisiologis. Nyeri menyebabkan
frustasi dan putus asa, sehingga beberapa ibu merasa khawatir tidak
akan mampu melewati proses persalinan. Nyeri saat persalinan
merupakan proses yang fisiologis. Sebanyak 12% - 67% wanita
merasa khawatir dengan nyeri yang akan dialami saat persalinan. Salah satu
upaya untuk mengurangi nyeri persalinan adalah dengan masase.
Masase pada punggung saat persalinan dapat berfungsi sebagai
analgesik epidural yang dapat mengurangi nyeri dan stres, serta dapat
memberikan kenyaman pada ibu bersalin. Oleh karena itu diperlukan
asuhan essensial pada ibu saat persalinan untuk mengurangi nyeri dan
stres akibat persalinan yang dapat meningkatkan asuhan kebidanan pada
ibu bersalin.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
masase pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase laten
persalinan normal melalui peningkatan kadar endorfin. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan post test only
control group design untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada
kelompok intervensi dengan cara membandingkan dengan kelompok
kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin
primipara kala I fase laten persalinan normal yang berada di RS Tk.III
Dr.Reksodiwiryo Padang.
Masase pada punggung adalah memberikan stimulasi pada punggung
dengan cara melakukan gosokan lembut dengan kedua telapak tangan dan
jari pada punggung ibu bersalin setinggi servikal 7 kearah luar menuju sisi
tulang rusuk selama 30 menit dengan frekuensi 40 x gosokan/menit, dan
49

dengan tekanan diperkirakan 100 mmH 2 0 pada ibu bersalin kala I fase
laten persalinan normal. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner untuk
menilai intensitas nyeri dan human beta endorfin Elisa kit untuk menilai
kadar endorfin dalam darah ibu bersalin serta sphygmomanometer untuk
mengukur tekanan pijatan ringan.
Kala I fase laten pada kelompok yang dimasase lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok yang tidak dimasase, perbedaan tersebut
sebesar 29.62 point. Secara statistik ada perbedaan yang signifikan
dengan nilai p=0.001, maka dapat dinyatakan ada pengaruh masase
pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase laten persalinan normal.
Pada penelitian ini diperoleh hasil ada pengaruh masase terhadap
intensitas nyeri kala I fase laten persalinan normal melalui peningkatan
kadar endorfin.
e. The effect of sacral massage on labor pain and anxiety: A randomized
controlled trial (Vevik, 2019)
Metode pengendalian nyeri nonfarmakologis, yang semakin meluas
dalam mengatasi nyeri persalinan, adalah metode yang memungkinkan
wanita untuk benar-benar rileks tanpa menggunakan obat apa pun dan
mengarahkan mereka untuk merasakan nyeri pada tingkat yang paling
rendah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pijat sakral
terhadap nyeri persalinan dan kecemasan.
Penelitian ini dilakukan sebagai studi eksperimental terkontrol secara
acak di Rumah Sakit Bağcılar, Klinik Obstetri dan Ginekologi antara Maret
dan Oktober 2016. Secara keseluruhan, 60 wanita, 30 di antaranya berada di
kelompok kontrol dan 30 di antaranya berada di kelompok eksperimen,
merupakan sampel penelitian. Para wanita dalam kelompok eksperimen
diberikan pijatan ke daerah sakral selama 30 menit. Formulir kuesioner,
formulir tindak lanjut tindakan kelahiran, formulir wawancara
pascapersalinan, skala analog visual (VAS) dan inventaris kecemasan sifat-
negara digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini.
Rata-rata VAS fase laten (3,57 ± 1,43), rata-rata VAS fase aktif (7,03 ±
1,5) dan rata-rata VAS fase transisi (8,83 ± 1,78) dari kelompok eksperimen
ditemukan secara statistik secara signifikan lebih rendah daripada kelompok
kontrol ( P < .05).
50

Disimpulkan bahwa pijat sakral yang diterapkan selama persalinan


mengurangi nyeri persalinan wanita, menurunkan tingkat kekhawatiran dan
kecemasan, menyebabkan perasaan kepuasan yang lebih besar di antara
wanita hamil dalam hal persalinan, secara positif mempengaruhi persepsi
persalinan dan tidak memiliki efek samping pada janin.
f. Massage reduced severity of pain during labour: a randomised trial (Galllo,
2013)
Pada akhir intervensi, keparahan nyeri adalah 52 mm (SD 20) pada
kelompok eksperimen dan 72 mm (SD 15) pada kelompok kontrol, yang
berbeda secara signifikan dengan perbedaan rata-rata 20 mm (95% CI 10
hingga 31) . Kelompok-kelompok tidak berbeda secara signifikan pada
ukuran hasil terkait nyeri lainnya. Outcome obstetri juga sama antar
kelompok kecuali lama persalinan, yaitu 6,8 jam (SD 1,6) pada kelompok
eksperimen dan 5,7 jam (SD 1,5) pada kelompok kontrol, perbedaan rata-
rata 1,1 jam (95% CI 0,2-2,0) . Pasien di kedua kelompok puas dengan
perawatan yang diberikan oleh fisioterapis.
Pijat mengurangi keparahan nyeri dalam persalinan, meskipun tidak
mengubah karakteristik dan lokasinya.
g. Pengaruh Masase Punggung Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala 1 Di
Kota Bogor (Supliyani, 2017)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masase punggung
terhadap intensitas nyeri persalinan kala I di wilayah Kota bogor.
Hasil analisa nilai p<0,001 maka terdapat perbedaan rerata intensitas
nyeri kala I persalinan sebelum dan sesudah dilakukan masase punggung,
artinya ada pengaruh masase terhadap intensitas nyeri kala I persalinan. Oleh
sebab itu diharapkan setiap penolong persalinan dapat memberikan
kenyamanan selama persalinan dengan mengendalikan rasa nyeri persalinan
melalui masase punggung.
h. Menurut hasil penelitian Eni Kusyati tentang efektivitas teknik relaksasi
nafas dalam terhadap tingkat nyeri persalinan kala i di wilayah kerja
puskesmas tlogosari wetan semarang (2012).
Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009
berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 117, 02/100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut mengalami peningkatan bila
51

dibandingkan dengan AKI pada tahun 2008 sebesar 114, 42/100.000


kelahiran hidup. AKI tertinggi adalah di Kabupaten Pemalang sebesar
201,50/1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat nyeri
persalinan sebelum dilakukan tehnik relaksasi nafas dalam nyeri
sebelum teknik relaksasi rata-rata 6,80 dengan nyeri paling rendah 4
dan nyeri tertinggi 9. Nyeri persalinan yang terjadi pada responden
merupakan suatu perasaan tidak menyenangkan yang merupakan respon
individu dalam proses persalinan. Nyeri yang dialami responden
dikarenakan adanya perubahan fisiologis dari jalan lahir dan rahim. Hasil ini
didukung oleh teori Bandiyah, (2009), bahwa nyeri persalinan disebabkan
oleh proses dilatasi servik, hipoksia otot uterus saat kontraksi, iskemia
korpus uteri dan peregangan segmen bawah rahim dan kompresi saraf di
servik. data penelitian menunjukkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam
efektif dalam menurunkan tingkat nyeri persalinan kala I di Wilayah
Kerja Puskesmas Tlogosari Wetan Semarang (p < 0,05).
Tingkat nyeri persalinan pada responden sesudah diberikan tehinik
relaksasi nafas dalam mengalami penurunan jika dibandingkan sebelum
diberi tehnik relaksasi nafas dalam. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitan Insaffitan (2006), menunjukkan hasil bahwa diperoleh rata-
rata skala nyeri pada responden sebelum dilakukan massage dan sesudah
dilakukan massase adalah berbeda secara signifikan. Rata-rata skala
nyeri pada responden sebelum dilakukan massage 12,31 dan sesudah
dilakukan massage skala nyeri rata-rata 4,69. Persamaan hasil dari
kedua penelitian tersebut terjadi karena teknik relaksasi napas dalam
yang merupakan salah satu terapi non farmakologi untuk menurunkan
nyeri persalinan. Berdasarkan hal itulah teknik relaksasi napas dalam
yang diberikan pada ibu bersalin dapat memperlancar aliran darah
dengan merelaksasikan otot-otot yang mengalami spasme yang pada
akhirnya akan menurunkan sensasi nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).
Nyeri sebelum teknik relaksasi rata-rata 6,80 dengan nyeri paling
rendah 4 tertinggi 9. Nyeri sesudah teknik relaksasi rata-rata 5,10 dengan
nyeri paling rendah 2 tertinggi 8. Teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam
52

menurunkan tingkat nyeri persalinan kala I di Wilayah Kerja Puskesmas


Tlogosari Wetan Semarang p value = 0,000 (pvalue < 0,05).
i. Hubungan Teknik Nafas Dalam Terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri
Kala I Fase Aktif di Klinik Pratama Jambu Mawar (Fitri, dkk, 2019)
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan teknik nafas dalam
terhadap pengurangan intensitas nyeri kala I fase aktif.
Hasil penelitian pada kelompok intervensi menunjukkan rata-rata
intensitas nyeri persalinan sebelum diberikan perlakuan adalah 5,40 dan
setelah diberikan perlakuan adalah 4,07. Terlihat nilai perbedaan adalah 1,33
dengan standar deviasi 1,163. Hasil uji statistik didapatkan nilai p 0,000 <
0,05 maka Ho ditolak. Kesimpulan : terdapat hubungan antara teknik nafas
dalam terhadap pengurangan intensitas nyeri kala I fase aktif, maka Ha
diterima.
53

BAB III
TINJAUAN KASUS

Bab ini akan diuraiakan Asuhan Kebidanan pada NY. D dengan Persalinan
Normal di PUSTU LONDERANG pada tanggal 10 November 2023 mulai dari
Pengkajian data, Analisa dan Perumusan Diagnosa/Masalah, Perencanaan Tindakan,
Implementasi, dan Evaluasi Asuhan Kebidanan.
Tempat Praktek : PUSTU LONDERANG
No. Reg : 000
Tanggal/Jam : 10 November 2023 / 09.00 WIB
A. Kala 1 persalinan tanggal 10 november 2023 pukul 02.15 wib
1. Pengkajian Data (Oleh: Ria Harmonis )
a. Data Subjektif
1) Identitas
Nama Ibu : NY. D Nama Suami : Tn. B
Umur : 24 Tahun Umur : 27 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Melayu Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : RT. 03 Desa Rondang
2) Data Kebidanan
a) Keluhan Utama : ibu mengatakan merasa nyeri bagian pinggang
menjalar ke ari-ari sejak tadi malam, semakin sering terasa sejak tadi
subuh, sudah mengeluarkan lendir darah sejak pukul 06.30 Wib.
b) Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
No Thn Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan ank
Partus Partus Hamil Persalinan Persalinan Jk/BB skrg
1. Ini

c) Riwayat Kehamilan saat ini : G1P0A0H0 Hamil 39 – 40 mgu


(1) HPHT : 3 februari 2023
(2) TP : 10 November 2023
(3) UK : 39-40 Minggu
54

(4) Masalah yang pernah dialami:


Hamil Muda : Mual dan Muntah
Hamil Tua : Mudah Lelah
(5) Imunisasi TT : Terakhir 1 tahun yang lalu
(6) Riwayat Penyakit Keluarga dan atau operasi yang lalu : Ibu :
Hipertensi dan DM
(7) Riwayat penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
(8) Makan/ Minum /Eliminasi
Makan 3x sehari, Terakhir makan: Tadi pagi
Minum > 2 liter sehari, terakhir minum : Tadi Pagi
BAB : 1x sehari, terakhir BAB : Tadi pagi
BAK : Sering, terakhir BAK : Tadi pagi
(9) Data Psikologis
Penerimaan Klien terhadap kehamilan ini : baik
Sosial Support dari : Suami dan keluarga
Pengambilan keputusan : Suami
(10) Obat-obatan yang diberikan selama kehamilan : SF, Asam Folat,
Kalk, dan anjuran pada ibu untuk mengkonsumsi Sari Kurma secara
rutin 1 sendok sehari selama kehamilan TM III.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Baik
b) Vital Sign
Suhu Badan : 36 ◦C
Tekanan Drah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
c) Turgor : Baik
d) Muka
Konjungtiva : Tidak Pucat
Sklera : Tidak Ikterik
Kelopak Mata : Normal
e) Payudara
Putting Susu : Menonjol
55

Areola Mamae : Bersih


f) Abdomen : Tidak ada bekas Luka Operasi
2) Ekstremitas : Tidak ada Varises, Tidak ada Oedema
Pemeriksaan Khusus/Kebidanan
a) Palpasi
L I , TFU : 31 cm, Bagian yang teraba dalam Fundus :
Bokong
L II : Pu-K1 (Teraba keras memanjang pada sisi
kanan)
L III : Pres-Kep
L IV : 3/5
Gerakan bayi : Aktif
Kontraksi Uterus : 4x dalam 10 menit lamanya >40 detik
TBBJ : (31-11) x 155 = 3100 Gram
b) Auskultasi
DJJ : 136 x permenit, frekuensi : Teratur, Kuat
c) Perkusi : Tidak Dilakukan
d) Ano-Genitalia
Vulva : Tidak ada Varises, pengeluaran : Blood Slym
Hemoroid : Tidak ada
e) Pemeriksaan Dalam
Tanggal/ Jam : 10 November 2023/ 02.15 Wib
Portio : Tipis, Lunak, Tidak Kaku
Pendataran : 75%
Pembukaan : 7 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala
Penurunan : HIII
Denominator : UUK
3) Pemeriksaan penunjang
Hb : 11,8 gr/dl - Protein Urine : (-)
Gol. Darah : O+ (Diperiksa pada Kunjungan pertama TM I)
56

2. Intepretasi Data Dasar


a. Diagnosa
Inpartu Kala I fase Aktif .
b. Masalah
Ibu merasa kesakitan.
1) Data Subjektif (DS) :
a) Ibu mengatakan merasa nyeri bagian pinggang menjalar ke ari-ari
sejak tadi malam semakin sering terasa sejak tadi subuh, sudah
mengeluarkan lendir darah sejak pukul 06.30 Wib.
b) Ibu mengatakan merasa tidak sanggup melewati proses persalinan
2) Data Objektif:
a) Kontraksi Uterus : 4x dalam 10 menit lamanya >40 detik
b) Portio : Tipis, Lunak, Tidak Kaku
c) Pendataran : 75%
d) Pembukaan : 7 cm
e) Ketuban : Utuh
f) Presentasi : Kepala
g) Penurunan : HIII
h) Denominator : UUK
Analisis data dan Intepretasi Data:
a. Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan
(Wikjosastro, 2016). Fase aktif dimulai dari pembukaan 4 sampai 10 cm.
Salah satu karakteristik persalinan sebenarnya adalah nyeri kontraksi pada
bagian belakang, melingkar ke bagian bawah perut/abdomen, bertambah
lama, mengeluarkan lendir dan darah (Bloody Show).
b. Keadaan Ibu dan Janin Baik
1) Data Subjektif:
Janin bergerak aktif pada bagian sebelah kiri perut ibu.
Data Objektif:
Suhu Badan : 36 ◦C
Tekanan Drah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
57

c. KU Ibu baik, kesadaran Compos Mentis, Konjungtiva Tidak Pucat, tidak


ada Oedema, dan Sklera Tidak Ikterus.
Pemeriksaan penunjang:
Hb : 11 gr/dl
Protein Urine : (-)
d. Analisis Data dan Intepretasi Data:
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda oedema,
dan ibu tidak pucat, dan kadar Hb dalam batas normal menandakan
keadaan ibu baik (Wikjosastro, 2002).
2) DJJ dalam keadaan normal, bunyi jantungnya teratur, dan
frekuensinya antara 120-160x/menit menandakan Janin dalam keadaan
baik.
3. Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial
Tidak ada masalah potensial pada NY. D karena masalah yang muncul
seperti nyeri perut bagian bawah menjalar ke pinggang, dan keluar lendir
bercampur darah merupakan tanda-tanda fisiologi persalinan.
4. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi
Tidak ada penangan tindakan segera pada NY. D karena tidak ada kasus
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera selama proses persalinan.
5. Rencana Tindakan
a. Tujuan
1) Kala I fase aktif berlangsung normal (pembukaan 8 cm sampai 10 cm),
kemajuan persalinan normal dan tidak melewati garis waspada pada
pencatatan partograf.
2) Keadaan ibu dan janin tetap baik
3) Ibu mendapat support/dukungan fisik maupun psikis dari keluarga
b. Kriteria
1) Penurunan kepala pada HIV dan pembukaan 10 cm, His/kontraksi uterus
yang semakin kuat
2) Kondisi ibu dan janin baik (TTV Ibu dan DJJ dalam batas normal)
3) Keluarga mendampingi ibu selama proses persalinan dan selalu memberi
dukungan baik fisik maupun psikis
4) Ibu dapat beradaptasi dengan rasa nyeri selama proses persalinan.
58

c. Rencana Tindakan
1) Lakukan informed consent pada ibu dan keluarga/suami
Rasional: Sebelum melakukan pemeriksaan atau tindakan lakukan
informed consent pada ibu/keluarga dan meminta persetujuan atas tindakan
yang akan dilakukan dengan menandatangani form persetujuan yang
tersedia.
2) Jelaskan hasil pemeriksaan dan kemajuan persalinan
Rasional:
Ibu harus mengetahui keadaan diri dan janinnya sehingga ibu dapat lebih
kooperatif terhadap tindakan dan anjuran dari petugas kesehatan/bidan.
3) Jelaskan kepada ibu dan keluarga pentingnya persiapan calon pendonor
darah, jika sewaktu-waktu ibu mengalami komplikasi dan perlu untuk
dirujuk serta perlu transfusi darah.
Rasional:
Ibu harus mempersiapakan pendonor darah yang bergolongan darah sama
dengan ibu agar mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk
transfusi darah.
4) Berikan Asuhan Sayang Ibu Kala I
a) Berikan dukungan dan semangat serta menghadirkan suami untuk
mendampingi ibu dalam proses persalinan
Rasional:
Dukungan dan semangat dari petugas kesehatan/bidan dan
menghadirkan suami akan membatu menambah motivasi ibu dalam
menghadapi persalinan.
b) Ajarkan tekhnik relaksasi dan pengaturan napas terutama saat ada
kontraksi
Rasional:
Tekhnik Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengurangi rasa
nyeri dengan memberikan jaringan suplai O2 yang cukup.
c) Memasase punggung ibu
Rasional:
Dengan memasase punggung ibu merangsang titik tertentu di
sepanjang meridian medulla spinalis yang ditransmisikan melalui
serabut saraf besar ke formatio retikularis, thalamus dan sistem limbic
59

tubuh akan melepaskan endorfin. Endorfin merupakan neurotransmitter


atau neuromodulator yang menghambat pengiriman rangsang nyeri
dengan menempel kebagian reseptor opiat pada saraf dan sumsum
tulang belakang sehingga dapat memblok pesan nyeri ke pusat yang
lebih tinggi dan dapat menurunkan sensasi nyeri.
d) Beri intake nutrisi dan cairan yang adekuat
Rasional:
Dengan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat akan memberi energy
bagi tubuh sehingga dapat memudahkan proses persalinan terutama
tenaga saat meneran.
e) Anjurkan pengosongan kandung kemih jika ibu ingin BAK
Rasional:
Kandung kemih yang penuh menyebabkan hasil pemeriksaan yang tidak
akurat, memperlambat turunnya kepala janin ke jalan lahir, dan
memberi persaan yang tidak nyaman pada ibu.
f) Atur posisi ibu senyaman mungkin
Rasional:
Mengatur posisi ibu senyaman mungkin untuk mengurangi efek rasa
nyeri pada ibu dan tetap memperhatikan posisi yang baik dalam
penurunan kepala bayi.
5) Pantau kemajuan persalinan dengan partograf
Rasional:
Dengan partograf memudahkan dalam pengambilan keputusan klinis dan
rencana tindakan selanjutnya terjadap klien.
6) Siapkan alat-alat, obat-obatan serta keperluan ibu dan bayi
Rasional: Ibu sudah berada pada fase aktif kala I yaitu pembukaan 8 cm
dan kemajuan persalinan juga baik sehingga perlu dilakukan persiapan
untuk pertolongan persalinan ibu.
6. Implementasi
a. Melakukan informed consent pada ibu dan keluarga/suami
b. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan kemajuan persalinan
c. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga pentingnya persiapan calon pendonor
darah, jika sewaktu-waktu ibu mengalami komplikasi dan perlu untuk
dirujuk serta perlu transfusi darah
60

d. Memberikan Asuhan Sayang Ibu Kala I


a. Memberikan Dukungan dan semangat pada ibu serta menghadirkan
suami untuk mendampingi ibu
b. Mengjarkan tekhnik relaksasi dan pengaturan napas terutama saat ada
kontraksi
c. Memasase punggung ibu
d. Memberikan Intake nutrisi dan cairan yang adekuat
e. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih jika terasa ingin
BAK
f. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
e. Melakukan Konsultasi dengan Dokter Spesialis Obgin via telepone
tentang kondisi ibu dan janin serta meminta saran atas tindakan yang
harus dilakukan jika terjadi hal yang gawat
f. Memantau kemajuan persalinan dengan partograf
g. Menyiapkan alat-alat, obat-obatan serta keperluan ibu dan bayi
7. Evaluasi
a. Kala I berlangsung normal
b. Ibu dapat beradaptasi dengan rasa nyeri
c. Ibu merasa bersemangat dan bergairah dalam menghadapi proses persalinan
dan menyambut kelahiran buah hati.
d. Ibu dalam keadaan baik (TD:120/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit,
S: 360C)
e. DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur, frekuensi 135x/menit
f. Kontraksi uterus makin kuat 4x10 menit lamanya >40 detik
g. Ibu merasakan adanya dorongan yang kuat untuk meneran
h. Ibu merasa ada tekanan pada anus
i. Tampak perineum menonjol
j. Vulva dan anus membuka
k. Pemeriksaan dalam:
1) Portio : Tidak teraba - Penyusupan : 0
2) Pembukaan : 10 cm - Penurunan : HIV
3) Ketuban : (-), warna jernih
4) Presentase : Kepala, UUK Ka-dep
61

B. Kala II persalinan tanggal 10 november 2023 pukul 06.30 wib


S : Ibu menyatakan nyeri semakin sering, semakin lama, ingin BAB dan ingin
meneran
O : Keadaan Umum : Baik, terlihat tanda-tanda KALA II yaitu : Dorongan ingin
meneran, tekanan pada anus, perineum, menonjol, vulva dan anus membuka,
His : 5x10x50", DJJ 140x/menit. Pukul : 06.30 wib periksa dalam : portio
tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban utuh, persentasi kepala, penurunan
hodge IV posisi ubun-ubun kecil kiri depan dengan kepala croning 5-6 cm.
A : Inpartu Kala II
P : Perencanaan, implementasi dan evaluasi yang telah dilakukan :
1. Menginformasika hasi pemeriksaan pada ibu dan keluarga ibu sudah
saatnya melahirkan dan pembukaan sudah lengkap, ketuban sudah pecah,
kepala bayi sudah tampak dan ibu sudah boleh mengeran.
2. Mendekatkan alat-alat, obat-obatan, perlengkapan ibu dan bayi, hasilnya
alat-alat, obat-obatan, perlengkapan ibu dan bayi telah didekatkan
3. Memakai pelindung diri, celemek, masker, kaca mata, sepatu boat,
handscoon, hasilnya alat pelindung diri telah digunakan.
4. Mengajarkan ibu teknik mengeran yang baik seperti yang dibimbing
sebelumnya yaitu meneran seperti BAB keras pada saat ada his dengan
merangkul kedua paha dengan tangan dimasukkan kedalam lipatan siku
kaki, kepala diangkat dengan mata melihat ke perut dan mata jangan
dipejamkan dan berhenti saat tidak ada his, hasilnya ibu meneran dengan
baik.
5. Memberikan dukungan dan pujian kepada ibu, memuji ibu pada saat
meneran dan ibu terlihat semangat untuk meneran karena didampingi
oleh suami.
6. Melakukan pemecahan ketuban, memimpin ibu meneran, menolong
persalinan kala II melahirkan bayi setelah tampak kepala bayi dengan
diameter 5-6 cm membuka vulva tangan kanan menahan perineum
dengan kaki bersih dan kering. Tangan kiri menahan puncak kepala bayi
untuk menahan posisi refleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan
ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal. Setelah
kepala bayi lahir dengan lembut, menyeka muka, mulut dan hidung bayi,
dengan kain atau kasa yang bersih. Periksa kemungkinan ada lilitan tali
62

pusat, menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, periksa lilitan tali
pusat, pegang kepala bayi secara biparietal. Menganjurkan ibu meneran
saat kontraksi berikutnya dengan lembut menarik kepala bayi ke arah
perineum untuk melahirkan bahu anterior dan mengarah ke simpysis
untuk melahirkan bahu posterior. Setelah kedua bahu di lahirkan,
melakukan sanggah susur hingga seluruh tubuh bayi lahir. Menyelipkan
jari telunjuk diantara kedua tungkai kaki bayi lalu meletakkan diatas
perut ibu. Penanganan bayi baru lahir, melakukan penilaian, apakah bayi
menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak
kesulitan. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti kain basah
dengan kain yang kering.
7. Pukul 07.05 wib bayi lahir spontan, segera menangis, jenis kelamin laki-
laki, berat badan 3100 gram, panjang badan 50 cm, anus (+), Cacat (-).
8. Melakukan penilaian terhadap bayi secara selintas dengan hasil tidak ada
tanda-tanda asfiksia.
9. Mengeringkan bayi kemudian meletakkan bayi diatas dada atau perut
ibu.
10. Memotong tali pusat dan kemudian menempatkan bayi di dada ibu dalam
posisi tengkurap untuk melakukan kontak kulit ke kulit, luruskan bahu
bayi dengan kepala berada diantara payudara ibu dan biarkan untuk
melakukan IMD.
11. Menyelimuti bayi dengan kainn hangat dan kering dan memasang topi
pada kepala bayi

C. Kala III persalinan tanggal 10 November 2023 pukul 07.15 wib :


S : Ibu mengatakan perut masih terasa sakit
O : Keadaan Umum ibu baik, Td 120/80 mmHg, R: 22x/menit, N: 80x/menit, S:
36°C Palpasi: TFU: sepusat. Kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong,
pendarahan normal Kurang lebih 100 cc.
A : Parturient kala III
P : Perencanaan, implementasi dan evaluasi yang telah di lakukan :
63

1. Memberitahu ibu bahwa bayi sudah lahir, keadaan ibu dalam keadaan
baik, dan plasenta akan dilahirkan.
2. Memeriksakan fundus untuk memastikan apakah ada janin kedua atau
tidak.
3. Mengosongkan kandung kemih.
4. Melakukan manajemen aktif kala II.
5. Memberikan suntikan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha bagian luar.
6. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat.
7. Melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan memindahkan klem
5-10 cm didepan vulva, pastikan tanda-tanda plasenta lepas, perubahan
bentuk dan tinggi uterus, tali pusat memanjang, adanya semburan darah
tiba-tiba, uterus berkontraksi dengan baik, tangan kiri menahan corpus
uteri ke arah dorso cranial dan tangan kanan melakukan peregangan tali
pusat terkendali, saat plasenta tampak di introitus vagina kedua tangan
menyambut dan memutar plasenta searah jarum jam sehingga selaput
terpilin.
8. Melahirkan plasenta, plasenta lahir lengkap dengan selaputnya.
9. Melakukan massase fundus uteri agar tidak terjadi atonia uteri sehingga
uterus berkontraksi (Fundus teraba keras) kemudian mengajarkan kepada
ibu dan keluarga untuk melakukan sendiri, massage fundus uteri sudah
dilakukan dan fundus teraba keras.
10. Memeriksa kelengkapan plasenta.
11. Memeriksa jalan lahir dan robekan pada perineum derajat I yaitu dari
mukosa vagina.

D. Kala IV Persalinan tanggal 10 November 2023 pukul 07.20 wib :


S : Ibu mengatakan lelah.
O : Keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital: TD 120/80 mmHg, N:80x/menit,
S: 36°C, TFU sepusat, kontraksi uterus baik, pendarahan: kurang lebih 50 cc,
Kandung Kemih: kosong, Perineum ada robek derajat I
A : Parturient kala IV dengan robekan jalan lahir derajat I
P : Perencanaan, implementasi dan evaluasi yang telah dilakukan:
64

1. Memberitahu ibu seluruh hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik,


tanda-tanda vital normal, dan akan dilakukan penjahitan pada robekan
jalan lahir, hasilnya ibu mengetahui kondisinya.
2. Melakukan penjahitan pada luka robek jalan lahir, hasilnya penjahitan
telah dilakukan dengan menggunakan benang catgut.
3. Melakukan pengecekan ulang dengan menggunakan kassa untuk melihat
adanya pendarahan atau tidak, hasilnya tidak ada pendarahan.
4. Membersihkan ibu dari darah dengan menggunakan air DTT dan
melakukan dekontaminasi tempat tidur dengan larutan klorin, hasilnya
ibu telah dibersihkan dan tempat tidur sudah dibersihakan.
5. Merendam alat-alat persalinan dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit.
6. Mengobservasi tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
kandung kemih dan pendarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama
postpartum dan sertiap 30 menit pada jam ke dua postpartum.
7. Memberikan nutrisi dan hidrasi yang cukup pada ibu.
8. Memastikan kontraksi uteru ibu baik.
9. Setelah kontak kulit ke kulit ibu-bayu dan IMD selesai
a. Menimbang dan ukur bayi
b. memberikan bayi salep mata
c. menyintikkan vitamin K1 1 mg
d. memeriksa suhu tubuh bayi dan mematikan suhu normal
e. melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan bayi tidak cacat
10. Mengajarkan ibu cara massase fundus uteri agar tidak terjadi uteri yaitu
dengan cara meletakkan telapak tangan difundus dan lakukan massase
dengan gerakan melingkar dengan lembut sehingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras) dan beritahu ibu jika fundus teraba lembek
menandakan kontraksi kurang baik dan segera beritahu, hasilnya ibu
dapat melakukan masase fundus uteri.
11. Memberikann ibu suplemen tambahan, hasilnya ibu berjanji segera
meminum suplemen tambah darah yang telah diberikan.
12. Menjelaskan tanda bahaya bersalin yaitu pendarahan, keluar cairan
berbau, demam, hasilnya ibu dapat menyebutkan tanda dan bahaya
setelah bersalin.
65

13. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, minimal


setiap 2 jam sekali di kedua payudara, hasilnya ibu berjanji untuk
menyusuinya.
14. Melakukan pemantauan kala IV telah dilakukan selama 1-2 jam
postpartum dan hsil pemantauan tidak ditemukan tanda-tanda kegawat
daruratan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan pada NY. D umur 24 tahun dengan persalinan di PUSTU


LONDERANG dilakukan sesuai dengan Manajemen Kebidanan. Manajemen kebidanan
merupakan proses pemecahan masalah sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah (Varney, 2014). Adapun tujuh langkah
Manajemen Kebidanan menurut Varney yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa
potensial, tindakan segera/kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sehingga
dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Pengkajian Data Dasar
NY. D berusia 24 tahun, kebangsaan Indonesia, beragama Islam, Pendidikan
terakhir SMA, pekerjaan IRT, Bersuami Tn. B, usia 27 tahun, kebangsaan
Indonesia, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan wiraswasta. Pasangan ini bertempat
tinggal di Rt. 03 Desa Rondang.
Riwayat menstruasi NY. D hari pertama tanggal 3 februari 2023, lamanya 7
hari, sebanyak 2-3 kali ganti pembalut perhari, siklus 28 hari, konsistensi cair.
Taksiran persalina NY. D tanggal 10 November 2023, gerakan janin dirasakan
pertama kali pada usia pada usia 20 minggu, gerakan janin dalam 24 jam terakhir
aktif atau sering (>10 kali), keluhan yang dirasakan ibu mengeluh nyeri punggung.
Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu tidak ada karena ini
merupakan kehamilan yang pertama. Pola makan klien 3 kali sehari terdiri dari nasi,
sayur, lauk pauk, telur, ikan dan air putih, susu dan teh. Pola eliminasi BAB 1 kali
sehari, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan, berbau khas, BAK 6 kali sehari,
warna kuning jernih. Pola istirahat tidur malam 8 jam perhari, tidur siang 1-2 jam
per hari, selama kehamilan klien melakukan hubungan seksual 2 kali seminggu,
hanya frekuensi sedikit dikurangi, dan tidak ada masalah. Pekerjaan rumah tangga
seperti memasak, mencuci, menyapu, tidak menganggu kehamilan ini. NY. Dbelum
Pernah menggunakan alat Kontrasepsi.
NY. D mengatakan kehamilan ini merupakan kehamilan pertama dan tidak
pernah Mengalami Keguguran. Dan NY. D mengatakan bahwa ia tidak pernah
memiliki riwayat penyakit seperti jantung, hipertensi, hepatitis, campak, malaria,
anemia berat, DM PMS HIV/AIDS, TB, dan gangguan mental. Klien tidak pernah
minum-minuman yg mengandung alkohol, tidak merokok, tidak minum jamu, dan
54

ganti pakaian 2 kali sehari. Riwayat sosial kehamilan klien direncanakan/diinginkan,


dengan jenis kelamin perempuan. Status perkawinan NY. D menikah (sah) menurut
hukum dan agama. Klien mempercayai mitos-mitos yang merugikan terhadap
kehamilannya.
Riwayat kesehatan keluarga ibu adalah Hipertensi dan DM. Pada pemeriksaan
diperoleh data bahwa keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis, keadaan
emosional stabil, yaitu ibu dapat berinteraksi dengan baik dan dapat menanggapi
pertanyaan yang diajukan.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2016:37).
Kala satu persalinan didefinisikan sebagai permulaan kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan
pembukaan lengkap (10 sentimeter) (Varney, 2007:672).
Pada tanggal 10 November 2023 pukul 02.15 WIB NY. D usia kehamilan 39-
40 minggu datang dengan keluhan nyeri perut menjalar ke pinggang dan ibu
mengatakan cemas dengan keadaan nya, takut tidak bisa melewati proses persalinan.
Hal ini sesuai dengan teori dalam JNPK-KR (2016) yang menyatakan bahwa
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu). Keluhan yang dirasakan NY. D juga sesuai dengan tanda-tanda
persalinan menurut teori dalam King, et all (2019) tanda dan gejala inpartu yaitu
penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan
serviks dan akibat terjadi mules serta cairan lendir bercampur darah.
Rasa cemas yang ibu hadapi juga merupakan perubahan psikologi yang terjadi
pada ibu inpartu diantaranya memperlihatkan ketakutan atau kecemasan, yang
menyebabkan wanita mengartikan ucapan pemberi perawatan atau kejadian
persalinan secara pesimistik atau negatif, tampak “lepas kontrol” dalam persalinan
(saat nyeri hebat, menggeliat kesakitan, panik, menjerit, tidak merespon saran atau
pertanyaan yang membantu) dan respon “melawan atau menghindari”, yang dipicu
oleh adanya bahaya fisik, ketakutan, kecemasan dan bentuk stress lainnya (Widia,
2015).
55

Dari uraian data subjektif diatas, bahwa perubahan fisiologi dan psikologi
yang dialami oleh NY. D sesuai dengan teori yang ada, sehingga dapat diartikan
antara kasus yang penulis dapatkan dilahan tidak ada kesenjangan dengan teori.
Pada pengkajian data objektif, pemeriksaan abdomen NY. D dilakukan
pengawasan setiap 30 menit sekali yang didapatkan hasil kontraksi his adekuat, dan
pemeriksaan detak jantung janin (DJJ) dalam batas normal, pemeriksaan ini
dilakukan bertujuan untuk kesejahteraan ibu dan janin. Pengawasan terus menerus
terhadap kesejahteraan baik ibu maupun janinnya selama persalinan. Frekuensi,
intensitas, dan durasi kontraksi uterus (his), serta respon denyut jantung janin
terhadap kontraksi, merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan seberapa jauh kemajuan dari
persalinan yang ditentukan dari hasil pemeriksaan pembukaan, ketuban dan
penurunan. Sesuai dengan teori Manuaba (2019:114) pemeriksaan dalam dilakukan
untuk mengetahui pembukaan, perlunakan serviks, ketuban sudah pecah atau belum
dan seberapa jauh penurunan bagian terendah.
Kala dua dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Proses
ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1jam pada multi (Sarwono, 2018).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada pukul 02.15 WIB NY. D
mulai merasakan keinginan untuk meneran, adanya tekanan pada rektum dan
vagina, perineum sudah mulai menonjol dan meningkatnya pengeluaran lendir
bercampur darah. Keadaan yang dialami NY. D sesuai dengan tanda-tanda kala dua
yaitu Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, adanya
peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya, perineum menonjol vulva vagina
dan spingter ani membuka serta meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
(JNPK-KR, 2016:75).
Kala tiga berlangsung dari lahirnya bayi sampai plasenta dan membran
dikeluarkan (Fraser, 2009:431).Pada kala III NY. D masih merasakan mules, bayi
sudah lahir dan plasenta belum lahir. Hal ini sesuai dengan teori Rukiyah
(2014:183) yang menyatakan setelah berakhirnya kala II memasuki kala III ibu
mengatakan perutnya terasa mules, bayi sudah lahir dan plasenta belum lahir.
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai dua jam pertama
postpartum (Prawirahardjo, 2018). Ibu merasa letih/lelah setelah proses persalinan,
hal ini sesuai dengan teori, dimana setelah melawati proses persalinan akan merasa
lelah karena habisnya tenaga pada saat meneran, fundus yang berkontraksi kuat
56

menyebabkan ibu merasa mules, perubahan bentuk uterus dari hamil hingga setelah
hamil, dan daarah berwarna gelap keluar tiba-tiba dari introitus vagina
Prawirahardjo (2018).
Data objektif yang didapatkan penulis pada kala I, II, III, dan IV (pemeriksaan
tanda-tanda vital seperti tekanan darah, suhu, pernapasan dan nadi) pada NY. D
dalam keadaan normal. Sesuai teori Varney (2007:686) batas normal perubahan
tanda-tanda vital adalah peningkatan tekanan darah sistolik rata-rata 15 (10-20)
mmHg dan diastolic rata-rata 5-10 mmHg, frekuensi nadi tidak lebih dari 100 kali
permenit dan sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi.
Sehingga dari pengkajian yang telah dilakukan penulis terhadap NY.
Ddidapatkan bahwa persalinan pada NY. D ermasuk fisiologis berdasarkan dari
proses persalinan kala I, kala II, kala III, dan kala IV dan tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus yang didapat.

B. Interpretasi Data
Data dasar yang telah dikumpulkan diidentifikasikan sehingga ditemukan
masalah atau masalah yang spefisik. Interpretasi data terdiri dari diagnosa
kebidanan, diagnosa masalah dan diagnosa kebutuhan.
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan yaitu NY. D persalinan dimulai dari
tahap kala I, II, dan III dengan diagnose G1P0A0, usia kehamilan aterm, janin
tunggal hidup, intrauterine, presentasi kepala dengan persalinan normal, dan pada
kala IV didapatkan keluhan ibu merasa lelah dan ingin istirahat.
Hal ini sesuai dengan daftar nomenklatur kebidanan. Pada kala 1, II, dan III
keluhan yang muncul yaitu mules-mules serta keluar lendir bercampur darah.
Menganjurkan ibu teknik relaksasi yaitu dengan menarik nafas dari hidung, dan
mengelurakan dari mulut, memberikan penjelasan tentang tanda-tanda persalinan
bahwa mules-mules merupakan keadaan yang normal, dan memenuhi kebutuhan
hidrasi ibu dengan memberikan ibu minum

C. Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial


Dari hasil data subjektif dan objektif yang penulis dapatkan tidak ada masalah
potensial pada NY. D karena masalah yang muncul seperti nyeri perut bagian bawah
57

menjalar ke pinggang, dan keluar lendir bercampur darah merupakan tanda-tanda


fisiologi persalinan.
Rasa cemas yang ibu alami juga merupakan perubahan psikologi yang normal
terjadi pada ibu inpartu.
Sehingga dapat diartikan bahwa kasus pada NY. D tidak ditemukan diagnosa
atau masalah potensial.

D. Antisipasi Tindakan Segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien. Tindakan segera dan kolaborasi dilakukan apabila klien
mengalami keluhan yang mengancam atau temuan dari hasil pemeriksaan maka
dilakukan tindakan segera atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya
(Mengkuji, 2013).
Berdasarkan asuhan Pada kasus NY. D bahwa Tidak ada penangan tindakan
segera pada NY. D karena tidak ada kasus kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan segera selama proses persalinan.

E. Rencana Asuhan
Langkah ini merupakan kelanjutan manejemen terhadap diagnosis atau
masalah yang telah di identifikasi atau di antisipasi, pada langkah ini informasi atau
data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Pada langkah ini dilakukan
perencanaan yang menyuluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya.
Berdasarkan diagnosa didapat Rencana tindakan yang akan dilakukan pada
asuhan kebidanan pada NY. D seperti jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga. Menurut Saifudin (2010:44) memperoleh pelayanan kesehatan berhak
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kesehatannya. Observasi keadaan
umum ibu, dan tanda-tanda vital dan kemajuan persalinan dalam partograf. Menurut
JNPK-Kr (2013:56) kondidi ibu harus dinilai dan dicatat secara seksama dalam
partograf seperti denyut jantung janin, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus, nadi
setiap 30 menit dan pembukaan serviks, penurunan bagian bawah janin, tekanan
darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam.
Berikan asuhan sayang ibu, menurut Waspodo (2007) bahwa asuhan sayang
ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan, dan
58

keinginan ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Anjurkan ibu untuk
menarik nafas panjang ketika ada his dan istirahat diantara 2 his serta tidur
memiring kekiri. Menurut JNPK-KR (2013:82) tidur miring kekiri dapat membantu
perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berptitar menjadi posisi oksiput
anterior.
Siapkan ruangan, alat, dan obat-obatan. Menurut JNPK-KR (2013:50-51)
dimanapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, perlu disiapkan ruangan yang
bersih dan hangat, pastikan kelengkapan jenis dan jumlah alat-alat dan obat- obatan
dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi. Memakai
pelindung diri, clemek, masker, kacamata, sepatu boat, handscoon. Menurut JNPK-
KR (2013:53) tentang perlindungan diri merupakan penghalang atau bariee antara
penolong dan bahan-bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit.
Anjurkan pada ibu untuk tidak menahan BAK/BAB. Menurut JNPK-KR
(2013:53) hindari kandung kemih yang penuh karena berpotensi untuk
memperlambat turunnya janin dan mengganggu kemajuan persalinan. menyebabkan
ibu tidak nyaman, meningkatkan resiko perdarahan pasea persalinan, meningkatkan
resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan
Memberitahu pada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap ibu dan
janin dalam keadaan normal, meminta bantuan pada keluarga untuk membantu
menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his dan bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman sesuai dengan keinginannya). Hal
ini sesuai dengan teori dari Prawirohardjo (2016) yang mengatakan memberitahu
ibu pembukaan sudah lengkap dan keadan janin baik. Membantu ibu berada dalam
posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya
Pastikan adanya tanda dan gejala kala II. Menurut Prawirohardjo (2012),
beberapa tanda dan gejala persalinan kala II yaitu : a) Ibu merasakan ingin mengejan
bersamaan terjadinya kontraksi; b) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum
atau vaginanya, c) Perineum terlihat menonjol; d) Vulva vagina dan sfingter ani
terlihat membuka; e) Peningkatan pengeluaran lendir darah
Meminpin ibu untuk meneran sambil memberi dukungan dan pujian pada ibu,
menolong persalinan kala II melahirkan bayi. Setelah tanpak kepala bayi dengan
diameter 5-6 cm membuka vulva tanan kanan menahan perineum dengan kain
bersih dan kering. Tangan kiri menahan puncak kepala bayi untuk menanan posisi
defleksi dan membatu lahirnya kepala.
59

Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas sepat dan dangkal.
Setelah kepala bayi lahir dengan lembut, menyeka muka, mulut dan hidung bayı
dengan kain atau kasa yang bersih. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat,
menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. Setelah
kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayı secara biparietal.
Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi berikutnya dengan lembut menarik kepala
bayi ke arah perineum untuk melahirkan bahu anterior dan mengarahkan ke
sympesis untuk melahirkan posterior. Setelah kedua bahu dilahirkan melakukan
sanggah susur hingga seluruh tubuh bayi lahir menyelipkan jari telunjuk diantara ke
2 tungkai kaki bayi lalu meletakkan diatas perut ibu.
Penanganan bayi baru lahir melakukan penilaian, apakah bayi menangis kuat
atau bernafas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak kesulitan. Keringkan bayi mulai
dari muka, kepala dan bagian lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah basah dengan handuk atau kain yang kering.
Memberitahu ibu bahwa bayi sudah lahir, ibu dalam keadaan baik, dan
plasenta akan dilahirkan. Memeriksa fundus untuk memastikan apakah ada janin
kedua atau tidak, melakukan manajemen aktif kala III. Menurut Sukmiati (2004:2)
Manajemen aktif kala III termasuk dalam Asuhan Persalinan Normal (APN) yang
dapat segera memperbaiki kontraksi uterus, mempercepat keluarnya plasenta dan
meminimalkan perdarahan postpartum, serta mengurangi kemungkinan terjadinya
atonia uteri. Melakuakan manajemen kala III terdiri dari tiga langkah utama yaitu
pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan
peregangan tali pusat, dan masase fudus uteri.
Memberikan suntik oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha bagian luar.
Menurut Azmawati (2015) Pemberian oksitosin 10 IU, dengan syarat sudah
dilakukan palpasi pada abdomen bahwa tidak ada lagi janin di uterus. Dilakukan
pada 1/3 paha bagian luar. Batas waktu kelahiran plasenta adalah 30 menit.
Periksa denyutan tali pusat sudah tidak ada/berkurang sengan tujuan untuk
meningkatkan kadar hempoglobin pada bagi, setelah itu lakukan penjepitan dan
potongan tali pusat. Menururt JNPK-KR (2013:89) setelah bayi lahir gunakan
klem DTT untuk melakukan penjepitan tan pusat dengan klem pada sekitar 3
cm dari dinding perut bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan 2 jari,
kemudian dorong-dorong ii tali pusat kearah ibu, setelah itu lakukan penjepitan
kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama. Pegang tali pusat diantara ke
60

dua klem tersebut, memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting steril.
Melakukan inisiasi menyusu dini dengan cara meletakkan bayi diatas dada ibu
secara tangkurap dan kepala bayi berada diantara kedua payudara ibu. Menurut
Siahaan & Panjaitan (2020) Proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi baru
lahir dilakukan sesaat setelah lahir dengan kriteria bayi harus dalam keadaan sehat
dan menangis, tali pusat telah dipotong dan badan bayi telah dilap dengan
menggunakan kain hangat dengan tetap mempertahankan verniks. Bayi dalam
keadaan telanjang diletakkan didada ibu dengan posisi tengkurap, kemudian bayi
dibiarkan untuk mencari putting susu ibunya.
Menurut JNPK-KR (2013:101) menjelaskan kepada ibu keuntungan dalam
pemberian ASI ajarkan ibu cara menyusui yang benar, lalu jelaskan kepada ibu
bahwa membatasi lama bayi menyusu akan mengurangi jumlah nutrisi yang
diterima bayi dan akan menurunkan produksi ASI
Melakukan penegangan tali pusat terkendali. Menurtu JNPK-KR (2013:125)
pergangan tali pusat terkendali dimaksud untuk mengeluarkan plasenta dengan cara
pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, letakkan tangan yang
lain pada abdomen ibu tepat diatas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba
kontraksi uterusdan menahan uterus pada saat melakukan penegangan pda tali pusat,
setelah terjadi kontraksi yang sangat kuat tegangkan tali pusat dengan satu tangan
dan tangan yang lain menekan uterus.
Melahirkan plasenta. Menurut JNPK-KR (2013:125) setelah adanya tanda-
tanda pelepasan plasenta yaitu perubahan bentuk dan tinggi uterus, tali pusat
memanjang dan semburan darah mendadak, pada saat plasenta terlihat pada introitus
vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang
plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah.pegang plasenta
dengan kedua tangan dan secara lembut puter plasenta hingga selaput ketuban
terpilin menjadi satu.
Melakukan masase fundus uteri agar tidak terjadi atonia uteri sehingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras) kemudian mengajarkan kepada ibu dankeluarga
untuk melakukan sendiri, masase fundus uterí sudah di lakukan dan fundus teraba
keras. Menurut JNPK-KR (2013:130) segera lakukan masase fundus uteri stelah
plasenta lahir dengan cara letakkan telapak tangan pada fundus uteri. Periksa uterus
setelah 1 hngga 2 menit untuk memastikan uterus berkontraksi.
61

Memeriksakan jalan lahir dan robekan. Menurut JNPK-KR (2013:138) setelah


plasenta lahir perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserast atau
robekan perineum dan vagiana. Melakukan penjahitan pada luka robeka pada jalan
lahir. Menurut JNPK-KR (2013:151) tujuan menjahit laserasi adalah untuk
menyatuka kembali jaringa tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
Berikan anetesia lokal pada setia ibu yang memerlukan penjahitan lacerasi atau
episotomi.
Membersihkan ibu dari darah dengan menggunakan air DTT dan melakukan
dekontaminasi tempat tidur dengan larutan clorin dan merendam alat- alat bekas
pakai saat pertolongan persalinan dalam larutan 0,5 % selama 10 menit. Menurut
JNPK-KR (2013:139) untuk mencegah infeksi setelah persalinan dikontaminasikan
alas plastik, tempat tidur dan matras dengan larutan clorin 0,5% kemudian cuci
dengan deterjen dan bilas dengan air bersi lalu keringkan dengan air bersih.
Mengobservasi tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama postpartum dan
setia setiap 30 menit pada jam ke 2 post partum. Menurut JNPK-KR (2013:139)
sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh
perdarahan pasca persalian terjadi selama 4 jam pertama setelah kehiran bayi.oleh
karena itu jika pemantau TTV, kontraksi uterus, dan kandung kemih masih dalam
batas normal setelah 2 jam pertama pasca persalinan mungkin ibu tidak akan
mengalami perdarahan pasca persalinan.
Menjelaskan tanda bahaya setelah bersalin yaitu perdarahan, sakit kepala
hebat, kejang, payudara merah dan bengakak.menganjurkan ibu untuk menyusui
bayinya sesering mungkin minimal setiap 2 jam sekali di kedua payudara
secara bergantian, hasilnya ibu berjanji untuk menyusui anaknya.

F. Pelaksanaan Tindakan
Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa masalah pada NY. D adalah
kurangnya adaptasi terhadap rasa nyeri pada waktu kontraksi dan cemas dalam
menghadapi proses persalinan. Pada persalinan NY. D usia 26 tahun tergolong
persalinan normal. Dapat dilihat pada askeb persalinan Ny. T tidak terlihat tanda-
tanda persalinan yang patologi.
Setelah diketahui prioritas masalah pada NY. D adalah kurangnya adaptasi
terhadap rasa nyeri. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis melakukan
62

Proses kelahiran identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani, dimana
sebagian besar persalinan disertai rasa nyeri. Nyeri pada persalinan merupakan
proses yang fisiologis. Kurangnya beradaptasi terhadap rasa nyeri menyebabkan
frustasi dan putus asa, sehingga beberapa ibu merasa khawatir tidak akan
mampu melewati proses persalinan.
Nyeri persalinan dapat dikendalikan dengan 2 metode yaitu farmakologis dan
non farmakologis. Metode penghilang rasa nyeri secara farmakologis adalah dengan
menggunakan obat-obatan kimiawi, sedangkan metode non farmakologis dilakukan
secara alami tanpa menggunakan obat-obatan kimiawi yaitu dengan melakukan
teknik relaksasi yang mencakup relaksasi napas dalam, relaksasi otot, masase, musik
dan aromaterapi (Tetti, 2015).
Pada kasus NY. D penulis telah melaksanakan manajemen kebidanan 7
langkah varney dan dilanjutkan dengan SOAP. Sebagai pemecahan masalah
kurangnya adaptasi NY. D terhadap rasa nyeri, penulis mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam yaitu dengan menarik nafas dalam-dalam pada saat ada kontraksi
dengan menggunakan pernapasan dada melalui hidung dan mengeluarkan perlaham
melalui mulut.
Teknik tersebut sejalan dengan penelitian Novita (2017) yang menyatakan
bahwa ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap respon nyeri pada ibu
inpartu kala I fase aktif di Puskesmas Bahu Kota Manado. Artinya teknik relaksasi
nafas dalam dapat mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin secara non farmakologis.
Hasil tersebut didukung oleh penelitian (Fitri, dkk (2019) tentang hubungan teknik
nafas dalam terhadap pengurangan intensitas nyeri kala i fase aktif di klinik pratama
jambu mawar dimana didapatkan hasil terdapat hubungan antara teknik nafas dalam
terhadap pengurangan intensitas nyeri kala I fase aktif.
Selain itu penulis juga melakukan asuhan sayang ibu dengan cara memasase
punggung ibu, memberikan stimulasi pada punggung dengan cara melakukan
gosokan lembut dengan kedua telapak tangan dan jari pada punggung ibu bersalin,
hasil nya ibu merasa nyaman dan mulai beradaptasi dengan rasa nyeri yang
dihadapi.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Aryani (2015) yang berjudul pengaruh
masase pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase laten persalinan normal
melalui peningkatan kadar endorfin dimana secara statistik didapat bahwa masase
pada punggung berpengaruh terhadap intensitas nyeri dan kadar endorfin ibu
63

bersalin kala I fase laten persalinan normal serta kadar endorfin berkorelasi dengan
intensitas nyeri kala I fase laten persalinan normal. Hasil tersebut diperkuat oleh
penelitian Supliyani (2017) dimana didapatkan ada pengaruh masase terhadap
intensitas nyeri kala I persalinan.
Penelitian tersebut didukung juga oleh penelitian Gallo (2013) yang berjudul
Massage reduced severity of pain during labour: a randomised trial dimana
didapatkan hasil pijat mengurangi keparahan nyeri dalam persalinan. Hal tersebut
diperkuat juga oleh penelitian Vavik (2019) tentang The effect of sacral massage on
labor pain and anxiety: A randomized controlled trial dimana didapatkan hasil
bahwa pijat sakral yang diterapkan selama persalinan mengurangi nyeri persalinan
wanita, menurunkan tingkat kekhawatiran dan kecemasan, menyebabkan perasaan
kepuasan yang lebih besar di antara wanita hamil dalam hal persalinan, secara
positif mempengaruhi persepsi persalinan dan tidak memiliki efek samping pada
janin. Oleh sebab itu diharapkan setiap penolong persalinan dapat memberikan
kenyamanan selama persalinan dengan mengendalikan rasa nyeri persalinan melalui
masase punggung.
Kemudian penulis menghadirkan suami sebagai pendamping NY. D pada
proses persalinan, meminta suami memberikan semangat dan dukungan terhadap
ibu seta mengajarkan suami untuk melakukan masase punggung ibu. Dengan
hadirnya suami membuat NY. D merasa lebih bergairah dan bersemangat
menghadapi proses persalinan.
Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Prismania (2013) dimana didapatkan
hasil bahwa ibu primigravida yang menghadapi proses persalinan kala I tanpa
didampingi oleh suami mempunyai peluang 6,750 kali untuk terjadi kecemasan
dibanding ibu primigravida yang menghadapi proses persalinan kala I dengan
didampingi oleh suami.
Hasil tersebut diperkuat oleh penelitian Nikmah (2018) dimana hasil uji
statistik dengan menggunakan Uji Koefisien Kontingensi di dapatkan nilai X2
hitung ≥ X2 tabel (9,189 ≥ 7,82). Maka H0 ditolak yang artinya nilai p sebesar
0,027 maka p < α (0,05) berarti ada hubungan pendampingan suami dengan tingkat
kecemasan ibu primi gravidarum saat menghadapi persalinan di BPM “M” Jl.
Menur II Surabaya.
Penelitian lain yang di lakukan oleh Najafi (2017) yang berjudul The best
encouraging persons in labor: A content analysis of Iranian mothers' experiences of
64

labor support menyatakan bahwa ibu percaya bahwa kehadiran pendamping,


misalnya suami, anggota keluarga, atau doula, selama persalinan membantu mereka
menghadapi proses persalinan dengan lebih baik, terutama ketika mereka merasa
kesepian.
Dari uraian diatas, bahwa nyeri persalinan dapat dikendalikan secara
nonfarmakologi dengan cara melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan
melakukan asuhan sayang ibu dengan memasase punggung ibu, serta menhadirkan
suami sebagai pendamping ibu saat proses persalinan. Dari ketiga metode tersebut
berdampak positif terhadap masalah yang ibu rasakan dimana rasa nyeri dapat
berkurang dan membuat ibu bisa beradaptasi dengan rasa nyeri pada saat kontraksi
serta membuat ibu merasa nyaman, bergairah, dan bersemangat dalam mengadapi
proses persalinan dan menyambut kelahiran buah hatinya.

G. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan. Pada
langkah evaluasi asuhan kebidanan sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
yang telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi dalam
diagnosa (Varney, 2014). Proses evaluasi merupakan langkah dari proses
manejemen asuhan kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan
permasalahan atau kesenjangan pada evaluasi menunjukan masalah teratasi tanpa
adanya komplikasi (Mangkuji, 2013)
Pada tahap ini, Ny. D telah memahami semua penjelasan dan mengetahui hasil
pemeriksaan dlam batas normal dan kondisi janin dlam keadaan baik. Klien
mengerti dan mengikuti setiap anjuran dan bimbingan yang di berikan. Klien
mengerti dan dapat menebutkan tentang informasi yang di berikan seperti tanda-
tanda persalinan, posisi dan teknik meneran yang efektif,menandakan kontraksi
tanda bahaya pasca peralinan, pentingnya ASI ekslusif, mengatur asupan cairan,
nutrisi, pola makan dan istirahat yang cukup.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada NY. D dengan persalinan
fisiologis di Pustu Londerang menggunakan manajemen menurut Varney, maka
penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin terhadap NY. D, penulis
telah mampu menerapkan asuhan kebidanan persalinan fisiologis secara holistik
dengan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Berdasarkan pengkajian data didapatkan data Subjektif data Objektif. Pada
kasus Ny. D, tahap pengumpulan data ini dilakukan sesuai dengan teori sehingga
tidak ada kesenjangan antara teori dan penerapan kasus di lahan praktik
3. Pada interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan Pada kasus Ny. D,
ditegakkan diagnose yaitu G1P0A0H0 Hamil 39-40 mgg Inpartu Kala I fase
Aktif Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Presentasi Kepala.
4. Diagnosa atau masalah potensial pada kasus NY. D bahwa tidak ada masalah
potensial yang terjadi karena masalah yang muncul seperti nyeri perut bagian
bawah menjalar ke pinggang, dan keluar lendir bercampur darah merupakan
tanda-tanda fisiologi persalinan.
5. Pelaksanaan tindakan segera pada kasus Ny. D bahwa tidak ada penangan
tindakan segera karena tidak ada kasus kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan segera selama proses persalinan
6. Rrencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny. D dalam proses persalinan
dengan hasil merencanakan asuhan berdasarkan diagnosa/ masalah aktual dan
masalah potensial yang dapat terjadi
7. Pelaksanaan asuhan yang telah direncankan pada Ny. D dengan hasil yaitu
semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan
baik tanpa adanya hambatan.
61

B. Saran
1. Bagi Penulis/ Mahasiswa
Penulis yang bertugas sebagai Bidan merupakan ujung tombak dalam
menurunkan AKI dan AKB sehingga perlu meningkatkan pengetahuan dan
keterempilan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dan
berkualitas kepada masyarakat.
2. Bagi Lahan Praktik
Dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya pertolongan persalinan
bidan yang bertugas di Pustu Londerang hendaknya selalu memberikan KIE
kepada klien sesuai dengan kebutuhannya. KIE tersebut dapat berupa Edukasi
dan Motivasi kepada klien agar peduli terhadap kesehatannya.
3. Bagi Instutusi
Dapat memberikan pembekalan sebelum mahasiswa diturunkan ke lahan praktik
sesuai dengan tujuan komptensi yang ingin dicapai sehingga mahasiswa dapat
lebih mudah menggali dan menerapkan ketampilan sesuai dengan teori yang telah
dipelajari.
62

DAFTAR PUSTAKA

Aryani, Y., Masrul, M., & Evareny, L. (2015). Pengaruh Masase pada Punggung
Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Laten Persalinan Normal Melalui
Peningkatan Kadar Endorfin. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), 70–77.
https://doi.org/10.25077/jka.v4i1.193
Bobak, Lowdermik, dkk. 2017. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 6. Jakarta:
EGC
Badan Pusat Statistik, 2018. Profil Kesehatan Ibu dan Anak.
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, 2019 Profil Kesehatan Provinsi Jambi. 2019
Dewi, Vivian Nanny Lia dan Sunarsih Tri, 2012. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika
Frase M. D. Myles Buku Ajaran Bidan, 2019. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Ilmu, J., Teknologi, D., Surakarta, P. K., Indonesia, U., Kemenkes, P., & Iii, J. (2019).
Artikel history. Nursing Arts, 7(1), 1–15.
https://poltekkes-sorong.e-journal.id/nursingarts/article/view/86
Jannah, Nurul. (2017), Konsep Dokumentasi Kebidanan.Yogyakarta: Ar’ruz Media
JNPK-KR, 2013. Asuhan Persalinan Normal Dengan Inisisi menyusui Dini. Jakarta
Jhpiego 2013. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Profil Kesehatan Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018, Riset Kesehatan Dasar.
King, et all. 2019. Varney’s Midwifery Sixth Edition. United States of America Ascend
Learning Company
Kuswanti, Ina, 2019. Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka pelajar
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk, 2019. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta EGC
Mansur, Herawati, 2016. Psikologi Ibu dan Anak untuk kebidanan. Jakarta:Salemba
Medika
Nikmah, K. (2018). Hubungan Pendampingan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu
Primi Gravidarum saat Menghadapi Persalinan. Journal for Quality in Women’s
Health, 1(2), 15–21. https://doi.org/10.30994/jqwh.v1i2.12
Novita, K., Rompas, S., & Bataha, Y. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Trhadap Respon Nyeri Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Di Puskesmas Bahu
Kota Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1), 113347.
63

Nur, D., Sari, A., Adi, G., & Fiana, M. (2019). NURSING. 3(1), 22–27.
Prawirohardjo Sarwono. (2018), Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sulistyawati, Ari, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:Salemba
Medika
Saleha S. 2019. “Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas”. Salemba Medika. Jakarta.
Sembiring, L. P. (2015). Konstipasi pada Kehamilan, (1), 12–15.
Varney, H., Kriebs, J. M., dan Gegor, C. L. 2007. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney
Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai