Anda di halaman 1dari 20

PEMBANGUNAN EKONOMI

MASYARAKAT MISKIN DI INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING : SYAIFUL SAHRI,S.E,M.si


KELOMPOK VI : 1. BASNITA
2. HERIANI WAILID
3. RIANITA ADHA
4. SOLICHATUN
5. SRI KOMALA DEWI
6. VIVIN DESLIANI

KELAS : II C REGULER SORE

STIA SATYA NEGARA


PALEMBANG
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pembangunan
Ekonomi Masyarakat Miskin Di Indonesia”.Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Ekonomi
Indonesia.
Dalam Penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi.Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan menambah wawasan ilmu pengetahuan kita.

Palembang, April 2011

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
3. Tujuan Penulisan........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi Kemiskinan..................................................................................... 3
2. Faktor Penyebab Kemiskinan....................................................................... 5
3. Perkembangan Ekonomi Masyarakat Miskin di Indonesia.......................... 7
4. Dampak Kemiskinan bagi Masyarakat Indonesia......................................... 9
5. Strategi pengentasan kemiskinan.................................................................. 11
6. Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan di Indonesia.................... 13

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu
umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin
dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern
pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan kesehatan,
dan kemudahan - kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.Pemerintah
Indonesia yang berorientasi mengembangkan Indonesia menjadi negara maju dan
mapan dari segi ekonomi tentu menganggap kemiskinan adalah masalah mutlak yang
harus segera diselesaikan disamping masalah lain yaitu ketimpangan pendapatan,
strukturisasi pemerintahan, inflasi, defisit anggaran dan lain lain.

Sensus penduduk yang berlangsung di bulan Mei 2010 mengalami peningkatan


drastis. Jumlah penduduk Indonesia mencapai 231 juta jiwa atau naik 25 juta
penduduk dibandingkan dengan sensus penduduk terakhir tahun 2000 yang mencatat
adanya 206 juta penduduk Indonesia (BPS, 2000). Laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia juga mengalami fluktuasi diantara tahun 1996-2009. Dari data pertumbuhan
penduduk bisa didapatkan jumlah penduduk miskin baik di kota maupun di desa.
Kemiskinan penduduk dapat dianalisis melalui tingkat angkatan kerja, tingkat
penduduk yang bekerja dan tingkat penduduk yang menganggur.

Masalah kemiskinan yang dihadapi di setiap negara akan selalu dibarengi


dengan masalah laju pertumbuhan penduduk yang kemudian menghasilkan
pengangguran, ketimpangan dalam distribusi pendapatan nasional maupun
pembangunan, dan pendidikan yang menjadi modal utama untuk dapat bersaing di
dunia kerja dewasa ini. Karena itu dalam makalah ini, penulis akan banyak membahas
ketiga masalah tersebut sebagai beberapa faktor - faktor pemicu kemiskinan yang
terjadi di Indonesia.
2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari kemiskinan?

2. Apa saja faktor -faktor penyebab kemiskinan di Indonesia?

3.Bagaimana Perkembangan Ekonomi Masyarakat Miskin di Indonesia?

4. Apakah dampak yang ditimbulkan dari kemiskinan?

5. Bagaimana strategi pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah?

6. Bagaimana Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan di Indonesia?

3 Tujuan penulisan

1. Mengetahui definisi dari kemiskinan

3. Mengetahui factor-faktor penyebab kemiskinan

4. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kemiskinan

5. Mengetahui strategi yang digunakan dalam pengentasan kemiskinan

6.Mengetahui Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan di Indonesia


BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa


untuk dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal
ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak
adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah
kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara
subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-
negara yang "miskin".

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:


• Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari- hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan
barang- barang dan pelayanan dasar.
• Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan
sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang
ekonomi.
• Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.
Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian
politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian:

• kemiskinan relatif

Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis
kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.

• kemiskinan kultural

kemiskinan kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok


masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun
ada usaha dari fihak lain yang membantunya.

• kemiskinan absolute

Kemiskinan Absolut adalah sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan


sumberdaya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Mereka hidup dibawah
tingkat pendapatan riil minimum tertentu atau dibawah garis kemiskinan
internasional.Garis tersebut tidak mengenal tapal batas anatar negara, tidak
tergantung pada tingkat pendapatan per kapita di sutau negara ,dan juga
memperhitungkan perbedaan tingkat harga antar negara dengan mengukur
penduduk miskin sebagai orang yang hidup kurang dari Rp 10.000,- perhari.

Banyak pendapat di kalangan pakar ekonomi mengenai definisi dan


klasifikasi kemiskinan ini. Dalam bukunya The Affluent Society, John
KennethGalbraith melihat kemiskinan terdiri dari tiga macam, yakni kemiskinan
umum, kemiskinan kepulauan, dan kemiskinan kasus. Pakar ekonomi lainnya
melihat secara global, yakni kemiskinan massal/kolektif, kemiskinan musiman
(cyclical), dan kemiskinan individu.

Kemiskinan, menurut Sharp et al., dapat disebabkan oleh ketidaksamaan pola


kepemilikan sumber daya, perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia dan
disebabkan oleh perbedaan akses dalam modal. Sedangkan lingkaran setan kemiskinan
versi Nurkse sangat relevan dalam menjelaskan fenomena kemiskinan yang terjadi di
negara-negara terbelakang. Menurutnya negara miskin itu miskin karena dia miskin (a
poorcountry is poor because it is poor).

Kemiskinan kolektif dapat terjadi pada suatu daerah atau negara yang
mengalami kekurangan pangan. Kebodohan dan eksploitasi manusia dinilai sebagai
penyebab keadaan itu. Kemiskinan musiman atau periodik dapat terjadi manakala
daya beli masyarakat menurun atau rendah. Misalnya sebagaimana, sekarang terjadi
di Indonesia. Sedangkan, kemiskinan individu dapat terjadi pada setiap orang,
terutama kaum cacat fisik atau mental, anak-anak yatim, kelompok lanjut usia.

2. Faktor Penyebab Kemiskinan


Pada umumnya di negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah
sebagai berikut:
• Laju Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat di setiap 10 tahun
menurut hasil sensus penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun
1990 Indonesia memiliki 179 juta lebih penduduk. Kemudian di sensus penduduk
tahun 2000 penduduk meningkat sebesar 27 juta penduduk atau menjadi 206 juta
jiwa. dapat diringkaskan pertambahan penduduk Indonesia persatuan waktu adalah
sebesar setiap tahun bertambah 2,04 juta orang pertahun atau, 170 ribu orang
perbulan atau 5.577 orang perhari atau 232 orang perjam atau 4 orang permenit.
Banyaknya jumlah penduduk ini membawa Indonesia menjadi negara ke-4 terbanyak
penduduknya setelah China, India dan Amerika. Meningkatnya jumlah penduduk
membuat Indonesiasemakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang belum mapan.
Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban
ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban
ketergantungan yang harus ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis
kemiskinan.

• Biaya Kehidupan yang Tinggi


Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat
dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya
kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh
karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di depan publik dan
banyaknya pengangguran.

• Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan


Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya
pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Kriteria
ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang
dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan rendah
(penduduk miskin); 40% penduduk berpendapatan menengah; serta 20% penduduk
berpemdapatan tertinggi (penduduk terkaya). Ketimpangan dan ketidakmerataan
distribusi dinyatakan parah apabila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati
kurang dari 12 persen pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang atau
moderat bila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 hingga 17 persen
pendapatan nasional. Sedangkan jika 40% penduduk miskin menikmati lebih dari 17
persen pendapatan nasional makan ketimpangan atau kesenjangan dikatakan lunak,
distribusi pendapatan nasional dikatakan cukup
merata.
Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang mereka
lakukan relatif tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada sebagian
penduduk di Indonesia mempunyai pendapatan yang berlebih. Ini disebut juga
sebagai ketimpangan. Ketimpangan pendapatan yang ekstrem dapat menyebabkan
inefisiensi ekonomi. Penyebabnya sebagian adalah pada tingkat pendapatan rata ±
rata bearapa pun, ketimpangan yang semakin tinggi akan menyebabkan semakin
kecilnya bagian populasi yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman atau
sumber kredit. Selain itu ketimpangan dapat menyebabkan alokasi aset yang tidak
efisien. Ketimpangan yang tinggi menyebabkan penekanan yang terlalu tinggi pada
pendidikan tinggi dengan mengorbankan kualitas universal pendidikan dasar, dan
kemudian menyebabkan kesenjangan pendapatan yang semakin melebar.

• Tingkat pendidikan yang rendah


Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab
kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan
tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi terutama
industry, jelas sekali dibutuhkan lebih banyak teanga kerja yang mempunyai skill
atau paling tidak dapat membaca dan menulis. Menurut Schumaker pendidikan
merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya dibandingkan faktor-faktor
produksi lain.

• Kurangnya perhatian dari pemerintah.


Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat
menjadi salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan
yang mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya.

• Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.

Yang penting digarisbawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita


bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau
produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik.
Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-
kapita akan turun beriringan.

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan


pendapatan per-kapita:

a) Naiknya standar perkembangan suatu daerah.

b) Politik ekonomi yang tidak sehat.

c) Faktor-faktor luar negeri, diantaranya: Rusaknya syarat-syarat perdagangan,Beban


hutang,Kurangnya bantuan luar negeri,dan Perang.

3. Perkembangan Ekonomi Masyarakat Miskin di Indonesia


Indonesia merupakan negara yang subur dan kekayaan alamnya melimpah,
namun sebagian besar rakyatnya berada dibawah garis kemiskinan. Salah satu tujuan
Negara Republik Indonesia adalah mensejahterakan seluruh rakyattnya namun pada
prakteknya tujuan Negara ini belum dapat di selenggarakan secara total karena masih
banyaknya rakyat yang hidup dibawah standar kesejahteraan.Pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin
tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan
masyarakat.Oleh karena itu,pembangunan ekonomi masyarakat khususnya
masyarakat miskin menjadi tugas utama pemerintah.

Pada puncak krisis ekonomi tahun 1998-1999 penduduk miskin Indonesia


mencapai sekitar 24% dari jumlah penduduk atau hampir 40 juta orang. Tahun 2002
angka tersebut sudah turun menjadi 18%, dan diharapkan menjadi 14% pada tahun
2004. Tetapi siapa yang dapat menjamin bahwa grafik jumlah penduduk miskin akan
terus turun? Situasi terbaik terjadi antara tahun 1987-1996 ketika angka rata-rata
kemiskinan berada di bawah 20%, dan yang paling baik adalah pada tahun 1996
ketika angka kemiskinan hanya mencapai 11,3%.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96
juta orang (15,42 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009
yang berjumlah 32,53 juta (14,15 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun
sebesar 2,43 juta.

Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun lebih tajam dari pada
daerah perkotaan. Selama periode Maret 2008-Maret 2009, penduduk miskin di
daerah perdesaan berkurang 1,57 juta orang, sementara di daerah perkotaan
berkurang 0,86 juta orang .

Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak


banyak berubah. Pada periode Maret 2008 ± Maret 2009, perubahan persentase
penduduk miskin di perkotaan sebesar 0,93 persen, dan di perdesaan mencapai 0,58
persen. Tiap tahun angka ini selalu direvisi, disesuaikan dengan kenaikan harga.
Pendekatan ini telah dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS)sejak 1970-an. Dengan
pendekatan ini, BPS menghasilkan angka 35 juta orang miskin untuk 2010. Namun,
lembaga internasional seperti Bank Dunia harus mendapatkan kriteria yang dapat
digunakan untuk memperbandingkan tingkat kemiskinan di semua negara di dunia.

4. Dampak Kemiskinan bagi Masyarakat Indonesia

Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan


kompleks. Pertama, pengangguran. Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran
terbuka tahun 2007 saja sebanyak 12,7 juta orang. Jumlah yang cukup fantastis´
mengingat krisis multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini.

Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki


penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki
penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis
pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan
memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan
tingkat pengeluaran rata-rata.

Dalam konteks daya saing secara keseluruhan, belum membaiknya


pembangunan manusia di Tanah Air, akan melemahkan kekuatan daya saing bangsa.
Ukuran daya saing ini kerap digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu bangsa
dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain secara global. Dalam konteks daya beli
ditengah melemahnya daya beli masyarakat kenaikan harga beras akan berpotensi
meningkatkan angka kemiskinanPerkiraan itu didasarkan atas kontribusi pangan
yang cukup dominan terhadap penentuan garis kemiskinan yakni hampir tiga
perempatnya (74,99 persen).

Meluasnya pengangguran sebenarnya bukan saja disebabkan rendahnya


tingkat pendidikan seseorang. Tetapi, juga disebabkan kebijakan pemerintah yang
terlalu memprioritaskan ekonomi makro atau pertumbuhan (growth). Ketika terjadi
krisis ekonomi di kawasan Asia tahun 1997 silam misalnya banyak perusahaan yang
melakukan perampingan jumlah tenaga kerja. Sebab, tidak mampu lagi membayar
gaji karyawan akibat defisit anggaran perusahaan. Akibatnya jutaan orang terpaksa
harus dirumahkan atau dengan kata lain mereka terpaksa di-PHK (Putus Hubungan
Kerja).

Kedua, kekerasan. Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir


ini merupakan efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari
nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi
seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas
pun dilakukan. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu (dengan cara
mengintimidasi orang lain) di atas kendaraan umum dengan berpura-pura kalau
sanak keluarganya ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk operasi. Sehingga
dengan mudah ia mendapatkan uang dari memalak.

Ketiga, pendidikan. Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena


yang terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin
tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak dapat
menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu miskin.
Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan.

Akhirnya kondisi masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam.


Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat pendidikan
seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan
pekerjaan yang lebih layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya pengangguran

akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut keterampilan di segala
bidang.

Keempat, kesehatan. Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat


mahal. Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar
menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga,
biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.

Kelima, konflik sosial bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik konflik


SARA muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut.
Hal ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita alami.semuanya ini adalah
ekspresi berontakan identitas diri setiap individu. Terlebih lagi fenomena bencana
alam yang kerap melanda negeri ini yang berdampak langsung terhadap
meningkatnya jumlah orang miskin. Kesemuanya menambah deret panjang daftar
kemiskinan. Dan, semuanya terjadi hampir merata di setiap daerah di Indonesia. Baik
di perdesaan maupun perkotaan.

5. Strategi pengentasan kemiskinan

Kemiskinan merupakan permasalahan kompleks yang perlu diatasi dengan


melibatkan peran serta banyak pihak. Dari sekian banyak strategi mengentaskan
kemiskinan, pendekatan social enterpreneurship yang bertumpu pada semangat
kewirausahaan untuk tujuan-tujuan perubahan sosial, kini semakin banyak digunakan
karena dianggap mampu memberikan hasil yang optimal.

Kemiskian timbul karena ada sebagian masyarakat yang belum ikut serta
dalam pembangunan sehingga belum dapat menikmati hasil pembangunan secara
memadai. Keadaan ini disebabkan oleh keterbatasan dalam kepemilikan dan
penguasaan faktor produksi sehingga kemampuan masyarakat dalam menghasilkan
dan menikmati hasil-hasil pembangunan belum merata dan belum seimbang.Oleh
sebab-sebab itu upaya pengembangan kegiatan ekonomi kelompok masyarakat
berpendapatan rendah senantiasa ditempatkan sebagai prioritas utama. Sejalan
dengan itu, penyedia faktor produksi termasuk modal dan kemampuan peningkatan
kemampuan masyarakat menjadi landasan bagi berkembangnya kegiatan ekonomi
masyarakat secara berkelanjutan. Pelaksanaan pembangunan nasional baik secara
langsung maupun tidak langsung dirancang untk memecahkan masalah kemiskinan.

Pada prinsipnya, pemerintah dalam program pembangunannya telah


menjadikan kemiskinan sebagai salah satu fokus utamanya. Program umum Presiden
RI yang sering disebut dengan triple track mencakup pro poor, pro growth dan pro
employment atau program pembangunan yang berfokus pada pengentasan
kemiskinan, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.
Dalam kaitan ini maka diproyeksikan bahwa melalui ketersediaan lapangan kerja
yang memadai maka akan dapat diupayakan peningkatan penghasilan bagi
masyarakat yang dengan sendirinya akan mengentaskan masalah kemiskinan, namun
hal tersebut tentunya harus dilakukan dengan memperhitungkan tingkat pertumbuhan
ekonomi. Sehingga konsep umum ini berlandaskan pada sebuah nexus atau
hubungan keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan ketersediaan lapangan
kerja dan dengan kemiskinan itu sendiri

Banyak kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk dapat mengatasi

berbagai maslah kemiskinan ini, seperti :

1. Kebijaksanaan tidak langsung

Kebijaksanaan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang


menjamin kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan. Kondisi yang
dimaksudkan anatara lain adalah suasana social politik yang tentram,ekonomi yang
stabil dan budaya yang berkembang. Upaya penggolongan ekonomi makro yang
yang berhati-hati melalui kebijaksanaan

keuangan dan perpajakan merupakan bagian dari upaya menaggulangi


kemiskinan. Pengendalian tingkat inflasi diarahkan pada penciptaan situsasi yang
kondusif bagi upaya penyediaan kebutuhan dasar seperti
sandang,pangan,papan,pendidikan,dan kesehatan dengan harga yang terjangkau oleh
penduduk miskin.

2. Kebijaksanaan langsung

Kebijaksaan langsung diarahkan kepada peningkatan peran serta dan


peroduktifitas sumber daya manusia,khususnya golongan masyarakat berpendapatan
rendah,melalui penyediaan kebutuhan dasar seperti sandang pangan papan kesehatan
dan pendidikan,serta pengembangan kegiatan- kegiatan sosial ekonomi yang
bekelanjutan untuk mendorong kemandirian golongan masyarakat yang
berpendapatan rendah. Pemenuhan kebutuhan dasar akan memberikan peluang bagi
penduduk miskin untuk melakukan kegiatan social- ekonomi yang dapat memberikan
pendapatan yang memadai. Dalam hubungan ini, pengembangan kegiatan sosial
ekonomi rakyat diprioritaskan pada pengembangan kegiatan sosial ekonomi
penduduk miskin di desa-desa miskin berupa peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan peningkatan permodalan yang didukung sepenuhnya dengan kegiatan
pelatih yang terintegrasi sejak kegiatan penghimpunan modal, penguasaan teknik
produksi,pemasaran hasil dan pengelolaan surplus usaha.

Selain itu dapat digunakan Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah.


Gerakan penyelenggaraan pemerintahan di sejumlah negara, termasuk di Indonesia,
cenderung bergerak kearah desentralisasi. Hal itu terjadi sebagai upaya mereformasi
dan memodernisasi pemerintahannya. Secara teoritis, desentralisasi dipahami sebagai
penyerahan otoritas dan fungsi dari pemerintah nasional kepada pemerintah sub-
nasional atau lembaga independent.Ide dasar dari desentralisasi adalah pembagian
kewenangan di bidang pengambilan keputusan pada organisasi dengan tingkat yang
lebih rendah. Pemahaman ini didasarkan pada asumsi bahwa organisasi pemerintah
pada tingkat tersebut lebih mengetahui kondisi dan kebutuhan aktual dari masyarakat
setempat, serta tidak mungkin pemerintah di tingkat nasional mampu melayani dan
mengurusi kepentingan dan urusan masyarakat yang demikian
kompleks.Desentralisasi juga dianggap sebagai jawaban atas tuntutan.

6. Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan di Indonesia

Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan


menempatkan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan
pembangunan nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai acuan
bagi kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan
tahunan.

Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai


Tujuan pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan
(SPNK) telah disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh
stakeholders pembangunan di Indonesia. Selain itu, sekitar 60 % pemerintah
kabupaten/ kota telah membentuk Komite penanggulangan Kemiskinan Daerah
(KPKD) dan menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD)
sebagai dasar arus utama penanggulangan kemiskinan di daerah dan mendorong
gerakan sosial dalam mengatasi kemiskinan.

Adapun langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai berikut:

a) Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan;

-penyediaan sarana-sarana irigasi, air bersih dan sanitasi dasar terutama daerah-
daerah langka sumber air bersih.

-pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga daerah-daerah tertinggal.

-redistribusi sumber dana kepada daerah-daerah yang memiliki pendapatan


rendah dengan instrumen Dana Alokasi Khusus (DAK) .

b) Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana


stimulan untuk modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan meningkatkan
investasi dan revitalisasi industri.

c) Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan


pelayanan antara lain

-pendidikan gratis sebagai penuntasan program belajar 9 tahun termasuk


tunjangan bagi murid yang kurang mampu

-jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan


rumah sakit kelas tiga.

Di bawah ini merupakan contoh dari upaya mengatasi kemiskinan di


Indonesia:

Contoh dari upaya kemiskinan adalah di propinsi Jawa Barat tepatnya di


Bandung dengan diadakannya Bandung Peduli yang dibentuk pada tanggal 23 – 25
Februari 1998. Bandung Peduli adalah gerakan kemanusiaan yang memfokuskan
kegiatannya pada upaya menolong orang kelaparan, dan mengentaskan orang-orang
yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam melakukan kegiatan, Bandung Peduli
berpegang teguh pada wawasan kemanusiaan, tanpa mengindahkan perbedaan suku,
ras, agama, kepercayaan, ataupun haluan politik.

Oleh karena sumbangan dari para dermawan tidak terlalu besar bila
dibandingkan dengan permasalahan kelaparan dan kemiskinan yang dihadapi, maka
Bandung Peduli melakukan targetting dengan sasaran bahwa orang yang dibantu
tinggal di Kabupaten/ Kotamadya Bandung, dan mereka yang tergolong fakir.
Golongan fakir yang dimaksud adalah orang yang miskin sekali dan paling miskin
bila diukur dengan “Ekuivalen Nilai Tukar Beras”.
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Memiliki banyak polemik dalam menuntaskan kemiskinan membuat


Indonesia harus sesegera mungkin berbenah diri. Kemiskinan memang tidak
mungkin dihilangkan, namun bukan tidak mungkin untuk mengurangi persentase
kemiskinan. Negara yang ingin membangun perekonomiannya harus mampu
meningkatkan standar hidup penduduk negaranya, yang diukur dengan kenaikan
penghasilan riil per kapita. Indonesia sebagai negara berkembang memenuhi aspek
standar kemiskinan diantaranya merupakan produsen barang primer, memiliki
masalaha tekanan penduduk, kurang optimalnya sumberdaya alam yang diolah,
produktivitas penduduk yang rendah karena keterbelakangan pendidikan, kurangnya
modal pembanguan, dan orientasi ekspor barang primer karena ketidakmampuan
dalam mengolah barang- barang tersebut menjadi lebih berguna.

Upaya pengembangan kegiatan ekonomi kelompok masyarakat


berpendapatan rendah senantiasa ditempatkan sebagai prioritas utama. Sejalan
dengan itu, penyedia faktor produksi termasuk modal dan kemampuan peningkatan
kemampuan masyarakat menjadi landasan bagi berkembangnya kegiatan ekonomi
masyarakat secara berkelanjutan. Pelaksanaan pembangunan nasional baik secara
langsung maupun tidak langsung dirancang untuk memecahkan maslah kemiskinan.

Selain itu Pemerintah jarus lebih berkonsentrasi kepada aspek riil mengenai
kemiskinan dan peningkatan mutu pendidikan, bukan hanya berfokus pada masalah
politik dan perebutan kekuasaan demi kepentingan sebagian golongan.
Daftar Pustaka

Dumairy.1996.Perekonomian Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga

http://lasonearth.wordpress.com/makalah/makalah-kewarganegaraan-kemiskinan/

http://www.scribd.com/doc/30565394/Faktor-Penyebab-Kemiskinan

http://economy.okezone.com/read/2010/11/23/279/395939/279/berapa-
banyak-orang-miskin-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai