Anda di halaman 1dari 30

Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia Kelompok :3

Dosen Pengampu : Ulfiah Novita. SE, M,Si

”KEMISKINAN DAN PENANGGULANGANNYA”

Disusun Oleh :

1. Mia Rahmadina (12170121403)


2. Irma Aryanita (12170121676)
3. Dian Putria Dewi (12170121116)
4. Abdul Hamid (12170114909)
5. Khairul Saputra (12170111571)

PROGRAM STUDI S-1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Kami ucapkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
Perekonomian Indonesia tentang Kemiskinan Dan Penaggulangannya.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan materi dari
berbagai sumber sehingga dapat tersusun makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kemiskinan dan


Penanggulangannya ini berguna bagi para pembaca.

Pekanbaru, 16 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1. Latar Belakang........................................................................................................1

2. Rumusan Masalah..................................................................................................2

3. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3

1. Pengertian Kemiskinan...........................................................................................3

2. Akar Masalah Kemiskinan Atau Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan................7

3. Metode atau Strategi Pengentasan Kemiskinan di Indonesia...............................11

4. Pengentasan Kemiskinan Dalam Islam................................................................19

BAB III PENUTUP.......................................................................................................23

1. Kesimpulan...........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pembangunan di Indonesia.
Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat menimbulkan beberapa
dampak pada sektor sosial, ekonomi, dan politik bagi bangsa Indonesia. Menurut BPS
(badan pusat statistika), Posisi angka kemiskinan ekstrem per Maret 2022 adalah 2,04%
dan menurun di September 2023 menjadi 1,74%. Kemiskinan dapat memunculkan
berbagai permasalahan seperti Semakin banyaknya kejahatan, menurunnya tingkat
pendidikan dan kesehatan masyarakat karena minimnya pendapatan masyarakat miskin.
Hal tersebut merupakan indikasi berkurangnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan
meningkatnya angka kemiskinan. kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang
atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak- hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Kemiskinan dianggap sebagai akar dari segala permasalahan sosial


kependudukan yang memiliki efek luar biasa bagi Indonesia. Harus diakui bahwa
hingga saat ini jumlah penduduk miskin di Indonesia masih sangat tinggi. Upaya
pemerintah untuk menurunkan
jumlah penduduk miskin adalah dengan memberikan fasilitas rusunawa yang pada
kenyataannya banyak salah sasaran, memberikan BLT (bantuan langsung tunai) yang
ternyata tidak banyak membantu masyarakat, hingga pemberian aneka subsidi untuk
masyarakat miskin. Berbagai langkah tersebut pada kenyataannya tidak bisa
membuat jumlah penduduk miskin di Indonesia menjadi berkurang. Karena solusi ideal
nya adalah dengan memberikan mereka pekerjaan tetap dengan gaji yang memadai
sehingga mereka bisa hidup lebih layak. Ini bukan perkara yang mudah
bagi pemerintah.

1
2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan, diantaranya ialah :
1) Apa pengertian kemiskinan?
2) Apa saja akar masalah kemiskinan?
3) Apa saja metode pengentasan kemiskinan?
4) Bagaimana pengentasan kemiskinan dalam islam?

3. Tujuan
Adapun tujuan dari pada rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui apa pengertian kemiskinan.
2) Untuk mengetahui apa saja akar masalah kemiskinan.
3) Untuk mengetahui apa saja metode pengentasan kemiskinan.
4) Untuk mengetahui bagaimana pengentasan kemiskinan dalam islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kemiskinan
Definisi kemiskinan tidak hanya terpaku dalam persoalan ekonomi saja, tetapi
merambah ke berbagai dimensi, seperti sosial, politik, dan budaya. Beragamnya
kebutuhan manusia yang tidak hanya meliputi kebutuhan dasar menjadi indikator
melebarnya definisi kemiskinan. Merujuk kepada konsep dasarnya, kemiskinan
pertama-tama lebih sering ditempatkan dalam konteks ketidakcukupan pendapatan dan
sumber daya dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar, seperti sandang, papan, dan
pangan. Kemiskinan dalam perspektif seperti ini berada dalam cakupan dimensi
ekonomi.
Menurut kamus Webster, pengertian tentang kemiskinan adalah suatu keadaan
dimana seseorang kekurangan jumlah yang biasa atau secara sosial bisa di terima berupa
uang atau kepemilikan material lainnya. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan dan kesehatan. Secara konvensional, kemiskinan dapat diartikan
sebagai suatu keadaan individu atau masyarakat yang berada di bawah garis tertentu.
Secara umum pengertian dari kemiskinan sangat beragam, tergantung dasar pemikiran
dan cara pandang seseorang.
Kemiskinan dapat dibagi dalam empat bentuk, yaitu:
a. Kemiskinan absolut: bila pendapatannya di bawah garis kemiskinan atau tidak
cukup untuk memenuhi pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan
yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.
b. Kemiskinan relatif: kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan
yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan
ketimpangan pada pendapatan.
c. Kemiskinan kultural: mengacu pada persoalan sikap seseorang atau
masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha

3
memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada
bantuan dari pihak luar.
d. Kemiskinan struktural: situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya
akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan
sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali
menyebabkan suburnya kemiskinan.
Perkembangan terakhir, menurut Jarnasy kemiskinan struktural lebih banyak
menjadi sorotan sebagai penyebab tumbuh dan berkembangnya ketiga kemiskinan yang
lain. Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kemiskinan alamiah dan
kemiskinan buatan (artificial).
a. Kemiskinan alamiah, berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan
prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.
b. Kemiskinan buatan, lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau
pembangunan yang membuat masyarakat tidak dapat menguasai sumber daya,
sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata.

1.1 Kemiskinan Dalam Dimensi Ekonomi


Dimensi ekonomi dari kemiskinan diartikan sebagai kekurangan sumber
daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan sekelompok
orang, baik secara finansial maupun semua jenis kekayaan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dikategorikan miskin bilamana
seseorang atau keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok minimnya,
seperti: sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan. Dimensi ekonomi
dapat diukur dengan nilai rupiah meskipun harganya selalu berubahubah setiap
tahunnya tergantung pada tingkat inflasi rupiah.7 Kemelaratan dan batas ini
ditentukan oleh kebutuhan hidup yang minimal perlu dipenuhi bagi kehidupan
yang sederhana.
Kemiskinan dalam dimensi ekonomi paling mudah untuk diamati,
diukur, dan diperbandingkan. Ada beberapa metode pengukuran tingkat
kemiskinan yang dikembangkan di Indonesia, yaitu:
a. Biro Pusat Statistik (BPS)6 : tingkat kemiskinan didasarkan pada
jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu kurang dari 2100

4
kalori per orang per hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap
mewakili pola konsumsi penduduk yang berada di lapisan bawah),
dan konsumsi nonmakanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai
kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara wilayah pedesaan
dan perkotaan).
b. Sayogyo: tingkat kemiskinan didasarkan jumlah rupiah pengeluaran
rumah tangga yang disetarakan dengan jumlah kilogram konsumsi
beras per orang per tahun dan dibagi wilayah pedesaan dan
perkotaan.
Daerah pedesaan:
a) Miskin: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 320 kg
nilai tukar beras per orang per tahun
b) Miskin sekali: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada
240 kg nilai tukar beras per orang per tahun
c) Paling miskin: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada
180 kg nilai tukar beras per orang per tahun.
Daerah perkotaan:
a) Miskin: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 480 kg
nilai tukar beras per orang per tahun.
b) Miskin sekali: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada
380 kg nilai tukar beras per orang per tahun.
c) Paling miskin: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada
270 kg nilai tukar beras per orang per tahun.
c. Bank Dunia: Bank Dunia mengukur garis kemiskinan berdasarkan
pada pendapatan seseorang kurang dari US$1 per hari (setara
Rp8.500,00 per hari)
d. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN):
mengukur kemiskinan berdasarkan kriteria Keluarga Pra Sejahtera
(Pra KS) dan Keluarga Sejahterara I (KS 1).

1.2 Kemiskinan Dalam Dimensi Kesehatan

5
Banyak data dan hasil penelitian yang membuktikan bahwa kemiskinan
sangat berhubungan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian. Tingkat
pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh
berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya berbagai
keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis penyakit, sehingga
tidak mengherankan apabila di lingkungan mereka tingkat kematian bayi tinggi.
Berbagai macam penyakit mengancam mereka, seperti: malaria, tuberkulosis,
penyakit mata, kwasioskor, dan lainnya sebagai akibat lemahnya daya resistensi.
Hal ini menyebabkan usia harapan hidup mereka pendek dan tingkat kematian
mereka tinggi

1.3 Kemiskinan Dalam Dimensi Sosial dan Budaya


Dimensi sosial dari kemiskinan diartikan sebagai kekurangan jaringan
sosial dan struktur yang mendukung untuk mendapatkan kesempatan agar
produktivitas seseorang meningkat. Kekurangan jaringan tersebut disebabkan
oleh dua faktor penghambat yaitu dari diri seseorang atau kelompok (misalnya
karena tingkat pendidikan atau hambatan budaya), dan hambatan dari luar
kemampuan seseorang (misalnya karena birokrasi atau peraturan resmi yang
dapat mencegah mereka memanfaatkan kesempatan yang ada).
Pada masyarakat di negara maju, proses peralihan dari masyarakat
tradisional menuju masyarakat modern berhasil dilakukan. Tetapi pada
masyarakat di negara sedang berkembang (dunia ketiga), ketika menuju
modernitas mereka menghadapi hambatan sosial budaya berupa nilainilai
tradisional yang sangat kuat dalam segala aspek kehidupan.

1.4 Kemiskinan Dalam Dimensi Sosial Politik


Dimensi sosial politik dari kemiskinan lebih menekankan pada derajat
akses terhadap kekuatan yang mencakup tatanan sistem sosial politik yang dapat
menentukan alokasi sumber daya untuk kepentingan sekelompok orang atau
tatanan sistem sosial yang menentukan alokasi penggunaan sumber daya.
Kemiskinan politik merupakan gejala yang secara tidak langsung berpengaruh
pada pengembangan kreativitas manusia dan masyarakat, yang pada gilirannya
berpengaruh pada kualitas manusia.

6
Kebijakan pemerintah dalam kerangka sosial politik disengaja atau tidak,
sebagian di antaranya justru menyebabkan kemiskinan. Hal ini sesuai dengan
pendapat para teoritisi bahwa masyarakat atau negara miskin itu bukan karena
mereka miskin (a country is a poor because it is poor), tetapi karena kebijakan
pemerintah yang salah (a country is poor because of poor policies).

2. Akar Masalah Kemiskinan Atau Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan


a. Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan Penduduk (EDU)
Hasil penelitian Cameron (2000:175-176)20 tentang kemiskinan di Jawa
yang menyimpulkan bahwa pengurangan kemis-kinan diasosiasikan dengan
meningkatnya pencapaian pendidikan dan peningkatan penda-patan dari tenaga
kerja terdidik. Hasil penelitian Sukherman (2001:47-64)21 juga menunjukkan
kemiskinan di Jawa Barat dipengaruhi oleh besarnya angka persentase angka
melek huruf. Hasil penelitian lain yang berbeda dengan penelitian ini adalah
hasil penelitian.

b. Pendapatan Per kapita Penduduk (PC)


Hasil penelitian Iradian (2005:1-39)25 yang dilakukan pada 82 negara
untuk tahun 1965-2003. Hasil penelitian-nya menunjukkan bahwa tingginya
pertumbuhan pendapatan per kapita tidak akan terlalu berdampak apabila tidak
disertai dengan perbaikan dalam hal distribusi pendapatan. Peru-bahan
pendapatan per kapita mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kemiskinan.
Hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa peningkatan pendapatan per kapita
dan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai oleh Indonesia hanya dinikmati
oleh sebagian kecil penduduk. Sementara sebagian besar penduduk yang saat ini
hidup dalam kemiskinan tidak menikmati capai tersebut. Dengan kata lain
meskipun ekonomi tumbuh dengan baik, tetapi mereka tetap berada dalam
kemiskinan. Peningkatan kontra prestasi (gaji, honor, upah, dan bentuk lain)
yang selama ini terjadi di Indonesia hanya dinikmati oleh sebagai orang.

c. Rasio Ketergantungan Penduduk

7
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rifa’i (2010:317-327)30
yang menunjukkan kemiskinan di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro
Lampung dipengaruhi oleh rasio ketergantungan penduduk. Besarnya penduduk
yang beraktifitas sebagai ibu rumah tangga, menganggur, dan sedang sekolah
akan semakin memperbesar rasio ketergantungan penduduk di Kota Bandar
Lampung dan Kota Metro. Apalagi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengurangan faktor
penyebab kemiskinan. Artinya jikalau nantinya penduduk yang saat ini sedang
sekolah (SLTP/SMU/Diploma/Sarjana) telah lulus, maka kehadiran mereka
tidak akan membantu mengurangi faktor penyebab kemiskinan. Tetapi
kehadiran mereka justru akan menambah besar nilai rasio ketergantungan.
Dengan kata lain kemungkinan mereka untuk menjadi pengangguran lebih besar
karena sistem pendidikan yang ditenggarai tidak memiliki link and match dan
miskin praktek/keterampilan.

d. Pertumbuhan Ekonomi (GRW)


Hasil penelitian Balisacan et.al (2003:329-351) menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi mempengaruhi kemiskinan. Selain itu hasil penelitian ini
juga berlawanan dengan pernyataan Bourguignon (2004:3-5) 41yang
menjelaskan hubungan langsung yang mungkin terbentuk antara pembangunan,
pertumbuhan dan distribusi pendapatan melalui teorinya “poverty-
growthinequality triangle”. Ia menya-takan bahwa pengurangan kemiskinan di
suatu negara dan di waktu tertentu ditentukan secara penuh oleh tingkat
pertumbuhan ekonomi dan perubahan distribusi pendapatan. Hubungan ini
sesuai dengan teori “tricle down effect” dimana bila ekonomi tumbuh, maka
secara otomatis akan terjadi pemerataan hasil-hasil pembangunan atau
“perembesan” ke bawah sehingga hasil-hasil pembangunan dapat dinikmati oleh
kelompok miskin. Dengan demikian kaum miskin dapat keluar dari
kemiskinannya.

e. Persentase Tenaga Kerja Di Sektor Pertanian (TKP)

8
Hasil penelitian Booth (2000:73-104) yang menunjukkan bahwa
kemiskinan di pedesaan di Indonesia dapat berkurang dengan meningkatkan
nilai tambah hasil pertanian. Sehingga pembangunan pedesaan dan pertanian,
dimana ada kenaikkan produktivitas per hektar atau pada rumah tangga,
seharusnya diprio-ritaskan untuk bagian pulau di luar Jawa dan Bali dimana
kemiskinan tinggi. Persentase tenaga kerja di sektor pertanian tidak mampu
mengurangi factor penyebab kemiskinan karena sektor ini secara umum
ditenggarai memiliki produktifitas rendah, kelebihan tenaga kerja, upah yang
rendah, dan bersifat subsisten. Selain itu penelitian Ritonga (2006) juga
menyatakan bahwa penduduk miskin di Indonesia pada umumnya bekerja di
sektor pertanian dan mempunyai tingkat pendidikan SD kebawah. Oleh karena
itu program pengentasan kemiskinan di sektor pertanian perlu diprioritaskan.

f. Persentase Tenaga Kerja Disektor Industri (TKI)


Hasil penelitian Cameron (2000:175-176) yang menyatakan bahwa
pengurangan kemiskinan di Jawa diasosiasikan dengan meningkatnya
peningkatan pendapatan dari tenaga kerja terdidik dan pendapatan yang didapat
pekerja di luar pertanian (sektor industri). Penelitian lain yang sejalan dengan
penelitian ini adalah hasil penelitian Sukherman (2001:47-64) menunjukkan
kemiskinan di Jawa Barat dipengaruhi oleh besarnya angka kontribusi sektor
industri terhadap perekonomian regional. Hasil penelitian Islam (2003:1-15)53
yang dilakukan di 23 negara berkembang juga menunjukkan kemiskinan dapat
berkurang seiring dengan meningkatnya persentase tenaga kerja di sektor
industri.

Penyebab kemiskinan terbagi menjadi dua faktor, yaitu faktor ekstern


dan intern

a) Faktor Intern
1. Sikap. Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir
yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap
suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan
mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa

9
tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan,
kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
2. Pengalaman dan pengamatan. Pengalaman dapat
mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku,
pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa
lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat
memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan
dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
3. Kepribadian. Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik
individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan
perilaku dari setiap individu.
4. Konsep diri. Faktor lain yang menentukan kepribadian
individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi
pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan
hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek.
Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi
minat terhadap suatu objek.
5. Motif. Perilaku individu muncul karena adanya motif
kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap
prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif
seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka
akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah
kepada gaya hidup hedonis.
6. Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur,
dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu
gambar yang berarti mengenai dunia.
b) Faktor Eksternal
1. Kelompok referensi. Kelompok referensi adalah kelompok
yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang
memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana
individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi,

10
sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung
adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota
didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan
menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup
tertentu.
2. Keluarga. Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama
dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.Hal ini
karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak
yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.
3. Kelas sosial. Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang
relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat,
yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota
dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah
laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial
pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status)
dan peranan. dengan kedudukannya maka ia menjalankan
suatu peranan
4. Kebudayaan. Kebudayaan yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-
ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

3. Metode atau Strategi Pengentasan Kemiskinan di Indonesia


Metode atau strategi pengentasan kemiskinan di Indonesia di bagi menjadi
beberapa bagian, di antaranya ada pada masa orde lama, pada masa orede baru, dan
adapun pada masa Jokowi dan jusuf kala.

3.1 Pada Masa Orde Lama


Program penanggulangan kemiskinan di Indonesia sudah dilaksanakan
pemerintah semenjak orde lama tepatnya sejak tahun 1960-an melalui strategi
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat yang tertuang dalam Pembangunan

11
Nasional Berencana Delapan Tahun (Penasbede). Berdasarkan TAP MPRS No.
II/MPRS/1960 tentang Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana Tahapan Pertama 1961-1969, pola pembangunan pada masa itu lebih
ditujukkan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang merata. Pembangunan
pada saat itu berorientasi pada peningkatan pendapatan nasional yang
membentuk kemakmuran rakyat Indonesia (Biro Perancangan Negara, 1956).
Kemakmuran di wujudkan melalui berbagai kebijakan yang akan meningkatkan
pendapatan secara mandiri. Bidang pendidikan, perumahan, dan kesehatan,
mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Kemudian dilanjutkan kebijakan
untuk peningkatan pendapatan nasional dan keluarga. Program peningkatan
kualitas penduduk secara lengkap tertuang dalam dokumen Pembangunan
Nasional Berencana Delapan Tahun (Penasbede, tahun 1961- 1969).
Berdasarkan gambaran kebijakan pemerintah pada masa itu terlihat jelas
bahwa peningkatan kualitas masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan
merupakan tujuan utama pembangunan.

3.2 Pada Masa Orde Baru


Pada era orde baru ini berdasarkan sasarannya pembangunan pemerintah
dibagi menjadi 3 (tiga) periode:
a. Periode 1974-1988
Rencana pembangunan lima tahun (Repelita) yang dijalankan
pemerintah, khususnya Repelita I-IV di tempuh melalui program sektoral
dan regional. Program sektoral merupakan program yang berorientasi pada
peningkatan produksi dan pembangunan sarana dan prasarana yang menu
njang pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs approach) sepereti sandang,
pangan, kesehatan. Sedangkan program regional untuk pengembangan
potensi dan kemampuan sumber daya manusia khususnya daerah.

Untuk lebih mempermudah bagaimana pelaksanaan program


sektoral dan regional digambarkan sebagai berikut:
1) Program sektoral merupakan program untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pencapaian sasaran pembangunan
darsi sektor tertentu.

12
Pembangunan ini dilaksanakan di daerah sesuai kondisi dan
potensinya. Biaya dari program ini dianggarkan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan dilaksanakan oleh
berbagai instansi dan lembaga pemerintah tingkat pusat. Pelasanaan
program ini dilaksanakan oleh instansi sektor terkait dari tingkat
kantor wilayah, direktorat jenderal, hingga tingkat menteri. Sebelum
program sektoral dilaksanakan dilakukan perencanaan untuk
memproyeksi sasaran pembangunan sektor.

2) Program regional merupakan program yang berorientasi pada


kepentingan daerah untuk menyerasikan dan mempercepat
pembangunan daerah.
Program ini disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan kemampuan
dari daerah tersebut. Hal ini ditujukkan untuk meningkatkan
kesejahteraan daerah dan menghilangkan kemikinan di daerah
tersebut yang disesuaikan dengan kemampuan masyarakat setempat.
Dalam program regional ini ada beberapa program yang
dilaksanakan, yaitu:

a) Program inpres. Program inpres memiliki beberapa tujuan


antara lain:
1) pemerataan pembangunan,
2) mengurangi kesenjangan pendapatan dan mengurangi
kesenjangan laju pembangunan antar daerah,
3) meningkatakan kemampuan aparat pemerintah daerah dan
melaksanakan pembangunan seseai dengan kemampuan
daerah dan kemampuan masyarakat setempat, tetapi tetap
sejalan dengan program pembangunan nasional,
4) sebagai penjabaran dari asas pembantuan (medebewind).

b) Program Pengembangan Wilayah Terpadu Swadana (PPW-


Swadana)

13
Program ini merupakan kelanjutan dari Pogram
Pengembangan Wilayah. Progaram ini dilaksanakan daerah
melalui dukunagn APBD, program ini untuk mensinkronkan
program-program daerah dengan program sektoral. Tujuannya
untuk meningkatakan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat berpenghasailan rendah, baik yang berada
diperdesaan maupun perkampungan kumuh diperkotaan.
c) Program Khusus Program Pengembangan Kawasan Terpadu
(PKT)
Program ini merupakan salah satu program pembangunan
yang dirancang khusus untuk menanggulangi kemiskinan dan
mengembangkan kemampuan masyarakat di daerah-daerah
yang relative tertinggal karena belum tersentuh program-
program pembangunan dan menghadapi permasalahan khusus
seperti keterpencilan lokasi, keterbatasan sumber daya alam,
lahan kritis, kekurangan prasarana dan saranan fisik dan hal-
hal laian yang menjadi kendala utama bagi penduduk di suatu
daerah.
b. Periode 1988-1998
Selanjutnya periode 1988-1998, yaitu pda Repelita V-VI pemerintah
melaksanakan program penanggulangan kemiskinan dengan strategi khusus
menuntaskan masalah kesenjangan sosialekonomi. Jalur pembangunan
ditempuh secara khusus dan mensinergikan program sektoral dan regional
yang ada dalam koordinasi Inpres Nomor 3 Tahun 1993 tentang Peningkatan
Penanggulangan Kemiskinan yang akhirnya diwujudkan melalui program
IDT (Inpres Desa Tertinggal) dan beberapa program lainnya. Pada dasarnya
pada periode ini program yang dilaksanakan adalah meningkatkan program-
program yang telah dilaksanakan sebelumnya:
1) Program Penajaman
Selain penyempurnaan program sebelumnya, juga akan dilakukan
percepatan pembangunan perdesaan yang tercermin dari sasaran
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah perdesaan,

14
terciptanya struktur perekonomian yang lebih kukuh, tersedianya
prasarana dan sarana perekonomian di desa yang lebih mantap, makin
berkembangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan
pembangunan yang berwawasan lingkungan, serta upaya pelestarian
lingkungan, makin berfungsinya lembaga pemerintahan desa dan
lembaga kemasyarakatan desa untuk meningkatkan pelaksanaan
pembangunan perdesaan, makin terjaminnya kepastian hukum bagi
masyarakat perdesaan mengenai penguasaan dan pengusahaan tanah
yang sesuai hukum serta adat istiadat setempat, serta berkuranganya
jumlah pendududk miskin di perdesaan dan jumlah desa tertinggal.
Dalam Repelita VI untuk menyempurnakan program maka disusun
Sasaran Repelita Tahunan (Sarlita). Sarlita terdiri dari Sarlita Sektoral
dan Sarlita Regional. Dalam program Repelita VI ini Bantuan
Pembangunan Desa diarahkan untuk meningkatkan daya guna dalam :
(1) mendorong kegiatan sosial ekonomi masyarakat desa,
(2) menggerakkan peran serta masyarakat,
(3) memperkuat kelembagaan masyarakat,
(4) meningkatkan kemampuanaparatur desa,
(5) mengembangkan teknologi tepat guna perdesaan, serta
(6) mengembangkan administrasi di tingkat kecamatan dan desa.

Berdasarkan arahan tesebut Bantuan Pembangunan Desa


diwujudkan dalam bentuk berbagai bantuan terdiri dari bantuan untuk
menunjang kegiatan PKK, pembinaan Anak dan Remaja, dan
pemantaban LKMD.

2) Program Inpres Desa Tertinggal (IDT)


Program IDT resmi dijalankan setelah adanya Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1993. Program ini ditujukkan untuk
menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi. Program ini
memberikan dana kepada 20 ribu desa tertinggal dengan dana sebesar 20
juta pertahun. Program ini mengandung 3 (tiga) pengertian dasar, yaitu
(1) sebagai pemicu gerakan nasional penanggulangan kemiskinan, (2)

15
sebagai strategi dalam pemerataan pembangunan, dan (3) adanya
bantuan dana bergulir bagi masyarakat yang paling memerlukan.
Program ini adalah program yang di dalamnya terdapat semangat
kebersamaan untuk maju, sebagai uapaya bersama untuk menanggulangi
kemiskinan dan dapat menumbuhkan kebersamaan untuk saling memberi
kesempatan berpartisipasi seluas-luasnya dalam pembangunan terutama
kepada penduduk miskin.

3) Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT)


Program ini merupakan pendukung sekaligus penyempurna dari
program IDT. Program ini mulai dirilis pada tahun 1995, program ini
menekankan pada bantuan pembangunan prasarana dan sarana dasar
yang mendukung langsung kegiatan sosial ekonomi masyarakat lokal.
Program ini dilaksanakan dengan tujuan jangka panjang adalah
Pemberdayaan Masyarakat melalui tujuan jangka pendek yang meliputi:
a) meningkatkan akses pemasaran dan mengurangi isolasi,
b) meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
c) menciptakan lapangan kerja di desa.
d) meningkatkan kemampuan kelembagaan desa/masyarakat,
e) meningkatkan keterampilan masyarakat desa dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
memelihara prasarana yang telah dibangun,
f) meningkatkan pembentukan modal di desa.

c. Periode 1998-2007
Program yang dilaksanakan pada masa ini adalah program-program
penanggulangan kemiskinan pada saat krisis dan pasca krisis ekonomi tahun
1997/1998. Krisis ekonomi mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk
miskin. Menurut perhitungan BPS, jumlah penduduk miskin meningkat
menjadi 49,5 juta jiwa (24,2%) pada tahun 1998.21 Pemerintah telah
berhasil memperbaiki kondisi perekonomian melalui pengendalian harga
barang dan jasa, serta meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga

16
jumlah penduduk miskin menurun secara bertahap dari semula 49,5 juta jiwa
(24,2%) pada tahun 1998 menjadi 36,1 juta jiwa (16,6%) pada 2004. Dari
jumlah penduduk miskin tersebut, 11,5 juta jiwa (12,6%) berada di perkotaan
dan 24,6 juta jiwa (19,5%) berada di perdesaan.
Untuk mengatasi kemiskinan yang lebih buruk pemerintah selanjutnya
mengeluarkan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang di koordinasikan
melalui Keputusan Presiden Nomor 190 Tahun 1998 tentang Pembentukan
Gugus Tugas Peningkatan Jaring Pengaman Sosial. Program ini merupakan
upaya pemerintah untuk menyalurkan bantuan kepada masyarakat dalam
wadah pengelolaan keuangan yang lebih terpadu, transparan, dapat
dipertanggungjawabkan, dan memberikan akses langsung kepada
masyarakat secara cepat serta berkesinambungan. Program ini tercipta
karena adanya kesadaran akan krisis yang beralih dengan cepat sekali dari
suatu krisis moneter menjadi krisis ekonomi, krisis keamanan dan akhirnya
jadi suatu krisis politik sosial dan krisis moral.

3.3 Pada Masa Kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla


Penanggulangan kemiskinan yang komprehensif memerlukan
keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dunia usaha (sektor swata) dan masyarakat merupakan pihak-pihak yang
memiliki tanggung jawab sama terhadap penanggulangan kemiskinan.
Pemerintah telah melaksanakan penanggulangan kemiskinan melalui berbagai
program dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar warga negara secara layak,
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat miskin, penguatan
kelembagaan sosial ekonomi masyarakat serta melaksanakan percepatan
pembangunan daerah tertinggal dalam upaya mencapai masyarakat Indonesia
yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan. Namun keseluruhan upaya tersebut
belum maksimal jika tanpa dukungan dari para pemangku kepentingan lainnya.
Untuk menunjang penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan
mewujudkan percepatan penanggulangan kemiskinan dirumuskan empat strategi
utama.

17
Pada masa kepemimpinan JokowiJusu Kalla, pemerintah menetapkan
strategi-strategi penanggulangan kemiskinan tersebut di antaranya:
(1) Memperbaiki program perlindungan sosial;
(2) Meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar;
(3) Pemberdayaan kelompok masyarakat miskin; serta
(4) Menciptakan pembangunan yang inklusif.
Berdasarkan kebijakan pemerintah yang dituangkan di dalam peraturan
perundang-undangan sebagaimana yang telah diuraikan penulis sebelumnya,
diketahui bahwa pada masa pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, pemerintah
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Dalam Peraturan Presiden ini
disebutkan bahwa untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, pemerintah
menetapkan program perlindungan social yang meliputi:

(a) Program Simpanan Keluarga Sejahtera;


(b) Program Indonesia Pintar;
(c) Program Indonesia Sehat.
Adapun untuk lebih jelasnya maka akan diuraikan sebagai berikut:
1. Program Simpanan Keluarga Sejahtera
Simpanan Keluarga Sejahtera diberikan kepada keluarga pemegang
Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang merupakan pengganti Kartu
Perlindungan Sosial (KPS). Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) merupakan
penanda keluarga kurang mampu yang berhak untuk mendapatkan
berbagai bantuan sosial termasuk simpanan keluarga sejahtera.
2. Program Indonesia Pintar
Program Indonesia Pintar melalui KIP adalah pemberian bantuan tunai
pendidikan kepada seluruh anak usia sekolah (6-21 tahun) yang menerima
KIP, atau yang berasal dari keluarga miskin dan rentan keluarga/rumah
tangga pemegang Kartu Keluarga Sejahtera/KKS) atau anak yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Program Indonesia
Pintar melalui KIP merupakan bagian penyempurnaan dari Program
Bantuan Siswa Miskin (BSM) sejak akhir 2014.

18
Program Indonesia Pintar adalah salah satu program nasional
(tercantum dalam RPJMN 2015-2019) yang bertujuan untuk:

a. Meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar dan menengah.


b. Meningkatkan angka keberlanjutan pendidikan yang ditandai
dengan menurunnya angka putus sekolah dan angka melanjutkan.
c. Menurunnya kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok
masyarakat, terutama antara penduduk kaya dan penduduk miskin,
antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, antara wilayah
perkotaan dan perdesaan, dan antar daerah. d. Meningkatkan
kesiapan siswa pendidikan menengah untuk memasuki pasar kerja
atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.

3. Program Indonesia Sehat


Kartu Indonesia Sehat (KIS) menjamin dan memastikan masyarakat
kurang mampu untuk mendapat manfaat pelayanan kesehatan seperti yang
dilaksanakan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Lebih dari itu, secara bertahap
cakupan peserta akan diperluas meliputi Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial dan bayi yang lahir dari Penerima Bantuan Iuran (PBI)
yang selama ini tidak dijamin. KIS memberikan tambahan manfaat, layanan
preventif, promotif dan deteksi dini yang akan dilaksanakan secara lebih
intensif dan terintegrasi. KIS memberikan jaminan bahwa pelayanan oleh
fasilitas kesehatan tidak membedakan peserta berdasarkan status sosial.
Penyelenggara Program adalah BPJS Kesehatan. Perlu ditekankan bahwa
layanan kesehatan bagi pasien pemegang kartu lain yang dikeluarkan BPJS
berlangsung seperti biasa dengan manfaat yang sama dengan pemegang
Kartu Indonesia Sehat. Penggantian Kartu BPJS menjadi Kartu Indonesia
Sehat akan berlangsung bertahap.

4. Pengentasan Kemiskinan Dalam Islam


Dengan memahami akar masalah, akan lebih mudah bagi kita untuk
memahami fenomena kemiskinan yang semakin merajadi sekeliling kita. Akar
kemiskinan di negeriini adalah perilaku eksploitatif akibat penerapan bunga sehingga

19
kita setiap tahunnya harus menghabiskan Sebagian besar anggaran negara untuk
membayar bunga utang dan sektor riil harus collapse tercekik bunga tinggi perbankan.
Akar kemiskinan di negeri ini adalah birokrasi yang korup dan pemusatan kekuasaan
ditangan kekuatan politik dan pemilik modal sehingga tidak jelas lagi mana kepentingan
publik dan mana kepentingan pribadi. Akar kemiskinan di negeri ini adalah buah dar
ikejahatan kita terhadap lingkungan yang kita rusak sedemikian masif dan ekstensif.
Strategi Pengentasan Kemiskinan Islam memiliki berbagai prinsip-prinsip terkait
kebijakan publik yang dapat dijadikan panduan bagi program pengentasan kemiskinan
dan sekaligus penciptaan lapangan kerja (Wibisono, 2010), yaitu:

1) Islam mendorong pertumbuhan ekonomi yang memberi manfaat luas bagi


masyarakat (pro-poorgrowth). Islam mencapai pro-poor growth melalui dua
jalur utama: pelarangan riba dan mendorong kegiatan sektor riil. Pelarangan riba
secara efektif akan mengendalikan inflasi sehingga daya beli masyarakat
terjaga dan stabilitas perekonomian tercipta. Pada saat yang sama, Islam
mengarahkan modal pada kegiatan ekonomi produktif melalui kerjasama
ekonomi dan bisnis seperti mudharabah, muara’ah, dan musaqat. Dengan
demikian, tercipta keselarasan antara sektor riil dan moneter sehingga
pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung secara berkesinambungan.
2) Islam mendorong penciptaan anggaran negara yang memihak kepada
kepentingan rakyat banyak (pro-poor budgeting). Dalam sejarah Islam, terdapat
tiga prinsip utama dalam mencapai pro-poor budgeting yaitu: disiplin fiskal
yang ketat, tata kelola pemerintahan yang baik, dan penggunaan anggaran
negara sepenuhnya untuk kepentingan publik. Tidak pernah terjadi defisit
anggaran dalam pemerintahan Islam walau tekanan pengeluaran sangat tinggi,
kecuali sekali pada masa pemerintahan Nabi Muhammad karena perang. Yang
lebih banyak didorong adalah efisiensi dan penghematan anggaran melalui good
governance. Di dalam Islam, anggaran negara adalah harta publik sehingga
anggaran menjadi sangat responsive terhadap kepentingan orang miskin, seperti
menyediakan makanan, membayar biaya penguburan dan utang, memberi
pinjaman tanpa bunga untuk tujuan komersial, dan beasiswa bagi yang belajar
agama.

20
3) Islam mendorong pembangunan infrastruktur yang memberi manfaat luas bagi
masyarakat (pro-poorinfrastructure). Islam mendorong pembangunan
infrastruktur yang memiliki dampak eksternalitas positif dalam rangka
meningkatkan kapasitas dan efisiensi perekonomian. Nabi Muhammad SAW
mem-bagikan tanah di Madinah kepada Masyarakat untuk membangun
perumahan, mendirikan pemandian umum disudut kota, membangun pasar,
memperluas jaringan jalan, dan memperhatikan jasa pos.Khalifah Umar bin
Khattab membangun kota Kufah dan Basrah dengan memberi perhatian
besar pada infrastruktur dan tata ruang kota. Beliau juga memerintahkan
Gubernur Mesir, Amr bin Ash, untuk mempergunakan sepertiga penerimaan
Mesir untuk pembangunan jembatan, kanal, dan jaringan air bersih.
4) Islam mendorong penyediaan pelayanan publik dasar yang berpihak pada
masyarakat luas (pro-poor publicservices). Terdapat tiga bidang pelayana
npublik yang mendapat perhatian Islam secara serius: birokrasi, pendidikan, dan
kesehatan. Di dalam Islam, birokrasi adalah amanah untuk melayani publik,
bukan untuk kepentingan diri sendiri atau golongan. Khalifah Usman tidak
mengambil gaji dari kantornya. Khalifah Ali membersihkan birokrasi dengan
memecat pejabat-pejabat pubik yang korup. Selain itu, Islam juga mendorong
pembangunan pendidikan dan kesehatan sebagai sumber produktivitas untuk
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Nabi Muhammad SAW meminta tebusan
bagi tawanan perang dengan mengajarkan baca tulis kepada masyarakat.Nabi
Muhammad juga menyuruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan
memerintahkan agar orang sakit dikarantina hingga sembuh untuk mencegah
penyebaran penyakit.
5) Islam mendorong kebijakan pemerataan dan distribusi pendapatan yang
memihak rakyat miskin (pro-poor income distribution). Terdapat tiga instrumen
utama dalam Islam terkait distribusi pendapatan yaitu aturan kepemilikan
tanah, penerapan zakat, serta menganjurkan qardul hasan, infak, dan wakaf.
Islam mengatur bagi setiap orang yang menghidupkan tanah mati, maka tanah
itu menjadi milik-nya. Dan bagi siapa saja yang menelantarkan tanahnya, maka
negara berhak mengambilnya untuk kemudian memberikan kepada orang lain
yang siap mengolahnya. Dengan penerapan zakat, maka tidak akan ada

21
konsentrasi harta pada sekelompok masyarakat. Zakat juga memastikan bahwa
setiap orang akan mendapat jaminan hidup minimum sehingga memiliki peluang
untuk keluar dari kemiskinan. Lebih jauh lagi untuk memastikan bahwa harta
tidak hanya beredar di kalangan orang kaya saja, Islam juga sangat mendorong
orang kaya untuk memberikan qard, infak, dan wakaf. Firman Allah SWT dalam
surat Al-Araf ayat 180: “Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah
kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.
Berdasar buku Tafsir Manajemen Bisnis Seri Detak Asma’ul Husna (Dr.
H.Khairul Alwan Ar-Riva’i Nasution, MM)bagian ke 79 (hal 241-269) sebagai
umat muslim, untuk menerapkan strategi pengentasan kemiskinan dalam
perspektif Islam, adalah dengan meneladani sifat Allah SWT yaitu Al Barr
(Yang Maha Dermawan). Di dalam surat At Thur (52) ayat 27-28 gambaran
tentang sifat Al Barr ini digandengkan dengan sifat Ar Rahim yaitu: “Maka
Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka.
Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dialah yang
melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang” Penggandengan sifat Al barr
dengan Ar Rahim adalah bahwa kedermawanan Allah SWT tidak didasarkan
oleh suatu pamrih, tetapi kedermawanan Allah didasarkan semata-mata karena
kasih sayangNYA kepada hamba-NYA.
Salah satu strategi pengentasan kemiskinan Islam adalah mendorong orang kaya
untuk memberikan qard, infak, dan wakaf. Untuk memberikan qard, infak, dan wakaf
perlu dibangun sifat dermawan tersebut. Upaya dan ikhtiar untuk mencontoh dan
meneladani sifat Al Barr ini sangat penting, sebagaimana dapat ditemui dalam surat Al
Baqarah (2) ayat 261-262: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui.” “Orang- orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,
kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-
nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan sipenerima), mereka

22
memperoleh pahala di sisi Tuhanmereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) merekabersedih hati” Sifat kedermawanan akan bermakna positif jika
kedermawanan itu dilakukan dengan niat dan motivasi yang ikhlas. Bahkan dalam
salah satu Hadits NabiMuhammad SAW dijelaskan jangan sampai tangan kiri
mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanan. Implementasi kedermawanan yang
melekat menjadikan antara yang memberi dan menerima dalam ikatan kasih sayang
yang dinafasi oleh kelemah lembutan dan sikap tolong menolong.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan
kesehatan. Secara umum pengertian dari kemiskinan sangat beragam, tergantung
dasar pemikiran dan cara pandang seseorang. Namun kemiskinan identik dengan
ketidakmampuan sekelompok masyarakat yang terhadap sistem yang diterapkan oleh
suatu pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan
tereksploitas.
Kemiskinan dapat dibagi dalam empat bentuk, yaitu: kemiskinan absolut,
kemiskinan relative, kemiskinan kultural, kemiskinan structural. Kemiskinan juga
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan

23
(artificial). Dan kemiskinan terbagi atas beberapa dimensi di anatara nya :
kemiskinan dalam dimensi ekonomi, kemiskinan dalam dimensi ekonomi,
kemiskinan dalam dimensi sosial dan budaya, kemiskinan dalam dimensi sosial
politik, kemiskinan dalam dimensi pendidikan, agama, dan budi pekerti
Dan yang seperti yang kita lihat di negara kita kemiskinan terjadi karena faktor
Pendidikan yang rendah, tingginya angka kelahiran yang tidak di barengi dengan
ekonomi yang mencukupi, dan lain sebagainya. Dalam mengatasi kemiskinan
tersebut pemerintah sudah berupaya untuk menanggulanginya seoerti contoh pada
masa pride presiden Jokowi-jusuf kala dengan menggunakan strategi Memperbaiki
Program Perlindungan Sosial, Meningkatkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar, :
Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin, dan Pembangunan Inklusif.
Akar kemiskinan di negeri ini adalah birokrasi yang korup dan pemusatan
kekuasaan ditangan kekuatan politik dan pemilik modal sehingga tidak jelas lagi
mana kepentingan publik dan mana kepentingan pribadi.
Salah satu strategi pengentasan kemiskinan Islam adalah mendorong orang kaya
untuk memberikan qard, infak, wakaf,menggiatkan shodaqoh, dan zakat.

DAFTAR PUSTAKA

Erni Hasmita, 2017, Peranan Program Simpan Pinjam Perempuan Dalam


Menanggulangi Tingkat Kemiskninan Di Kecamatan Batipuh Di
Kecamatan Tanah Datar, UIN Imam Bonjol Padang,
Chriswardani Suryawati, 2005, Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional,
Vol.8, Hal 123-128, (Di akses tanggal 16 Oktober 2023).
Slamet Rosyadi, Tobirin, 2010, Perumusan Kebijakan Publik dalam Menggali Akar
Kemiskinan, Vol. 10, Hal 117, (Di akses tanggal 16 oktober 2023).
Itang, 2015, Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan, Vol. 16, Hal. 7-10, (Di akses
tanggal 17 Oktober 2023).
Mardiyana, Mulyana, 2017, Analisis Kebijakan Pengetasan Kemiskinan Di
Indonesia, Vol. 10, Hal. 80-87, (Di akses tanggal 17 Oktober 2023).

24
Sri Budi Cantika Yuli, 2013, Strategi Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif
Islam, Vol. 4, Hal. 108, (Di akses tanggal 17 Oktober 2023).
Edi Suharto, 2007, Kebijakan sosial Sebagai Kebijakan publik, Bandung: alfabeta,
2007, (Di akses tanggal 17 Oktober 2023).

Tugas 2 : Jelaskan sudut pandang baru dalam analisis kemiskinan menurut anda!

Mengelola Keuangan Dengan Baik Dapat Mengurangi Kemiskinan Yang Ada Di


Indonesia

Kemiskinan merupakan salah satu tantangan sosial yang masih melanda


Indonesia. Meskipun telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam
beberapa dekade terakhir, sebagian besar penduduk Indonesia masih hidup di bawah
garis kemiskinan. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian serius terhadap upaya
mengurangi kemiskinan di negara ini. Salah satu pendekatan yang dapat efektif dalam
mengatasi masalah ini adalah dengan mengelola keuangan dengan baik.

25
Mengelola keuangan dengan baik adalah prinsip dasar yang dapat membantu
individu dan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dalam konteks
kemiskinan di Indonesia, hal ini dapat menjadi kunci dalam mengurangi tingkat
kemiskinan.
Banyak masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan. Masih banyak anak anak
yang tumbuh dengan gizi yang tidak cukup dan bahkan tidak mendapatkan pendidikan
yang pantas karena kemiskinan yang ada.
Saat ini banyak sekali masyarakat miskin yang terlibat judi online hal ini dapat
dilihat dari data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
mengungkap 2,2 juta warga berpenghasilan rendah alias miskin rela menggelontorkan
dana buat main judi online. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat miskin tidak dapat
mengelola keuangannya dengan baik dan tidak bisa memprioritaskan hal-hal yang
menjadi kebutuhan mereka.
Selain judi online, rokok juga berpengaruh terhadap kemiskinan karena selain
berdampak buruk terhadap kesehatan, efek jangka panjang rokok juga dapat
memperburuk keuangan rumah tangga. Pada 2022 lalu, jumlah perokok sekitar 60,3 juta
jiwa, kemudian bertambah menjadi 69,1 juta jiwa pada 2021. Berdasarkan data tersebut,
dapat dihitung pengeluaran rokok masyarakat Indonesia yang sebanyak 69,1 juta orang
tersebut adalah sekitar 64 triliun rupiah per tahun. Atlas Tembakau Indonesia pada
tahun 2020 melaporkan bahwa semakin miskin masyarakat, maka konsumsi rokoknya
semakin tinggi.
Apabila masyarakat dapat mengelola keuangan dengan baik dan cerdas dalam
memprioritaskan kebutuhan yang ingin dibayarkan, bukan tidak mungkin kemiskinan
dapat akan berkurang. Mereka dapat menggunakan uang yang digunakan untuk
membeli rokok ataupun judi online untuk keperluan yang lebih penting seperti membeli
beras, lauk pauk dan biaya pendidikan.
Oleh karena itu saya mengutarakan sudut pandang baru mengenai hal ini,
dimana dengan mengelola keuangan yang baik maka kemiskinan dapat berkurang.

26
27

Anda mungkin juga menyukai