Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Koperasi

Kata koperasi diambil dari Bahasa Inggris, yakni cooperation. Jika diterjemahkan ke


dalam Bahasa Indonesia, artinya kerja sama.

Menurut UU No 25 tahun 1992, koperasi dapat diartikan sebagai sebuah badan usaha
yang beranggotakan sekumpulan orang yang kegiatannya berlandaskan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi kerakyatan yang berasas kekeluargaan. Sementara
itu, menurut bapak proklamator kita, Mohammad Hatta, yang sekaligus menjadi bapak
Koperasi, koperasi adalah suatu jenis badan usaha bersama yang menggunakan asas
kekeluargaan dan gotong royong.

Dengan demikian, tidak heran jika pengelolaan koperasi mengarah pada kegiatan tolong-
menolong untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya.
Itulah salah satu sebab mengapa koperasi sangat bermanfaat untuk banyak orang.

B. Fungsi Koperasi

Didirikannya koperasi tentu memiliki tujuan dan fungsi. Di bawah ini akan kita bahas apa
saja fungsi dan tujuan dari didirikannya koperasi.

1. Membangun dan Mengembangkan

Fungsi pertama dari koperasi, yaitu membangun sekaligus mengembangkan potensi dan
kemampuan anggotanya secara khususnya dan masyarakat secara umum. Demikian juga,
untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan ekonomi rakyat.

2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)

Fungsi kedua dari koperasi, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
masyarakat secara aktif. Kualitas SDM yang semakin meningkat akan memberikan
manfaat bagi perekonomian.

3. Memperkuat Ketahanan Ekonomi Kerakyatan


Fungsi ketiga dari koperasi, yaitu memperkuat ketahanan ekonomi kerakyatan. Fungsi ini
bisa dikatakan sebagai pondasi kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan
menjadikan koperasi sebagai sokogurunya.

4. Mewujudkan dan Mengembangkan Perekonomian Nasional

Fungsi keempat dari koperasi, yaitu mewujudkan dan mengembangkan perekonomian


nasional dengan menggunakan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

C. Tujuan Koperasi

Rasanya belum lengkap kalau hanya membahas pengertian, sejarah, fungsi koperasi,
tetapi tidak membahas tujuan koperasi itu sendiri. Berikut tujuan-tujuan koperasi.

a. Meningkatkan kehidupan ekonomi anggota koperasi dan masyarakat di sekitarnya.

b. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota koperasi dan masyarakat di sekitarnya.

c. Membantu pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat yang adil dan
makmur

d. Menjadi sokoguru dalam perekonomian nasional.

e. Membantu produsen dengan memberikan penawaran harga yang relatif lebih tinggi.

f. Membantu konsumen dengan memberikan penawaran harga yang relatif lebih terjangkau.

g. Memberikan bantuan peminjaman modal kepada unit-unit usaha skala mikro dan kecil.

D. Peran Koperasi Dalam Peningkatan Perekonomian Masyarakat

Sebagaimana salah satu fungsi dan tujuan koperasi dalam peningkatan perekonomian
masyarakat, terdapat berbagai peran koperasi dalam pengningkatan perekonomian
masyarakat.

Pengertian Kemiskinan
Supriatna (1997:90) menyatakan bahwa kemiskinan adalah situasi yang serba terbatas yang
terjadi bukan atas kehendak orang yang bersangkutan. Suatu penduduk dikatakan miskin bila
ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan dan gizi
serta kesejahteraan hidupnya, yang menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. Kemiskinan bisa
disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia yang ada, baik lewat jalur pendidikan formal
maupun nonformal yang pada akhirnya menimbulkan konsekuensi terhadap rendahnya
pendidikan informal.
Sebab-sebab Terjadinya Kemiskinan dan Karakteristiknya
1. Terjadinya Kemiskinan
Sharp, et.al (dalam Kuncoro, 1997:131) mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan
dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya
ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan
yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan
kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas
sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya
rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia
ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau
karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious
circle of poverty) menurut Nurkse (dalam Kuncoro, 1997:132): adanya keterbelakangan,
ketidaksempumaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas.
Rendahnya produktivitasnya mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima.
Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi.
Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya.
2. Karakteristik Kemiskinan
Moeljarto (1995:98) mengemukakan tentang Poverty Profile sebagaimana berikut:
Masalah kemiskinan bukan saja masalah welfare akan tetapi mengandung enam buah
alasan antara lain : (a) Masalah kemiskinan adalah masalah kerentanan. (b) Kemiskinan
berarti tertutupnya akses kepada berbagai peluang kerja karena hubungan produksi dalam
masyarakat tidak memberi peluang kepada mereka untuk berpartisipasi dalam proses
produksi. (c) Masalah ketidakpercayaan, perasaan impotensi, emosional dan sosial dalam
menghadapi elit desa dan para birokrat yang menentukan keputusan menyangkut dirinya
tanpa memberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, sehingga membuatnya tidak
berdaya. (d) Kemiskinan juga berarti menghabiskan sebagian besar penghasilannya untuk
konsumsi pangan dalam kualitas dan kuantitas terbatas. (e) Tingginya rasio
ketergantungan, karena jumlah keluarga yang besar. (f) Adanya kemiskinan yang
diwariskan secara terus menerus. Selanjutnya Supriatna (1997:82) mengemukakan lima
karakteristik penduduk miskin, antara lain: 1.Tidak memiliki faktor produksi sendiri.
2.Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan
sendiri. 3.Tingkat pendidikan pada umunya rendah. 4.Banyak diantara mereka tidak
mempunyai fasilitas . 5. Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai
keterampilan atau pendidikan yang memadai.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Korten (dalam Hikmat, 2004:15-16) menyatakan bahwa ada tiga dasar untuk melakukan
perubahanperubahan struktural dan normatif dalam pembangunan yang berpusat pada
rakyat:
1.Memusatkan pemikiran dan tindakan kebijakan pemerintah pada penciptaan keadaan-
keadaan yang mendorong dan mendukung usaha-usaha rakyat untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, dan untuk memecahkan masalah-masalah mereka
sendiri di tingkat individual, keluarga, dan komunitas.
2.Mengembangkan struktur-struktur dan proses organisasi-organisasi yang berfungsi
menurut kaidah-kaidah sistem organisasi.
3.Mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi yang diorganisasi secara teritorial
yang berlandaskan pada kaidah-kaidah pemilikan dan pengendalian lokal.
Sementara itu Rondinelli, (1990:91) mengemukakan ada tiga strategi dasar program yang
bertujuan untuk membantu penduduk miskin yakni: 1.Bantuan disalurkan ke tempat
dimana mayoritas orang miskin hidup, melalui program pembangunan desa terpadu atau
proyek produksi pelayanan yang berorientasi pada penduduk desa. 2.Bantuan dipusatkan
untuk mengatasi cacat standar kehidupan orang-orang miskin melalui program kebutuhan
dasar manusia. 3.Bantuan dipusatkan pada kelompok yang mempunyai ciri sosio
ekonomi yang sama yang mendorong atau mempertahankan mereka untuk terus
berkubang di dalam lingkaran kemiskinan melalui proyek yang dirancang bagi
masyarakat tertentu.

Penanggulangan kemiskinan melalui koperasi


Upaya Pemberdayaan Masyarakat Melalui Revitalisasi Koperasi Unit Desa
Pemberdayaan (empowerment) berarti memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat/
individu untuk menggali potensi yang dimiliki untuk kemudian ditingkatkan kualitasnya agar
mampu tumbuh dan berkembang. Berkaitan dengan hal tersebut pemberdayaan masyarakat
merupakan sebuah gerakan yang memberikan dorongan kepada masyarakat dengan tujuan agar
dapat mengoptimalkan potensi diri sehingga dapat meningkatkan kualitas dan taraf hidup.
Memberdayakan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Keberdayaan
masyarakat adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat untuk bertahan, dan
mengembangkan diri untuk mencapai kemajuan. Revitalisasi koperasi dapat tercapai dengan baik
apabila anggota masyarakat yang terlibat didalamnya telah secara otomatis ikut direvitalisasi.
Masyarakat sebagai bagian penting dalam koperasi diharapkan mampu meningkatkan
perekonomian melalui ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki softskill dan jiwa
wirakoperasi dalam mengelola koperasi unit desa. Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah
suatu usaha atau upaya dalam mensejahterakan kehidupan masyarakat dengan tujuan akhir untuk
mengurangi tingkat pengangguran. Konteks terkait kesejahteraan masyarakat, beberapa teori
seperti teori ekonomi kesejahteraan, teori ekspektasi, teori motivasi, dan teori Y menjelaskan: (1)
secara substansial, kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti lingkungan
yang ada di sekitar masyarakat miskin dan intervensi pemerintah dan beberapa faktor internal
(faktor demografis) seperti tingkat pendidikan, kemampuan kerja, motivasi kerja, kinerja,
pengalaman kerja, dan karakteristik individual; (2) perubahan kesejahteraan masyarakat ke arah
lebih baik atau lebih tinggi merupakan tujuan utama dari implementasi program peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian upaya pemberdayaan masyarakat melalui revitalisasi
koperasi unit desa dipandang perlu dilakukan baik dari segi pemberdayaan, pelaksanaan,
pengelolaan maupun pengawasan. Hal tersebut dilakukan agar koperasi unit desa dapat dijadikan
wadah pengembangan kemampuan diri dan peningkatan perekonomian yang akan juga
berdampak langsung pada peningkatan kualitas dan taraf hidup anggota dan masyarakat sekitar
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pengembangan Model Usaha Terbimbing
Untuk melakukan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat diwujudkan dengan menerapkan
prinsip-prinsip dasar pendampingan masyarakat (Karsidi, 1988)15, sebagai berikut:
1. Belajar Dari Masyarakat Prinsip yang paling mendasar adalah prinsip bahwa untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti, dibangun pada pengakuan
serta kepercayaan akan nilai dan relevansi pengetahuan tradisional masyarakat serta kemampuan
masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah sendiri.
2. Pendamping sebagai Fasilitator, Masyarakat sebagai Pelaku Konsekuensi dari prinsip pertama
adalah perlunya pendamping menyadari perannya sebagai fasilitator dan bukannya sebagai pelaku atau
guru. Untuk itu perlu sikap rendah hati serta kesediaan belajar dari masyarakat dan menempatkan warga
masyarakat sebagai narasumber utama dalam memahami keadaan masyarakat itu sendiri. Bahkan dalam
penerapannya masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Kalaupun pada awalnya peran pendamping
lebih besar, harus diusahakan agar secara bertahap peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan prakarsa
kegiatan-kegiatan pada warga masyarakat itu sendiri.
3. Saling Belajar, Saling Berbagi Pengalaman Salah satu prinsip pendampingan untuk
pemberdayaan masyarakat adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan lokal masyarakat. Hal
ini bukanlah berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah. Kenyataan
objektif telah membuktikan bahwa dalam banyak hal perkembangan pengalaman dan pengetahuan lokal
(bahkan tradisional) masyarakat tidak sempat mengejar perubahan-perubahan yang terjadi dan tidak lagi
dapat memecahkan masalah-masalah yang berkembang. Namun sebaliknya, telah terbukti pula bahwa
pengetahuan modern dan inovasi dari luar yang diperkenalkan oleh orang luar tidak juga dapat
memecahkan masalah mereka. Bahkan dalam banyak hal, pengetahuan modern dan inovasi dari luar
malah menciptakan masalah yang lebih besar lagi. Karenanya pengetahuan lokal masyarakat dan
pengetahuan dari luar atau inovasi, harus dipilih secara arif dan atau saling melengkapi satu sama lainnya.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah proses perolehan pelaku ekonomi untuk mendapatkan surplus
value sebagai hak manusia yang terlibat dalam kegiatan produksi16. Indikator yang menjadi tolak ukur
keberhasilan model usaha terbimbing pada koperasi unit desa ditentukan berdasarkan penilaian
keterbutuahan dan aspek strategis dari masing-masing faktor. Berdasarkan hasil analisis faktor pendukung
yang terdiri dari sumber daya manusia, sarana dan prasarana, aspek penunjang dan evaluasi diperoleh
bahwa indikator dari masing-masing faktor pendukung dapat tercapai melalui model usaha terbimbing,
atau dengan kata lain koperasi unit desa ini adalah lembaga ekonomi yang multi-purpose yakni tidak
hanya mencari keuntungan financial tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
kesejahteraan para anggotanya.

Anda mungkin juga menyukai