Anda di halaman 1dari 7

Model Evaluasi Bingham dan Felbinger

Bingham dan Felbinger (dalam Lester & Steward, 2000) membagi evaluasi kebijakan menjadi

tiga empat jenis, yaitu:

1. Evaluasi proses, yang focus kepada bagaimana proses implementasi dari suatu.

2. Evaluasi impak, yang memberikan focus kepada hasil akhir dari suatu kebijakan.

3. Evaluasi kebijakan, yang menilai hasil kebijakan dengan tujuan yang direncanakan dalam

kebijakan pada saat dirumuskan.

4. Meta-evaluasi, yang merupakan evaluasi terhadap berbagai hasil atau temuan evaluasi

dari berbagai kebijakan yang terkait.

Model Evaluasi Howlet dan Ramesh

Howlet dan Ramesh (1995) mengkelompokan evaluasi menjadi tiga, yaitu:

1. Evaluasi administrative, yang berkenaan dengan evaluasi sisi administrasi- anggaran,

efisiensi, biaya- dari proses kebijakan di dalam pemerintah, berkenaan dengan, yaitu

berkenaan dengan:

a. Effort evaluation, yang menilai dari sisi input program yang dikembangkan

oleh kebijakan

b. Performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari program yang

dikembangkan oleh kebijakan

c. Eduquacy of performance evaluation atau effectiveness evaluation, yang

menilai apakah program dijalankan sebagaimana yang sudah ditetapkan

d. Efficiency evaluation, yang menilai biaya program, dan memberikan

penilaian tentang kefektivan biaya tersebut


e. Process evaluations, yang menilai metode yang dipergunakan oleh organisasi

untuk melaksanakan program

2. Evaluasi jusdisial, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu keabsahan hukumndi mana

kebijakan diimplementasikan termasuk di dalamnya kemungkinan pelanggaran terhadap

konstitusi, sistem hukum, etika, aturan administrasi Negara, hingga hak asasi manusia.

3. Evaluasi politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konsistuen politik terhadap

kebijakan public yang diimplementasikan.

Metode Evaluasi Kuantitatif

Evaluasi kebijakan adalah tindakan untuk menilai/mengukur keseuaian

hasil/produk/output/outcome suatu kebijakan dengan tujuan kebijakan yang sudah ditentukan

sebelumnya. Produk evaluasi kebijakan adalah nilai/skor dampak/impak/capaian/kinerja/

kebijakan kepada public/target kebijakan/objek kebijakan. Hasilnya adalah seleisih (gap) antara

tujuan dan capaian, penyebab selisih, dan apa feedback/koreksi/ pembelajaran yang dapat

diambil. Untuk disepakati, tujuan umum (setiap) evaluasi (kebijkan) adalah:

1. Menilai prestasi

2. Menemukan kesenjangan antara prestasi yang dicapai dan harapan prestasi yang hendak

dicapai

3. Menemukan pembelajaran untuk perbaikan ke depan.

Bagaimana menilai prestasi? Ada dua metode untuk menilai prestasi, yaitu metode komparasi

dan metode non-komparasi. Metode komparasi terdiri atas teknik:

1. Komparasi dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya (komparasi manajerial)

2. Komparasi dengan prestasi di masa sebelumnya (komparasi historical)


3. Komparasi dengan organisasi sejenis yang terbaik (best practions benchmarking)

4. Komparasi dengan rata-rata kinerja organisasi sejenis (komparasi rerata industri)

Metode non-komparasi yang baisanya menggunakan metode penilaian prestasi

berperingkat (rating based performance) mempunyai bebrapa pendekatan, yaitu:

1. Rating oleh organisasi bersangkutan, yang dilakukan oleh:

a. Pengawas

b. Pimpinan

2. Rating oleh organisasi lain, yang dilakukan oleh:

a. Tunggal, atau satu organisasi

b. Multi, atau banyak organisasi

Secara operasional, metode non-komparasi yang biasanya menggunakan metode

penilaian prestasi berperingkat (rating based performance) dari berbagai pendekatan

tersebut mempunyai beberapa teknik, yaitu:

1. Penilaian dengan metode SMART

2. Peniaian dengan metode BSC (cek KRA dan kemudian KPI)

3. Penilaian dengan metode Malcolm Baldrige for Perfomance of Excellence

4. Penilaian dengan metode BARS (behaviorally anchored rating scales)

Karena evaluasi adalah pengukuran, perlu diketahui cara pengakurannya. Pada

pelaksanannya, metode non-komparasi dari berbagai pendekatan dan teknik tersebut

mempunyai beberapa teknik pengukuran sebagai berikut, yaitu:

a. Penilaian dengan skala tinga tingkat


1. Pencapaian keseluruhan: luar baisa, dapat diterima, tidak selurunya

dapat diterima

2. Pencapaian sasaran: melampaui, memenuhi, gagal (memenuhi)

3. Kompetensi: sangat kompeten, kompeten, kurang kompeten

4. Penyebaran kemampuan: di atas rata-rata, rata-rata, di bawah rata-

rata

b. Penilaian dengan skalam lima tingkat berbasiskan Likert

c. Penilaian dengan skala empat tingkat, dengan menghilangkan faktor

“tengah”, untuk menghilangkan faktor kategori ambigu (menengah) atau

katogeri menyakitkan (paling bawah)

d. Penialain dengan skala enam tingkat

1. Exceptional performance

2. Excellence performance

3. A well balanced performance

4. Reasonable performance

5. Uanacceptable performance

Evaluasi total

Sesungguhnya evaluasi kebijakan public mempunyai empat lingkup makna, yaitu

evaluasi perumusan kebijakan, evaluasi implementasi kebijakan, evaluasi kinerja kebijakan, da

evaluasi lingkungan kebijakan.

Gambar 7.1 Dimensi Kebijakan Publik sebagai Fokus EvaluasiKebijakan


Perumusan Kebijakan Implementasi Kebijakan

Evaluasi
kebijakan

Lingkungan Kebijakan kinerja Kebijakan

Karena keempat komponen kebijakan tersebutlah yang menentukan apakah kebijakan akan
berhasil guna atau tidak. Namun demikian, konsep di dalam konsep “evaluasi” sendiri selalu
terikut konsep “kinerja”, sehingga evaluasi kebijakan public pada ketiga wilayah bermakna
“kegiatan pasca”. Pembedaan ini penting untuk memilahkannya dengan “analisis” (kebijakan).

Gambar 7.2 Proses Kebijakan


Proses Kebijakan

Proses Politik Evaluasi Kebijakan

isu kebijakan
Formulasi Implementasi Kinerja
(Agenda
Kebijakan Kebijakan Kebijakan
Pemerintah)

Lingkungan kebijakan

Dari proses kebijakan di atas kita melihat bahwa selalu ada sisi evaluasi kebijakan dari setiap
public kebijakan publik. Namun sebagian besar dari kita memahami evaluasi kebijakan sebagai
evaluasi atau implementasi kebjakan saja. Sesungguhnya evaluasi kebijakan publik mempunyai
tiga lingkup mkna, yaitu evaluasi perumusan kebijakan, evaluasi implementasi kebijakan, dan
evaluasi lingkungan kebijakan.

Evaluasi Formulasi Kebijakan Publik

Secara umum,evaluasi formulasi kebijakan public berkenaan dengan apakah formulasi kebijakan
public telah dilaksanakan:

1. Menggunakan pendekatan yang sesuai dengan masalah yang hendak diselesaikan, karena
setiap masaah kebijakan publik yang berlainan;
2. Mengarah kepada permasalahan yang diterima secara bersama, baik dalam rangka
keabsahan maupun juga dalam rangka kesmaan dan keterpaduan langkah perumusan;
3. Mengikuti prosedur yang diterima secara bersama, baik dalam rangka keabsahan maupun
juga dalam rangka kesamaan dan keterpaduanlangkah perumusan.
4. Mendayagunakan sumberdaya yang ada secara optimal, baik dalam bentuk sumberdaya
waktu dana, manusia dan kondisi lingkungan strategis.

Secara praktis, paling tidak ada tida belas model evaluasi formulasi kebijakan public (model
pengamatan terpadu/ mixed scanning dikeluarkan dari daftar), yaitu:

1. Model Kelembagaan (Institutional)


2. Model Proses (Process)
3. Model Kelompok (Group)
4. Model Elite (Elite)
5. Model Rasional (Rational)
6. Model Inkemental (Incremental)
7. Model Teori Permainan (Game Theory)
8. Model Pilihan Public (Pubic Choice)
9. Model Sistem (System)
10. Model Demokratis
11. Model Strategis
12. Model Delebratif
Sederhananya, jika formulasi kebijakan menentukan menggunakan model kelompok,
karena masalah yanh dihadapi akan dapat diselesaikan dengan model kebijakan yang
dirumuskan dalam kelompok, maka proses formulasinya pun harus secara model
kelompok. Apabila konsep model formulasinya adalah model kelompok, namun prakti
formulasinya menggunakan model elite, maka dapat dikatakan bahwa formulasi
kebijakan publik dapat dipertanggungjawabkan secara proses.

Evaluasi Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijkana public adalah bagian yang terpenting dari suatu


kebijakan, tujuan dari evaluasi implementasi kebijakan publik adalah untuk mengetahui
variasi dalam indikator-indikator kinerja yang digunakan.

Petunjuk praktis evaluasi implementasi kebijakan public dapat diringkas sebagai


berikut:s

Gambar 7.3 Model sederhana Evaluasi Implementasi

Kesesuaian dengan
metode implementasi

Kesesuaian dengan
tujuan evaluasi

Kesesuaian dengan Implementasi


Evaluator kompentesi Kebijakan

Kesesuaian dengan
sumberdaya yang ada

Kesesuaian dengan
lingkungan evaluasi

Anda mungkin juga menyukai