PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
menerjemahkannya kedalam suatu kerangka kebijakan program yang bersifat
kedaerahan sesuai dengan pemetaan kebutuhan dan kondisi masyarakatnya.
Tujuannya tidak lain adalah sebagai upaya bersama secara partisipatoris dalam
mengatasi persoalan kemiskinan di masyarakat. Masyarakat Desa Margorejo,
merupakan salah satu kelompok masyarakat dengan persoalan yang kompleks
terutama kemiskinan struktural, jumlah penduduk miskin didesa Margorejo cukup
signifikan dengan persentase 65% dari jumlah total penduduk 3937 jiwa.
Ditambah lagi kondisi geografis yang kurang bersahabat, karena Desa Margorejo
berada di dataran tinggi, maka setiap musim kemarau tiba masyarakat mengalami
kesulitan mendapatkan air bersih. Namun apabila Musim penghujan tiba jalan
didusun 1 dan dusun 3 becek dan licin sehingga menghambat akses transportasi.
Selain itu banyak pengusaha kecil yang kesulitan modal untuk mengembangkan
usahanya. Dan semakin diperparah dengan sistem keamanan yang tidak begitu
kondusif yang mengakibatkan masyaraka resah.
Berbagai program yang digulirkan selama ini efektifitasnya kurang begitu terasa
di masyarakat Desa Margorejo, dan terkesan hanya sebagai formalitas, diantara
penyebabnya adalah pelaksanaan konsep yang kurang mengena akibat dari
pemetaan yang kurang melibatkan masyarakat (partisipatoris). Kegagalan
program kemiskinan itu sebetulnya berakar dari anggapan klasik masyarakat
bahwa mereka merasa program yang diterima merupakan program pemerintah dan
dilaksanakan oleh para pekerja khusus yang digaji, dan dana yang ada merupakan
dana negara jadi masyarakat tidak mempunyai rasa memiliki atas hasil dari
program tersebut dan inilah yang menjadi penyebab partisipasi masyarakat sangat
kurang. Namun dengan adanya Program Naional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri ini, pemerintah berharap masyarakat mampu berperan aktif dalam
membangun daerahnya sendiri. Oleh sebab itu sasaran dari penelitian ini untuk
menganalisis partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dari program PNPM-
Mandiri di Desa Margorejo dalam pelaksanaan pemberdayaan guna
penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah kota Kotabumi, mulai
dari tahap seleksi lokasi hingga kemandiran.
2
B. Rumusan Masalah
c. Pemberdayaan masyarakat,
C. Tujuan
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
Negara berkembang. Perkembangan teori pembangunan menurut Chasan
ascholani adalah:5
a. Masyarakat tradisional
c. Tinggal landas
d. Masyarakat dewasa
5
kesejateraan masyarakat, sedangkan negara diharapkan untuk bisa membuat
peraturan yang mendukung agar para pelaku pasar bisa bermain secara adil dan
sehat. Dari Ketiga teori pembangunan tersebut, semuanya berorientasi pada
perubahan ekonomi dan sosial. Sehingga, intervensi yang dilakukan diprioritaskan
pada pengembangan ekonomi dan kondisi sosial masyarakat. Selain itu juga
beranggapan bahwa industrialisasi adalah perubahan penting untuk meningkatkan
produktifitas dan kesejahteraan. Sedangkan perbedaannya terletak pada cara atau
pendekatan dalam menjalankan industrialisasi tersebut.
6
kepada diri mereka sendiri, melalui upaya optimasi diri serta peningkatan posisi-
tawar yang dimiliki dengan kata lain, pemberdayaan harus menempatkan
kekuatan masyarakat sebagai sabjek dan objek serta menhindari manipulasi oleh
pihak luar yang mematikan kemandirian masyarakat. Pendekatan proses lebih
mengutamakan masyarakat sebagai sabjek Dan objek, pendekatan ini
memungkinkan pelaksanaan pembangunan yang memanusiakan manusia, karena
yang lebih penting bukan bagaimana hasilnya melainkan bagaimana proses nya
sehingga hasil tadi diperoleh apakah sudah melibatkan masyarakat secara
keseluruhan atau belum.
PNPM Mandiri adalah suatu program Nasional dalam wujud kerangka kebijakan
dasar sebagai acuan dalam pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan melalui harmonisasi, pengembangan sistem serta mekanisme dan
prosedur program, penyediaan pendampingan serta pendanaan simulan untuk
mendorng prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan ke!
iskinan yang berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat secara optimal dalam
mengatasi problem-problem kemiskinan yang terjadi.
Melalui program PNPM Mandiri ini masyarakat diharapkan dapat berperan aktif
dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah-masalah yang sedang
dihadapi. Dengan kata lain melalui program PNPM Mandiri ini, masyarakat
hendaknya dapat mandiri dan pro-aktif dalam menentukan kegiatan yang mampu
melepaskan dirinya dari jeratan kemiskinan. Adapun proses pemberdayaan
masyarakat melalui program PNPM Mandiri merupakan upaya membangun
kemampuan (capacity building) masyarakat dan memberdayakan sumber daya
manusia (SDM) yang ada melalui pengembangan kelembagaan, sarana dan
prasarana serta pengembangan tiga-P (Pendampingan, Penyuluhan, dan
Pelayanan) hal ini sesuai dengan perspektif pluralis. Oleh sebab itu pemberdayaan
masyarakat harus dirancang dan dilaksanakan secara komprehensif. Mengutip
definisi Asian Development Bank 7ADB), kegiatan pembangunan termasuk
7
pemberdayaan masyarakat dianggap bersifat komprehensif jika menampilkan lima
karakteristik:
1) Berbasis lokal,
3) Berbasis kemitraan,
5) Berkelanjutan.1
1
Dr. zubaedi, M.Ag, MPd. Wacana Pembangunan Alternative. hlm.99
2
Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan Untuk Rakyat, (Jakarta: CIDES,1996),
hlm.145
8
BAB III
PEMBAHASANA
1 Sejarah Desa
Asal usul desa Margorejo, desa Margorejo berdiri pada tahun 1975. Pada saat itu
pemerintah mendatangkan penduduk dari berbagai daerah dari pulau Jawa, antara
lain; jawa timur, jawa tengah, dan jawa barat yang dinamakan integrasi ABRI way
abung III unit 1 yang diikuti oleh 500 kepala keluarga. Dari tahun 1975 sampai
dengan 1980 masih dibina oleh transmigrasi, dan pada tahun 1981 dari
transmigrasi menggerakan kepada kepala daerah lampung utara pembinaannya.
Pada waktu itu desa ini diberi nama oleh transmigrasi yang bernama Sanen dan
pengesahannya oleh Koranwil propinsi Lampung dinamakan Desa Margorejo
yang berarti jalan ramai. Dengan harapan kelak desa Margorejo ini menjadi desa
yang berkembang dan jalannya selalu ramai. Konon Desa Margorejo ini pada
dahulu kala letaknya diapit oleh pabrik tebu dan perkebunan tebu, sehingga jalan
di Desa margorejo ini menjadi jalur transportasi angkutan hasil bumi. Setelah
dibina oleh Daerah Kab. Lampung Utara maka segala tata tertib tentang
pemerintahan ikut kecamatan Kotabumi. Pada tahun 1983 kecamatan Kotabumi
dimekarkan dinamakan kecamatan pembantu Kotabumi Utara. Pada tanggal 2
desember tahun 2000 diresmikan oleh Bupati Lampung Utara menjadi kecamatan,
dan desa Margorejo adalah salah satu wilayah desa dari kecamatan Kotabumi
Utara.
Saat ini desa Margorejo terdiri dari 7 dusun, dan jumlah penduduknya sebanyak
3837 jiwa. Dusun 1 sampai dusun 7 berurutan yaitu: Waspada, Bumi Indah, Vidia
Karya, Karya Tani, SY, Ogan njali dan Wono Mulyo.
2. Geografis
9
Desa margorejo merupakan salah satu Desa di wilayah Kotabumi Utara kabupaten
Lampung Utara, yang terletak 5km ke arah barat dari kota kecamatan. Desa
Margorejo mempunyai luas wilayah seluas 1200 ha. Di sebelah utara Desa
Margorejo ini bernatasan dengan Desa Penagan, sebelah timur berbatasan dengan
Desa Papan Rejo, kemudian sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kali Cinta,
dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Talang Jali.
a. Mata Pencaharian
c. Kepemilikan ternak
10
Jumlah kepemilikan hewan ternak penduduk Desa Margorejo adalah sebagai
berikut: 1 orag peternak Ayam dan Itik, 318 orang peternak kambing dan 8 orang
peternak sapi.
Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Margorejo secara garis besar adalah
sebagai berikut:
11
adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tatacara dari wewenang dan kerjasama
antar berbagai kelompok dan golongan serta kebiasaan manusia”.
Serta terdapat tradisi dalam berbagai peringatan hari-hari penting maupun hari
jadi yang didominasi oleh adat Jawa, seperti muyen untuk kelahiran bayi dari
malam pertama hingga malam ke empat puluh, apabila usia si anak tepat 40 hari
ada tradisi syukuran selapanan/ marhabanan/ aqiqahan, sunatan/ khitanan.
12
Di desa Margorejo sebaian besar warganya menganut agama Islam dengan
persentase sebesar 75% kemudian 25% nya lagi beragama Nasrani. Dan terdapat
sejumlah sarana peribadahan, yang terdiri dari 7 masjid, 6 mushola dan 5 gereja
yang tersebar di wilayah Margorejo. Dalam beribadah warga desa Margorejo
saling bertoleransi antar umat beragama sehingga dapat hidup berdampingan
dengan rukun dan saling tolong menolong.
2. Susunan Pengurus
koordinator : Jauhari
13
Ketua : Wirman Amsyah
PL : Hendrik
3. Sumber keuangan
14
Buku catatan kegiatan : ada
5. Program Kerja
3) Pemberdayaan masyarakat
15
f. Terjadi hubungan kemasyarakatan yang baik melalui peningkatan kehidupan
sosial.
1. Seleksi Lokasi
2. Sosialisasi
Proses penyusunan RPJM ini diawali dari musyawarah dusun yang dilakukan oleh
masyarkt beserta jajran aparatur desa, dimulai dari penjaringan masalah dan
potensi yang ada di tiap-tiap dusun pada Desa Margorejo dengan menggunakan
alat indikator; seketsa Desa/Peta sosial Desa/Potret Desa, Kalender musim, dan
16
diagram kelembagaan. Dari hasil penjaringan masalah dan potensi yang dilakukan
di tingkat dusun, kemudian dituangkan dalam format 1 sampai dengan 3.
Selanjutnya dibentuk tim penyusun yang terdiri dari berbagai unsur antara lain
unsur aparat Desa, LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung),
Kepala Dusun, tokoh masyarakat, dan dari unsur perwakilan perempuan. Tim ini
dibentuk melalui musyawarah desa yang diketuai oleh Kepala Desa dan di-SK-
kan oleh Kepala Desa. Berdasarkan hasil rumusan tim penyusun selanjutnya
sebelum dimusyawarahkan kembali dalam forum musyawarah pembangunan
Desa (musrembang Desa), rumusan tersebut dibahas oleh Badan Perwakilan Desa
(BPD).
b. Pelaksanaan Program
17
lomba lingkungan asri sesuai yang diarahkan diatas. Sisi positif dengan diadakan
perlombaan tiap tahun, masyarakat termotivasi untuk tetap menjaga lingkungan
nya dan menanam serta merawat tanaman-tanaman yang telah disebutkan diatas.
Dan sisi negatifnya adalah, apabila Pemerintah Daerah tidak lagi melakukan
perlombaan pada tiap tahunnya maka kebiasaan masyarakat untuk menjaga
lingkungan tetap asri tidak akan dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat.
Namun akan lebih baik jika pemerintah memberikan wawasan tentang urgensi
mewujudkan pengembangan hortikultura, disamping mengadakan perlombaan.
18
minggu dan berlangsung selama 4 bulan secara berkala dan bertempat disalah satu
rumah warga didusun Ogan Jali. Setelah program terlaksana hingga usai, para
peserta pelatihan terdaftar yakni sejumlah 25 ibu-ibu muda diberi sertifakat.
Kemudian pengaktifan kembali kegiatan Karang taruna yang dulu sempat berjalan
namun terhenti. Kegiatan ini aktif bergerak dibidang pelatihan keorganisasian,
olahraga, keagamaan dan seni-budaya. Namun sangat disayangkan bahwa
kegiatan karang taruna ini hanya berlangsung selama kurang lebih 2 tahun dan
harus terhenti kembali. Karena ketua karang taruna yang pergi meninggalkan
Desa Margorejo untuk menjalankan tugas negara. Padahal program ini telah
memperoleh anggaran biaya sebesar Rp.10.000.000,-.
Dari beberapa rumusan untuk pemberdayaan masyarakat diatas yang hingga saat
ini baru terealisasi adalah pelatihan menjahit dan kegiatan karang taruna.
Telah terbukti dengan jelas bahwa kegagalan program yang telah dirumuskan,
dengan ketidak efektifan dan keefisienan pelaksanaan program. Hal ini bukan
melulu kesalahan dari masyarakat seperti kondisi stag-nasi kegiatan karang taruna
yang meski telah terdanai setiap perlengkapan dan kegiatan yang dilangsungkan.
Akan tetapi dari pihak pejabat daerah yang belum optimal dalam
mensosialisasikan tujuan dan manfaat dari program karang taruna pada para
pemuda-pemudi, dan tidak ada pengganti ketua karang taruna. Karena pada
prakteknya dilapangan pelatihan ketrampilan PKK diikuti oleh lebih dari 25 ibu-
ibu muda, meski tidak terdaftar dan tidak memperoleh sertifikat para ibu-ibu ini
bersemangat untuk mengikuti pelatihan ketrampilan menjahit.
19
dimusyawarahkan bersama. Kemudian dalam pembuatan onderlah dan pengerasan
jalan masyarkat mengerjakan pembuatan jalan dengan membuat badan jalan,
memecah batu, dan manyusun batu di badan jalan selnjutnya dikerjakan bersama
oleh para ahli. Kemudian dalam pembuatan sumur bor masyarakat dan tukang
(tim ahli) melakukan pembagunan secara bergotong royong. Dan dalam
pelaksanaan program pelatihan ketrampilan menjahit, masyarakat khusunnya ibu-
ibu muda berperan aktif sebagai peserta pelatihan."
Dalam mewujudkan visi dan misi Desa Margorejo Kecamatan Kotabumi Utara,
maka dibutuhkan kondisi kehidupan masyarakat yang aman dan terpelihara.
Kondisi ini telah tercipta melalui proses sejarah yang tercermin dari nilai-nilai
religi dan budaya dalam etos kerja masyarakat Desa Margorejo Kecamatan
Kotabumi Utara. Dimana nilai-nilai tersebut meliputi:
Pembangunan Kecamatan Kotabumi Utara akan berhasil apabila aspek efektif dan
efisien selalu diperhatikan dengan baik dalam penggunaan sumber daya maupun
dalam proses pemanfaatan hasil.
b. Akuntabiltas
20
Akuntabiltas merupakan salah satu aspek/ nilai penting dalam pelaksanaan
kebijakan program pembangunan sehingga hasil kinerjanya dapat dipertanggung-
jawabkan kepada semua pihak.
c. Transparansi
d. Etos kerja
Etos kerja merupakan kunci keberhasilan dalam pembangunan, dimana etos kerja
dibutuhkan bagi semua stakeholder pertanian mulai dari petani, keluarga tani,
kelompok tani serta petugas dan peneliti.
e. Religius
c. Evaluasi program
Jika program telah selesai dikerjakan, maka dilakukan sebuah evaluasi dala
forum. Untuk evaluasi program, pada tahun 2016 silam dilakukan serah-terima
jabatan Program Pembangunan oleh pengurus lama kepada pengurus baru.
Disamping itu, semua kegiatan yang telah dilaksanakan dievaluasi bersama. Tidak
hanya itu, setiap pemegang jabatan dimintai pertanggung jawabannya dalam
sebuah tulisan yang dibukukan atau arsip dan disaksikan oleh aparat desa dan
anggota masyarakat lainnya.
4. Kemandirian
Jika dilihat di lapangan program PNPM mandiri ini cukup berpengaruh untuk
sebagian masyarakat yang merasakan hasil dari pembangunan, pelatihan maupun
pelayanan yang ada. Terdapat penurunan angka kemiskinan selama 1 tahun
terakhir yaitu sebesar 0.18%. Dengan demikian, walaupun dipengaruhi oleh
21
banyak faktor, namun sejak diterapkannya program-program dari PNPM-Mandiri
di desa Margorejo, maka kemiskinan masyarakat menjadi menurun. Walaupun
tingkat penurunannya sangat kecil. Hal ini menjadi indikator tersendiri mengenai
keberhasilan program PNPM-Mandiri di wilayah tersebut yang harus
dipertahankan peningkatannya.
Namun hal ini bukan berarti masyarakat desa Margorejo dapat mandiri setelah
program ini selesai. Ternyata program ini masih menyisakan masalah kemiskinan
dan ketergantungan masyarakat setempat dengan pemerintah. Karena program
pembangunan yang fokus pada pembangunan infrastruktur dan prasarana kini
telah banyak yang terlihat rusak tak terawat. Bukan kerana masyarakat tidak tahu
atau menutup mata mereka melihat kondisi tersebut, akan tetapi masyarakat tidak
memiliki dana sehingga harus menunggu dana dari pemerintah untuk
memperbaikinya. Hal ini menggambarkan ketergantungan masyarakat dengan
pemerintah.
Selain itu, program pengembangan SDM yang fokus pada pendidikan yakni
pelatihan ketrampilan menjahit, masyarakat penerima manfaat yang tidak
memiliki modal tidak mampu membuka usaha. Dan hal ini belum bisa dikatakan
sebagai kemandirian. Karena masyarakat dikatakan mandiri apabila ia mampu
mengurusi segala urusannya untuk memenuhi kebutuhannya tanpa tergantung
oleh pihak lain.
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
23
menggunakan pendekatan kwalitatif, artinya keadaan secara nyata yang terjadi di
lapangan itulah yang menunjukkan kemiskinan sebenarnya dengan indikator-
indikator yang dirumuskan sendiri oleh masyarakat dan menyangkut keadaan
wilayahnya sendiri. Oleh sebab itu data yang terangkum di pemerintah merupakan
data hasil audit ulang yang diambil dari masyarakat, jadi dapat ditarik kesimpulan
bahwa sesungguhnya data yang ada selama ini merupakan data yang
dikolaborasikan dan merupakan proses kaji silang.
B. Saran
2. Sosialisasi yang harus terus dilakukan agar program ini dapat menggiatkan
partisipasi semua lapisan masyarakat, dan juga harus dibarengi dengan kesadaran
dari masyarakat bahwa kemiskinan merupakan tanggung jawab bersama. 24
24
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
Panduan Wawancara
26