Kelas V A
Disusun oleh:
Desa atau yang disebut dengan nama lain mempunyai akar sejarah yang
panjang dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang dimaksud
dengan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh karena itu, akan menjadi hal yang penting apabila Permendesa PDTT
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Badan Usaha Milik Desa ini kita bahas secara lebih
mendalam berkenaan dengan bagaimana dan seperti apa pengimplementasiannya
dalam rangka melihat dan mengetahui sudah sejauh mana BUMDes dapat
membantu memecahkan masalah perekonomian Indonesia mulai dari desa.
TINJAUAN KONSEP
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang
dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat
perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.
BUMDes menurut Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah didirikan antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa
(PADesa). Berangkat dari cara pandang ini, jika pendapatan asli desa dapat
diperoleh dari BUMDes, maka kondisi itu akan mendorong setiap Pemerintah
Desa memberikan “goodwill” dalam merespon pendirian BUMDes. Sebagai salah
satu lembaga ekonomi yang beroperasi dipedesaan, BUMDes harus memiliki
perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Ini dimaksudkan agar
keberadaan dan kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. Disamping itu, supaya tidak
berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan
terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat. Empat tujuan utama pendirian
BUMDes diataranya, 1)Meningkatkan perekonomian desa; 2)Meningkatkan
pendapatan asli desa; 3)Meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai dengan
kebutuhan masyarakat; 4)Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi pedesaan.
Masalah Publik:
Respon Kebijakan:
Reformasi Kebijakan & Alternatif Kebijkan:
Permendesa PDTT No 4 Tahun 2015
-Menerapkan konsep ekonomi kreatif; tentang BUMDes;
-Melakukan revitalisasi koperasi; Kabupaten Serang menerapkan
BUMDes pada tahun 2017.
-Memanfaatkan CSR;
-mo
Menurut UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang dimaksud dengan
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sampai era ini, desa masih memiliki beberapa
permasalahan pembangunan, salah satunya adalah masalah perekonomian.
Permasalahan ekonomi desa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
rendahnya kualitas sumber daya manusia, minimnya ketersediaan lapangan
kerja di desa, mata pencaharian yang tidak tetap, dan lain-lain. Dengan
permasalahan-permasalahan tersebut, pemerintah kemudian menawarkan solusi
yaitu dikeluarkannya Permendesa PDTT No.4 Tahun 2015 tentang BUMDes.
Berdasarkan peraturan tersebut, pendirian BUMDes bertujuan untuk
meningkatkan perekonomian desa, mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat
untuk kesejahteraan desa, meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan
potensi ekonomi desa, membuka lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi desa, dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan
asli desa.
Dalam pelaksanaannya, seluruh atau sebagian besar modal BUMDes
adalah milik desa, yang nantinya modal tersebut akan digunakan untuk
mengelola aset, jasa layanan maupun usaha yang tujuannya untuk
mensejahterakan masyarakat desa. Maka dari itu dalam implementasinya
seluruh pihak yang berwenang bekerja sama untuk mengelola dan
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh desa. Mengingat potensi yang
dimiliki oleh setiap desa berbeda-beda, baik dalam hal sumber daya alam
maupun sumber daya manusianya, maka acap kali ditemui dalam
pelaksaannya BUMDes tidak selalu berjalan mulus sesuai dengan yang
diharapkan. Ada daerah yang dapat menjalankan BUMDesnya dengan baik
namun ada pula daerah yang gagal dalam melaksanakan BUMDes.
Belum optimalnya pelaksanaan BUMDes tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya, karena pola pikir masyarakat dalam berwirausaha
masim minim, kurangnya kualitas sumber daya manusia yang dapat mengelola
BUMDes, masih banyaknya desa yang belum paham untuk mengangkat
potensi usaha di daerahnya masing-masing, dan masih kurangnya modal untuk
mengembangkan usaha serta belum efektifnya sistem pengelolaan dan
pemasaran barang atau jasa.
Peraturan tentang BUMDes ini disahkan pada tahun 2015 dan baru dapat
dilaksanakan di Kabupaten Serang pada tahun 2017. Pemerintah menargetkan
seluruh desa yang ada di Indonesia agar dapat menerapkan BUMDes. Salah
satunya adalah seluruh desa yang ada di Provinsi Banten tepatnya di
Kabupaten Serang. Dimana terdapat 326 Desa yang ada di Kabupaten Serang,
namun baru 38 Desa yang telah menerapkan BUMDes. Itu artinya, memang
sampai saat ini BUMDes belum bisa diterapkan secara optimal diseluruh desa
yang ada di Indonesia.
Di Kabupaten Serang sendiri sebenarnya sudah ada beberapa lembaga
swasta yang turut mendukung keberlangsungan BUMDes, seperti PT.
Indomobil Prima Energy yang mengusulkan pembuatan SPBU mini di desa,
PT. Pertamina, PT. Artageraha yang memberikan pinjaman KUR bagi petani,
PT. Perusahaan Gas Negara sebagai CSR yang memberikan bantuan
pembangunan jembatan untuk menunjang pelaksanaan BUMDes, serta
mendorong BUMDes dalam melakukan program pengembangan desa sehat.
Selain lembaga swasta, tentunya lembaga public juga tidak kalah memiliki
peran penting dalam pelaksanaan BUMDes di Kabupaten Serang, mulai dari
Kementerian Desa PDTT di tingkat pusat, Dinas Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa, serta Dinas Pertanian Kabupaten Serang.
Berdasarkan data di atas maka solusi alternatif kebijakan yang dapat kami
berikan diantaranya dengan menerapkan konsep ekonomi kreatif dalam
pelaksanaan BUMDes. John Howkins secara sederhana menjelaskan konsep
Ekonomi Kreatif yaitu “Kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya
melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini,
menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan.” Di
Indonesia, dalam Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 2009-
2015 (2008) Ekonomi Kreatif didefinisikan yaitu “Era baru ekonomi setelah
ekonomi pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi, yang
mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan
pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam
kegiatan ekonominya.” Dengan memanfaatkan potensi dan semangat
masyarakat desa di Kabupaten Serang serta didukung tenaga pendamping
profesional diharapkan mampu meningkatkan pemberdayaan masyarakat
melalui usaha-usaha kreatif yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Desa yang saat ini sudah menjalankan ekonomi kreatif adalah
Desa Bumi Jaya, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang. Desa itu membuat
kerajinan gerabah yang dibentuk menjadi tungku, gentong, pot bunga kendi,
pendil, tempat beras, pendalingan, kukusan dan alat pemanggang. Usaha
kerajinan gerabah ini tidak hanya menyebar luas ke pasar lokal namun juga
menjadi komoditas ekspor. Daerah yang aktif menjalin kerja sama dengan
Bumi Jaya adalah Bali, dari Bali itu kemudian kerajinan-kerajinan gerabah ini
diimpor hingga ke Malaysia dan Australia. Dengan begitu, maka usaha
kerajinan gerabah ini dapat menjadi salah satu Bumdes di bidang ekonomi
kreatif yang sangat menguntungkan bagi Desa Bumi Jaya.
Selanjutya perbaikan pelaksaan BUMDes dapat diperbaiki dengan
melakukan revitalisasi koperasi yang ada di tiap-tiap desa yang ada di
Kabupaten Serang. Revitalisasi merupakan proses, cara atau perbuatan
menghidupkan atau menggiatkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang
terberdaya. Koperasi menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 adalah
badan hukum yang didirikan oleh perseorangan atau badan hukum koperasi,
dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk
menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi kebutuhan bersama dibidang
ekonomi, sosial, sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Dalam revitalisasi
koperasi. Bumdes dan koperasi harus saling bersinergi, BUMDes bisa memiliki
unit usaha yang bekerja sama dengan koperasi. Ketika sudah terintegrasi, bila
desa membutuhkan angkutan, maka bisa diadakan koperasi angkutan.
BUMDes akan mengelola koperasi dalam bentuk holding dengan
mempersiapkan sumber daya manusia yang memadai.
Revitalisasi Koperasi dirasakan penting untuk dilaksanakan, penyebab hal
tersebut diantaranya adalah karena berdasarkan data, koperasi yang ada di
Provinsi Banten mencapai 2.163 unit yang tidak aktif dari jumlah koperasi
sebanyak 5.950 unit, angka tersebut termasuk Kabupaten Serang didalamnya.
Menurut Kepala Diskoperindag Kabupaten Serang, saat ini sedang dilakukan
pembinaan terhadap koperasi yang tidak aktif yang jumlahnya sekitar 700an.
Hal ini agar koperasi di Kabupaten Serang terus berkembang, sehingga pada
akhirnya koperasi bisa membantu program pemerintah. Embrio-embrio
koperasi yang sudah ada harus diberi pembinaan oleh Organisasi Perangkat
Daerah yang berkaita, dan perlu adanya kemitraan dengan perusahaan-
perusahaan untuk mempercepat kemajuan koperasi. Hingga saat ini koperasi
sudah mampu membangun rumah layak huni, seperti koperasi BMI yang sudah
membangun delapan rumah, dan akan membangun lima lagi di Serang Utara.
Tentunya keberhasilan koperasi ini dibantu oleh peran BUMDes yang hasilnya
dapat membantu masyarakat. Pada intinya, revitalisasi koperasi harus didukung
oleh semua lapisan masyarakat, bukan hanya para anggota dan pengurus
koperasi. Dengan demikian revitalisasi koperasi diperlukan proses dan kerja
keras oleh semua pihak.