http://scholar.unand.ac.id/22675/7/BAB%20I%20ka%20dipindahan%20k%20pdf.pdf
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
a. Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan pada hakekatnya adalah upaya pemberian daya atau peningkatan
keberdayaan.Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk memandirikan
masyarakat agar mampu berpartisipasi aktif dalam segala aspek pembangunan.Kemandirian buka
berarti mampu hidup sendiri tetapi mandiri dalam pengambilan keputusan, yaitu memiliki
kemampuan untuk memilih dan keberanian menolak segala bentuk bantuan dan atau kerjasama
yang tidak menguntungkan.
Dengan pemahaman seperti itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana guna
meningkatkan skala/upgrade utilitas dari obyek yang diberdayakan. Karena itu pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya untuk terus menerus meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat bawah yang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan.Dalam pengertian sehari-hari, pemberdayaan masyarakat selalu dikonotasikan
sebagai pemberdayaan masyarakat kelas bawah (grassroots) yang umumnya dinilai tidak
berdaya.
b. Konsepsi Kemiskinan
Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah pembangunan di Negara Republik Indonesia
tercinta. Kedua permasalahan ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Kemiskinan adalah situasi
serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin melainkan karena tak
dapat dihindari dengan kekuatan yang ada.Kemiskinan didefinisikan sebagai standar hidup yang
rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi dibandingkan dengan standar kehidupan
yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.Secara ekonomis, kemiskinan juga
dapat diartikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kesejehtaraan sekelompok orang. Kemiskinan memberi gambaran situasi serba kekurangan
seperti terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan keterampilan, rendahnya
produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar hasil produksi orang miskin dan
terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan
Kemiskinan antara lain ditandai oleh:
1. Sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan yang seakan tak dapat diubah, yang
tercermin di dalam lemahnya kemauan untuk maju,
2. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia,
3. Lemahnya nilai tukar hasil produksi,
4. Rendahnya produktivitas,
5. Terbatasnya modal yang dimiliki,
6. Rendahnya pendapatan,
7. Terbatasnya kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan.
Kemiskinan diyakini sebagai akar permasalahan hilangnya martabat manusia, hilangnya
keadilan, belum terciptanya masyarakat madani, tidak berjalannya demokrasi, dan terjadinya
degradasi lingkungan (Faturochman, dkk., 2007)
Ø Anonim, 2003. Pedoman Umum Perberdayaan Masyarakat di Dalam dan Di Sekitar Hutan,
Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta.
Ø Anonim, 2003. Petunjuk Pelaksanaan GN RHL/Gerhan, Departemen Kehutanan. Jakarta.
Ø Dewi Mayavanie Susanti, TT. Peranan Perempuan Dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan.
Ø Faturochman, dkk. 2007. Membangun Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui
Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas
Gadjah Mada.
Ø Gregorius Sahdan, 2008. Menanggulangi Kemiskinan Desa. Jurnal Ekonomi Rakyat.
Ø Hubeis, A. V., 2004. Pemiskinan Masyarakat Sekitar Hutan, Makalah disampaikan pada acara
Sarasehan dan Kongres LEI Menuju CBO : Sertifikasi Di Simpang Jalan : Politik Perdagangan,
Kelestarian dan Pemberantasan Kemiskinan; Ruang Bina Karna Auditorium Ruang Rama, Hotel
Bumi Karsa Komp. Bidakara dan Karna, Jakarta, 19-22 Oktober 2004.
Ø I G. W. Murjana Yasa, TT.Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Partisipasi Masyarakat di
Provinsi Bali.Jurnal Ekonomi dan Sosial (INPUT).
Ø Novirianti, D, 2005. Pemberdayaan Hukum Perempuan Untuk Melawan Kemiskinan, Jurnal
Perempuan No.42
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, Namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan
sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini penulis membahas mengenai “ PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DESA”, dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan Ketimpangan gender di tingkat
pendidikan dasar dan lanjutan pada 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun
2015
C. Tujuan
Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan menghilangkan
ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada 2005 dan di semua jenjang
pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
Dengan indicator :
1. Menyeimbangkan rasio anak perempuan tehadap anak laki-laki di tingkat pendidikan dasar,
lanjutan, dan tinggi, yang diukur melalui angka partisipasi murni anak perempuan terhadap anak
laki-laki.
2. Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki usia 15–24 tahun, yang diukur melalui angka
melek huruf perempuan/laki-laki (indeks paritas melek huruf gender).
3. Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor pertanian.
4. Proporsi kursi DPR yang diduduki perempuan.
BAB II
PEMBAHASAN
UUD 1945 Pasal 28B ayat (1) mengamanatkan bahwa “Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan
dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia” dan pasal 31 ayat 1
mengamanatkan bahwa ”setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.
Masih terdapat kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup lebarantarkelompok
masyarakat seperti antara penduduk kaya dan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan
penduduk perempuan, antara penduduk di perkotaan dan perdesaan, dan antardaerah.
Keadaan dan kecenderungan Indonesia telah mencapai kemajuan dalam meningkatkan
kesetaraan dan keadilan pendidikanbagi penduduk laki-laki dan perempuan. Hal itudapat
dibuktikan antara lain dengan semakin membaiknya rasio partisipasi pendidikan dan
tingkatmelek huruf penduduk perempuan terhadap penduduk laki-laki, kontribusi perempuan
dalam sektor non-pertanian, serta partisipasi perempuan dibidang politik dan legislatif. Untuk
mengukur kesenjangan partisipasi pendidikan antara penduduk perempuan dan penduduk laki-
laki digunakan rasio Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar
(APK).Indikator itu diperlukan karenaadanya perbedaan yang relatif besar antara
jumlahpenduduk perempuan dan penduduk laki-laki sehingga rasio jumlah siswa saja belum
dapat menggambarkan kesetaraan dan keadilan gender. APK juga digunakan mengingat masih
tingginya siswaberusia lebih tua dari kelompok usia yang semestinya (overage) sehingga APM
baik di tingkat SD/MI,SLTP/MTs maupun SLTA jauh lebih rendah dibandingkan APK.
A. PENDIDIKAN DASAR, MENENGAH DAN TINGGI.
Akses ke pendidikan.Pada jenjang pendidikandasar (SD/MI dan SLTP/MTs) rasio APM-
nya telahmencapai angka 100 %. Pada jenjang SLTA rasio APM selama sepuluh tahun terakhir
berkisar antara 95 dan 100,4 %,dan nilai pada 2002 adalah 97,1 %.
Secara keseluruhan, Indonesia telah mencapaikemajuan yang berarti dalam mencapai
kesetaraangender di bidang pendidikan.
(Gambar 3.1).
Hal itu diduga karena faktor kemiskinan menyebabkan anak laki-laki secara budaya harus
bekerja dibandingkan anak perempuan.
Kondisi itu berbeda pada kelompok 20 %terkaya (kuantil 5) dengan angka partisipasi
penduduk laki-laki lebih tinggi dibanding penduduk perempuan pada semua jenjang pendidikan.
Analisis terhadap angka partisipasi kasar menunjukkan kecenderungan yang sama pula (Gambar
3.4).
Namun apabila angka partisipasi pendidikan dibandingkan antara penduduk kaya dan
penduduk miskin, dapat disimpulkan bahwa partisipasi penduduk miskin masih jauh tertinggal
dibanding penduduk kaya terutama pada jenjang SLTP-MTs ke atas baik pada penduduk laki-
laki maupun penduduk perempuan.
Karena itu, tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan partisipasi pendidikan
penduduk laki-laki dan perempuan pada kelompok miskin.
v Keragaman antara perkotaan dan pedesaan.
Tidak terdapat perbedaan rasio APM dan APK antara perkotaan dan pedesaan di jenjang
sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama.Namun pada jenjang SLTA partisipasi pendidikan
penduduk perempuan di pedesaan sedikit lebih tinggi dibandingkan didaerah perkotaan (Gambar
3.5 dan 3.6).
v Indeks paritas
Data Susenas menunjukkan terjadinya perbaikan tingkat melek huruf pendudukdi
Indonesia. Secara nasional tingkat melek hurufpenduduk usia 15–24 tahun ke atas meningkat
dari96,2 % pada 1990 menjadi 98,7 % pada2002 (lihat Tujuan 2).
Apabila kelompok penduduk usia diatas 24 tahun diperhitungkan (15 tahun ke atas),maka
tingkat kesenjangan tingkat melek hurufpenduduk laki-laki dan perempuan menjadi semakin
lebar (Gambar 3.7).
v Keragaman tingkat melek huruf menurut pengeluaran keluarga.
Tingkat melek huruf penduduk perempuan naik secara berarti pada semuakelompok
pengeluaran keluarga dan sepanjangtahun.Tidak terdapat perbedaan tingkat melekhuruf yang
besar antara perempuan dan laki laki disemua kelompok (Gambar 3.8).
E. TANTANGAN
Tantangan yang dihadapi dalam rangka menghapuskan kesenjangan gender antara lain
adalah :
· Meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan disegala bidang pembangunan, terutama
dibidang pendidikan kesehatan, ekonomi dan pengambilan keputusan
· Merevisi peraturan perundang-undangan yang bias gender/ deskriminatif terhadap perempuan
· Meningkatkan kesempatan kerja dan partisipasi perempuan dalam pembangunan politik dan
melaksanakan strategi pengarusutamaan gender diseluruh tahapan pembangunan dan diseluruh
tingkat pemerintahan (nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota)
· Dibidang pendidian tantangan yang dihadapi antara lain yaitu : meningkatkan kualitas dan
relevansi pendidikan, menyediakan pelayanan pendidikan secara lebih luas dan beragama, dan
menyempurnakan seluruh materi bahan ajar agar responsive gender.
Kebijakan.
Untuk mencapai target, kebijakan yang diambil adalah
· mewujudkan persamaanakses pendidikan yang bermutu dan berwawasan gender bagi semua
anak laki-laki dan perempuan;
· menurunkan tingkat buta huruf penduduk desa terutama penduduk perempuan melalui
peningkatan kinerja pendidikan pada setiap jenjang pendidikan, baik melalui sekolah maupun
luar sekolah,
· pendidikan kesetaraan dan pendidikan baca tulis fungsional bagi penduduk dewasa
· meningkatkan kemampuan kelembagaan pendidikan dalam mengelola dan mempromosikan
pendidikan yang berwawasan gender.
Strategi.
Kebijakan itu dilaksanakan melalui limastrategi utama, yaitu:
· penyediaan akses pendi-dikan yang bermutu, terutama pendidikan dasar secara merata bagi
anak laki-laki dan perempuanbaik melalui pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar
sekolah
· penyediaan akses pendidikan kesetaraan bagi penduduk usia dewasa yang tidak dapat
mengikuti pendidikan sekolah
· peningkatan penyediaan pelayanan pendidikan baca tulis untuk meningkatkan derajat melek
huruf, penduduk terutama koordinasi, informasi, dan edukasi dalam rangka mengarusutamakan
pendidikan berwawasan gender
· pengembangan kelembagaan institusi pendidikan baik di tingkat pusat maupun daerah
mengenai pendidikan berwawasan gender.
Sasaran.
Sasaran kinerja pendidikan berwawasangender yang ingin dicapai dalam akses
pendidikan adalah
· meningkatnya partisipasi pendidikan penduduk usia sekolah yang diikuti dengan semakin
seimbangnya rasio siswa laki-laki dan perempuan, peningkatan perempuan untuk semua jenjang
pendidikan;
· meningkatkan partisipasi penduduk miskin laki-laki dan perempuan terutama yang tinggal di
daerah pedesaan yang masih rendah sehingga menjadi setara dengan penduduk dari kelompok
kaya
· meningkatkan derajat melek huruf penduduk baik laki-laki maupun perempuan dengan rasio
yang semakin setara.
Prioritas.
Kondisi kesetaraan gender dalam pendidikan yang beragam seperti diuraikan pada
bagiansebelumnya memerlukan bentuk-bentuk intervensiyang bervariasi sehingga berbagai
program yangdilaksanakan benar-benar dapat menurunkan kesenjangan pendidikan antara laki-
laki dan perempuan.
Untuk jenjang sekolah dasar atau kelompokpenduduk usia 7–12 tahun, dengan rasio
siswa laki-laki dan perempuan yang sudah baik, penentuanprioritas perlu mempertimbangkan
keragaman antar wilayah atau provinsi dan kelompok pendapatan.
Pada jenjang SLTP/MTs atau kelompok usia 13–15tahun diketahui bahwa partisipasinya
masih cukuprendah. Karena itu, upaya peningkatan partisipasiharus diupayakan baik pada
penduduk laki-laki danperempuan.Namun dengan diketahuinya artisipasi pendidikan penduduk
laki-laki kelompok 40persen termiskin lebih rendah dibandingkan penduduk perempuan, upaya
yang lebih intensif untuk meningkatkan partisipasi kelompok itu sangatdiperlukan.Dengan
asumsi bahwa partisipasi pendidikan yang lebih rendah itu salah satunya karenabekerja, upaya
untuk mengembalikan mereka kesekolah menjadi sangat penting.
Untuk meningkatkan pendidikan baca tulis, sangat jelas bahwatingkat melek huruf
penduduk perempuan masihjauh lebih rendah dibandingkan dengan penduduk laki-laki baik di
pedesaan maupun di perkotaan,di setiap kelompok usia penduduk dewasa, dan di setiap
kelompok pengeluaran keluarga. Namun prioritas utama diberikan pada upaya peningkatan
kemampuan baca tulis penduduk perempuanyang miskin, yang tinggal di daerah perdesaan
danberusia lebih dari 25 tahun karena kelompok inilahyang memiliki tingkat melek huruf paling
rendahyang diikuti oleh penduduk laki-laki kelompok usiayang sama, yang miskin dan tinggal di
perdesaan.
Seluruh upaya untuk meningkatkan partisipasi pendidikan dan tingkat melek huruf
penduduk tersebut di atas didukung dengan upaya peningkatankemampuan kelembagaan
pendidikan sehinggamemiliki kemampuan dalam merencanakan pendidikan yang tanggap
gender, disamping meningkatkan pemahaman semua pihak mengenai pentingnya pendidikan
baik untuk laki-laki maupunperempuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi program-program pembangunan jangka menengah dan tahunan terus dikembangkan
agar responsive gender.Program-program tersebut ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup
dan perlindungan perempuan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, hokum,
ketenagakerjaan, social, politik, lingkungan hidup dan ekonomi. Program lainnya yang dilakukan
adalah memperkuat pengarusutamaan gender, terutama ditingkat kabupaten/ kota.
Dan berbagai kebijakanpun dilakukan guna : meningkatkan keterlibatab perempuan
dalam proses politik dan jabatan public, meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan
serta bidang pembangunan lainnya untuk mempertinggi kualitas hidup perempuan,
menyempurnakan perangkat hukum untuk melindungi setiap individu dari berbagai tindak
kekerasan, ekspolitasi dan diskriminasi, dan memperkuat kelembagaan, koordinasi dan jaringan
pengarustamaan gender dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari
berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di segala bidang, termasuk pemenuhan
komitmen-komitmen internasional, penyediaan data dan statistic gender, serta peningkatan
partisipasi masyarakat.
B. SARAN
Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas,
kebijakan diarahkan pada penyelenggaraan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
Untuk penurunan secara signifikan jumlah penduduk yang buta huruf, dan peningkatan keadilan
dan kesetaraan pendidikan antarkelompok masyarakat termasuk antara penduduk laki-laki dan
perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
Adanya pemahaman ajaran agama yang “terlanjur” menganggap kaum lelaki memiliki
superioritas terhadap kaum perempuan.
4 . P o l i t i k
Minimnya kesempatan berpolitik terhadap perempuan
5 . E k o n o m i
Lemahnya ekonomi perempuan sehingga secara mayoritas perempuan
memilikiketergantungan yang tinggi kepada kaum lelaki, terutama dalam
memenuhikebutuhan
hidupnya.A k a n t e t a p i , k i t a b i s a m e n g a m b i l l a n g k a h s e l a n j u t n y a d e n g a n m e l a
k u k a n g e r a k a n perubahan yaitu berusaha memberdayakan perempuan melalui beberapa hal s
ebagai berikut:
1 . P e n d i d i k a n
Memberikan kesempatan tak terbatas bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan.Melalui
pendidikan ini diharapkan pemikiran perempuan
akanm e n j a d i l e b i h b e r k u a l i t a s s e h i n g g a d a p a t b e r k o n t r i b
u s i d a l a m pembangunan.
2 . B u d a y a
M e l a k u k a n r e f o r m a s i b u d a y a y a n g m e n d i s k r e d i t k a n p e r e m p u a n d a l a m kehidu
pan sehari-hari.
3 . A g a m a
14
PENUTUP
P e n y u s u n d a p a t m e n y i m p u l k a n b e b e r a p a p o k o k p i k i r a n d a r i penjelasan panjang
makalah ini,
yaitu:1 . p e n t i n g n y a b a g i p a r a p e r e m p u a n m e n y
a d a r i d a n menumbuhkembangkan kemampuan dan potensi dirinya2.kita
hendaknya juga menyadari peranan seorang
perempuany a n g t i d a k h a n y a b e r k u t a t d e n g a n r u t i n i t a s k e i b u a n n y a teta
pi juga memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk mengaktualiasasikan diri sesuai
dengan
kodratnya.3 . p e m b e r d a y a a n p e r e m p u a n k i r a n y a d a p a t m e n j a d i b a h a n p e
m i k i r a n d a n u s a h a b e r s a m a g u n a m e n e m p a t k a n perempua
n pada posisi yang tepat dan bermanfaat pula bagipembangunan bangsa
ini.4 . p e m b e r d a y a a n p e r e m p u a n s a l a h s a t u n y a d a p a t d i t e m p u h m e l a l u i b i d a n
g p e n d i d i k a n , b u d a y a , a g a m a , p o l i t i k d a n ekonomi.
16
LATAR BELAKANG
Di Era globalisasi seperti sekarang ini setiap Negara dituntut untuk menjadikan kondisi
kehidupan ekonominya menjadi semakin efektif, efisien, dan kompetitif.Indonesia merupakan
Negara berkembang yang terus mengupayakan pembangunan.Tujuan dari pembangunan adalah
untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di
dalam masyarakat tersebut.Oleh sebab itu dibutuhkan gagasan-gagasan, penerapan tekhnologi
terkini yang mendukung program pembangunan, dan strategi yang tepat dalam memberdayakan
dan menumbuhkan UKM (Usaha Kecil Menengah) yang nantinya mampu menjadi kekuatan
ekonomi nasional.Strategi pembangunan di Indonesia dimulai dengan peningkatan pemerataan
pembangunan di daerah pedesaan.Masyarakat sebagai subyek pembangunan harus memiliki
kesadaran untuk memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik.
Wilayah pedesaan selalu dicirikan dengan rendahnya tingkat produktivitas kerja,
tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas hidup dan pemukiman.Pedesaan dianggap
sebagai daerah yang tertinggal, miskin, dan pembangunannya lambat karena jauh dari pusat
pemerintahan.Padahal sebenarnya kawasan pedesaan memiliki potensi sumber daya alam yang
melimpah, hanya saja belum dimanfaatkan dengan maksimal.Masyarakat desa masih
menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian, dan bergantung pada alam
(musim).Pengembangan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya masih
sangat minim.Hal tersebut dilatar belakangi oleh faktor pendidikan yang rendah, minimnya
modal untuk pengembangan, dan anggapan bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang
miskin yang hidup dengan sederhana dan kemiskinan tersebut merupakan warisan dari nenek
moyangnya.Indonesia merupakan Negara agraris, dan pedesaan merupakan pusat perekonomian
rakyat.Saat ini Indonesia dalam fase berkembang, untuk itu potensi-potensi yang dimiliki harus
terus dikembangkan.Terutama potensi yang ada di desa yang selama ini masih belum optimal
pengembangannya.Desa memiliki dua potensi yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangannya,
yaitu sumber daya alam dan sumber daya manusia.Kedua sumber daya tersebut harus saling
mendukung dan melengkapi, pengembangan sumber daya alam harus dibarengi dengan
peningkatan sumber daya manusianya.
Kegiatan pengembangan masyarakat merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengembangkan suatu kelompok tertentu di suatu daerah.Pengembangan masyarakat tersebut
biasa dikenal dengan istilah pemberdayaan (empowerment) masyarakat.pemberdayaan berpusat
pada rakyat sehingga rakyat berperan aktif dalam proses pembedayaan tersebut. Pemberdayaan
masyarakat bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri, mampu menggali dan
memanfaatkan potensi-potensi yang ada didaerahnya, dan membantu masyarakat untuk terbebas
dari keterbelakangan atau kemiskinan.Setiap desa memiliki potensi, kondisi daerah, dan
karakteristik masyarakat yang berbeda-beda.Intinya bahwa masing-masing desa memiliki ciri
khas yang berbeda dengan desa lainnya.Untuk itu dalam upaya pemberdayaan, masyarakat desa
setempat harus lebih banyak terlibat dalam kegiatan tersebut.Karena masyarakatnya lebih
mengetahui potensi dan kondisi desanya.Pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator yang
mendukung program pemberdayaan.Pemberdayaan masyarakat tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, karena yang menjadi subyek dari pemberdayaan adalah masyarakat desa itu
sendiri.
Beberapa tahun belakangan ini sudah ada beberapa program pemberdayaan
masyarakat.sebagai contoh PNPM Mandiri, BLT (Bantuan Langsung Tunai), kredit untuk usaha
mikro, danhome industry (industri rumah). Program pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk
menciptakan manfaat sosial, melalui proyek-proyek padat karya untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan memperoleh keuntungan dari hasil usaha mereka.Usaha dalam pemberdayaan
masyarakat tiap desa berbeda-beda, karena memang masing-masing desa memiliki ciri khas dan
potensi yang berbeda.Salah satu contoh pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Purworejo
adalah home industry “krimpying Yu Kas”.Krimpying merupakan salah satu makanan khas di
Purworejo berbahan dasar ketela, yang telah berhasil dikembangkan oleh masyarakat di Desa
Bugel, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo.
PEMBAHASAN
Saat ini pembangunan tidak lagi berpusat pada pemerintah, tetapi lebih terpusat pada
masyarakat.Dan diharapkan mampu menciptakan kemampuan bagi masyarakat untuk
membangun diri mereka sendiri melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDL). PSDL
merupakan mekanisme perencanaan people centered development yang menekankan pada
tekhnologi social learning (proses belajar sosial) dan strategi perumusan program yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengaktualisasikan diri mereka
(empowerment) (Tjokroaminoto, 1996).
Ada beberapa definisi mengenai konsep pemberdayaan. Menurut Ife (dalam Martono,
2011) mendefinisikan konsep pemberdayaan masyarakat sebagai proses menyiapkan masyarakat
dengan berbagai sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk meningkatkan
kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan
memengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri. Kartasasmita (1995),
mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan.Intinya bahwa pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk melahirkan
masyarakat yang mandiri dengan menciptakan kondisi yang memungkinkan potensi masyarakat
dapat berkembang. Setiap daerah memiliki potensi yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan
membantu meningkatkan kualitas hidup mereka dan melepaskan diri dari keterbelakangan dan
ketergantungan. Masyarakat memiliki peranan penting dalam upaya pemberdayaan masyarakat
tersebut, karena masyarakat merupakan subyek dari pemberdayaan.Jadi pemberdayaan
masyarakat tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
Purworejo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki potensi yang
dapat dikembangkan.Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, diantaranya
ada petani sawah, petani tembakau, dan petani ketela.Karena sebagian besar lahannya merupakan
lahan pertanian.Petani tembakau adalah mereka yang tinggal didaerah dataran tinggi, apabila
petani ketela ada yang didaerah dataran rendah dan ada pula yang berada didaerah dataran
tinggi.Purworejo memiliki beberapa jenis makanan khas, diantaranya adalah kue lompong,
krimpying atau lanting, clorot, dan dawet hitam.Banyak masyarakat purworejo yang
memproduksi dan memasarkan makanan-makanan tersebut.Salah satu makanan khas purworejo
yang sudah dikembangkan adalah krimpying atau lanting.Krimpying adalah makanan yang
terbuat dari ketela yang dibentuk seperti cincin dan digoreng yang rasanya gurih dan agak
keras.Pengrajin krimpying rata-rata adalah mereka yang tinggal di daerah Bagelen dan
Krendetan.Ada beberapa industri-industri rumah yang memproduksi krimpying, tetapi yang
paling terkenal adalah krimpying “Yu Kas”.“Yu Kas” adalah sebuah industri rumahan yang
memproduksi dan memasarkan krimpying yang terletak di Desa Bugel, Kecamatan Bagelen,
Kabupaten Purworejo. Nama “Yu Kas” diambil dari nama pemiliknya yaitu Ibu Kasminah.
Industri pembuatan krimpying tersebut dimulai sejak tahun 1997, saat ini krimpying Yu
Kas memiliki 25 orang tenaga kerja, 20 orang sebagai tenaga tetap dan 5 orang sebagai tenaga
bantu. Tenaga kerjanya ada yang berasal dari desa bugel itu sendiri, dan ada yang berasal dari
desa bapangsari.Ada dua produk krimpying atau lanting dari Yu Kas, yaitu Krimpying Yu Kas
dan lanting Caca.Bahan dasar pembuatan krimpying adalah ketela, dan bumbunya diantaranya
bawang putih, kemiri, dan garam.Cara pembuatan krimpying tersebut yaitu pertama ketela
dikupas, lalu dicuci, diparut.Kemudian dipres untuk dipisahkan antara ketela dan airnya.Setelah
itu 1/3 dari adonan tersebut dikukus, dan 2/3nya dibiarkan mentah.Lalu kedua adonan tersebut
dicampur menjadi satu, menggunakan molen.Kemudian dibentuk seperti cincin, digoreng,
dikeringkan, lalu dikemas.
Dalam satu hari ada 5 kwintal krimpying yang dipasarkan, dan pemasarannya di daerah
Purworejo, Kutoarjo, Wates, Yogyakarta, dan daerah Jawa Tengah. Krimpying Yu Kas berasal
dari desa Bugel, yang kemudian dijadikan slogan oleh Yu Kas yang artinya Bersih Utuh Gurih
Enak Lezat. Harga dari krimpying Yu Kas terbilang murah dan terjangkau. Untuk satu
bungkusnya dijual dengan harga Rp 7000,00.
KESIMPULAN
Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di didalam masyarakat.Pemberdayaan
(empowerment) masyarakat merupakan salah satu program yang digalakkan oleh pemerintah
untuk membangkitkan UKM (Usaha Kecil Menengah).Dengan adanya program tersebut
diharapkan UKM di Indonesia mampu menjadi kekuatan ekonomi nasional.Pemberdayaan
dimaksudkan untuk menjadikan masyarakat yang mandiri, bebas dari ketergantungan, dan
mampu mengembangkan perekonomian.Pembangunan dapat berjalan dengan baik apabila pihak
pemerintah dan masyarakatnya saling mendukung. Dukungan masyarakat dalam proses
pembangunan dengan melalui aktivitas pemberdayaan yang dilakukan secara kontinyu.
Pemberdayaan masyarakat berpusat pada masyarakat, oleh sebab itu masyarakatlah yang
memiliki peranan aktif dalam upaya pemberdayaan tersebut.
Masyarakat memiliki wewenang dan hak untuk menentukan usaha apa yang akan
dikembangkan, karena masyarakat lokal lebih mengetahui kondisi dan potensi daerah mereka.
Pemerintah sebagai fasilitator berkewajiban untuk memberikan dukungan, pengetahuan,
pengajaran, dan penyuluhan kepada masyarakat demi kesuksesan program pemberdayaan
masyarakat.Pemerintah harus selalu memberikan pendampingan kepada masyarakat agar sumber
daya alam dan sumber daya manusianya dapat dikembangkan dengan maksimal.Sumber daya
alam di Indonesia banyak yang belum dimanfaatkan dengan baik, untuk itu masyarakat yang
dibantu oleh pemerintah harus mampu menggali dan mengoptimalkan potensi yang
ada.Pengetahuan tentang konsep pemberdayaan juga harus dipahami dengan benar oleh
masyarakat, agar masyarakat mampu mengembangkan usaha sesuai dengan potensi yang ada
didaerahnya dan memiliki daya saing untuk menghadapi pangsa pasar. Pemberdayaan
masyarakat yang baik akan menghasilkan masyarakat yang mandiri, bebas dari ketergantungan
dan keterbelakangan. Dan mampu menjadi kekuatan ekonomi nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Humas. 2012. Krimpying Yu Kas Mendapat Pendampingan
GMP.http://www.purworejokab.go.id diakses pada tanggal 31 Oktober 2012.
Kartasasmita, Ginanjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat. Kumpulan Materi Community Development:
Pustaka Pribadi Alizar Isna.Msi.
Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial : Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan
Poskolonial. Jakarta: Rajawali Press.
Pranaka, A.M.W., dan Onny S. Prijono, (eds.). 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta: CSIS.
Tjokrowinoto, Moeljarto. 1996. Pembangunan: Dilema dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wijaya, Mahendra. 2010. Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Journal of Rural and
Development FISIP Universitas Sebelas Maret diakses pada tanggal 27 Oktober 2012.