Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

http://scholar.unand.ac.id/22675/7/BAB%20I%20ka%20dipindahan%20k%20pdf.pdf

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
a. Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan pada hakekatnya adalah upaya pemberian daya atau peningkatan
keberdayaan.Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk memandirikan
masyarakat agar mampu berpartisipasi aktif dalam segala aspek pembangunan.Kemandirian buka
berarti mampu hidup sendiri tetapi mandiri dalam pengambilan keputusan, yaitu memiliki
kemampuan untuk memilih dan keberanian menolak segala bentuk bantuan dan atau kerjasama
yang tidak menguntungkan.
Dengan pemahaman seperti itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana guna
meningkatkan skala/upgrade utilitas dari obyek yang diberdayakan. Karena itu pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya untuk terus menerus meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat bawah yang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan.Dalam pengertian sehari-hari, pemberdayaan masyarakat selalu dikonotasikan
sebagai pemberdayaan masyarakat kelas bawah (grassroots) yang umumnya dinilai tidak
berdaya.
b. Konsepsi Kemiskinan
Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah pembangunan di Negara Republik Indonesia
tercinta. Kedua permasalahan ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Kemiskinan adalah situasi
serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin melainkan karena tak
dapat dihindari dengan kekuatan yang ada.Kemiskinan didefinisikan sebagai standar hidup yang
rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi dibandingkan dengan standar kehidupan
yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.Secara ekonomis, kemiskinan juga
dapat diartikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kesejehtaraan sekelompok orang. Kemiskinan memberi gambaran situasi serba kekurangan
seperti terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan keterampilan, rendahnya
produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar hasil produksi orang miskin dan
terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan
Kemiskinan antara lain ditandai oleh:
1. Sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan yang seakan tak dapat diubah, yang
tercermin di dalam lemahnya kemauan untuk maju,
2. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia,
3. Lemahnya nilai tukar hasil produksi,
4. Rendahnya produktivitas,
5. Terbatasnya modal yang dimiliki,
6. Rendahnya pendapatan,
7. Terbatasnya kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan.
Kemiskinan diyakini sebagai akar permasalahan hilangnya martabat manusia, hilangnya
keadilan, belum terciptanya masyarakat madani, tidak berjalannya demokrasi, dan terjadinya
degradasi lingkungan (Faturochman, dkk., 2007)

Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan


Beberapa penyebab kemiskinan antara lain :
1. Sebab-sebab yang berhubungan dengan kondisi awal yang meliputi lapisan miskin sehingga
menyulitkan mereka menanggulangi kemiskinan yang dialaminya;
2. Sebab yang berkait dengan gejala kemiskinan baru yang bisa diakibatkan oleh realisasi
pembangunan proyek-proyek mega, seperti waduk, pabrik, lapanga golf, kompleks pemukiman
mewah, dan sebagainya. (Nico L. Kana. 1994. Percik: Dampak Progran Penanggulangan
Kemiskinan)
3. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumberdaya yang menimbulkan distribusi yang timpang.
4. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
5. Di daerah perkotaan, derasnya arus migran masuk juga memberi dampak terhadap semakin
banyaknya penduduk dalam katagori miskin. Para migran memanfaatkan hanya sebagian kecil
pendapatannya mereka untuk pengeluaran di daerah tujuan, disamping memang sebagian besar
dari mereka berpendapatan rendah karena kualitas sumberdaya manusianya juga
rendah.Munculnya permukiman kumuh adalah salah satu ciri kemiskinan perkotaan.
6. Masih banyak faktor lain penyebab kemiskinan, baik eksternal maupun internal, seperti
kenaikan harga BBM dab lain-lain.
B. MAKSUD DAN TUJUAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Maksud Pemberdayaan Masyarakat adalah :
a. Meningkatkan kemampuan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan
b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dengan mengembangkan kelembagaan masyarakat
agar diperoleh perbaikan tatanan kelembagaan.
c. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam sumberdaya – sumbedaya yang ada sesuai
dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat yang seimbang dari aspek ekologis dan ekonomis.

Sedangkan tujuannya adalah :


Terwujudnya kemandirian masyarakat dalam berusaha dengan kelembagaan yang tangguh
sehingga masyarakat sejahtera.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Program Pengentasan Kemiskinan dan Permasalahannya


Kemiskinan dan tekanan-tekanan sosial ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat berakar pada
faktor-faktor kompleks yang saling terkait.Ketidakmudahan dalam mengatasi faktor-faktor yang
kompleks tersebut telah mempersulit untuk mengatasi secara efektif dan efisien persoalan
kemiskinan dan kesenjangan ekonomi masyarakat.
Masyarakat yang didera oleh tekanan-tekanan sosial ekonomi yang terus menerus, sekurang-
kurangnya telah menumbuhkan sejumlah potensi kreatif untuk menghadapi kesulitan
hidup.Namun strategi adaptasi seperti ini belum memberikan solusi terbaik untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup mereka.Pilihan rasional dan kontekstual yang bisa dikembangkan untuk
kepentingan jangka panjang adalah melakukan diversifikasi pekerjaan.
Berbagai program pembangunan pemerintah untuk membantu mengatasi kesulitan kehidupan
masyarakat telah digulirkan, namun hasil yang dicapai belum sepadan dengan biaya yang telah
dikorbankan dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya serta belum membawa hasil yang
memuaskan, terlihat dari semakin banyaknya penduduk miskin.
Beberapa contoh kegiatan pemberdayaan antara lain :
1. Pola pengentasan kemiskinan yang cenderung kurang mendidik seperti BLT (Bantuan
Langsung Tunai) diduga memberi andil terhadap banyaknya masyarakat terutama kelompok abu-
abu (hampir miskin) yang ingin tetap miskin agar mendapat bantuan.
2. Motorisasi armada nelayan skala kecil untuk menghapuskan pukat harimau pada awal tahun
1980-an, ternyata tidak berhasil karena pelaksanaannya tidak tepat sasaran.
3. Program pengembangan nilai tambah melalui penerapan system rantai dingin (cold chain
system) pada tahun 1980-an, kurang berhasil karena sosialisasi system ini kurang bagus dan
sarana prasarana pabrik es yang tidak tersedia dengan baik.
4. Program pembangunan prasarana perikanan khususnya pelabuhan perikanan berbagai tipe dan
ukuran, tetapi ternyata prasrana tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimalbahkan
banyak fasilitas yang rusak dimakan usia.
5. Gerakan Peningkatan Ekspor Perikanan pada tahun 2003, namun program ini berakhir dengan
berakhirnya kepemimpinan Habibie.
6. Pengembangan kelambagaan seperti, koperasi perikanan, KUD Mina, Kelompok Nelayan,
Kelompok Wanita Nelayan dan lain-lain, namun hanya sedikit yang mampu bertahan.

2.2. Pemberdayaan Masyarakat


Partisipasi masyarakat terutama grass root dalam pembangunan selama 50 tahun terakhir ini
adalah adalah sesuatu yang artificial, sebatas slogan, direkayasakan dan dipaksakan.Dengan pola
sentralistik maka partisipasi masyarakat kurang mendapatkan tempat.
Pada akhir tahun 1990-an, program pemberdayaan masyarakat sebagai ganti program pembinaan
masyarakat mulai mendapat tempat karena bukti dan pengalaman empiris di banyak
Negara.Program pemberdayaan menjadi new mainstream dalam pembangunan, dikembangkan
dan diproosikan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Program pemberdayaan
masyarakat adalah program pelibatan dan peningkatan partisipasi masyarakat, yang berpangkal
dan berbasis masyarakat karena sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi mereka, program yang
berasal dari bawah (bottom up planning) yang berarti masyarakatlah yang mengusulkannya, serta
program yang bersifat advokasikarena peran orang luar hanya sebatas mendampingi dan
memberikan alternatif pemecahan masalah kepada masyarakat.
Program pemberdayaan masyarakat sebagai upaya peningkatan kesejahteraan serta pengentasan
kemiskinan.Dengan pemberdayaan masyarakat maka pembangunan tidak mulai dari titik nadir,
tetapi berawal dari sesuatu yang sudah ada pada msyarakat. Pemberdayaan berari apa yang telah
dimiliki masyarakat adalah sumberdaya pembangunan yang perlu dikembangkan sehingga makin
nyata kegunaannya bagi masyarakat sendiri. Dengan Pemberdayaan Masyarakat diharapkan :
1. Tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari sandang, pangan,
papan, kesehatan dan pendidikan.
2. Tersedianya prasarana dan sarana produksi secara lockal yang memungkinkan masyarakat
dapat memperolehnya dengan harga murah dan kualitas yang baik.
3. Meningkatnya peran kelembagaan masyarakat sebagai wadah aksi kolektif (collective
action) untuk mencapai tujuan-tujuan individu.
4. Terciptanya hubungan kegiatan-kegiatan ekonomi produktif di daerah yang memiliki cirri-ciri
berbasis sumberdaya local (resource based), memiliki pasar yang jelas (market-based),
dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan kapasitas sumberdaya (environmental-
based), dimiliki dan dilaksanakan serta berdampak bagi masyarakat local (local society-based),
dan dengan menggunakan teknologi maju tepatguna yang berasal dari proses pengkajian dan
penelitian (scientific-based).
5. Terciptanya hubungan transportasi dan komunikasi atau dasar hubungan ekonomi antar
daerah.
6. Terwujudnya struktur ekonomi Indonesia yang berbasis pada kegiatan ekonomi dengan wujud
pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya yang ada.

2.2.1. Prinsip Dasar Pemberdayaan


a. Prinsip pendekatan kelompok masyarakat
b. Prinsip keserasian
c. Prinsip kepemimpinan dari mereka sendiri
d. Prinsip pendekatan kemitraan
e. Prinsip swadaya
f. Prinsip belajar sambil bekerja
g. Prinsip pendekatan keluarga

2.2.2. Arah Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan pada dasarnya mempunyai tiga arah :
1. Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat dalam arti bahwa pemberdayaan diutamakan untuk
meningkatkan kemampuan, daya saing, dan partisipasi masyarakat kelas bawah.
2. Pemantapan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan pembangunan yang
mengembangkan peranserta masyarakat, dalam arti semakin memberikan kesempatan yang lebih
besar terhadap masyarakat kelas bawah yang selama ini terpinggirkan dan tidak pernah
dilibatkan dalam pengambil keputusan pembanguan.
3. Modernisasi melalui penajaman arah perubahan struktur sosial, ekonomi, budaya, dan politik
yang bersumber pada partisipasi masyarakat dalam arti semakin meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas publik dalam pelaksanaan pembangunan

2.2.3 Bentuk Pemberdayaan Masyarakat


Sejalan dengan pengertian pemberdayaan di atas, kegiatan pemberdayaan mencakup dua
kegiatan utama, yaitu :
a. Penumbuhkembangan kesempatan, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk
berpartisipasi. Partisipasi di sini tidak terbatas pada keterlibatan dalam memberikan korbanan
dan atau pelaksanaan kegiatan, melainkan keterlibatan masyarakat secara sukarela sejak
pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan, dan evaluasi serta
pemanfaatan hasil-hasil pembangunan.
b. Pengembangan kapasitas individu, organisasi, dan jejaring kelembagaan. Yang dimaksud
dengan kapasitas adalah kemampuan individu dan atau organisasi untuk menunjukkan
efektivitas, efisiensi, dan keberlanjutan fungsi-fungsinya sesuai dengan status dan peran masing-
masing. Kapasitas bukan sesuatu yang pasif, melainkan merupakan bagian dari sustu proses yang
berkelanjutan. Kapasitas menyangkut mutu SDM dan pemanfaatannya.Karena itu fungsi-fungsi
individu dalam organisasi menajdi kata kunci yang harus diperhatikan.

2.2..4 Penguatan Kapasitas


a. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Merupakan pembinaan manusia/kelompok tani sehingga terwujud SDM yang berkualitas melalui
peningkatan kesadaran dan percaya diri, peningkatan pendapatan, peningkatan kesejahteraan,
peningkatan sosial, politik, dan budaya agar mampu dan dapat menjangkau akses sumber daya
alam, permodalan, teknologi, dan pasar sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasar sandang,
pangan, papan, pendidikan, kesehatan, hukum, lingkungan, dan sosial politik.
b. Pengembangan kemampuan dalam permodalan
Kegiatan pemberdayaan dalam bidang permodalan diharapkan masyarakat
mampu menghilangkan ketergantungan dan tumbuh keswadayaan serta berusaha dalam sistem
pasar. Penguatan modal usaha dapat diberikan dalam bentuk dana cuma-cuma atau pinjaman
tergantung kemampuan kelompok. Dana ini dikelola secara langsung oleh kelompok untuk
dipergunakan secara bersama.
c. Pengembangan kelembagaan ekonomi rakyat
Pengembangan kelembagaan ekonomi rakyat tumbuh dari, oleh, dan untuk kepentingan rakyat
berdasarkan asas kekeluargaan yang dapat dilakukan melalui pembinaan kepada petani di bidang
ekonomi secara berkelompok yang diharapkan mereka saling mengenal, percaya, dan
mempunyai kepentingan yang sama akan tumbuh kerjasama yang baik dan serasi sehingga
mampu menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian. Di samping itu pembinaan diarahkan agar
kelompok mampu mengelola usaha bersama melalui kursus-kursus, pelatihan teknis, manajemen,
kewirausahaan, dan magang sehingga mampu mengembangkan usahanya melalui kegiatan temu
usaha, pameran dalam rangka memasarkan hasil usahanya.
2.2.5. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat
1. Penciptaan lapangan pekerjaan alternatif sebagai sumber pendapatan lain bagi keluarga.
2. Mendekatkan masyarakat dengan sumber modal dengan penekanan pada penciptaan
mekanisme mendanai diri sendiri (self financing mechanism).
3. Mendekatkan masyarakat dengan sumber teknologi baru yang lebih berhasil dan berdaya
guna,
4. Mendekatkan masyarakat dengan pasar,
5. Membangun solidaritas serta aksi kolektif di tengah masyarakat.

2.2.6. Tanggung Jawab Stakeholders dalam Pemberdayaan


Keberhasilan pembangunan atau pemberdayaan masyarakat adalah resultante dari semua upaya
pembangunan yang dilaksanakan atau diprogramkan setiap instansi, sehingga menuntut adanya
sinegitas dan koordinasi yang benar-benar terjalin antara berbagai instansi pemerintah.Hal ini
harus diwujudkan secara lebih komprehensif, terpadu, menyangkut berbagai aspek
pembangunan, bukan saja teknis tetapi juga sosial budaya.
Tanggung jawab pembangunan masyarakat lebih banyak berada pada pundak pemerintah daerah,
dan bukan didominasi oleh pemerintah pusat.Hal ini disebabkan karena pemerintah daerahlah
yang lebih mengenal masyarakatnya, memahami masalah-masalah yang dihadapi
mereka.Dengan desentralisasi kegiatan pembangunan, selayaknyalah pemerintah daerah lebih
banyak memberikan prioritas pada pembangunan yang berbasis pada masyarakat.
Tanggung jawab pemberdayaan masyarakat bukan hanya pada tangan pemerintah tetapi juga
pihak-pihak non pemerintah yaitu, masyarakat sendiri, pengusaha swasta, usaha milik Negara
dan lembaga swadaya masyarakat.
Tanggung jawab membangun masyarakat pada hakekatnya merupakan tanggung jawab utama
masyarakat itu sendiri.Supaya pembangunan masyarakat berlangsung dengan tepat maka
pemerintah hanya mempersiapkan dan memfasilitasi lingkungan yang sehat bagi peningkatan,
perluasan serta pendalaman kegiatan-kegiatan yang telah dimiliki oleh masyarakat sendiri. Hal
ini merupakan makna perberdayaan, yaitu mengembangkan apa yang telah ada pada masyarakat
menjadu lebih besar skalanya, lebih ekonomis dan lebih berdaya guna dan berhasil guna.
2.2.7. Contoh Program Pemberdayaan Masyarakat
a. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (Program PEMP)
Tujuan PEMP adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan system
produksi serta pengelolaan sumberdaya perikanan yang menjamin kelangsungan usaha perikanan
yang berbasis masyarakat melalui usaha sebagai berikut :
1. Mereduksi kenaikan harga BBM dan inflasi melalui peningkatan dan penciptaan usaha
produktif secara berkesinambungan.
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pengembangan kegiatan ekonomi pesisir.
3. Memperkuat kelembagaan ekonomi masyarakat
4. Memicu usaha ekonomi produktif di desa pesisir
5. Mendorong terlaksananya mekanisme manajemen pembangunan masyarakat yang
partisipatif dan transparan.
6. Meningkatkan kemampuan aparat dan masyarakat pesisir dalam mengelola pembangunan di
wilayahnya.
7. Adapun lingkup kegiatan PEMP adalah :
8. Pengembangan dan partisipasi masyarakat melalui pembentukan dan penguatan kelompok
sasaran.
9. Pelatihan teknis dan manajemen bagi kelompok sasaran.
10. Pemberian bantuan modal usaha (investasi dan modal kerja)
11. Pembentukan lembaga keuangan mikro sebagai pengelola bantuan.
12. Sosialisasi, pemantauan, evaluasi dampak sebagai umpan balik, persipan pembinaan pasca
proyek.
13. Pembinaan pasca proyek
14. Prinsip-prinsip pengelolaan PEMP
15. Pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga memperoleh dukungan masyarakat
(acceptability).
16. Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat (transparency.)
17. Pengelolaan kegiatan harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat (accountability)
18. Pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan
(sustainability)
19. Kegiatan dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian atas beban penduduk miskin
(responsiveness)
20. Penyampaian bantuan kepada masyarakat secara cepat (quick Distribursment)
21. Proses pemilihan peserta dan kegiatan PEMP dilakukan secara musyawarah (Democracy)
22. Pemberian kesempatan kepada kelompok lain yang belum memperoleh kesempatan, agar
semua masyarakat merasakan manfaat langsung (Equality)
23. Setiap ketentuan dalam pemanfaatan Dana Ekonomi Produktif masyarakat diharapkan dapat
mendorong terciptanya kompetisi yang sehat dan jujur dalam mengajukan usulan kegiatan yang
layak (Competitiveness)

b. Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RHL/Gerhan)


Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RHL/Gerhan) pada dasarnya merupakan
gerakan moral yang bersifat missal dan melibatkan berbagai lapisan masyarakat untuk
memulihkan kerusakan hutan dan lahan termasuk di dalamnya hutan mangrove di Indonesia.
Pergeseran paradigma pembangunan di sector kehutanan telah mendorong kepada upaya
pencarian bentuk pengelolaan dan pemanfaatan hutan yang berkeadilan.Masyarakat desa di
dalam dan sekitar hutan yang secara turun temurun menjadi bagian dari ekosistem hutan sudah
saatnya memperoleh peranan dan manfaat secara wajar dalam pengelolaan hutan di
lingkungannya.Dengan demikian orientasi ekonomi jangka pendek yang ditandai oleh eksploitasi
hutan alam secara besar-besaran tanpa usaha pelestarian hutan yang memadai sudah saatnya
dihentikan.
Untuk mewujudkan upaya tersebut di atas perlu diupayakan reorientasi kebijakan pengelolaan
hutan yang mengacu pada prinsip keadilan dan pemerataan dalam memperoleh manfaat
sumberdaya hutan, prinsip demokrasi dalam proses pengelolaan hutan, serta prinsip
kelestarian sumberdaya hutan. Dalam kerangka reorientasi kebijakan pengelolan hutan tersebut,
perlu disimak lebih mendalam bahwacommunity based development dapat menjadi titik tolak
dalam memperbaharui system pengelolaan hutan yang lebih mendukung bagi pemberdayaan
ekonomi masyarakat.
Pembangunan kehutanan baik bangunan civil teknis maupun pembuatan hutan rakyat serta hutan
mangrove ini meliputi di dalam kawasan (milik pemerintah/Perum Perhutani) maupun di luar
kawasan (lahan milik rakyat). Bisa dibayangkan betapa masyarakat akan makmur bila program
ini berhasil. Di samping kekayaan hasil hutan yang mereka miliki yang memiliki nilai jual tinggi
juga adanya pemberdayaan masyarakat yang begitu gencar disosialisaikan adalah merupakan
sarana pengentasan masyarakat dari kemiskinan menuju kesejahteraan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang
berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan untuk membiayai investasi,
kurangnya akses ke pelayanan public, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan social
dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan menyebabkan
jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas.
Kemiskinan diyakini sebagai akar permasalahan hilangnya martabat manusia, hilangnya
keadilan, belum terciptanya masyarakat madani, tidak berjalannya demokrasi, dan terjadinya
degradasi lingkungan.
Program kemiskinan selama ini kurang berhasil disebabkan antara lain :
1. Bersifat Top-down
2. Sentralistik
3. Rendah partisipatif masyarakat
4. Berorientasi proyek
5. Peran pemerintah terlalu besar
6. Masyarakat hanya menerima
Melalui pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan melalui program
yang besifat :
a. Bottom-up planning
b. Desentralistik
c. Partisipasi masyarakat yang tinggi
d. Berorientasi tujuan
e. Peran LSM besar
f. Masyarakat sangat aktif
B. SARAN
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ø Anonim, 2003. Pedoman Umum Perberdayaan Masyarakat di Dalam dan Di Sekitar Hutan,
Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta.
Ø Anonim, 2003. Petunjuk Pelaksanaan GN RHL/Gerhan, Departemen Kehutanan. Jakarta.
Ø Dewi Mayavanie Susanti, TT. Peranan Perempuan Dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan.
Ø Faturochman, dkk. 2007. Membangun Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui
Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas
Gadjah Mada.
Ø Gregorius Sahdan, 2008. Menanggulangi Kemiskinan Desa. Jurnal Ekonomi Rakyat.
Ø Hubeis, A. V., 2004. Pemiskinan Masyarakat Sekitar Hutan, Makalah disampaikan pada acara
Sarasehan dan Kongres LEI Menuju CBO : Sertifikasi Di Simpang Jalan : Politik Perdagangan,
Kelestarian dan Pemberantasan Kemiskinan; Ruang Bina Karna Auditorium Ruang Rama, Hotel
Bumi Karsa Komp. Bidakara dan Karna, Jakarta, 19-22 Oktober 2004.
Ø I G. W. Murjana Yasa, TT.Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Partisipasi Masyarakat di
Provinsi Bali.Jurnal Ekonomi dan Sosial (INPUT).
Ø Novirianti, D, 2005. Pemberdayaan Hukum Perempuan Untuk Melawan Kemiskinan, Jurnal
Perempuan No.42

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, Namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan
sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini penulis membahas mengenai “ PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DESA”, dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Kesetaraan gender adalah istilah yang banyak diucapkan oleh para aktivis sosial,
kaum feminis, politikus, bahkan oleh para pejabat negara. Istilah kesetaraan gender secara
praktis hampir selalu diartikan sebagai kondisi "ketidaksetaraan" yang dialami oleh para
perempuan. Maka, istilah kesetaraan gender sering terkait dengan istilah-istilah diskriminasi
terhadap perempuan, subordinasi, penindasan, perlakuan tidak adil dan semacamnya. Dengan
kata lain, kesetaraan gender juga berarti adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan
untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan
pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan
ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.
Oleh karena, banyak bermunculan program atau kegiatan, terutama dilakukan oleh
beberapa LSM, untuk memperbaiki kondisi perempuan, yang biasanya berupa pelatihan tentang
isu-isu gender, pembangkitan kesadaran perempuan dan pemberdayaan perempuan dalam segi
kehidupan ekonomi, sosial, dan politik. Pemerintah pun juga tidak tinggal diam di dalam
melakukan pencapaian hasil dari kesetaraan gender. Salah satu target yang diharapkan dapat
dicapai pemerintah terkait dengan kesetaraan gender ini adalah dengan menghilangkan
ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada 2005 dan di semua jenjang
pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.

B. Rumusan Masalah
Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan Ketimpangan gender di tingkat
pendidikan dasar dan lanjutan pada 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun
2015

C. Tujuan
Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan menghilangkan
ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada 2005 dan di semua jenjang
pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
Dengan indicator :
1. Menyeimbangkan rasio anak perempuan tehadap anak laki-laki di tingkat pendidikan dasar,
lanjutan, dan tinggi, yang diukur melalui angka partisipasi murni anak perempuan terhadap anak
laki-laki.
2. Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki usia 15–24 tahun, yang diukur melalui angka
melek huruf perempuan/laki-laki (indeks paritas melek huruf gender).
3. Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor pertanian.
4. Proporsi kursi DPR yang diduduki perempuan.
BAB II
PEMBAHASAN
UUD 1945 Pasal 28B ayat (1) mengamanatkan bahwa “Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan
dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia” dan pasal 31 ayat 1
mengamanatkan bahwa ”setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.
Masih terdapat kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup lebarantarkelompok
masyarakat seperti antara penduduk kaya dan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan
penduduk perempuan, antara penduduk di perkotaan dan perdesaan, dan antardaerah.
Keadaan dan kecenderungan Indonesia telah mencapai kemajuan dalam meningkatkan
kesetaraan dan keadilan pendidikanbagi penduduk laki-laki dan perempuan. Hal itudapat
dibuktikan antara lain dengan semakin membaiknya rasio partisipasi pendidikan dan
tingkatmelek huruf penduduk perempuan terhadap penduduk laki-laki, kontribusi perempuan
dalam sektor non-pertanian, serta partisipasi perempuan dibidang politik dan legislatif. Untuk
mengukur kesenjangan partisipasi pendidikan antara penduduk perempuan dan penduduk laki-
laki digunakan rasio Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar
(APK).Indikator itu diperlukan karenaadanya perbedaan yang relatif besar antara
jumlahpenduduk perempuan dan penduduk laki-laki sehingga rasio jumlah siswa saja belum
dapat menggambarkan kesetaraan dan keadilan gender. APK juga digunakan mengingat masih
tingginya siswaberusia lebih tua dari kelompok usia yang semestinya (overage) sehingga APM
baik di tingkat SD/MI,SLTP/MTs maupun SLTA jauh lebih rendah dibandingkan APK.
A. PENDIDIKAN DASAR, MENENGAH DAN TINGGI.
Akses ke pendidikan.Pada jenjang pendidikandasar (SD/MI dan SLTP/MTs) rasio APM-
nya telahmencapai angka 100 %. Pada jenjang SLTA rasio APM selama sepuluh tahun terakhir
berkisar antara 95 dan 100,4 %,dan nilai pada 2002 adalah 97,1 %.
Secara keseluruhan, Indonesia telah mencapaikemajuan yang berarti dalam mencapai
kesetaraangender di bidang pendidikan.
(Gambar 3.1).

1. Pendidikan dasar dan lanjutan.


Terdapat kesetaraan gender di tingkat sekolah dasar, namun rasiodi sekolah lanjutan
pertama cenderung lebih dari100 %. Hal ini menunjukkan proporsi perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki (Gambar 3.2).
Diperlukan analisis lebih lanjut mengapapartisipasi penduduk laki laki relatif lebih
rendahdibandingkan perempuan.

2. Sekolah lanjutan atas dan perguruan tinggi.


Faktor yang menghambat akses perempuan kesekolah lanjutan atas dan perguruan tinggi
di antaranya :
· akses yang masih terbatas
· jumlah sekolah yang terbatas
· jarak tempuh yang jauh
Faktor tersebut diduga lebih membatasi anak perempuan untuk bersekolah dibandingkan
lakilaki.Perkawinan dini juga diduga menjadi sebab mengapa perempuan tidak melanjutkan
sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Di tingkat perguruan tinggi, rasio angka partisipasi perempuan terhadap lakilaki
meningkat dari 85,1% pada 1992 menjadi 92,8 % pada 2002. Namun terjadi penurunan pada
1997 dan 1998 yang mungkin berhubungan dengan krisis ekonomi yang menurunkan
kemampuan keluarga untuk membiayai pendidikan.

v Pandangan bias gender


Gejala pemisahan gender (gender segregation) dalam jurusan atau program studi sebagai
salah satu bentuk diskriminasi gender secara sukarela (voluntary discrimination) ke dalam
bidang keahlian masih banyak ditemukan.
Pemilihan jurusan-jurusan bagi anak perempuan lebih dikaitkan dengan fungsi domestik,
sementara itu anak laki-laki diharapkan berperan dalam menopang ekonomi keluarga sehingga
harus lebih banysak memilih keahlian-keahlian ilmu keras, tehnologi dan industri.
Penjurusan pada pendidikan menengah kejuruan dan pendidikan tinggi menunjukkan
masih terdapat stereotipi dalam sistem pendidikan di Indonesia yang mengakibatkan tidak
berkembangnya pola persaingan sehat menurut gender.Sebagai contoh bidang ilmu sosial pada
umumnya didominasi siswa perempuan,sementara bidang ilmu teknis umumnya didominasi
siswa laki-laki.
Pada tahun ajaran 2000/2001, persentase siswa perempuan yang bersekolah diSMK
program studi teknologi industri baru mencapai 18,5%, program studi pertanian dan kehutanan
29,7 %, sementara untuk bidang studi bisnis dan manajemen 64,6 %.
v Keragaman antarkelompok pengeluaran keluarga.
Hipotesis bahwa semakin rendah tingkat pengeluaran keluarga semakin rendah pula rasio
partisipasi penduduk perempuan terhadap laki-laki tidak tampak pada jenjang SD/MI dan
SLTP/MTs.
Susenas 2002 mengungkapkan bahwa APM penduduk perempuan pada kelompok miskin
(kuantil 1atau 20 %terbawah dari tingkat pengeluaran keluarga) sama atau sedikit lebih tinggi
dibanding penduduk laki-laki (Gambar 3.3).

Hal itu diduga karena faktor kemiskinan menyebabkan anak laki-laki secara budaya harus
bekerja dibandingkan anak perempuan.
Kondisi itu berbeda pada kelompok 20 %terkaya (kuantil 5) dengan angka partisipasi
penduduk laki-laki lebih tinggi dibanding penduduk perempuan pada semua jenjang pendidikan.
Analisis terhadap angka partisipasi kasar menunjukkan kecenderungan yang sama pula (Gambar
3.4).

Namun apabila angka partisipasi pendidikan dibandingkan antara penduduk kaya dan
penduduk miskin, dapat disimpulkan bahwa partisipasi penduduk miskin masih jauh tertinggal
dibanding penduduk kaya terutama pada jenjang SLTP-MTs ke atas baik pada penduduk laki-
laki maupun penduduk perempuan.
Karena itu, tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan partisipasi pendidikan
penduduk laki-laki dan perempuan pada kelompok miskin.
v Keragaman antara perkotaan dan pedesaan.
Tidak terdapat perbedaan rasio APM dan APK antara perkotaan dan pedesaan di jenjang
sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama.Namun pada jenjang SLTA partisipasi pendidikan
penduduk perempuan di pedesaan sedikit lebih tinggi dibandingkan didaerah perkotaan (Gambar
3.5 dan 3.6).

B. TINGKAT MELEK HURUF

v Indeks paritas
Data Susenas menunjukkan terjadinya perbaikan tingkat melek huruf pendudukdi
Indonesia. Secara nasional tingkat melek hurufpenduduk usia 15–24 tahun ke atas meningkat
dari96,2 % pada 1990 menjadi 98,7 % pada2002 (lihat Tujuan 2).

Namun kesenjangan tingkatmelek huruf laki-laki dan perempuan semakin kecil,yang


ditunjukkan oleh meningkatkan rasio angkamelek huruf penduduk perempuan terhadap
penduduk laki-laki usia 15–24 tahun, yaitu dari 97,9% pada 1990 menjadi 99,8 % pada 2002.

Apabila kelompok penduduk usia diatas 24 tahun diperhitungkan (15 tahun ke atas),maka
tingkat kesenjangan tingkat melek hurufpenduduk laki-laki dan perempuan menjadi semakin
lebar (Gambar 3.7).
v Keragaman tingkat melek huruf menurut pengeluaran keluarga.
Tingkat melek huruf penduduk perempuan naik secara berarti pada semuakelompok
pengeluaran keluarga dan sepanjangtahun.Tidak terdapat perbedaan tingkat melekhuruf yang
besar antara perempuan dan laki laki disemua kelompok (Gambar 3.8).

v Keragaman tingkat melek huruf antara perkotaan dan pedesaan.


Secara umum dapat disimpulkanbahwa tingkat melek huruf penduduk usia 15–24tahun
di pedesaan tidak memiliki perbedaan yangsignifikan dibandingkan penduduk perkotaan. Halini
ditunjukkan oleh angka melek huruf pendudukusia 15–24 tahun yang hanya sedikit lebih tinggi
diperkotaan dibanding pedesaan baik untuk laki-lakimaupun perempuan untuk semua kelompok
pengeluaran keluarga (Gambar 3.9).

Apabila kisaranusia diperlebar menjadi 15 tahun ke atas, tampakbahwa kesenjangan


tingkat melek huruf penduduklaki-laki dan perempuan di pedesaan (rasio 89, 1%) lebih besar
dibanding penduduk perkotaan (rasio 94,5%) (Gambar 3.10).
v Keragaman tingkat melek huruf antar provinsi.
Sementara rata-rata nasional angka melek hurufpenduduk perempuan sudah mendekati
100 %, masih terdapat beberapa provinsi yang angka melek huruf perempuan dan/atau laki-
lakinya lebihrendah dari rata-rata nasional, yaitu Papua, NTB, Jawa Timur, Bali; dan beberapa di
atas rata-ratanasional, seperti Sulawesi Selatan, Gorontalo, danNTT (Tabel 3.2).

C. KONTRIBUSI PEREMPUAN TERHADAP UPAH DI SEKTOR NON-PERTANIAN

Kecenderungan. Kontribusi penduduk perempuandalam pekerjaan upahan (wage


employment) untuksektor non-pertanian mengalami peningkatan dari1996 sampai dengan 1998,
yaitu dari 28,3%menjadi 37,6 %(Gambar 3.11).

Peningkatankontribusi terjadi di hampir semua provinsi. Beberapa provinsi seperti Jawa


Tengah, DI Yogyakarta,Bali, NTB, dan NTT bahkan telah mencapai lebihdari 50 %. Namun
sejak 1998 kontribusi perempuan itu menurun dari tahun ke tahun sehinggamenjadi 28,26% pada
2002.
Kecenderunganpenurunan terjadi hampir di semua provinsi.Kondisi itu diduga terkait
dengan krisis ekonomi yangterjadi sejak 1997 yang menyebabkan banyaknyapemutusan
hubungan kerja yang lebih banyak terjadi pada pekerja perempuan.

D. PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PARLEMEN

Pada periode 1992–1997, proporsi perempuan di DPR adalah 12 %. Pada periode


keanggotaan 1999-2004, dari seluruh anggota DPR yang berjumlah 500 orang, hanya 45 orang di
antaranya atau 9,9 % yang perempuan.Dan pada periode 2004-2009 adalah 11,6%.(Tabel 3.4).
Namun terdapat 82 % anggota DPR perempuan yang lulus perguruan tinggi. Ini lebih
banyak dibandingkan anggota DPR laki laki dengan tingkat pendidikan yang sama, yaitu 75 %.

E. TANTANGAN
Tantangan yang dihadapi dalam rangka menghapuskan kesenjangan gender antara lain
adalah :
· Meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan disegala bidang pembangunan, terutama
dibidang pendidikan kesehatan, ekonomi dan pengambilan keputusan
· Merevisi peraturan perundang-undangan yang bias gender/ deskriminatif terhadap perempuan
· Meningkatkan kesempatan kerja dan partisipasi perempuan dalam pembangunan politik dan
melaksanakan strategi pengarusutamaan gender diseluruh tahapan pembangunan dan diseluruh
tingkat pemerintahan (nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota)
· Dibidang pendidian tantangan yang dihadapi antara lain yaitu : meningkatkan kualitas dan
relevansi pendidikan, menyediakan pelayanan pendidikan secara lebih luas dan beragama, dan
menyempurnakan seluruh materi bahan ajar agar responsive gender.

F. KEBIJAKAN DAN PROGRAM

Kebijakan.
Untuk mencapai target, kebijakan yang diambil adalah
· mewujudkan persamaanakses pendidikan yang bermutu dan berwawasan gender bagi semua
anak laki-laki dan perempuan;
· menurunkan tingkat buta huruf penduduk desa terutama penduduk perempuan melalui
peningkatan kinerja pendidikan pada setiap jenjang pendidikan, baik melalui sekolah maupun
luar sekolah,
· pendidikan kesetaraan dan pendidikan baca tulis fungsional bagi penduduk dewasa
· meningkatkan kemampuan kelembagaan pendidikan dalam mengelola dan mempromosikan
pendidikan yang berwawasan gender.

Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas,


kebijakan diarahkan pada penyelenggaraan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun,
penurunan secara signifikan jumlah penduduk yang buta aksara, pengingkatan keadilan dan
kesetaraan pendidikan antar kelompok masyarakat termasuk antara penduduk laki-laki dan
perempuan.

Strategi.
Kebijakan itu dilaksanakan melalui limastrategi utama, yaitu:
· penyediaan akses pendi-dikan yang bermutu, terutama pendidikan dasar secara merata bagi
anak laki-laki dan perempuanbaik melalui pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar
sekolah
· penyediaan akses pendidikan kesetaraan bagi penduduk usia dewasa yang tidak dapat
mengikuti pendidikan sekolah
· peningkatan penyediaan pelayanan pendidikan baca tulis untuk meningkatkan derajat melek
huruf, penduduk terutama koordinasi, informasi, dan edukasi dalam rangka mengarusutamakan
pendidikan berwawasan gender
· pengembangan kelembagaan institusi pendidikan baik di tingkat pusat maupun daerah
mengenai pendidikan berwawasan gender.
Sasaran.
Sasaran kinerja pendidikan berwawasangender yang ingin dicapai dalam akses
pendidikan adalah
· meningkatnya partisipasi pendidikan penduduk usia sekolah yang diikuti dengan semakin
seimbangnya rasio siswa laki-laki dan perempuan, peningkatan perempuan untuk semua jenjang
pendidikan;
· meningkatkan partisipasi penduduk miskin laki-laki dan perempuan terutama yang tinggal di
daerah pedesaan yang masih rendah sehingga menjadi setara dengan penduduk dari kelompok
kaya
· meningkatkan derajat melek huruf penduduk baik laki-laki maupun perempuan dengan rasio
yang semakin setara.
Prioritas.
Kondisi kesetaraan gender dalam pendidikan yang beragam seperti diuraikan pada
bagiansebelumnya memerlukan bentuk-bentuk intervensiyang bervariasi sehingga berbagai
program yangdilaksanakan benar-benar dapat menurunkan kesenjangan pendidikan antara laki-
laki dan perempuan.
Untuk jenjang sekolah dasar atau kelompokpenduduk usia 7–12 tahun, dengan rasio
siswa laki-laki dan perempuan yang sudah baik, penentuanprioritas perlu mempertimbangkan
keragaman antar wilayah atau provinsi dan kelompok pendapatan.
Pada jenjang SLTP/MTs atau kelompok usia 13–15tahun diketahui bahwa partisipasinya
masih cukuprendah. Karena itu, upaya peningkatan partisipasiharus diupayakan baik pada
penduduk laki-laki danperempuan.Namun dengan diketahuinya artisipasi pendidikan penduduk
laki-laki kelompok 40persen termiskin lebih rendah dibandingkan penduduk perempuan, upaya
yang lebih intensif untuk meningkatkan partisipasi kelompok itu sangatdiperlukan.Dengan
asumsi bahwa partisipasi pendidikan yang lebih rendah itu salah satunya karenabekerja, upaya
untuk mengembalikan mereka kesekolah menjadi sangat penting.
Untuk meningkatkan pendidikan baca tulis, sangat jelas bahwatingkat melek huruf
penduduk perempuan masihjauh lebih rendah dibandingkan dengan penduduk laki-laki baik di
pedesaan maupun di perkotaan,di setiap kelompok usia penduduk dewasa, dan di setiap
kelompok pengeluaran keluarga. Namun prioritas utama diberikan pada upaya peningkatan
kemampuan baca tulis penduduk perempuanyang miskin, yang tinggal di daerah perdesaan
danberusia lebih dari 25 tahun karena kelompok inilahyang memiliki tingkat melek huruf paling
rendahyang diikuti oleh penduduk laki-laki kelompok usiayang sama, yang miskin dan tinggal di
perdesaan.
Seluruh upaya untuk meningkatkan partisipasi pendidikan dan tingkat melek huruf
penduduk tersebut di atas didukung dengan upaya peningkatankemampuan kelembagaan
pendidikan sehinggamemiliki kemampuan dalam merencanakan pendidikan yang tanggap
gender, disamping meningkatkan pemahaman semua pihak mengenai pentingnya pendidikan
baik untuk laki-laki maupunperempuan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi program-program pembangunan jangka menengah dan tahunan terus dikembangkan
agar responsive gender.Program-program tersebut ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup
dan perlindungan perempuan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, hokum,
ketenagakerjaan, social, politik, lingkungan hidup dan ekonomi. Program lainnya yang dilakukan
adalah memperkuat pengarusutamaan gender, terutama ditingkat kabupaten/ kota.
Dan berbagai kebijakanpun dilakukan guna : meningkatkan keterlibatab perempuan
dalam proses politik dan jabatan public, meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan
serta bidang pembangunan lainnya untuk mempertinggi kualitas hidup perempuan,
menyempurnakan perangkat hukum untuk melindungi setiap individu dari berbagai tindak
kekerasan, ekspolitasi dan diskriminasi, dan memperkuat kelembagaan, koordinasi dan jaringan
pengarustamaan gender dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari
berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di segala bidang, termasuk pemenuhan
komitmen-komitmen internasional, penyediaan data dan statistic gender, serta peningkatan
partisipasi masyarakat.

B. SARAN
Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas,
kebijakan diarahkan pada penyelenggaraan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
Untuk penurunan secara signifikan jumlah penduduk yang buta huruf, dan peningkatan keadilan
dan kesetaraan pendidikan antarkelompok masyarakat termasuk antara penduduk laki-laki dan
perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com dikutip dari wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa


Indonesia
http://www.google.mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.com
http://www.ristek.go.id/?module=News+News&id=5095
Chiongson Rea Abada, United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment
of Women. Jakarta : 2010

Adanya pemahaman ajaran agama yang “terlanjur” menganggap kaum lelaki memiliki
superioritas terhadap kaum perempuan.
4 . P o l i t i k
Minimnya kesempatan berpolitik terhadap perempuan
5 . E k o n o m i
Lemahnya ekonomi perempuan sehingga secara mayoritas perempuan
memilikiketergantungan yang tinggi kepada kaum lelaki, terutama dalam
memenuhikebutuhan
hidupnya.A k a n t e t a p i , k i t a b i s a m e n g a m b i l l a n g k a h s e l a n j u t n y a d e n g a n m e l a
k u k a n g e r a k a n perubahan yaitu berusaha memberdayakan perempuan melalui beberapa hal s
ebagai berikut:
1 . P e n d i d i k a n
Memberikan kesempatan tak terbatas bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan.Melalui
pendidikan ini diharapkan pemikiran perempuan
akanm e n j a d i l e b i h b e r k u a l i t a s s e h i n g g a d a p a t b e r k o n t r i b
u s i d a l a m pembangunan.
2 . B u d a y a
M e l a k u k a n r e f o r m a s i b u d a y a y a n g m e n d i s k r e d i t k a n p e r e m p u a n d a l a m kehidu
pan sehari-hari.
3 . A g a m a
14

Melakukan pengkajian ulang terhadap ajaran agama yang sudah “terlanjur”d i p a h a m i s e b a g a i


l e g i t i m a s i s u p e r i o r i t a s k a u m l e l a k i t e r h a d a p k a u m perempuan.
4 . P o l i t i k
Memberikan kesempatan berpolitik kepada perempuan terutama untuk memperjuangk
an hak mereka.
5 . E k o n o m i
Memperkuat ekonomi perempuan sehingga secara mayoritas tidak
memiliki ketergantungan berarti kepada kaum lelaki dalam memenuhikebutuhan hidup
di bidang ekonomi. Dapat ditempuh dengan cara
melatihd a n m e m b i n a p e r e m p u a n u n t u k d a p a t b e r k a r y a w a l a u p u n
di rumah.Membuat aneka penganan atau kerajinan tangan yang bisa dijual
d a n menghasilkan uang.15

PENUTUP
P e n y u s u n d a p a t m e n y i m p u l k a n b e b e r a p a p o k o k p i k i r a n d a r i penjelasan panjang
makalah ini,
yaitu:1 . p e n t i n g n y a b a g i p a r a p e r e m p u a n m e n y
a d a r i d a n menumbuhkembangkan kemampuan dan potensi dirinya2.kita
hendaknya juga menyadari peranan seorang
perempuany a n g t i d a k h a n y a b e r k u t a t d e n g a n r u t i n i t a s k e i b u a n n y a teta
pi juga memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk mengaktualiasasikan diri sesuai
dengan
kodratnya.3 . p e m b e r d a y a a n p e r e m p u a n k i r a n y a d a p a t m e n j a d i b a h a n p e
m i k i r a n d a n u s a h a b e r s a m a g u n a m e n e m p a t k a n perempua
n pada posisi yang tepat dan bermanfaat pula bagipembangunan bangsa
ini.4 . p e m b e r d a y a a n p e r e m p u a n s a l a h s a t u n y a d a p a t d i t e m p u h m e l a l u i b i d a n
g p e n d i d i k a n , b u d a y a , a g a m a , p o l i t i k d a n ekonomi.
16

LATAR BELAKANG
Di Era globalisasi seperti sekarang ini setiap Negara dituntut untuk menjadikan kondisi
kehidupan ekonominya menjadi semakin efektif, efisien, dan kompetitif.Indonesia merupakan
Negara berkembang yang terus mengupayakan pembangunan.Tujuan dari pembangunan adalah
untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di
dalam masyarakat tersebut.Oleh sebab itu dibutuhkan gagasan-gagasan, penerapan tekhnologi
terkini yang mendukung program pembangunan, dan strategi yang tepat dalam memberdayakan
dan menumbuhkan UKM (Usaha Kecil Menengah) yang nantinya mampu menjadi kekuatan
ekonomi nasional.Strategi pembangunan di Indonesia dimulai dengan peningkatan pemerataan
pembangunan di daerah pedesaan.Masyarakat sebagai subyek pembangunan harus memiliki
kesadaran untuk memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik.
Wilayah pedesaan selalu dicirikan dengan rendahnya tingkat produktivitas kerja,
tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas hidup dan pemukiman.Pedesaan dianggap
sebagai daerah yang tertinggal, miskin, dan pembangunannya lambat karena jauh dari pusat
pemerintahan.Padahal sebenarnya kawasan pedesaan memiliki potensi sumber daya alam yang
melimpah, hanya saja belum dimanfaatkan dengan maksimal.Masyarakat desa masih
menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian, dan bergantung pada alam
(musim).Pengembangan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya masih
sangat minim.Hal tersebut dilatar belakangi oleh faktor pendidikan yang rendah, minimnya
modal untuk pengembangan, dan anggapan bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang
miskin yang hidup dengan sederhana dan kemiskinan tersebut merupakan warisan dari nenek
moyangnya.Indonesia merupakan Negara agraris, dan pedesaan merupakan pusat perekonomian
rakyat.Saat ini Indonesia dalam fase berkembang, untuk itu potensi-potensi yang dimiliki harus
terus dikembangkan.Terutama potensi yang ada di desa yang selama ini masih belum optimal
pengembangannya.Desa memiliki dua potensi yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangannya,
yaitu sumber daya alam dan sumber daya manusia.Kedua sumber daya tersebut harus saling
mendukung dan melengkapi, pengembangan sumber daya alam harus dibarengi dengan
peningkatan sumber daya manusianya.
Kegiatan pengembangan masyarakat merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengembangkan suatu kelompok tertentu di suatu daerah.Pengembangan masyarakat tersebut
biasa dikenal dengan istilah pemberdayaan (empowerment) masyarakat.pemberdayaan berpusat
pada rakyat sehingga rakyat berperan aktif dalam proses pembedayaan tersebut. Pemberdayaan
masyarakat bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri, mampu menggali dan
memanfaatkan potensi-potensi yang ada didaerahnya, dan membantu masyarakat untuk terbebas
dari keterbelakangan atau kemiskinan.Setiap desa memiliki potensi, kondisi daerah, dan
karakteristik masyarakat yang berbeda-beda.Intinya bahwa masing-masing desa memiliki ciri
khas yang berbeda dengan desa lainnya.Untuk itu dalam upaya pemberdayaan, masyarakat desa
setempat harus lebih banyak terlibat dalam kegiatan tersebut.Karena masyarakatnya lebih
mengetahui potensi dan kondisi desanya.Pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator yang
mendukung program pemberdayaan.Pemberdayaan masyarakat tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, karena yang menjadi subyek dari pemberdayaan adalah masyarakat desa itu
sendiri.
Beberapa tahun belakangan ini sudah ada beberapa program pemberdayaan
masyarakat.sebagai contoh PNPM Mandiri, BLT (Bantuan Langsung Tunai), kredit untuk usaha
mikro, danhome industry (industri rumah). Program pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk
menciptakan manfaat sosial, melalui proyek-proyek padat karya untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan memperoleh keuntungan dari hasil usaha mereka.Usaha dalam pemberdayaan
masyarakat tiap desa berbeda-beda, karena memang masing-masing desa memiliki ciri khas dan
potensi yang berbeda.Salah satu contoh pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Purworejo
adalah home industry “krimpying Yu Kas”.Krimpying merupakan salah satu makanan khas di
Purworejo berbahan dasar ketela, yang telah berhasil dikembangkan oleh masyarakat di Desa
Bugel, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo.

PEMBAHASAN
Saat ini pembangunan tidak lagi berpusat pada pemerintah, tetapi lebih terpusat pada
masyarakat.Dan diharapkan mampu menciptakan kemampuan bagi masyarakat untuk
membangun diri mereka sendiri melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDL). PSDL
merupakan mekanisme perencanaan people centered development yang menekankan pada
tekhnologi social learning (proses belajar sosial) dan strategi perumusan program yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengaktualisasikan diri mereka
(empowerment) (Tjokroaminoto, 1996).
Ada beberapa definisi mengenai konsep pemberdayaan. Menurut Ife (dalam Martono,
2011) mendefinisikan konsep pemberdayaan masyarakat sebagai proses menyiapkan masyarakat
dengan berbagai sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk meningkatkan
kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan
memengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri. Kartasasmita (1995),
mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan.Intinya bahwa pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk melahirkan
masyarakat yang mandiri dengan menciptakan kondisi yang memungkinkan potensi masyarakat
dapat berkembang. Setiap daerah memiliki potensi yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan
membantu meningkatkan kualitas hidup mereka dan melepaskan diri dari keterbelakangan dan
ketergantungan. Masyarakat memiliki peranan penting dalam upaya pemberdayaan masyarakat
tersebut, karena masyarakat merupakan subyek dari pemberdayaan.Jadi pemberdayaan
masyarakat tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
Purworejo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki potensi yang
dapat dikembangkan.Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, diantaranya
ada petani sawah, petani tembakau, dan petani ketela.Karena sebagian besar lahannya merupakan
lahan pertanian.Petani tembakau adalah mereka yang tinggal didaerah dataran tinggi, apabila
petani ketela ada yang didaerah dataran rendah dan ada pula yang berada didaerah dataran
tinggi.Purworejo memiliki beberapa jenis makanan khas, diantaranya adalah kue lompong,
krimpying atau lanting, clorot, dan dawet hitam.Banyak masyarakat purworejo yang
memproduksi dan memasarkan makanan-makanan tersebut.Salah satu makanan khas purworejo
yang sudah dikembangkan adalah krimpying atau lanting.Krimpying adalah makanan yang
terbuat dari ketela yang dibentuk seperti cincin dan digoreng yang rasanya gurih dan agak
keras.Pengrajin krimpying rata-rata adalah mereka yang tinggal di daerah Bagelen dan
Krendetan.Ada beberapa industri-industri rumah yang memproduksi krimpying, tetapi yang
paling terkenal adalah krimpying “Yu Kas”.“Yu Kas” adalah sebuah industri rumahan yang
memproduksi dan memasarkan krimpying yang terletak di Desa Bugel, Kecamatan Bagelen,
Kabupaten Purworejo. Nama “Yu Kas” diambil dari nama pemiliknya yaitu Ibu Kasminah.
Industri pembuatan krimpying tersebut dimulai sejak tahun 1997, saat ini krimpying Yu
Kas memiliki 25 orang tenaga kerja, 20 orang sebagai tenaga tetap dan 5 orang sebagai tenaga
bantu. Tenaga kerjanya ada yang berasal dari desa bugel itu sendiri, dan ada yang berasal dari
desa bapangsari.Ada dua produk krimpying atau lanting dari Yu Kas, yaitu Krimpying Yu Kas
dan lanting Caca.Bahan dasar pembuatan krimpying adalah ketela, dan bumbunya diantaranya
bawang putih, kemiri, dan garam.Cara pembuatan krimpying tersebut yaitu pertama ketela
dikupas, lalu dicuci, diparut.Kemudian dipres untuk dipisahkan antara ketela dan airnya.Setelah
itu 1/3 dari adonan tersebut dikukus, dan 2/3nya dibiarkan mentah.Lalu kedua adonan tersebut
dicampur menjadi satu, menggunakan molen.Kemudian dibentuk seperti cincin, digoreng,
dikeringkan, lalu dikemas.
Dalam satu hari ada 5 kwintal krimpying yang dipasarkan, dan pemasarannya di daerah
Purworejo, Kutoarjo, Wates, Yogyakarta, dan daerah Jawa Tengah. Krimpying Yu Kas berasal
dari desa Bugel, yang kemudian dijadikan slogan oleh Yu Kas yang artinya Bersih Utuh Gurih
Enak Lezat. Harga dari krimpying Yu Kas terbilang murah dan terjangkau. Untuk satu
bungkusnya dijual dengan harga Rp 7000,00.

Krimpying Yu Kas merupakan salah satu contoh kesuksesan program pemberdayaan


masyarakat, dengan mengembangkan produk khas dari daerahnya yaitu Kabupaten Purworejo.
Bahan baku pembuatan krimpying juga mudah didapat, karena memang didaerah Purworejo
banyak terdapat pohon ketela. Mudahnya cara mendapatkan bahan baku membuat produksi
krimpying menjadi mudah. Diantara beberapa makanan khas di Purworejo, krimpying
merupakan salah satu produk unggulan yang sangat potensial untuk
dikembangkan.Pengembangan usaha tersebut membutuhkan perhatian dari pemerintah.Saat ini
usaha krimpying Yu Kas telah mendapatkan perhatian dari pemerintah, yaitu dari Dinas Perindag
Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Perindagkop Kabupaten Purworejo dengan melaksanakan
pendampingan GMP (Good Manufacturing Practice). GMP adalah suatu pedoman yang
menjelaskan bagaimana memproduksi makanan agar bermutu, dan layak untk dikonsumsi dan
berisi penjelasan-penjelasan tentang persyaratan minimum dan pengolahan umum yang harus
dipenuhi dalam penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai pengolahan dari mulai bahan
baku sampai produk akhir (http://www.purworejokab.go.id).
Pendampingan GMP tersebut dilakukan dengan melakukan pengamatan dari awal
produksi yaitu persiapan bahan baku sampai proses pengepakan. Dan mengamati para pekerja,
tempat dan cara kerjanya. GMP bertujuan untuk memberikan standar produk yang baik dengan
melalui pengendalian mutu produk. Hal tersebut akan sangat membantu usaha krimpying Yu Kas
untuk terus berkembang karena pihak pemerintah sudah memberikan suatu bentuk perhatian.
Usaha Yu Kas harus terus melakukan perbaikan untuk menciptakan produk dan mutu yang
terbaik.Saat ini pemasarannya hanya didaerah Jawa Tengah dan Yogyakarta.Untuk kedepannya
harus diperluas lagi daerah pemasarannya, misal ke Jawa Barat, Jawa Timur, dan sebagainya.
Diharapkan usaha krimpying Yu Kas tersebut dapat menjadi contoh dari kegiatan
pemberdayaan masyarakat dan dijadikan pedoman untuk usaha lainnya khususnya didaerah
Purworejo.Karena banyak dari sumber daya alam di daerah Purworejo yang belum dimanfaatkan
dengan baik.Upaya pemberdayaan masyarakat memang harus dilakukan secara bertahap. Proses
pemberdayaan tersebut bisa dilakukan melalui tiga fase, yaitu:
a. Fase Inisiasi, bahwa semua proses pemberdayaan berasal dari pemerintah dan masyarakat hanya
melaksanakan apa yang direncanakan dan diinginkan oleh pemerintah dan tetap tergantung oleh
pemerintah.
b. Fase Partisipatoris, bahwa proses pemberdayaan berasal dari pemerintah bersama masyarakat,
oleh pemerintah dan masyarakat, dan diperuntukkan bagi rakyat.
c. Fase Emansipatoris, proses pemberdayaan berasal dari rakyat dan untuk rakyat dengan
didukung oleh pemerintah bersama masyarakat (Pranaka dan Prijono, 1996).
Pemberdayaan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan
pemerintah.Tetapi yang menjadi subyek dari pemberdayaan adalah masyarakat. Sehingga
masyarakat yang harus berperan aktif, dan mengeluarkan aspirasinya demi kelancaran proses
pemberdayaan. Usaha pemberdayaan ditujukan untuk menciptakan masyarakat yang mandiri,
tidak ketergantungan, dan mampu meningkatkan kualitas hidupnya.Pemerintah sebagai fasilitator
berkewajiban untuk memberikan pembelajaran dan pengetahuan bagi masyarakat untuk
membangun tingkat kemandirian (Wijaya, 2010).Diharapkan masyarakat memiliki pengetahuan
tentang konsep pemberdayaan dan memiliki pemikiran yang matang untuk mengembangkan
usaha, serta memiliki daya saing.

KESIMPULAN
Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di didalam masyarakat.Pemberdayaan
(empowerment) masyarakat merupakan salah satu program yang digalakkan oleh pemerintah
untuk membangkitkan UKM (Usaha Kecil Menengah).Dengan adanya program tersebut
diharapkan UKM di Indonesia mampu menjadi kekuatan ekonomi nasional.Pemberdayaan
dimaksudkan untuk menjadikan masyarakat yang mandiri, bebas dari ketergantungan, dan
mampu mengembangkan perekonomian.Pembangunan dapat berjalan dengan baik apabila pihak
pemerintah dan masyarakatnya saling mendukung. Dukungan masyarakat dalam proses
pembangunan dengan melalui aktivitas pemberdayaan yang dilakukan secara kontinyu.
Pemberdayaan masyarakat berpusat pada masyarakat, oleh sebab itu masyarakatlah yang
memiliki peranan aktif dalam upaya pemberdayaan tersebut.
Masyarakat memiliki wewenang dan hak untuk menentukan usaha apa yang akan
dikembangkan, karena masyarakat lokal lebih mengetahui kondisi dan potensi daerah mereka.
Pemerintah sebagai fasilitator berkewajiban untuk memberikan dukungan, pengetahuan,
pengajaran, dan penyuluhan kepada masyarakat demi kesuksesan program pemberdayaan
masyarakat.Pemerintah harus selalu memberikan pendampingan kepada masyarakat agar sumber
daya alam dan sumber daya manusianya dapat dikembangkan dengan maksimal.Sumber daya
alam di Indonesia banyak yang belum dimanfaatkan dengan baik, untuk itu masyarakat yang
dibantu oleh pemerintah harus mampu menggali dan mengoptimalkan potensi yang
ada.Pengetahuan tentang konsep pemberdayaan juga harus dipahami dengan benar oleh
masyarakat, agar masyarakat mampu mengembangkan usaha sesuai dengan potensi yang ada
didaerahnya dan memiliki daya saing untuk menghadapi pangsa pasar. Pemberdayaan
masyarakat yang baik akan menghasilkan masyarakat yang mandiri, bebas dari ketergantungan
dan keterbelakangan. Dan mampu menjadi kekuatan ekonomi nasional.

DAFTAR PUSTAKA
Humas. 2012. Krimpying Yu Kas Mendapat Pendampingan
GMP.http://www.purworejokab.go.id diakses pada tanggal 31 Oktober 2012.
Kartasasmita, Ginanjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat. Kumpulan Materi Community Development:
Pustaka Pribadi Alizar Isna.Msi.
Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial : Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan
Poskolonial. Jakarta: Rajawali Press.
Pranaka, A.M.W., dan Onny S. Prijono, (eds.). 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta: CSIS.
Tjokrowinoto, Moeljarto. 1996. Pembangunan: Dilema dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wijaya, Mahendra. 2010. Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Journal of Rural and
Development FISIP Universitas Sebelas Maret diakses pada tanggal 27 Oktober 2012.

Anda mungkin juga menyukai