Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persoalan kemiskinan yang begitu kompleks sudah semestinya memperoleh


perhatian dari berbagai pihak secara bersama dan terkoordinir, demi terwujudnya
cita-cita bangsa yakni kesejahteraan. Kemiskinan merupakan salah satu persoalan
bangsa Indonesia, yang ditandai dengan masih banyaknya jumlah penduduk yang
hidup dibawah garis kemiskinan. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan,
pemerintah meluncurkan sebuah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri yang dimulai pada tahun 2007 yang dinyatakan dalam keputusan
presiden nomor 7 tahun 2005. Melalui program tersebut dirumuskan kembali
mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur
masyarakat, melalui dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan
evaluasi model pemberdayaan seperti ini disebut sebagai Pemberdayaan berbasis
masyarakat. Tujuan dari pemberdayaan berbasis masyarakat, adalah untuk
menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat dan kemandirian masyarakat terutama
masyarakat miskin.

PNPM-Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat


yang dilaksanakan oleh berbagai sektor departemen dan pemerintah daerah.
Pelaksanaannya juga diprioritaskan pada desa-desa tertinggal. Dengan
pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat kedalam kerangka
kebijakan program, cakupan pembangunannya diharapkan dapat diperluas hingga
ke daerah-daerah terpencil dan terisolir. Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan
yang selama ini sering berduplikasi antar proyek diharapkan juga dapat
diwujudkan.

Sebagai kerangka pemberdayaan yang mencakup kebutuhan masyarakat miskin


bersifat nasional dan dilakukan oleh 13 Departemen, 1 Lembaga negara dibawah
kendali menteri koordinasi kesejahteraan rakyat ini, menempatkan masyarakat
sebagai penentu arah solusi persoalan yang mereka hadapi, selain itu program
tersebut juga memberikan peluang yang luas bagi daerah untuk

1
menerjemahkannya kedalam suatu kerangka kebijakan program yang bersifat
kedaerahan sesuai dengan pemetaan kebutuhan dan kondisi masyarakatnya.
Tujuannya tidak lain adalah sebagai upaya bersama secara partisipatoris dalam
mengatasi persoalan kemiskinan di masyarakat. Masyarakat Desa Margorejo,
merupakan salah satu kelompok masyarakat dengan persoalan yang kompleks
terutama kemiskinan struktural, jumlah penduduk miskin didesa Margorejo cukup
signifikan dengan persentase 65% dari jumlah total penduduk 3937 jiwa.
Ditambah lagi kondisi geografis yang kurang bersahabat, karena Desa Margorejo
berada di dataran tinggi, maka setiap musim kemarau tiba masyarakat mengalami
kesulitan mendapatkan air bersih. Namun apabila Musim penghujan tiba jalan
didusun 1 dan dusun 3 becek dan licin sehingga menghambat akses transportasi.
Selain itu banyak pengusaha kecil yang kesulitan modal untuk mengembangkan
usahanya. Dan semakin diperparah dengan sistem keamanan yang tidak begitu
kondusif yang mengakibatkan masyaraka resah.

Berbagai program yang digulirkan selama ini efektifitasnya kurang begitu terasa
di masyarakat Desa Margorejo, dan terkesan hanya sebagai formalitas, diantara
penyebabnya adalah pelaksanaan konsep yang kurang mengena akibat dari
pemetaan yang kurang melibatkan masyarakat (partisipatoris). Kegagalan
program kemiskinan itu sebetulnya berakar dari anggapan klasik masyarakat
bahwa mereka merasa program yang diterima merupakan program pemerintah dan
dilaksanakan oleh para pekerja khusus yang digaji, dan dana yang ada merupakan
dana negara jadi masyarakat tidak mempunyai rasa memiliki atas hasil dari
program tersebut dan inilah yang menjadi penyebab partisipasi masyarakat sangat
kurang. Namun dengan adanya Program Naional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri ini, pemerintah berharap masyarakat mampu berperan aktif dalam
membangun daerahnya sendiri. Oleh sebab itu sasaran dari penelitian ini untuk
menganalisis partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dari program PNPM-
Mandiri di Desa Margorejo dalam pelaksanaan pemberdayaan guna
penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah kota Kotabumi, mulai
dari tahap seleksi lokasi hingga kemandiran.

2
B. Rumusan Masalah

Bagaimana konsep program PNPM-Mandiri dan penerapannya dalam


memberdayakan masyarakat sebagai upaya untuk mengurangi kemiskinan di Desa
Margorejo, kecamatan Kotabumi Utara, Lampung Utara di bidang:

a. Peningkatan ekonomi masyarakat,

b. Pengembangan partisipasi masyarakat,

c. Pemberdayaan masyarakat,

d. Peningkatan SDM Masyarakat,

e. Peningkatan kualitas hidup dan kehidupan sosial masyarakat.

C. Tujuan

Dalam rangka mengoptimalkan potensi wilayah pertanian untuk memperoleh


produk unggulan yang mampu bersaing diera pasar bebas seperti saat ini, maka
penting dilakukan upaya meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) petani
untuk pengembangan pada sektor pertanian. Dan untuk meingkatkn kesehatan
masyarakat, serta pemanfaatan potensi keindahan alam sebagai kawasan
agrowisata. Maka dirumuskan tujuan PNPM mandiri di Desa Margorejo sebagai
berikut:

1) Mengembagkan pertanian dalam rangka peningkatan pendapatan dan


kesejahteraan masyarakat,

2) Memberdayakan masyarakat yang umumnya sebagai petani,

3) Meningkatkan penerapan ilmu dan teknologi pertanian dan peternakan untuk


meningkatkan prodiksi, serta mendorong pengembangan sistem usha agribisnis
yang efisien, modern, dan global,

4) Menuju masyarakat sehat, dan

5) Kawasan agrowisata menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan dalam bahasa inggis yaitu empowerment, dengan kata dasarnya


yakni power yang berarti punya kekuatan untuk memberdayakan. Atau pemberian
kemampuan untuk yang lemah, supaya berdaya dengan menggali potensi-potensi
yang ada pada mereka. Pemberdayaan dimaksudkan agar masyarakat menjadi
berdaya dalam artian memiliki kemampuan untuk merubah keadaan, dan
terangkat dari kondisi ketertinggalan.

Pemberdayaan menurut Welerstein adalah “suatu aksi sosial yang meningatkan


partisipasi orang, organisasi dan mayarakat, politik memperbaiki kehidupan
masyarakat dan keadilan sosial, dimana individu-individu dan kelompok-
kelompok mendapatkan akses kekuasaan untuk mengawaasi sumber-sumber daya
dan mengawasi kehidupannya. Dalam pelaksanaannya mereka punya kemampuan
untuk mencapai aspirasi dan tujuan-tujuan pribadi maupun kelompok.

Menurut Chambers pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep


pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini
menunjukan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat "pople-centered,
participatory, empowering, and sustineble". konsep ini lebih luas dari hanya
semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic need) atau menyediakan
mekanisme untuk mencegah kemiskinan lebih lanjut (safety net), yang
pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari
alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan dimasa lalu, diantaranya teori
State Development dengan Society Development (people-centred development.).
Hampir semua orang pernah mendengar istilah pembangunan (development),
tetapi apa yang dibayangkannya bisa jadi sangat berbeda. Hal ini terkait erat
dengan perkembangan teori pembangunan yang sudah diimplementasikan dalam
proses pembangunan dibanyak Negara maju dan berkembang. Sebagaimana teori-
teori besar di dunia, teori pembangunan juga mengalami perkembangan yang
cukup dinamis dalam merespon realita perubahan sosial yang terjadi di banyak

4
Negara berkembang. Perkembangan teori pembangunan menurut Chasan
ascholani adalah:5

Pertama, teori pembangunan yang dimunculkan oleh kalangan neoliberal paska


perang dunia ke-II. Teori ini muncul dari kepentingan banyak negara untuk
membangun negaranya setelah perang yang berkepanjangan. Dasar teori ini
adalah untuk menciptakan pembangunan yang mendorong terwujudnya pasar
bebas (free market). Karena, sistem pasar bebas dianggap mampu menyelesaikan
persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang melanda banyak negara
berkembang. Sistem pasar bebas ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dengan sendirinya, dan manfaatnya akan mengalir juga kepada orang miskin
(trickle down effect theory). Salah satu penggagas teori ini yang terkenal adalah
Rostow. Teorinya yang terkenal adalah teori “Lima tahapan pertumbuhan
Ekonomi”. Kelima tahapan tersebut adalah:

a. Masyarakat tradisional

b. Persiapan menuju tinggal landas

c. Tinggal landas

d. Masyarakat dewasa

e. Masa tingginya konsumsi masyarakat.

Kedua, teori pembangunan yang dimunculkan oleh kelompok pendukung


structuralism. Kelompok ini menganggap bahwa pasar tidak bisa menyelesaikan
persoalan masyarakat untuk mencapai tujuan pembangunan, maka negara harus
mengkontrol pasar. Kemudian, teori 5ini dikenal dengan nama “developmental
state theory”. Artinya, negara adalah sebagai aktor utama pembangunan ekonomi.

Ketiga, untuk menengahi perbedaan tajam antara kelompok neoliberal dan


structuralist, kelompok Keynesian memperkenalkan teori interventionism. Teori
ini menganggap pasar dan negara adalah sama pentingnya, maka keduanya harus
bekerjasama untuk pencapaian tujuan pembangunan. Pasar dibutuhkan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang diharapkan juga bisa meningkatkan

5
kesejateraan masyarakat, sedangkan negara diharapkan untuk bisa membuat
peraturan yang mendukung agar para pelaku pasar bisa bermain secara adil dan
sehat. Dari Ketiga teori pembangunan tersebut, semuanya berorientasi pada
perubahan ekonomi dan sosial. Sehingga, intervensi yang dilakukan diprioritaskan
pada pengembangan ekonomi dan kondisi sosial masyarakat. Selain itu juga
beranggapan bahwa industrialisasi adalah perubahan penting untuk meningkatkan
produktifitas dan kesejahteraan. Sedangkan perbedaannya terletak pada cara atau
pendekatan dalam menjalankan industrialisasi tersebut.

Jika dilihat secara konseptual dan secara teoritik, maka pengembangan


masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk mlepaskan diri dari
perangkap kemiskinan, dan keterbelakangan. dengan kata lain memberdayakan
adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

Dalam proses pengembangan masyarakat ada upaya untuk mengembangkan


sumber daya manusia (di pedesaan), penciptaan peluang dan berusaha yang sesuai
dengan keinginan masyarakat. sementara itu keberdayaan dalam konteks
masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan
membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. keberdayaan
masyarakat merupakan unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat
bertahan, dan dalam pengetahuan yang dinamis mengembangkan diri dan
memcapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat itu sendiri menjadi sumber dari
apa yang didalam wawasan politik disebut sebagai ketahanan nasional. Selain itu
Pemberdayan Masyarakat merupakan proses perubahan sosial, ekonomi dan
politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui
proses belajar mengajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan prilaku
pada diri semua individu, kelompok, maupun kelembagaan yang terlibat dalam
proses pembangunan, demi mewujudkan kehidupan yang semakin berdaya,
mandiri, dan partisipatif yang semakin sejahtera berkelanjutan.

Dari beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan


masyarakat adalah suatu upaya yang dilakukan oleh masyarakat, dengan atau
tanpa dukungan pihak luar, untuk memperbaiki kehidupannya yang berbasis

6
kepada diri mereka sendiri, melalui upaya optimasi diri serta peningkatan posisi-
tawar yang dimiliki dengan kata lain, pemberdayaan harus menempatkan
kekuatan masyarakat sebagai sabjek dan objek serta menhindari manipulasi oleh
pihak luar yang mematikan kemandirian masyarakat. Pendekatan proses lebih
mengutamakan masyarakat sebagai sabjek Dan objek, pendekatan ini
memungkinkan pelaksanaan pembangunan yang memanusiakan manusia, karena
yang lebih penting bukan bagaimana hasilnya melainkan bagaimana proses nya
sehingga hasil tadi diperoleh apakah sudah melibatkan masyarakat secara
keseluruhan atau belum.

B. Pengertian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)


Mandiri

PNPM Mandiri adalah suatu program Nasional dalam wujud kerangka kebijakan
dasar sebagai acuan dalam pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan melalui harmonisasi, pengembangan sistem serta mekanisme dan
prosedur program, penyediaan pendampingan serta pendanaan simulan untuk
mendorng prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan ke!
iskinan yang berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat secara optimal dalam
mengatasi problem-problem kemiskinan yang terjadi.

Melalui program PNPM Mandiri ini masyarakat diharapkan dapat berperan aktif
dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah-masalah yang sedang
dihadapi. Dengan kata lain melalui program PNPM Mandiri ini, masyarakat
hendaknya dapat mandiri dan pro-aktif dalam menentukan kegiatan yang mampu
melepaskan dirinya dari jeratan kemiskinan. Adapun proses pemberdayaan
masyarakat melalui program PNPM Mandiri merupakan upaya membangun
kemampuan (capacity building) masyarakat dan memberdayakan sumber daya
manusia (SDM) yang ada melalui pengembangan kelembagaan, sarana dan
prasarana serta pengembangan tiga-P (Pendampingan, Penyuluhan, dan
Pelayanan) hal ini sesuai dengan perspektif pluralis. Oleh sebab itu pemberdayaan
masyarakat harus dirancang dan dilaksanakan secara komprehensif. Mengutip
definisi Asian Development Bank 7ADB), kegiatan pembangunan termasuk

7
pemberdayaan masyarakat dianggap bersifat komprehensif jika menampilkan lima
karakteristik:

1) Berbasis lokal,

2) Berorientasi pada peningkatan kesejahteraan,

3) Berbasis kemitraan,

4) Bersifat holistik (menyeluruh)

5) Berkelanjutan.1

Sedangkan upaya pemberdayaan masyarakat secara partisipatoris seperti


dikatakan Ginanjar Kartasasmita, harus dilakukan melalui tiga arah. Pertama,
menciptakan suasana iklim yang kemungkinan potensi masyarakat dapat
berkembang (enabling). Artinya, setiap manusia atau masyarakat telah memiliki
potensi, sehingga pada saat melaksanakan langkah pemberdayaan diupayakan
agar mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
mengembangkan potensi yang telah dimiliki. Kedua, memperkuat daya atau
potensi yang telah dimiliki masyarakat (empowering), artinya langkah-langkah
pemberdayaan yang dilakukan agar mengarah pada sektor riil atau langkah nyata
Ketiga, melindungi masyarakat (protection). Hal ini berarti proses pemberdayaan
yang dilakukan dengan berupaya mencegah persaingan tidak seimbang serta
praktik eksploitasi antara yang kuat terhadap yang lemah.2

1
Dr. zubaedi, M.Ag, MPd. Wacana Pembangunan Alternative. hlm.99
2
Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan Untuk Rakyat, (Jakarta: CIDES,1996),
hlm.145

8
BAB III

PEMBAHASANA

A. Profil Desa Margorejo

1 Sejarah Desa

Asal usul desa Margorejo, desa Margorejo berdiri pada tahun 1975. Pada saat itu
pemerintah mendatangkan penduduk dari berbagai daerah dari pulau Jawa, antara
lain; jawa timur, jawa tengah, dan jawa barat yang dinamakan integrasi ABRI way
abung III unit 1 yang diikuti oleh 500 kepala keluarga. Dari tahun 1975 sampai
dengan 1980 masih dibina oleh transmigrasi, dan pada tahun 1981 dari
transmigrasi menggerakan kepada kepala daerah lampung utara pembinaannya.

Pada waktu itu desa ini diberi nama oleh transmigrasi yang bernama Sanen dan
pengesahannya oleh Koranwil propinsi Lampung dinamakan Desa Margorejo
yang berarti jalan ramai. Dengan harapan kelak desa Margorejo ini menjadi desa
yang berkembang dan jalannya selalu ramai. Konon Desa Margorejo ini pada
dahulu kala letaknya diapit oleh pabrik tebu dan perkebunan tebu, sehingga jalan
di Desa margorejo ini menjadi jalur transportasi angkutan hasil bumi. Setelah
dibina oleh Daerah Kab. Lampung Utara maka segala tata tertib tentang
pemerintahan ikut kecamatan Kotabumi. Pada tahun 1983 kecamatan Kotabumi
dimekarkan dinamakan kecamatan pembantu Kotabumi Utara. Pada tanggal 2
desember tahun 2000 diresmikan oleh Bupati Lampung Utara menjadi kecamatan,
dan desa Margorejo adalah salah satu wilayah desa dari kecamatan Kotabumi
Utara.

Saat ini desa Margorejo terdiri dari 7 dusun, dan jumlah penduduknya sebanyak
3837 jiwa. Dusun 1 sampai dusun 7 berurutan yaitu: Waspada, Bumi Indah, Vidia
Karya, Karya Tani, SY, Ogan njali dan Wono Mulyo.

2. Geografis

9
Desa margorejo merupakan salah satu Desa di wilayah Kotabumi Utara kabupaten
Lampung Utara, yang terletak 5km ke arah barat dari kota kecamatan. Desa
Margorejo mempunyai luas wilayah seluas 1200 ha. Di sebelah utara Desa
Margorejo ini bernatasan dengan Desa Penagan, sebelah timur berbatasan dengan
Desa Papan Rejo, kemudian sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kali Cinta,
dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Talang Jali.

3. Keadaan Sosial Ekonomi

Cara menganalisa keadaan sosial ekonomi di desa Margorejo ini dengan


menggunakan pendekatan reputasional, yaitu manempatkan objek penelitian atau
ukuran sekala tertentu. Desa Margorejo mempunyai jumlah penduduk 3937 jiwa,
yang tersebar dalam 7 Dusun dengan perincian sebagai berikut: dusun 1 sejumlah
632 penduduk, dusun 2 sejumlah 280 penduduk, dusun 4 sejumlah 1.233
penduduk, dusdn 5 sejumlah 542 penduduk, dusn 6 sejumlah 190 penduduk dan
dusun 7 sejumlah 370 penduduk.

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Margorejo adalah sebagai berikut: pra-


sekolah sejumlah 110 orang, tingkat SD sejumlah 273 orang, tingkatm SMP
sejumlah 437 orang, SMA sejumlah 219 orang dan Sarjana sejumlah 54 orang.

a. Mata Pencaharian

Karena Desa Margorejo merupakan Desa pertanian, maka sebagian besar


penduduknya bermata pencaharian petani, selengkapnya sebagai berikut: Warga
berprofesi sebagai petani sejumlah 762 orang, pedagang 82 orang, PNS (Pegawai
Negri Sipil) sejumlah 45 orang dan wiraswasta sejumlah 651 orang.

b. Pola penggunaan tanah

Penggunaan tanah di Desa Margorejo sebagian besar diperuntukan untuk tanah


pertanian.

c. Kepemilikan ternak

10
Jumlah kepemilikan hewan ternak penduduk Desa Margorejo adalah sebagai
berikut: 1 orag peternak Ayam dan Itik, 318 orang peternak kambing dan 8 orang
peternak sapi.

d. Sarana dan prasarana

Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Margorejo secara garis besar adalah
sebagai berikut:

1) Sarana umumi; 4 lapangan bola, 1 pasar tradisional, 5 pemakaman, 1 jalan


Desa dan 1 jalan Kecamatan

2) Gedung pelayanan kesehatan; 1 gedung Puskesmas dan 4 gedung posyandu.

3) Gedung pendidikan; 2 gedung TK (Taman Kanak-kank), 5 gedung SD


(Sekolah Dasar), 1

gedung SMP (Sekolah Menegah Atas).

4) Tempat ibadah; 8 Masjid, 6 mushola dan 5 gereja.

4. Kondisi Sosial Budaya

Karakteristik masyarakat desa Margorejo masih bersifat paguyuban


(gemainschalft), karena kondisi sosial budaya di Desa Margorejo sangat di
pengaruhi oleh adat istiadat dan agama penduduk setempat. Meskipun berbeda-
beda suku dan agama namun warga Desa Margorejo tetap bersatu dalam
menjalani kehidupan bermasyarakat dan saling bergotong royong. Biasanya dalam
bercocok tanam warga desa Margorejo menggunakan sistem kerjasama yang
disebut "royongan", yaitu sebuah kerjasama saling tolong menolong sesama
pemilik lahan dalam mengolah ladang mereka secara bergiliran. Ketika musim
panen padi ada sebuah tradisi yang disebut "mbawon" yaitu memanen padi secara
bersama-sama kemudian hasil panen warga yang menolong pemilik lahan dibagi
dengan perolehan ⅓ dari hasil panen. Kondisi seperti ini sesuai dengan pendapat
dari ahli sosiologi Mac Iver dan Page yang menyatakan bahwa “masyarakat

11
adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tatacara dari wewenang dan kerjasama
antar berbagai kelompok dan golongan serta kebiasaan manusia”.

Dalam acara pernikahan biasanya menggunakan adat-istiadat berdasatkan suku


orang yang melakukan pernikahan, diantaranya; temu manten dan ngunduh
manten untuk suku jawa, larian untuk suku lampung, kemudian dalam
mempersiapkan resepsi pernikahan dibantu oleh warga sekitar dan tak jarang
terdapat hiburan dalam acara resepsi baik dalam resepsi pernikahan maupun
khitanan seperti, wayang kulit, wayang golek, reog ponorogo, kuda lumping,
Pencak silat dan debus. Dalam memperingati hari-hari Nasional seperti hari ulang
tahun RI, hari kartini, hari ibu dan hari sumpah pemuda biasanya warga Desa
Margorejo meramaikannya dengan mengadakan perlombaan-perlombaan.

Di kalangan balita dan anak-anak permainan tradisional masih dimainkan meski


tak jarang anak-anak sibuk dengan game elektronik yang ada di place station, hp,
tablet, notebook / laptop. Contoh permainan tradisional yang masih dimainkan di
antaranya: congklak, jeki-jekian, bentik, kelereng / gunduk, monopoli, dan lain-
lain. Kemudian alam kegiatan bagi kaula muda ada sebuah organisasi yang
disebut karang taruna. Bentuk kegiatannya sendiri bermacam-macam, seperti;
kegiatan olahraga, tari, teater, musik dan vokal serta kegiatan mempelajari dan
mendalami agama masing-masing. Dan dikalangan para orang tua terdapat
beragam kegiatan pula seperti: kelompok tani, arisan RT, simpan-pinjam, PKK
untuk para ibu rumah tangga, yasinan bagi para bapak yang muslim, dan gotong
royong membersihkan lingkungan sekitar maupun gotong royong membangun
rumah warga.

Serta terdapat tradisi dalam berbagai peringatan hari-hari penting maupun hari
jadi yang didominasi oleh adat Jawa, seperti muyen untuk kelahiran bayi dari
malam pertama hingga malam ke empat puluh, apabila usia si anak tepat 40 hari
ada tradisi syukuran selapanan/ marhabanan/ aqiqahan, sunatan/ khitanan.

5. Kondisi sosial keagamaan

12
Di desa Margorejo sebaian besar warganya menganut agama Islam dengan
persentase sebesar 75% kemudian 25% nya lagi beragama Nasrani. Dan terdapat
sejumlah sarana peribadahan, yang terdiri dari 7 masjid, 6 mushola dan 5 gereja
yang tersebar di wilayah Margorejo. Dalam beribadah warga desa Margorejo
saling bertoleransi antar umat beragama sehingga dapat hidup berdampingan
dengan rukun dan saling tolong menolong.

B. Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa


Margorejo, Kotabumi Utara, Lampung Utara

1. Kebijakan dan Arah kebijakan Pemerintah Daerah

Dalam rangka menunjang keberhasilan Pembangunan di Kecamatan Kotabumi


Utara, maka ditetapkan kebijakan yang mengacu pada kebijakan daerah
Kabupaten Lampung Utara dan Provinsi Lampung, dimana Kebijakan tersebut
mengacu pada:

a.Peningkatan Ekonomi Masyarakat

Kebijakan ini diarahkan untuk: Meningkatkan pendapatan masyarakat,


mengembangkan usaha agribisnis, mengusahakan kesejahteraan masyarakat.

b. Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Kebijakan ini diarahkan untuk: Mengembagkan peran serta Masyarakat dalam


pembangunan, melestarikan budaya gotong-royong, dan memacu pembangunan di
Desa dan Kecamatan.

c. Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat

Kebijakan ini diarahkan untuk: Memberdayakan masyarakat dalam usaha


pembangunan ekonomi masyarakat, pemberdayaan lembaga sosial masyarakat
untuk menunjang pembangunan, dan memberdayakan masyarakat dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat.

2. Susunan Pengurus

koordinator : Jauhari

13
Ketua : Wirman Amsyah

Sekertaris : Kiki Paramita

Bendahara : Rifka Antoni

Ketua LPMK : Joki Asep

Fasilitator : Noviyani, A.Md

Fasilitator teknik : Doan Darena, ST

PJOK : Slamet Raharjo, BA

PL : Hendrik

KPMD Laki-laki : Wigno Suyono

KPMD Perempuan : Yuli Yati

Kaur Pemerintahan : Supriyanto

Kaur Umum : Witohadi Kusuma

Kaur Pembangunan : Hendra Kanada S.H

Ketua tim pengamat lapangan : Ali Bakri

Penanggung Jawab Pelaksana Kegiatan : Satriyanto

3. Sumber keuangan

Dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri di desa Margorejo kecamatan


Kotabumi Utara dibiayai oleh swadaya/ mitra III PNPM, APBD dan APBN

4. Buku administrasi kelompok

Buku kas : ada

Buku agenda surat masuk : ada

Buku agenda surat keluar : ada

14
Buku catatan kegiatan : ada

Buku notula rapat : ada

Buku anggota Kelompok : ada

Buku daftar hadir : ada

5. Program Kerja

1) Peningkatan ekonomi masyarakat

2) Peningkatan partisipasi masyarakat

3) Pemberdayaan masyarakat

4) Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)

5) Peningkatan kualitas hidup dan kehidupan sosial masyarakat.

6) Memaksimalkan potensi agrowisata dan kawasan Agropolitan

6. Kondisi yang diharapkan

Dalam rangka pembangunan selang 5 (lima) tahun dengan memperhatikan kondisi


saat ini melalui gambaran umum kecamatan Kotabumi Utara maka kondisi saat ini
diharapkan akan terjadi perubahan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal dan ekternal serta asumsi-
asumsi.

Kondisi yang diharapkan:

a. Terjadi peningkatan ekonomi masyarakat,

b. Terjadi peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembagunan,

c. pemberdayaan masyarakat dalam peranannya menunjang pembangunan,

d. Terjadi peningkatan mutu pendidikan,

e. Terjadi peningkatan kualitas hidup melalui kesehatan masyarakat,

15
f. Terjadi hubungan kemasyarakatan yang baik melalui peningkatan kehidupan
sosial.

C. Analisis Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa


Margorejo, Kotabumi Utara, Lampung Utara

1. Seleksi Lokasi

Dalam memberikan gambaran tentang kondisi lingkungan strategis untuk program


PNPM pada suatu daerah dilakukan dengan pendekatan analis "SWOT" yaitu
gambaran yang mendalam tentang kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness)
yang dimiliki sebagai kondisi lingkungan internal daerah atau organisasi serta
peluang (opportunity) dan tantangan (treat) yang ada sebagai kondisi lingkungan
internal daerah atau organisasi. Pendekatan analisis Swot tidak terlepas dari
beberapa issue strategis yang akan diangkat yaitu: Potensi lahan pertanian yang
belum termanfaatkan secara optimal, Pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM), Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, Kesehatan masyarakat,
Pemberdayan masyarakat, Potensi agrowisata dan kawasan Agropolitan.

2. Sosialisasi

Dalam setiap program/ kegiatan pembangunan perlu untuk disosialisasikan,


sehingga setiap program/ kegiatan dapat diketahui oleh masyarakat luas.
Kemudian dalam setiap pengambilan keputusan program atau kegiatan selalu
dirumuskan bersama dalam musyawarah desa yang dihadiri oleh para pejabat
daerah, anggota program, akademisi dan masyarakat umum sejumlah minimal 5
orang untuk perwakitan tiap RT (rukun tetangga).

3. Proses PNPM Mandiri

a. Proses penyusunan RPJM

Proses penyusunan RPJM ini diawali dari musyawarah dusun yang dilakukan oleh
masyarkt beserta jajran aparatur desa, dimulai dari penjaringan masalah dan
potensi yang ada di tiap-tiap dusun pada Desa Margorejo dengan menggunakan
alat indikator; seketsa Desa/Peta sosial Desa/Potret Desa, Kalender musim, dan

16
diagram kelembagaan. Dari hasil penjaringan masalah dan potensi yang dilakukan
di tingkat dusun, kemudian dituangkan dalam format 1 sampai dengan 3.
Selanjutnya dibentuk tim penyusun yang terdiri dari berbagai unsur antara lain
unsur aparat Desa, LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung),
Kepala Dusun, tokoh masyarakat, dan dari unsur perwakilan perempuan. Tim ini
dibentuk melalui musyawarah desa yang diketuai oleh Kepala Desa dan di-SK-
kan oleh Kepala Desa. Berdasarkan hasil rumusan tim penyusun selanjutnya
sebelum dimusyawarahkan kembali dalam forum musyawarah pembangunan
Desa (musrembang Desa), rumusan tersebut dibahas oleh Badan Perwakilan Desa
(BPD).

b. Pelaksanaan Program

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat di Desa Margorejo kecamatan


kotabumi Utara dilaksana dengan mengacu pada kegiatan-kegiatan yang disusun
berdasarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, yaitu:

a. Mewujudkan Desa Margorejo kecamatan Kotabumi Utara sebagai Sentra


Pengembangan Hortikultura.

Pengembangan Hortikultura yaitu pengembangan yang berfokus pada komoditi-


komoditi sayuran yang memiliki keunggulan komparatif dan diandalkan untuk
dapat bersaing dipasar dengan daerah lain nya untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat. Dalam upaya pemanfaatan lahan pertanian agar dapat menghasilkan
hasil yang optimal, dan menjadikan wilayah Kotabumi Utara sebagai wilayah
agrowisata, pemerintah daerah mencoba memperkenalkan bibit tanaman varietas
baru yang dirasa lebih unggul dari yang sebelum nya. Metode seperti ini sesuai
dengan teori interventionism, dimana teori ini menganggap bahwa pasar dan
negara adalah sama pentingnya, maka keduanya harus bekerjasama untuk
pencapaian tujuan pembangunan.

Selain itu dalam Pengembangan Hortikultura pemerintah mengarahkan


masyarakat untuk menanam Tanaman Obat Keluarga (TOGA), sayur-sayuran, dan
buah-buahan di lahan pertanian maupun lahan pekarangan rumah yang masih
kosong. Dan setiap tahunnya Pemerintah Daerah Lampung Utara mengadakan

17
lomba lingkungan asri sesuai yang diarahkan diatas. Sisi positif dengan diadakan
perlombaan tiap tahun, masyarakat termotivasi untuk tetap menjaga lingkungan
nya dan menanam serta merawat tanaman-tanaman yang telah disebutkan diatas.
Dan sisi negatifnya adalah, apabila Pemerintah Daerah tidak lagi melakukan
perlombaan pada tiap tahunnya maka kebiasaan masyarakat untuk menjaga
lingkungan tetap asri tidak akan dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat.
Namun akan lebih baik jika pemerintah memberikan wawasan tentang urgensi
mewujudkan pengembangan hortikultura, disamping mengadakan perlombaan.

2) Pengembangan yang diarahkan pada peningkatan ekonomi masyarakat Desa

Dalam pengembangan dibidang perekonomian di wilayah Desa Margorejo, dalam


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-DES) Tahun 2012-2016,
pemerintah desa bersama para stafnya dan para masyarakat sepakat untuk
membuka kesempatan pengembangan usaha berupa bemberian modal usaha
kepada para pengusaha kecil, berupa pemberian bibit ternak dan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang memperoleh anggaran dana sebesar Rp.75.000.000,-.

Kemudian untuk kemudahan akses transportasi menuju pasar dan kelayakan


prasarana pasar sebagai penunjang peningkatan perekonomian maka pemerintah
daerah setempat melakukan pembangunan dan perbaikan jalan serta penambahan
los pasar. Jika dilihat berdasarkan teori interventionisme, maka pasar dibutuhkan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang diharapkan juga bisa
meningkatkan kesejateraan masyarakat, sedangkan negara sebagai pendukung
(menyiapkan anggaran) dalam melengkapi prasarana pasar sehingga pelaku pasar
bisa bermain secara adil dan sehat.

3) Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan

Dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa Margorejo maka diadakan pelatihan


ketrampilan PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) diantaranya:
ketrampilan menjahit, memasak dan pelatihan komputer yang diajarkan oleh
tenaga ahli dari luar daerah. Bagi peserta yang terdaftar setelah selesai mengikuti
rangkaian pelatihan hingga mahir akan diberi sertifakat. Pelatihan ini diikuti oleh
lebih dari 40 warga setempat. Pelatihan-pelatihan tersebut dilaksanakan setiap hari

18
minggu dan berlangsung selama 4 bulan secara berkala dan bertempat disalah satu
rumah warga didusun Ogan Jali. Setelah program terlaksana hingga usai, para
peserta pelatihan terdaftar yakni sejumlah 25 ibu-ibu muda diberi sertifakat.

Kemudian pengaktifan kembali kegiatan Karang taruna yang dulu sempat berjalan
namun terhenti. Kegiatan ini aktif bergerak dibidang pelatihan keorganisasian,
olahraga, keagamaan dan seni-budaya. Namun sangat disayangkan bahwa
kegiatan karang taruna ini hanya berlangsung selama kurang lebih 2 tahun dan
harus terhenti kembali. Karena ketua karang taruna yang pergi meninggalkan
Desa Margorejo untuk menjalankan tugas negara. Padahal program ini telah
memperoleh anggaran biaya sebesar Rp.10.000.000,-.

Dari beberapa rumusan untuk pemberdayaan masyarakat diatas yang hingga saat
ini baru terealisasi adalah pelatihan menjahit dan kegiatan karang taruna.

Telah terbukti dengan jelas bahwa kegagalan program yang telah dirumuskan,
dengan ketidak efektifan dan keefisienan pelaksanaan program. Hal ini bukan
melulu kesalahan dari masyarakat seperti kondisi stag-nasi kegiatan karang taruna
yang meski telah terdanai setiap perlengkapan dan kegiatan yang dilangsungkan.
Akan tetapi dari pihak pejabat daerah yang belum optimal dalam
mensosialisasikan tujuan dan manfaat dari program karang taruna pada para
pemuda-pemudi, dan tidak ada pengganti ketua karang taruna. Karena pada
prakteknya dilapangan pelatihan ketrampilan PKK diikuti oleh lebih dari 25 ibu-
ibu muda, meski tidak terdaftar dan tidak memperoleh sertifikat para ibu-ibu ini
bersemangat untuk mengikuti pelatihan ketrampilan menjahit.

4) Peningkatan partisipasi masyarakat melalui pemberdayaan

Bentuk partisipasi masyarakat desa Margorejo Kecamatan Kotabumi utara terlihat


dari salah satu arah kebijaka program yakni peningkatan partisipasi masyarakat,
yang telah terwujud dalam pelaksanaan program masyarakat berpartisipasi secara
aktif hal ini dituturkan oleh Yuli Yati selaku KPMD Perempuan program PNPM
beliau berkata: "Dalam perumusan RPJM dilaksanakan oleh tim penyusun yang
terdiri dari koordinator, sekertaris dan anggota yang keseluruhannya adalah
bagian dari anggota masyarakat desa Margorejo sendiri, yang sebelumnya telah

19
dimusyawarahkan bersama. Kemudian dalam pembuatan onderlah dan pengerasan
jalan masyarkat mengerjakan pembuatan jalan dengan membuat badan jalan,
memecah batu, dan manyusun batu di badan jalan selnjutnya dikerjakan bersama
oleh para ahli. Kemudian dalam pembuatan sumur bor masyarakat dan tukang
(tim ahli) melakukan pembagunan secara bergotong royong. Dan dalam
pelaksanaan program pelatihan ketrampilan menjahit, masyarakat khusunnya ibu-
ibu muda berperan aktif sebagai peserta pelatihan."

4) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peduli kesehatan

Pemerintah daerah dalam upaya menjamin kesehatan masyarakatnya maka


dilaksanakan pelayanan berobat gratis di setiap Puskesmas (Pusat Pelayanan
Kesehatan Masyarakat), baik pada Puskesmas Desa maupun Puskesmas Induk.
Selain itu dalam penanggulangan kekurangan air bersih pada musim kemarau di
desa Margorejo, maka diajukan pembuatan sumur bor dalam RPJM pada tahun
2012 lalu, yang kini telah terealisasi dan selama tiga tahun belakangan ini telah
dapat dirasakan manfaatnya.

5) Melestarikan kehidupan sosial masyarakat yang berdasarkan nilai-nilai religius


dan nilai-nilai budaya.

Dalam mewujudkan visi dan misi Desa Margorejo Kecamatan Kotabumi Utara,
maka dibutuhkan kondisi kehidupan masyarakat yang aman dan terpelihara.
Kondisi ini telah tercipta melalui proses sejarah yang tercermin dari nilai-nilai
religi dan budaya dalam etos kerja masyarakat Desa Margorejo Kecamatan
Kotabumi Utara. Dimana nilai-nilai tersebut meliputi:

a. Efektif dan efisien

Pembangunan Kecamatan Kotabumi Utara akan berhasil apabila aspek efektif dan
efisien selalu diperhatikan dengan baik dalam penggunaan sumber daya maupun
dalam proses pemanfaatan hasil.

b. Akuntabiltas

20
Akuntabiltas merupakan salah satu aspek/ nilai penting dalam pelaksanaan
kebijakan program pembangunan sehingga hasil kinerjanya dapat dipertanggung-
jawabkan kepada semua pihak.

c. Transparansi

Dari setiap program/ kegiatan pembangunan perlu disosialisasikan, sehingga


setiap program/ kegiatan dapat diketahui oleh masyarakat luas.

d. Etos kerja

Etos kerja merupakan kunci keberhasilan dalam pembangunan, dimana etos kerja
dibutuhkan bagi semua stakeholder pertanian mulai dari petani, keluarga tani,
kelompok tani serta petugas dan peneliti.

e. Religius

Nilai religius merupakan peranan penting dalam pembangunan mental dan


spiritual masyarakat. Seprta besarnya peran pemuka agama dalam membina
masyarakat.

c. Evaluasi program

Jika program telah selesai dikerjakan, maka dilakukan sebuah evaluasi dala
forum. Untuk evaluasi program, pada tahun 2016 silam dilakukan serah-terima
jabatan Program Pembangunan oleh pengurus lama kepada pengurus baru.
Disamping itu, semua kegiatan yang telah dilaksanakan dievaluasi bersama. Tidak
hanya itu, setiap pemegang jabatan dimintai pertanggung jawabannya dalam
sebuah tulisan yang dibukukan atau arsip dan disaksikan oleh aparat desa dan
anggota masyarakat lainnya.

4. Kemandirian

Jika dilihat di lapangan program PNPM mandiri ini cukup berpengaruh untuk
sebagian masyarakat yang merasakan hasil dari pembangunan, pelatihan maupun
pelayanan yang ada. Terdapat penurunan angka kemiskinan selama 1 tahun
terakhir yaitu sebesar 0.18%. Dengan demikian, walaupun dipengaruhi oleh

21
banyak faktor, namun sejak diterapkannya program-program dari PNPM-Mandiri
di desa Margorejo, maka kemiskinan masyarakat menjadi menurun. Walaupun
tingkat penurunannya sangat kecil. Hal ini menjadi indikator tersendiri mengenai
keberhasilan program PNPM-Mandiri di wilayah tersebut yang harus
dipertahankan peningkatannya.

Namun hal ini bukan berarti masyarakat desa Margorejo dapat mandiri setelah
program ini selesai. Ternyata program ini masih menyisakan masalah kemiskinan
dan ketergantungan masyarakat setempat dengan pemerintah. Karena program
pembangunan yang fokus pada pembangunan infrastruktur dan prasarana kini
telah banyak yang terlihat rusak tak terawat. Bukan kerana masyarakat tidak tahu
atau menutup mata mereka melihat kondisi tersebut, akan tetapi masyarakat tidak
memiliki dana sehingga harus menunggu dana dari pemerintah untuk
memperbaikinya. Hal ini menggambarkan ketergantungan masyarakat dengan
pemerintah.

Selain itu, program pengembangan SDM yang fokus pada pendidikan yakni
pelatihan ketrampilan menjahit, masyarakat penerima manfaat yang tidak
memiliki modal tidak mampu membuka usaha. Dan hal ini belum bisa dikatakan
sebagai kemandirian. Karena masyarakat dikatakan mandiri apabila ia mampu
mengurusi segala urusannya untuk memenuhi kebutuhannya tanpa tergantung
oleh pihak lain.

22
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai konsep dan pelaksanaan


Pemberdayaan Masyarakat Untuk Mengurangi Kemiskinan Melalui Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)-Mandiri Di Kota Kotabumi (Studi
Kasus Implementasi di desa Maegorejo, Kotabumi Utara). Maka hasil penelitian
ini, diperoleh data bahwa program PNPM-Mandiri di wilayah desa Maegorejo
telah diimplementasikan dengan mengacu pada konsep pemberdayaan mayarakat
partisipatoris artinya masyarakat terlibat secara aktif dalam mengawal adanya
program pemberdayaan tersebut. Yang dimulai dari sosialisasi, refleksi, pemetaan,
pelaksanaan, yang dilakukan oleh masyarakat.

Adapun bentuk partisipasi yang berlaku untuk menggerakkan masyarakat agar


mengerti kebutuhannya yaitu bentuk partisipasi tranformasional, artinya antara
masyarakat dan pihak luar secara bersama-sama mejadi subyek sekaligus obyek
dari program tersebut. Dan implementasinya dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan atau program yang dirancang masyarakat secara efektif dan efisien dalam
mendukung pencapaian kesejahteraan masyarakat miskin, sehingga terdapat
penurunan angka kemiskinan selama 1 tahun terakhir yaitu rata-rata sebesar
0.18%. Dengan demikian, walaupun dipengaruhi oleh banyak faktor, namun sejak
diterapkannya program-program dari PNPM-Mandiri di desa Margorejo, maka
kemiskinan masyarakat menjadi menurun. Walaupun tingkat penurunannya sangat
kecil. Hal ini menjadi indikator tersendiri mengenai keberhasilan program PNPM-
Mandiri di wilayah tersebut yang harus dipertahankan peningkatannya. 23

Namun disadari bahwa tolak ukur indiator kemiskinan menurut pemerintah


memang masih banyak menggunakan pendekatan kwantitatif, artinya proses
pendataan kemiskinan yang dilakukan berdasarkan data-data yang terukur secara
pasti dan telah ditentukan berdasarkan perbandingan pendapatan minimal
perkapita penduduk, dan uji kelayakan fisik. Namun sangat berbeda ketika
pendataan kemiskinan itu dilakukan oleh masyarakat sendiri, masyarakat lebih

23
menggunakan pendekatan kwalitatif, artinya keadaan secara nyata yang terjadi di
lapangan itulah yang menunjukkan kemiskinan sebenarnya dengan indikator-
indikator yang dirumuskan sendiri oleh masyarakat dan menyangkut keadaan
wilayahnya sendiri. Oleh sebab itu data yang terangkum di pemerintah merupakan
data hasil audit ulang yang diambil dari masyarakat, jadi dapat ditarik kesimpulan
bahwa sesungguhnya data yang ada selama ini merupakan data yang
dikolaborasikan dan merupakan proses kaji silang.

B. Saran

1. Perlu dilakukan upaya optimalisasi implementasi program PNPM Mandiri di


setiap warga masyarakat agar tingkat kemiskinan dapat ditekan pada setiap
periodenya.

2. Sosialisasi yang harus terus dilakukan agar program ini dapat menggiatkan
partisipasi semua lapisan masyarakat, dan juga harus dibarengi dengan kesadaran
dari masyarakat bahwa kemiskinan merupakan tanggung jawab bersama. 24

24
DAFTAR PUSTAKA

Arsip desa, 2013, program pembangunan desa, Desa Margorejo

Arsip desa, 2012, proposal pembangunan desa, Desa Margorejo

Dr. Zubaedi, M.Ag., MPd, Wacana pembangunan alternative; ragam perspektif


pengembangan dan pemberdayaan masayarakat, Jogjakarta: Ar-Ruzz Madia, 2007

Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan Untuk Rakyat, Jakarta: CIDES,1996

25
LAMPIRAN

Panduan Wawancara

a. Kepada pengurus PNPM mandiri desa Margorejo

1. Apa itu PNPM mandiri?

2. Apakah visi, misi, sasaran,tujuan yang ingin dicapai?

3. Bagaimana kerangka konsep kebijakan PNPM-mandiri diterjemahkan kedalam


program penanggulangan kemiskinan di desa Margorejo dan program-
programnya apa saja?

4. Apakah kendala yang dihadapi?

5. Bagaimana tanggapan dan partisipasi dari masyarakat?

6. Bagaimana peran fasilitator dan Sistem kontrolnya seperti apa?

7. Bagaimana Strategi dasar dalam menarik partisipasi masyarakat?

8. Peran pemerintahan setempat bagaimana?

9. Bagaimana sistem alokasi pendanaan dan penyalurannya?

10. Bagaimana efektifitasnya dalam mengurangi kemiskinan?

11. Adakah pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian masyarakat?

b. Kepada masyarakat miskin desa Margorejo

1. Manfaat apa yang dirasakan setelah program PNPM terlaksana?

2. Bagaimana keterlibatannya dalam mendukung program PNPM?

3. Adakah pengaruh yang dapat dirasakan setelah program PNPM?

26

Anda mungkin juga menyukai