Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA PADA NN. A


DENGAN KEPUTIHAN DI PUSKESMAS TEMPINO

DOSEN PEMBIMBING :

Oleh :
HERAWATI
NIM: PO71242230114

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI JAMBI
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan

Remaja Pada Nn. A Dengan Keputihan Di Puskesmas Tempino”

Laporan studi kasus ini penulis susun dalam rangka pencapaian

kompetensi, dan merupakan salah satu tugas seminar pribadi yang harus dipenuhi

oleh setiap mahasiswi Profesi Bidan.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan studi kasus ini masih belum

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan studi kasus ini dapat

memenuhi tugas Program Studi Profesi Bidan.

Jambi, September 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keputihan merupakan keluarnya cairan selain darah dari liang vagina.

Keputihan fisiologis (normal) tidak berwarna atau jernih, tidak berbau, tidak

menyebabkan rasa gatal dan dipengaruhi oleh hormon, yang biasanya terjadi

pada saat menjelang dan sesudah haid, sekitar fase sekresi antara hari ke 10- 16

siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stress, dan mengkonsumsi

obat-obatan hormonal seperti pil keluarga berencana (KB). Keputihan

patologis (abnormal) akan menimbulkan rasa gatal serta rasa terbakar pada

daerah intim, berbau, berwarna hijau, dan dipengaruhi infeksi mikrooganisme

seperti jamur, parasit, dan benda asing (Benson, 2019).

Faktor pencetus keputihan yaitu faktor infeksi diakibatkan karena kuman,

jamur, virus, parasit. Faktor noninfeksi diakibatkan karena masuknya benda

asing ke vagina seperti kebersihan daerah vagina yang kurang, jarang

mengganti celana dalam dan pembalut saat menstruasi. Kebersihan area

genitalia memiliki peran penting dalam memicu terjadinya infeksi.

Pengetahuan remaja putri yang kurang mengenai perawatan genitalia akan

mempengaruhi rendahnya kesadaran tentang pentingnya merawat kebersihan

organ reproduksi dan hal ini berpengaruh pada kebiasaan remaja yang

berakibat terjadinya masalah pada daerah kewanitaan (Indrawati, 2019).


Keputihan dapat disebabkan oleh gangguan hormon, stress, kelelahan

kronis, peradangan alat kelamin, serta ada penyakit dalam organ reproduksi

seperti kanker leher rahim, menimbulkan rasa tidak nyaman serta

mempengaruhi rasa percaya diri pada wanita. Upaya pencegahan keputihan

yang dapat diberikan seperti konseling, memberikan pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi dan menyediakan pelayanan kesehatan peduli remaja

yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan remaja termasuk pelayanan untuk

kesehatan reproduksi (Pusdatin, 2017).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan (Ali, 2011).

Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2010

menunjukkan bahwa wanita yang rentan mengalami keputihan yaitu wanita

yang berusia 15-24 tahun (SKKRI, 2010). Kejadian keputihan di Indonesia

semakin meningkat. Pada tahun 2002 sebanyak 50% wanita Indonesia

pernah mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2003 meningkat menjadi

60%, pada tahun 2006 meningkat menjadi 70% wanita Indonesia pernah

mengalami keputihan setidaknya sekali dalam kehidupannya (Qomariyah,

2012). World Health Organization (WHO) memperkirakan satu dari 20 remaja

putri di dunia menderita keputihan yang berupa cairan berwarna putih susu,

kekuningan dan kehijauan disertai rasa gatal, panas dan rasa perih saat

berkemih pada setiap tahunnya. Menurut survey demografi kasus keputihan


terdapat 200 kasus, sekitar 95 kasus yang mengalami gejala keputihan dengan

rasa gatal (Depkes RI, 2019).

Badan Pusat Statistik Indonesia menyatakan bahwa tahun 2017 dari 43,3

juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun 83,3% pernah berhubungan seksual, yang

merupakan penyebab terjadinya keputihan. Wanita di Dunia pada tahun 2017

pernah mengalami keputihan sekitar 75%, sedangkan wanita Eropa pada tahun

2017 mengalami keputihan sekitar 25%.

Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum menikah atau remaja

putri yang berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Departemen Kesehatan

Indonesia menyatakan kejadian keputihan banyak dialami oleh para remaja

putri usia produktif, angka kejadian keputihan di Indonesia memiliki angka

yang lebih tinggi dibandingkan dengan Negara lain (Depkes RI, 2018).

Komplikasi yang mungkin terjadi pada Keputihan karena infeksi vagina

seperti jamur Kandida Albican, Parasit Tricommonas, E. Coli,

Staphylococcus, Treponema Pallidum, Kondilomas Acuminata dan Herpes

dan luka pada daerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja

masuk ke vagina dan kelainan serviks (Sibagariang dkk, 2018).

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil kasus

dengan judul “Asuhan Kebidanan Remaja Pada Nn. A Dengan

Keputihan Di Puskesmas Tempino”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah yaitu Asuhan

Kebidanan Remaja Pada Nn. A Dengan Keputihan Di Puskesmas Tempino?

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil

“Asuhan Kebidanan Remaja pada Nn. A Dengan Keputihan Di Puskesmas

Tempino”.

b. Tujuan Khusus

a) Mampu melakukan pengkajian pada “Nn. A” Dengan Keputihan Di

Puskesmas Tempino.

b) Mampu menganalisa dan menginterpretasikan untuk menentukan

diagnosa aktual pada “Nn. A” Dengan Keputihan Di Puskesmas

Tempino.

c) Mampu mengantisipasi kemungkinan timbulnya diagnosa atau masalah

potensial pada “Nn. A” Dengan Keputihan Di Puskesmas Tempino.

d) Mampu melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada “Nn. A”

Dengan Keputihan Di Puskesmas Tempino.

e) Mampu mengintervensikan tindakan asuhan kebidanan yang telah

disusun pada “Nn. A” Dengan Keputihan Di Puskesmas Tempino.


f) Mampu merencanakan secara langsung dari rencana tindakan yang

telah disusun pada “Nn. A” Dengan Keputihan Di Puskesmas Tempino.

g) Mampu mengevaluasi efektifitas tindakan yang telah dilaksanakan pada

“Nn. A” Dengan Keputihan Di Puskesmas Tempino.

D. Manfaat

a. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat lebih memahami cara melakukan pemeriksaan dan

mencegah terjadinya keputihan pada remaja.

b. Bagi Lahan Praktek

Dapat menjadi bahan masukan bagi lahan praktek dalam rangka

meningkatkan kualitas pelayanan dan pelaksanan asuhan kebidanan remaja

dengan keputihan, sehingga kedepannya dapat mencegah terjadinya

keputihan.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber referensi, sember bacaan dan bahan pengajaran terutama

yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada remaja dengan keputihan.

D. Ruang Lingkup

Asuhan kebidanan remjaa dengan keputihan pada “Nn. A” dilaksanakan

pada tahun 2023 di Puskesmas Tempino.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa

anak ke masa dewasa, usia antara 10-24 tahun. Secara etimiologi, remaja

berarti tumbuh menjadi dewasa. Definisi remaja (adolescence) menurut

organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai

19 tahun, sedangkan Persrikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum

muda (youth) untuk usia antara 15-24 tahun. Berdasarkan sifat atau ciri

perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja tada tiga tahap, yaitu:

masa remaja awal (10-12 tahun), masa remaja tengah (13-15 tahun), dan

masa remaja akhir (16-19 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam

terminologykaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun

(Kusmiran, 2017).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya

perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19

tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia,

dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan

dari masa anak ke masa dewasa.


Berdasarkan sifat atau masa (rentang waktu), remaja ada tiga tahap,

yaitu (Kusmiran, 2017).:

a. Remaja awal (10-12 tahun): merasa lebih dekat dengan teman sebaya,

merasa ingin bebas, merasa lebih banyak memperhatikan keadaan

tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun): tampak dan merasa ingin mencari

identitas diri, ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada

lawan jenis, timbul perasaan cinta yang mendalam, kemampuan

berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang, dan berkhayal

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun): menampakkan pengungkapan

kebebasan diri, dalam mencari teman sebaya lebih selektif, memiliki

citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya, dapat

mewujudkan perasaan cinta dan memiliki kemampuan berpikir khayal

atau abstrak.

Gunarsa (1978, dalam Kusmiran, 2017) mengungkapkan bahwa

masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialamai sebagai

persiapan memasuki masa dewasa. Masa remaja adalah masa yang penting

dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan umur ini penting karena

menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas menjuju masa

dewasa yang menuntut tanggung jawab.


2. Tahapan Remaja

Ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu (Manisya, 2019). :

a. Remaja awal (early adolescence)usia 11-13 tahun

Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan

pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah

terangsang secara erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk

mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Remaja ingin bebas dan

mulai berfikir abstrak.

b. Remaja Madya (middle adolescence)14-16 tahun

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman.

Remaja merasa senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada

kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan

menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama pada dirinya.

Remaja cendrung berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak

tahu harus memilih yang mana.Padafase remaja madya inimulai timbul

keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal tentang

aktivitas seksual sehingga remaja mulai mencoba aktivitas-aktivitas

seksual yang mereka inginkan.


c. Remaja akhir (late adolesence)17-20 tahun

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang

ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru.

3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri

5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)

dan publik.

3. Perkembangan Remaja

a. Perkembangan Fisik

Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja. Kematangan

seksual sering terjadi seiring dengan perkembangan seksual secara

primer dan sekunder. Perubahan secara primer berupa perubahan fisik

dan hormon penting untuk reproduksi, perubahan sekunder antara laki-

laki dan perempuan berbeda (Manisya, 2019).

Pada anak laki-laki tumbuhnya kumis dan jenggot, jakun dan

suara membesar. Puncak kematangan seksual anak laki-laki adalah

dalam kemampuan ejakulasi, pada masa ini remaja sudah dapat

menghasilkan sperma. Ejakulasi ini biasanya terjadi pada saat tidur dan

diawali dengan mimpi basah (Manisya, 2019).


Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk tubuh

seperti tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak

kematangan pada remaja wanita adalah ketika mendapatkan menstruasi

pertama (menarche). Menstruasi pertama menunjukkan bahwa remaja

perempuan telah memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga

akan keluar bersama darah menstruasi melalui vagina atau alat kelamin

wanita (Manisya, 2019).

b. Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan perkembangan

hormon, dapat ditandai dengan emosi yang sangat labil. Remaja belum

bisa mengendalikan emosi yang dirasakannya dengan sepenuhnya

(Manisya, 2019).

c. Perkembangan Kognitif

Remaja mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan

masalah dengan tindakan yang logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan

menghadapi masalah yang sulit secara efektif. Jika terlibat dalam

masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab dan

solusi yang sangat banyak (Manisya, 2019).

d. Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial ditandai dengan terikatnya remaja

pada kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai tertarik dengan

lawan jenis. Minat sosialnya bertambah dan penampilannya menjadi

lebih penting dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik yang terjadi


seperti berat badan dan proporsi tubuh dapat menimbulkan perasaan

yang tidak menyenangkan seperti, malu dan tidak percaya diri

(Manisya, 2019).

B. Keputihan

1. Pengertian keputihan

Keputihan adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina yang

bukan darah. Keputihan merupakan sekresi vagina abnormal pada

wanita. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya dengan rasa

gatal di dalam vagina dan disekitar bibir vagina bagian luar, kerap pula

disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau

senggama (Shadine, 2020).

2. Klasifikasi Keputihan

Menurut Sibagariang dkk (2018) Keputihan diklasifikasikan

sebagai berikut:

1) Keputihan fisiologis

Keputihan fisiologis atau normal terdiri atas cairan yang kadang-

kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan

leukosit yang jarang. Keputihan normal terjadi pada masa menjelang

dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16

siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stres dan sedang

mengkonsumsi obat-obatan hormonal seperti pil KB. Keputihan ini


tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa

gatal.

Keputihan yang fisiologis disebabkan oleh:

- Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina

janin sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan

keputihan.

- Pengaruh estrogen yang meningkat saat menarche.

- Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual

menghasilkan sekret yang merupakan akibat adanya pelebaran

pembuluh darah divagina atau vulva, sekresi kelenjar serviks yang

bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding

vagina. Hal ini diperlukan untuk menlancarkan persetubuhan atau

koitus

- Adanya oeningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim

saat masa ovulasi.

- Mukus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup

lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga

uterus.

2) Keputihan patologi

Keputihan patologis terjadi disebabkan oleh:

- Infeksi

Adanya jamur dan bekteri seperti Gonokokus, Klamidia,

Trakomatis, Traponema Pallidum, Parasitdan Virus.


- Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan

Adanya fistel vesikovaginalis atau retrovaginalis akibat cacat

bawaan. Cedera persalinan dan radiasi kanker genitalia atau kanker

itu sendiri.

- Benda asing

Kondom yang tertinggal dan perineum untuk penderita hernia atau

prolaps uteri dapat merangsang sekret vagina berlebihan.

- Kanker

Keputihan ditemukan pada noeplasma jinak maupun ganas, apabila

tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya

memasuki lumen saluran alat-alat genitalia. Sel akan tumbuh

sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibat dari

pembusukan dan perdarahan akibat pemecehan pembuluh darah

pada hiper vaskularisasi. Gejala yang ditimbulkan adalah cairan

yang banyak, bau busuk, disertai darah tak segar.

- Menopause

Pada masa menopause sel-sel dan vagina mengalami hambatan dan

dalam pematangan sel, akibat tidak adanya hormon estrogen

sehingga vagina kering, sering timbul gatal karena tipisya lapisan

sel sehingga luka dan timbul infeksi penyerta.


3. Gejala Keputihan

Menurut Sibagariang dkk (2018) mengelompokkan keputihan menjadi:

1) Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia

menjadi terasa gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur kandida

dan biasa terjadi pada kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil

KB.

2) Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan

atau berbau tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi

trikomonas atau ada benda asing di vagina.

3) Keputihan yang disertai rasa nyeri perut di bagian bawah atau nyeri

panggul belakang, kemungkinan terinfeksi sampai pada organ dalam

ronggan panggul.

4) Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat

berkemih atau terjadi saat hubungan seksual, kemungkinan

disebabkan oleh infeksi gonorhoe.

5) Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan

disebabkan oleh erosi pada mulut rahim.

6) Sekret bercampur darah disertai bau khas akibat sel-sel mati,

kemungkinan adanya sel-sel kanker pada serviks.


4. Pencegahan keputihan

Menurut Shadine (2020) ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya

Keputihan, diantaranya:

1) Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin,

rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat

sembunyi kuman.

2) Biasakan untuk membasuh vagina secara benar yaitu dengan gerakan

dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air dan

mandi. Jangan lupa untuk tetap menjaga vagina dalam keadaan kering.

3) Hindari suasan vagina yang lembab berkepanjangan karena

pemakaian celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak

menyerap keringat. Usahakan memakai celana dalam yang berbahan

katun yang menyerap keringat. Pemakaian celana jeans terlalu ketat

juga meningkatkan kelembaban daerah vagina. Ganti tampon atau

panty liner pada waktunya.

4) Hindari terlalu sering memakai bedak talk disekitar vagina, tisu harum

atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.

5) Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan dapat muncul lewat air

yang tidak bersih. Jadi bersik bak mandi, ember, ciduk, water torn dan

bibir kloset dengan antiseptik untuk menghindari menjamurkan

kuman.
6) Setia pada pasangan merupakan langkah awal untuk menghindari

keputihan yang disebabkan oleh infeksi yang menular melalui

hubungan intim.

5. Patofisiologi keputihan

Sebenarnya didalam alat genitalia wanita terdapat mekanisme

pertahanan tubuh berupa bakteri, yang menjaga kadar keasaman PH

vagina. Normalnya keasaman vagina antara 3,8-4,2. Sebagian besar,

hingga 95% adalah bakteri laktobasillus dan selebihnya adalah bakteri

patogen (yang menimbulkan penyakit). Biasanya ketika ekosistem

didalam keadaan seimbang bakteri patogen tidak akan mengganggu.

Masalah baru ketika kondisi asam ini turun alias lebih besar dari 4,2,

bakteri-bakteri laktobasilus gagal menandingi bakteri patogen. Maka

jamur yang akan meningkat kemudian terjadi keputihan (Shadine, 2020).

6. Penatalaksanaan keputihan

Menurut Sibagariang dkk (2018) untuk menghindari komplikasi

yang serius dari keputihan sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini

mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab

lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan

berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah

atau hitam serta berbau busuk.

Penatalaksanaan keputihan tergantung dari penyebab infeksi

seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan

untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan


penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi keputihan

biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi

bakteri dan bakteri. Sedian obat dapar berupa sediaan oral (tablet,

kapsul), topikal (krem yang dioleskan dan vulva yang dimasukkan

melalui hubungan seksual, tetapi juga diberikan kepada pasangan seksual

dan dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama masih

dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk menjaga kebersihan

daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah

berulangnya keputihan dengan:

1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga ringan, istirahat

yang cukup, hindari rokok, dan alkohol serta hindari stres

berkepanjangan.

2) Setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit menular

seksual.

3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar

tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana

dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana

terlalu ketat. Biasakan untuk menganti pembalut, panty liner pada

waktunya untuk mencegah bakteri berkembangbiak.

4) Biasakan membasuh dengan benar tiap kali buang air yaitu dari arah

depan ke belakang.
5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan

karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan

konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih

vagina.

6) Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada

daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

7) Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan

seperti meminjam perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk

di atas kloset WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset

sebelum menggunakannya.

8) Terapi obat untuk keputihan patologis karena iritasi candida diberikan

terapi golongan flukonazol dan infeksi bakteri dan parasit diberiterapi

golongan metronidazol.

C. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Langkah I (PERTAMA); Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini bidan mengumpulkan data dasar dgn pengkajian

yang di perlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap;

a. Riwayat Kesehatan

b. Pemeriksaan Fisik sesuai dengan kebutuhan,

c. Meninjau catatan terbaru atau cct sebelumnya

d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil

studi
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kpd

dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan lakukan konsultasi, Pada

keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan

langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tsb) karena

data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau

pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadangkala bidan perlu memulai

manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yangperlu

disampaikan kpd dokter. Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian

dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan klien secara lengkap, yaitu:

a. Riwayat Kesehatan,

b. pemeriksaan fisik pada kesehatan,

c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,

d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil Studi.

2. Langkah II (kedua) Interpretasi Data Dasar

a. Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data intrpretasi yang

benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

b. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikanshg di temukan

masalah atau diagnosayang yang spesifik.

c. Kata masalah dan diagnosa keduanyadi gunakan, karena bbrp masalah

tdk dpt diselesaikan spt diagnosa tp membutuhkan penanganan yang


dituangkan ke dlm rencana asuhan thdp klien. Masalah sering

menyertai diagnosa

3. Langkah III (ketiga) Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah

Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lai berdasarkan rangkayan masalah dan diagnosa yang sdh

diidentifikasi

a. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien, bidan dapat bersiap-siap bila

diagnosa/ masalah potensian ini benar- benar terjadi.

b. Pada langkahini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

4. Langkah IV (keempat) Identifikasi Kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera

a. Mengidentifikasi perlunyatindakan segera oleh bidan, dokter dan atau

untukdikonsultasikan atau ditangani bersama dg anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien

b. Langkah ke empat mencerminka kesinambungan proses manajemen

kebidanan

c. Manajemen bukan hanya selama asuhan primer atau kunjungan

prenatal saja, tapi selama wanita tsb bersama bidan, terus menerus,

mis; pada wkt wanita dlm persalinan

d. Beberapa data mungkin mengidentifikaskan situasi yang gawat dimana

bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu


atau anak misalnya; perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah

lahir, distosia bahu, nilai APGAR yang rendah, Prolap tali pusat,

Sementara kasus yang lain harus menunggu intervensi dari dokter

e. Bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter bila

ditemukan tanda-tanda awal dari preeklamsi, kelainan panggul, adanya

penyakit jantung, DM.

5. Langkah V (kelima) Merencanakan Acuan yang menyeluruh

a. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau

masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini

informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

b. Rencana asuhan yang lain perlu di rencanakan termasuk kerangka

pedoman antisipasi terhadap wanita yang diperkirakan akan terjadi

berikutnya apakah dibutuhkan; Penyulukan, Konseling, Merujuk klien

bila ada masalah, berkaitan dengan (sosial-ekonomi, kultural atau

masalah psikologi.

c. Setiap rencana asuhan haruslah d setujui kedua belah pihak (bidan dan

klien) agar dapat dilaksanakan dengan efektif (klien merupakan bgn

dari pelaksanaan rencana tersebut)

d. Pada langkah ini tugas bidan merumuskan rencana asuhan sesuai dg

hasil pembahasan dengan rencana bersama dengan klien.

e. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini

harus rasional dan benar-benar valit berdasrkan pengetahuan dan teori


yang up to dateserta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan

dilakukan atau tidak akan dilakukan klien

f. Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan

keadaan dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau

berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid

sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak

berbahaya.

6. Langkah VI (Keenam) Melaksanakan Perencanaan

a. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

dilakukan oleh Padalangkah ini rencana asuhan secara menyeluruh

dilaksanakan secara efisien dan aman

b. bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.

c. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap bertanggung jawab

untuk mengarahkan pelaksanaannya (memastikan langka-langkah

benar-benar terlaksana)

d. Dalam situasi bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani

klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam

manajemen asuhan bagi klien Adalah bertanggung jawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tsb.

e. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dari asuhan klien .


7. Langkah VII (Ketujuh) Evaluasi

a. Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.

b. Rencana tersebut dapat dianggap efeftif jika memang benar efektif

dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana

tersebut telahefektif sedang sebagian belum efektif.

c. Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan

pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi

tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Proses manajemen

tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang

terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin

proses manjemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

D. EBM (Evidance Based Midwifery)

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pitriani (2020) dengan

judul Asuhan Kebidanan Pada Remaja Putri Dengan Keputihan

Remaja merupakan fase perkembangan yang paling kompleks

dengan segala permasalahannya. Fase paling penting bagi remaja adalah

masa pubertas, dimana bagi remaja putri ditandai dengan matangnya organ

reproduksi. Kematangan organ reproduksi akan menjadi faktor pencetus

flour albus bagi remaja putri terutama masa sebelum dan sesudah haid.
Flour albus atau keputihan merupakan gejala yang berupa cairan

yang dikeluarkan dari alat-alat genitalia yang tidak berupa darah.

Pengeluaran cairan ini sebagai keadaan faal dari saluran kelamin wanita.

Seluruh permukaan saluran kelamin wanita mempunyai kemampuan untuk

mengeluarkan cairan berupa lendir jenuh, tidak berwarna dan tidak berbau

busuk.

Penyebab keputihan yaitu kurangnya menjaga kebersihan genitalia

yang menimbulkan keputihan, serta pada saat mereka dalam keadaan

stress, kelelahan dan kurang tidur juga dapat menyebabkan keputihan.

Keputihan ada 2 macam fisiologis dan patologis. Keputihan fisiologis

terjadi pada saat subur, serta saat sesudah dan sebelum menstruasi yang

memiliki ciri-ciri: keputihan encer, bening, tidak berbau dan tidak gatal.

2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maysaroh dan Marisah

(2021) dengan judul Pengetahuan Tentang Keputihan Pada Remaja Putri

Sering kali remaja mengalami keputihan dikarnakan kurangnya

pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi. Keputihan adalah

keluarnya caira selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik

berbau atau tidak, serta disertai gatal setempat. Penyebab keputihan dapat

secara normal (fisiologis) yang dipengaruhi oleh hormon tertentu.

Keputihan yang abnormal bisa disebabkan oleh infeksi /peradangan yang

terjadi karena mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang

tidak benar, pemakaian pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan

yang tidak higienis, dan adanya benda asing dalam vagina. Selain karena
infeksi, keputihan dapat juga disebabkan oleh masalah hormonal, celana

yang tidak menyerap keringat, dan penyakit menular seksual.

Remaja putri Indonesia dari 23 juta jiwa berusia 15-24 tahun 83%

pernah berhubungan seksual, yang artinya remaja berpeluang mengalami

PMS yang merupakan salah satu penyebab keputihan. penelitian tentang

kesehatan reproduksi wanita menunjukkan keputihan adalah gangguan

kedua setelah gangguan haid yang sering terjadi pada usia remaja. Dari

85% wanita didunia menderita paling tidak sekali seumur hidup dan 45%

diantaranya bisa mengalami sebanyak 2 kali atau lebih.

3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalia, dkk (2022)

dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Keputihan Pada Remaja Putri

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak menuju dewasa.

Proses untuk mencapai kedewasaan biasanya ditandai dengan pubertas

yang berhubungan erat dengan perubahan aspek fisik dan psikis. Salah

satunya adalah perubahan aspek fisik yang ditandai dengan perubahan

cepat pada organ reproduksi. Organ reproduksi memerlukan perawatan

khusus karena pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor

penentu dalam menjaga kesehatan reproduksi remaja.

Keputihan adalah gangguan klinis yang sering dikeluhkan oleh

semua wanita. Remaja putri yang baru memasuki masa pubertas dengan

segala bentuk perubahan pada diri mereka, masalah ini dapat berdampak

negatif jika tidak ditangani sejak dini. Tanda keputihan ini yaitu kondisi
vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir yang menyerupai seperti

nanah. Keputihan dibagi menjadi dua, yaitu keputihan fisiologis dan

patologis. Keputihan yang fisiologis terjadi pada kaum wanita yang

pertama kali haid, biasanya terjadi diakhir siklus haid. Keputihan yang

patologis adanya infeksi bakteri, jamur, dan virus. Keputihan patologis

cenderung berbau busuk, berwarna kehijauan dan kadang-kadang disertai

rasa gatal.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian keputihan

diantaranya yaitu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka semakin

tinggi pula pengetahuan seseorang tentang perilaku personal hygiens yang

benar, sehingga dapat mengurangi terjadinya keputihan dan mengetahui

bagaimana cara mengatasinya. Pengetahuan yang didapat bisa

menimbulkan kesadaran mereka yang akhirnya akan menyebabkan orang

bersikap sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA PADA NN. A DENGAN


KEPUTIHAN DI PUSKESMAS TEMPINO

Tanggal pengkajian :19 September 2023, pukul : 10.00 WIB


Nama Mahasiswa :Herawati
NIM : PO71242230114

A. DATA SUBJEKTIF

Identitas klien

Nama : Nn. A

Umur : 16 tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Siswa

Alamat : RT 12 Tempino

1. Keluhan utama

Nn. A mengatakan datang ke Puskesmas Tempino untuk periksa

karena mengeluarkan lendir berlebihan dari kemaluannya berwarna

bening seminggu setelah menstruasi hari terakhir.


2. Riwayat Mentruasi

Menarche: 12 tahun, siklus: teratur ± 30 hari, lamanya 7 hari,

banyaknya: ganti pembalut 3x/hari, warnadarah: encer, baunya: anyir,

keluhan: tidak ada.

3. Riwayat Perkawinan

Nn. A mengatakan belum pernah menikah.

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Nn. A mengatakan belum pernah hamil.

5. Riwayat Penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

Nn. A mengatakan tidak sedang menderita penyakit apapun.

b. Riwayat penyakit sistemik

Nn. A mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun dan

penyakit menular.

c. Riwayat penyakit keluarga

Nn. A mengatakan tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit

menurun seperti hipertensi, jantung, asma dan riwayat penyakit

menular seperti TBC, hepatitis dll.

6. Riwayat keluarga berencana

Nn. A mengatakan belum pernah memakai alat kontrasepsi.


7. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Makan2 kali/hari dengan porsi sedang, menu nasi putih, lauk (tahu,

tempe, ikan, daging, telur), sayur, buah, minum air putih

6gelas/hari.

b. Pola Eliminasi

BAK: 5 kali/hari

BAB: 1 kali/hari

c. Pola Aktifitas

Ibu mengatakan sebagai pelajar di SMA.

d. Pola Personal Hygiene

Mandi 2 kali/hari, gosok gigi 2 kali/hari, ganti baju 2 kali/hari,

keramas 2-3 kali/minggu.

Nn. A mengatakan ganti celana dalam 2x sehari serta

membersihkan genitalianya setiap habis BAB dan BAK ceboknya

hanya dengan air tanpa sabun pencuci vagina, tetapi ceboknya dari

arah belakang ke depan.

e. Istirahat

Tidur siang kadang-kadang dan tidur malam ± 7-8 jam.

8. Datapsikologis

a. Nn. A mengatakan merasa cemas dengan keadaannya

b. Nn.A mengatakan kurang pengetahuan tentang keputihan yang

dialaminya.
B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan FisikUmum

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : compos mentis

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital

a. Tekanan darah : 120/70 mmHg

b. Nadi : 82 x/menit

c. Suhu : 36,80C

d. Pernapasan : 20 x/menit

3. TB/BB : 160 CM/ 45 KG

4. Pemeriksaan head to too

a. Kepala

Kulit kepala bersih, warna rambut hitam, rambut tidak rontok.

b. Muka

Tidak pucat, terlihat cemas.

c. Mata

Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih.

d. Hidung

Bersih, tidak ada polip, tidak ada kelainan.

e. Telinga

Simetris, tidak ada kelainan


f. Mulut/gigi

Simetris, bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada karies pada

gigi, lidah bersih.

g. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan

vena jugularis.

h. Dada

Simetris.

i. Abdomen

Simetris, tidak ada bekas lukaoperasi, tidak ada pembesaran,

tidak ada benjolan.

j. Genitalia

Tidak dilakukan pemeriksaan karena klien malu untuk dilihat

alat genitalianya.

k. Anus

Tidak ada heamoroid, tidak ada varises

l. Ekstremitas

Simetris, tidak ada kelainan, refleks patella (+/+).

5. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan
I. INTERPRETASI DATA
1. Diagnosa : Nn. A umur 16 tahun dengan keputihan.
 Data Subjektif
a. Nn. A mengatakan berumur 16 tahun.
b. Nn. A mengeluarkan lendir berlebihan dari kemaluannya berwarna
bening
seminggu setelah menstruasi hari terakhir.
 Data Objektif
a. Keadaan umum : Baik
b. TTV : TD : 120/70 mmHg, R : 20 x/menit, N : 82x/menit
S:36,8 C
c. TB : 160 cm
d. BB : 45 kg
2. Masalah : Nn. A mengatakan merasa cemas dengan keadaannya dan
kurang pengetahuan tentang keputihan.
3. Kebutuhan
a. Beri support mental pada Nn. A.
b. KIE tentang cara personal hygiene dan pola hidup sehat

II. DIAGNOSA POTENSIAL


Infeksi

III. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

IV. PERENCANAAN
1. Jelaskan hasil pemeriksaan.
2. Jelaskan KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya.
3. Anjurkan pada Nn. A agar membiasakan pola hidup sehat.
4. Anjurkan pada Nn. A untuk membersihkan alat genitalia dengan benar.
5. Anjurkan pakai celana dalam bahan katun, tidak ketat, dan terlalu longgar.
6. Anjurkan sering ganti pembalut saat menstruasi.
7. Anjurkan pada Nn. A untuk datang lagi ke tenaga kesehatan jika keluhan
berlanjut.
8. Lakukan Dokumentasi

V. PELAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dalam batas normal, TTV : TD: 120/70
mmHg, RR : 20x/menit , N: 82x/menit, S:36,8 C .
2. Melakukan KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya
agar tetap kering dan bersih.
3. Menganjurkan pada Nn. A agar membiasakan pola hidup sehat, dengan
pola hidup sehat seperti yaitu diet yang seimbang, olahraga ringan,
istirahat yang cukup, hindari rokok, dan alkohol serta hindari stres
berkepanjangan.
4. Menganjurkan pada Nn. A untuk membersihkan alat genitalianya dengan
benar dari arah depan kebelakang menggunakan air bersih, dengan
membersihkan alat genitalia dengan benar dari arah depan kebelakang
maka akan mencegah terjadinya kuman atau virus dari anus naik ke vagina
ataupun ke uretra.
5. Anjurkan pakai celana dalam bahan katun, tidak ketat, dan terlalu longgar.
Menganjurkan pakai celana dalam bahan katun, tidak ketat, dan terlalu
longgar. Celana dalam dari bahan katun untuk pemakaian dalam jangka
waktu lama. Ini akan menjaga agar daerah intim tidak lembab, pilihlah
celana dalam yang tidak ketat dan tak terlalu longgar. Pastikan celana
dalam yang akan kamu kenakan memiliki ukuran yang pas Ladies. Ini
akan memberikan ruang yang pas bagi miss V untuk bernafas.
6. Menganjurkan sering ganti pembalut saat menstruasi, minimal 3-4 kali
sehari dapat menghindari kelembaban.
7. Menganjurkan pada Nn. A untuk datang lagi ke tenaga kesehatan jika
keluhan berlanjut, agar dapat memonitoring hasil asuhan yang telah
diberikan.
8. Melakukan dokumentasi

VI. EVALUASI
1. Nn. A mengetahui hasil pemeriksaan
2. Nn. A mengerti apa yang telah dijelaskan oleh bidan dan bersedia
melakukan dan menerapkan di kehidupan sehari-sehari
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang analisis kasus yang ditemukan dilahan

praktik ditinjau dengan kajian teori pada jurnal rujukan berdasarkan Evidence

Based Midwifery (EBM) yang sesuai dengan kasus keputihan. Kasus yang

diangkat pada laporan ini yaitu kasus Nn. A usia 16 tahun di Puskesmas Tempino.

Berdasarkan dari hasil pengkajian dari data subjektif dan objektif yang

telah didapat Nn. A mengeluh mengeluarkan lendir berlebihan dari kemaluannya

berwarna bening seminggu setelah menstruasi hari terakhir. Hasil pemeriksaan

fisik menunjukkan ibu masih dalam keadaan baik dengan tanda-tanda vital dalam

batas normal.

Remaja merupakan fase perkembangan yang paling kompleks dengan

segala permasalahannya. Fase paling penting bagi remaja adalah masa pubertas,

dimana bagi remaja putri ditandai dengan matangnya organ reproduksi.

Kematangan organ reproduksi akan menjadi faktor pencetus flour albus bagi

remaja putri terutama masa sebelum dan sesudah haid (Pitriani, 2020).

Flour albus atau keputihan merupakan gejala yang berupa cairan yang

dikeluarkan dari alat-alat genitalia yang tidak berupa darah. Pengeluaran cairan ini

sebagai keadaan faal dari saluran kelamin wanita. Seluruh permukaan saluran

kelamin wanita mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan cairan berupa lendir

jenuh, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Pitriani, 2020).

Menurut Amalia, dkk (2022) beberapa faktor yang berhubungan dengan


kejadian keputihan diantaranya yaitu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan

maka semakin tinggi pula pengetahuan seseorang tentang perilaku personal

hygiens yang benar, sehingga dapat mengurangi terjadinya keputihan dan

mengetahui bagaimana cara mengatasinya. Pengetahuan yang didapat bisa

menimbulkan kesadaran mereka yang akhirnya akan menyebabkan orang bersikap

sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya (Nengsih dkk, 2022). Setelah

seseorang mengetahui tentang keputihan (penyebabnya, akibatnya, dan

penanganannya) kemudian diadakan penilaian atau pendapat tentang apa yang

disikapinya.

Kebiasaan memakai celana ketat dan lembab adalah perilaku yang tidak

sehat sehingga bisa terkena infeksi jamur, bakteri dan kuman lainnya. Menurut

analisis peneliti pada kejadian keputihan didapatkan hasil keputihan terjadi karena

dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan remaja putri tentang keputihan, seperti

pengetahuan tentang perawatan vulva hygiene merupakan faktor penentu dalam

menjaga kesehatan reproduksi untuk mencegah terjadinya keputihan. Meskipun

remaja putri berpengetahuan baik tentang keputihan tetapi masih mengalami

keputihan kemungkinan disebabkan oleh sikap yang kurang baik dalam menjaga

kebersihan organ genetalia akibat kurangnya pemahaman dalam mencegah

terjadinya keputihan. Faktor lain seperti motivasi juga mempengaruhi keputihan,

jika motivasi remaja putri baik akan ada keinginan yang mendorongnya untuk

melakukan pencegahan keputihan seperti menjaga kebersihan organ genetalianya

sehingga tidak terjadinya keputihan (Amalia, 2022).

Kesehatan secara keseluruhan selalu berkaitan. Bila terjadi gangguan


ksehatan pada remaja secara umum, tentu kesehatan reproduksinya juga

terganggu. Sering kali remaja mengalami keputihan dikarnakan kurangnya

pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi. Keputihan adalah keluarnya

caira selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau atau tidak, serta

disertai gatal setempat. Penyebab keputihan dapat secara normal (fisiologis) yang

dipengaruhi oleh hormon tertentu. Keputihan yang abnormal bisa disebabkan oleh

infeksi /peradangan yang terjadi karena mencuci vagina dengan air kotor,

pemeriksaan dalam yang tidak benar, pemakaian pembilas vagina yang

berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis, dan adanya benda asing dalam

vagina. Selain karena infeksi, keputihan dapat juga disebabkan oleh masalah

hormonal, celana yang tidak menyerap keringat, dan penyakit menular seksual

(Maysaroh dan Marisah, 2021).

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keputihan merupakan keluarnya cairan selain darah dari liang vagina.

Keputihan fisiologis (normal) tidak berwarna atau jernih, tidak berbau, tidak

menyebabkan rasa gatal dan dipengaruhi oleh hormon, yang biasanya terjadi

pada saat menjelang dan sesudah haid, sekitar fase sekresi antara hari ke 10- 16

siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stress, dan mengkonsumsi

obat-obatan hormonal seperti pil keluarga berencana (KB). Keputihan

patologis (abnormal) akan menimbulkan rasa gatal serta rasa terbakar pada

daerah intim, berbau, berwarna hijau, dan dipengaruhi infeksi mikrooganisme

seperti jamur, parasit, dan benda asing.

A. Saran

Keputihan dapat disebabkan oleh gangguan hormon, stress, kelelahan

kronis, peradangan alat kelamin, serta ada penyakit dalam organ reproduksi

seperti kanker leher rahim, menimbulkan rasa tidak nyaman serta

mempengaruhi rasa percaya diri pada wanita. Upaya pencegahan keputihan

yang dapat diberikan seperti konseling, memberikan pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi dan menyediakan pelayanan kesehatan peduli remaja

yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan remaja termasuk pelayanan untuk

kesehatan reproduksi.

DAFTAR PUSTAKA
Pitriani (2020)
Asuhan Kebidanan Pada Remaja Putri Dengan Keputihan
Maysaroh dan Marisah (2021)
Pengetahuan Tentang Keputihan Pada Remaja Putri
Amalia, dkk (2022)
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keputihan Pada
Remaja Putri
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1072/2/BAB%201.pdf
http://repository.unimus.ac.id/2696/6/BAB%20II.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/8531/4/Chapter%202.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2171/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai