pemberdayaan masyarakat, secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau
masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat.
dari definisi diatas, tampak ada tiga tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu mengembangkan kemampuan
masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat. kemampuan masyarakat yang dapat
dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan
untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat.
perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan masyarakat atau yang menghambat
peningkatan kesejahteraan masyarakat. pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat untuk
saling mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang mereka kembangkan. disini masyarakat dapat membentuk panitia
kerja, melakukan pembagian tugas, saling mengawasi, merencanakan kegiatan, dan lain-lain.
pemberdayaan masyarakat muncul karena adanya suatu kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah
mengakibatkan mereka tidak mampu dan tidak tahu. ketidakmampuan dan ketidaktahuan masyarakat mengakibatkan
produktivitas mereka rendah.
pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui: pertama, pengembangan masyarakat, dan yang kedua
pengorganisasian masyarakat. apa yang dikembangkan dari masyarakat yaitu potensi atau kemampuannya dan sikap hidupnya.
kemampuan masyarakat dapat meliputi antara lain kemampuan untuk bertani, berternak, melakukan wirausaha, atau ketrampilanketrampilan membuat home industri; dan masih banyak lagi kemampuan dan ketrampilan masyarakat yang dapat dikembangkan.
dalam rangka mengembangkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat, dapat dilakukan dengan berbagai cara. contoh
dengan mengadakan pelatihan atau mengikutkan masyarakat pada pelatihan-pelatihan pengembangan kemampuan dan
ketrampilan yang dibutuhkan. dapat juga dengan mengajak masyarakat mengunjungi kegiatan ditempat lain dengan maksud
supaya masyarakat dapat melihat sekaligus belajar, kegiatan ini sering disebut dengan istilah studi banding.
dapat juga dengan menyediakan buku-buku bacaan yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan atau peminatan
masyarakat. masih banyak bentuk lainnya yang bias diupayakan. sikap hidup yang perlu diubah tentunya sikap hidup yang
merugikan atau menghambat peningkatan kesejahteraan hidup. merubah sikap bukan pekerjaan mudah. mengapa karena
masyarakat sudah bertahun-tahun bahkan puluhan tahun sudah melakukan hal itu. untuk itu memerlukan waktu yang cukup lama
untuk melakukan perubahan sikap. caranya adalah dengan memberikan penyadaran bahwa apa yang mereka lakukan selama ini
merugikan mereka. hal ini dapat dilakukan dengan memberikan banyak informasi dengan menggunakan berbagai media, seperti
buku-buku bacaan, mengajak untuk melihat tempat lain, menyetel film penerangan, dan masih banya cara lain.
pada pengorganisasian masyarakat, kuncinya adalah menempatkan masyarakat sebagai pelakunya. untuk itu
masyarakat perlu diajak mulai dari perencanaan kegiatan, pelaksanaan, sampai pemeliharaan dan pelestarian. pelibatan
masyarakat sejak awal kegiatan memungkinkan masyarakat memiliki kesempatan belajar lebih banyak. pada awal-awal kegiatan
mungkin pendamping sebagai pendamping akan lebih banyak memberikan informasi atau penjelasan bahkan memberikan contoh
langsung. pada tahap inimasyarakat lebih banyak belajar namun pada tahap-tahap berikutnya pendamping harus mulai
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mencoba melakukan sendiri hingga mampu atau bisa.
jika hal ini terjadi maka dikemudian hari pada saat pendamping meninggalkan masyarakat tersebut, masyarakat sudah
mampu untuk melakukannya sendiri atau mandiri.
prinsip dasar pemberdayaan untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya atau mandiri.
Sumber: http://teoripemberdayaan.blogspot.com/2012/03/memahami-konsep-pemberdayaanmasyarakat.html
1.
pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung. sebagai titik fokusnya adalah lokalitas, sebab
civil society akan merasa siap diberdayakan lewat isue-isue lokal. namun friedmann (1992)
juga mengingatkan bahwa adalah sangat tidak realistis apabila kekuatan-kekuatan ekonomi dan
struktur-struktur diluar civil society diabaikan. oleh karena itu pemberdayaan masyarakat tidak
hanya sebatas ekonomi saja namun juga secara politis, sehingga pada akhirnya masyarakat akan
memiliki posisi tawar baik secara nasional maupun international.
konsep pemberdayaan merupakan hasil kerja dari proses interaktif baik ditingkat
ideologis maupun praksis. ditingkat ideologis, konsep pemberdayaan merupakan hasil interaksi
antara konsep top down dan bottom up antara growth strategy dan people centered strategy.
sedangkan ditingkat praksis, interaktif akan terjadi lewat pertarungan antarotonomi. konsep
pemberdayaan sekaligus mengandung konteks pemihakan kepada lapisan masyarakat yang
berada dibawah garis kemiskinan.
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sebagian besar diakibatkan oleh
kesenjangan terhadap akses modal, prasarana, informasi pengetahuan, tknologi ketrampilan,
ditambah oleh kemampuan sumber daya manusia, serta kegiatan ekonomi lokal yang tidak
kompetitif menunjang pendapatan masyarakat, serta masalah akumulasi modal.
selain itu kelembagaan pembangunan yang ada pada masyarakat lokal secara umum
belum dioptimalkan untuk menyalurkan dan mengakomodasikan kepentingan, kebutuhan dan
pelayanan masyarakat dalam rangka meningkatkan produktivitas yang mampu memberi nilai
tambah usaha.
sementara melihat kelembagaan aparat pemerintah ditingkat lokal terlalu terbebani
pelaksanaan program dari pemerintahan ditingkat atasnya, sehingga tidak dapat memfokuskan
pada pelayanan pengembangan peran serta masyarakat dalam proses perwujudan masyarakat
maju dan mandiri.
menurut kartasasmita (1996) yang mengacu pada pendapat chambers, pemberdayaan
masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang menerangkan nilai-nilai sosial.
konsep ini mencerminkan paradigma basis pembangunan yang bersifat people centered,
participatory, empowering dan sustainable.
dari definisi diatas, pemberdayaan masyarakat dimengerti sebagai konsep yang lebih luas
daripada hanya sekedar pemenuhan kebutuhan dasar manusia. pemberdayaan masyarakat lebih
diartikan sebagai upaya menjadikan manusia sebagi sumber, pelaku dan yang menikmati hasil
pembangunan. dengan kata lain pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat indonesia.
secara konkrit, pembedayaan masyarakat diupayakan melalui pembangunan ekonomi
rakyat ( sumodiningrat,1997). sementara itu, pembangunan ekonomi rakyat harus diawali dengan
usaha pengentasan penduduk dari kemiskinan. kemudian sumodiningrat, mengatakan bahwa
upaya pemberdayaan masyarakat sebagaimana tersebut diatas paling tidak harus mencakup lima
hal pokok yaitu bantuan dana sebagai modal usaha, pembangunan prasarana sebagai pendukung
pengembangan kegiatan, penyediaan sarana, pelatihan bagi aparat dan masyarakat dan penguatan
kelembagaan sosial ekonomi masyarakat seperti bantuan yang diberikan kepada masyarakat yang
suatu saat harus digantikan dengan tabungan yang dihimpun dari surplus usaha.
latar belakang tersebut secara nyata diwujudkan dalam pendekatan pembangunan
masyarakat sebagai berikut :
pengoptimalan pengembangan masyarakat desa/kelurahan melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat untuk dapat meraih kesempatan peluang usaha melalui penyediaan
prasarana dan sarana modal sosial dimasyarakat
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
b. Proses Pemberdayaan
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa proses pemberdayaan mengandung
dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang mene-kankan pada proses memberikan
atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar
individu lebih berdaya.
Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna
pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungansekunder menekankan pada
proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan apayang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.
Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:
Mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi
perubahan ke depan)
Mampu mengarahkan dirinya sendiri
Memiliki kekuatan untuk berunding
Emiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling
menguntungkan, dan
Bertanggungjawab atas tindakannya.
Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud denganmasyarakat berdaya
adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi,berkesempatan, memanfaatkan
peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu mengambil
keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu
bertindak sesuai dengansituasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang
memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan
mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.
c.
Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia umumnya disebabkan karena rendahnya tingkat sosial
ekonomi masyarakat, yang mengakibatkan ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam berbagai hal,
khususnya dalam bidang kesehatan guna memelihara diri mereka sendiri (self care). Bila keadaan ini
dibiarkan akan menyebabkan masalah kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok-kelompok
dan masyarakat secara keseluruhan. Dampak dari permasalahan ini adalah menurunnya status
kesehatan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Keadaan ini akan sangat berpengaruh
terhadap produktivitas keluarga dan masyarakat untuk menghasilkan sesuatu dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, yang selanjutnya membuat kondisi sosial ekonomi keluarga dan masyarakat
semakin rendah, demikian seterusnya berputar sebagai suatu siklus yang tidak berujung seperti yang
terdapat dalam gambar di bawah ini.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka masyarakat perlu dikembangkan dan diberdayakan agar dapat
meningkatkan kemandiriannya sehingga diharapkan individu, kelompok atau masyarakat bisa
mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk memelihara dan melindungi kesehatan mereka
sendiri (kemandirian atau self reliance).
1. Definisi dan Konsep Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat (community development) terdiri dari dua konsep, yaitu pengembangan
dan masyarakat. Secara singkat, pengembangan merupakan usaha bersama dan terencana untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Telah disebutkan bahwa konsep dari komunitas adalah
sekelompok orang dengan identitas bersama. Oleh karena itu, pengembangan masyarakat bergantung
pada interaksi antara manusia dan aksi bersama daripada kegiatan individu apa yang beberapa ahli
sosiologi menyebutnya dengan lembaga kolektif (Flora dan Flora 1993). Bidang-bidang
pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosialbudaya. Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep, yaitu:
Masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang sama.
Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di
wilayah pedesaan.
orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat phisik) atau bekas para
pengguna pelayanan kesehatan mental (Mayo, 1998).
Pengembangan sendiri menurut United Nation adalah Pengembangan adalah suatu proses yang
didesain untuk menciptakan kondisi ekonomi dan kemajuan sosial untuk komunitas yang
berhubungan dengan partisipasi aktif dan untuk memenuhi kemungkinan kepercayaan atas inisiatif
komunitas. Komunitas sendiri ada dua, yaitu rural community dan urban community. Pengembangan
adalah proses meningkatkan pilihan, dalam arti pilihan baru, diversifikasi, berpikir tentang isu secara
berbeda dan mengantisipasi perubahan (Christenson et al., 1989).
Ada banyak definisi pengembangan masyarakat menurut pada ahli, antara lain:
apa yang dirasakan oleh masyarakat itu sendiri, bukan apa yang dituliskan dalam angka atau teori.
Dalam hal ini, ketika ditemukan data dalam bentuk angka tentang keadaan suatu masyarakat atau
sebuah teori maka harus dikompromikan atau dicocokkan dengan kondisi riil masyarakat karena
sering kali yang terjadi adalah Theory is not a reality.
Sanders (1958) melihat pengembangan masyarakat sebagai suatu proses bergerak dari satu tahap ke
tahap yang lain, sebuah metode untuk mencapai tujuan, sebuah prosedur program dan sebagai sebuah
gerakan menyapu orang dalam emosi dan keyakinan.
1. Tujuan
1. Menimbulkan percaya kepada diri sendiri
2. Menimbulkan rasa bangga, semangat, dan gairah kerja
3. Meningkatkan dinamika untuk membangun
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Dalam mencapai tujuannya, pengembangan masyarakat harus dilakukan secara holistik atau dengan
multidisipliner untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu, yang perlu diingat
adalah bahwa manusia bersifat dinamis sehingga dapat dilakukan intervensi untuk mengembangkan
masyarakat. Dinamis berarti manusia tetap menuju kebenaran dan tidak berhenti. Manusia tidak
pernah tamat dan tidak pernah sampai pada titik selesai. Sifat dinamis ini juga menyentuh masalah
evolusi dan sejarah. Pengetahuan manusia dipengaruhi oleh sejarah, lingkungan sosial, kebudayaan,
dan faktor-faktor individual (Snijders, 2006). Maka dari itu, ketika manusia diberikan intervensi dan
diberdayakan maka besar kemungkinannya akan dapat berubah, dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak mau menjadi mau, dan dari tidak mampu menjadi mampu.
Secara umum, beberapa bidang yang harus dikuasai dalam pengembangan masyarakat agar tujuan
dapat tercapai adalah:
Assessment (termasuk need assessment atau jajak kebutuhan dan profil wilayah).
Groupwork (termasuk bekerja dengan kelompok pemecah masalah maupun kelompokkelompok kepentingan).
Konseling (termasuk bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat dengan beragam latar
kebudayaan).
Program adaptif. Fungsi pengembangan masyarakat cukup ditugaskan pada salah satu
kementerian.
Program proyek. Dalam bentuk usaha-usaha terbatas pada wilayah tertentu dan program
disesuaikan khusus pada daerah yang bersangkutan. Misalnya: kabupaten Banjarnegara
merupakan salah satu daerah endemis malaria, maka dalam rangka mencegah semakin
meluasnya endemis dan mengurangi penderita malaria pemerintah atau dinas kesehatan
setempat membuat sebuah program pemberantasan malaria khusus untuk wilayah endemis
malaria di Banjarnegara.
Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang menentukan masalah kesehatan, baik yang
dihadapi secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang membuat analisis dan kemudian menyusun
perencanaan penanggulangan masalah.
Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang mengorganisir diri untuk melaksanakan
usaha perbaikan tersebut.
Dalam prosesnya sedapat mungkin digali dari sumber-sumber yang ada dalam masyarakat
sendiri dan kalau betul-betul diperlukan dimintakan bantuan dari luar.
1. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat menggabungkan dua kata secara bersama-sama yaitu pengembangan dan
masyarakat yang menunjukkan bahwa masyarakat itu sendiri terlibat dalam proses yang bertujuan
untuk meningkatkan sosial, ekonomi dan situasi lingkungan masyarakat.
Masyarakat merupakan maksud dan akhir dari pengembangan masyarakat, bukan hanya sebagai
objek tapi juga berperan sebagai subjek dalam pengembangan masyarakat. Masyarakat sendiri yang
mengambil tindakan dan berpartisipasi bersama-sama. Hal ini melalui tindakan masyarakat tersebut
menjadikan masyarakat lebih penting, tidak hanya ekonomi tapi sebagai fungsi masyarakat yang
kuat. Pengembangan masyarakat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk bersama membuat
keputusan tentang penggunaan sumber daya, seperti infrastruktur, tenaga kerja, dan pengetahuan.
Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka digunakan pendekatan
pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat. Asumsi dasar mekanisme
kolaborasi antar tenaga kesehatan dengan masyarakat adalah hubungan kemitraan yang dibangun
memiliki dua manfaat sekaligus, yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan
program kesehatan masyarakat (Kreuter et al., 2000). Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi
aktif mereka dalam pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap
kolaborasi tenaga kesehatan dengan masyarakat (Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan penerimaan
tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan,
meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta keberlanjutan koalisi perawat komunitas dengan
masyarakat (Bracht, 1990).
Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga, dan lembaga masyarakat termasuk
swasta mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga, dan masyarakat; mengembangkan
kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga, dan masyarakat; serta menjadi pelaku perintis
kesehatan dan pemimpin yang menggerakkan kegiatan masyarakat di bidang kesehatan berdasarkan
atas kemandirian dan kebersamaan. Peran serta masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan
inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat (Mapanga dan Mapanga, 2004).
Berbagai pendekatan dan bentuk bentuk partisipasi atau peran serta masyarakat yang secara garis
besar meliput Primary Health Care (PHC), Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
dan Posyandu sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang melibatkan secara langsung peran aktif dari
masyarakat. Primary Health Care (PHC) sebagai Pendekatan atau Strategi Global untuk mencapai
Kesehatan Bagi Semua (KBS) atau Health For All by The Year 2000 ( HFA 2000 ). Dalam konferensi
tersebut Indonesia juga ikut menandatangani dan telah mengambil kesepakatan global pula dengan
menyatakan bahwa untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua Tahun 2000 ( HFA2000 ) kuncinya
adalah PHC (Primary Health Care) dan Bentuk Opersional dari PHC tersebut di Indonesia adalah
PKMD ( Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa ). Dimana PKMD adalah rangkaian kegiatan
masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri
sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya di bidang kesehatan dan
dibidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.
Cara dan langkah dalam meningkatkan peran serta masyarakat antara lain sebagai berikut:
Peningkatan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan proses yang berorientasi pada
manusia dan hubungannya dengan manusia lainnya
Penting ditekankan bahwa para pembina peran serta masyarakat harus bersifat sebagai
fasilitator, pemberi bantuan teknis, bukan sebagai instruktur terhadap masyarakat, agar mampu
mengembangkan kemandirian masyarakat dan bukan menimbulkan ketergantungan masyarakat
(Efendi, 2009).
Secara garis besar, langkah pengembangan peran serta masyarakat umum adalah sebagai berikut:
Penggalangan dukungan penentu kebijakan (opinion leader), pemimpin wilayah, lintas sektor,
dan berbagai organisasi kesehatan, yang dilaksanakan melalui dialog, seminar, dan lokakarya dengan
memanfaatkan media massa dan sistem informasi kesehatan.
Individu yang berpengaruh atau tokoh masyarakat, baik formal maupun informal.
Keluarga.
Kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus kesehatan seperti anak sekolah, ibu hamil,
lansia, dan lain-lain.
Organisasi masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyelenggarakan
upaya kesehatan seperti organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya.
Masyarakat umum di desa (kelurahan), kota, dan pemukiman khusus (Efendi, 2009).
Kreuter, et al. 2000. Are Tailored Health Education Materials Always More Effective than nonTailored Materials? Health Education Research 15(3), 305-315.
Mapanga, Kudakwashe G dan Mapanga, Margo B. 2004. A Community Health Nursing Perspective
of Home Health Care Management and Practice. Home Health Care Management & Practice. vol.16
no.4. halaman 271-279.
Mayo, M. 1994. Community Work, dalam Hanvey and Philpot (eds), Practising Social Work.
London: Routhledge.
Mezirow. 1997. Transformatif Dimension of Adult Learning. New York: Suny Press.
Nasdian FT. 2006. Pengembangan masyarakat. Bagian Sosiologi Pedesaan dan Pengembangan
Masyarakat. Departemen Komunikasi dan Pengembangn Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia.
Institut Pertanian Bogor (Tidak diterbitkan).
Nies, MA., and McEwen, M. 2001. Community Health Nursing: PromotingThe Health of
Populations. 3rd Ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Sanders, I.T. 1958. Theories of Community Development. Rural Sociology 23(1): 1-12.
Sienkiewicz, Josephine. 2004. The Quality Network Adverse-Event Benchmarking Project: A New
Jersey Perspective. Home Care Management and Practice. Vol. 16 no. 4. Page: 280-285.
Snijders, Adelbert. 2006. Manusia dan Kebenaran, Sebuah Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta:
Kanisius.
Warren. R. 1978. The Community in America. Third Edition. Chicago: Rand-McNally.
Community Development Program (Program Pemberdayaan Masyarakat) merupakan suatu progam / proyek yang
bertujuan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan berdasarkan pengembangan kemandirian masyarakat
melalui peningkatan kapasitas masyarakat, Partisipasi masyarakat dan kelembagaan dalam penyelenggaraan
pembangunan.
Terpuruknya perekonomian negara ditambah semakin merajalelanya korupsi, kolusi, dan nepotisme secara
langsung membuat masyarakat menjadi tidak berdaya. Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan semakin
meningkat, pengangguran yang sudah mencapai 40 juta, keluarga jalanan dan anak jalanan menjadi masalah sosial
yang menonjol di perkotaan; anak-anak putus sekolah pada semua jenjang pendidikan makin bertambah, masalah
kriminalitas yang makin meningkat, ditambah dengan masalah sosial lainnya yang membuat masyarakat tidak
berdaya memenuhi kebutuhan pokoknya
Pola pemberdayaan masyarakat bukan merupakan kegiatan yang sifatnya top-down intervention yang tidak
menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan kegiatan swadaya, karena yang paling
dibutuhkan masyarakat lapisan bawah terutama yang tinggal di desa adalah pola pemberdayaan yang sifatnya
bottom-up intervention yang menghargai dan mengakui bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk
memenuhi kebutuhannya, memecahkan permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha produktif dengan
prinsip swadaya dan kebersamaan
Konsep Community Development telah banyak dirumuskan di dalam berbagai definisi. Perserikatan Bangsa-Bangsa
mendefinisikannya: " as the process by which the efforts of the people themselves are united with those of
governmental authorities to improve the economic, social and cultural conditions of communities, to integrade
these communities into the life of the nations, and to enable them to contribute fully to national progress".
(Luz. A. Einsiedel 1968:7).
Definisi di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat, merupakan suatu "proses" dimana usaha-usaha atau
potensi-potensi yang dimiliki masyarakat diintegrasikan dengan sumber daya yang dimiliki pemerintah, untuk
memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan, dan mengintegrasikan masyarakat di dalam konteks
kehidupan berbangsa, serta memberdayakan mereka agar mampu memberikan kontribusi secara penuh untuk
mencapai kemajuan pada level nasional.
Definisi di atas lebih menekankan bahwa konsep pembangunan masyarakat, merupakan suatu proses "aksi sosial"
dimana masyarakat mengorganiser diri mereka dalam merencanakan yang akan dikerjakan; merumuskan masalah
dan kebutuhan-kebutuhan baik yang sifatnya untuk kepentingan individu maupun yang sifatnya untuk kepentingan
bersama; membuat rencana-rencana tersebut didasarkan atas kepercayaan yang tinggi terhadap sumber-sumber
yang dimiliki masyarakat, dan bilamana perlu dapat melengkapi dengan bantuan teknis dan material dari
pemerintah dan badan-badan nonpemerintah di luar masyarakat.
Melengkapi kedua definisi di atas, Arthur Dunham seorang pakar Community Development merumuskan definisi
Community Development itu sebagai berikut.
"organized efforts to improve the conditions of community life, and the capacity for community integration and
self-direction. Community Development seeks to work primarily through the enlistment and organization of selfhelp and cooprative efforts on the part of the residents of the community, but usually with technical assistance
from government or voluntary organization.(Arthur Dunham 1958: 3).
Rumusan di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat merupakan usaha-usaha yang terorganisasi yang
bertujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat, dan memberdayakan masyarakat untuk mampu
bersatu dan mengarahkan diri sendiri. Pembangunan masyarakat bekerja terutama melalui peningkatan dari
organisasi-organisasi swadaya dan usaha-usaha bersama dari individu-individu di dalam masyarakat, akan tetapi
biasanya dengan bantuan teknis baik dari pemerintah maupun organisasi-organisasi sukarela.
Jadi community development lebih berkonotasi dengan pembangunan masyarakat desa sedangkan community
organization identik dengan pembangunan masyarakat kota.
Community Development dengan segala kegiatannya dalam pembangunan menghindari metode kerja "doing for
the community", tetapi mengadopsi metode kerja "doing with the community". Metode kerja doing for, akan
menjadikan masyarakat menjadi pasif, kurang kreatif dan tidak berdaya, bahkan mendidik masyarakat untuk
bergantung pada bantuan pemerintah atau organisasi-organisasi sukarela pemberi bantuan. Sebaliknya, metode
kerja doing with, merangsang masyarakat menjadi aktif dan dinamis serta mampu mengidentifikasi mana
kebutuhan yang sifatnya - real needs, felt needs dan expected need . Metode kerja doing with, sangat sesuai
dengan gagasan besar KI Hajar Dewantara tentang kepemimpinan pendidikan di Indonesia - ing ngarso sung tulodo,
ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani - yang berfokus akan perlunya kemandirian yang partisipatif di
dalam proses pembangunan
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI
KERAKYATAN
A. PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah strategi pembangunan sekarang sudah banyak diterima, bahkan
telah berkembang berbagai pemikiran dan literatur tentang hal tersebut. Meskipun dalam kenyataannya
strategi
ini
masih
belum
maksimal
di
aplikasikan.
Disamping itu banyak pemikir dan praktisi belum memahami dan meyakini bahwa partisipatif dapat
digunakan
sebagai
alternatif
dalam
memecahkan
persoalan
pembangunan
yang
dihadapi.
Dilain pihak konsep pembangunan yang selama ini diterapkan belum mampu menjawab tuntutan-tuntutan
yang menyangkut keadilan dan pemerataan serta keberpihakannya kepada masyarakat, sehingga
pembangunan yang digagas belum mampu mengangkat penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Upaya meningkatkan keberpihakan pembangunan kepada kepentingan masyarakat, sepertinya tidak dapat
dilepaskan dari upaya pemberdayaan masyarakat agar mampu berpartisipasi dalam pembangunan
dimaksud.
Berbagai kendala dalam penerapan disebabkan adanya perbedaan persepsi dalam menyikapi tentang
pembangunan
ekonomi
dan
2.
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat.
Masalah
Bagaimanakan
konsep
pemberdayaan
3.
masyarakat
dalam
:
pengembangan
ekonomi
kerakyatan.
Tujuan
kerakyatan.
B. KONSEP PEMBANGUNAN
Secara sederhana pembangunan selalu didefinisikan sebagai suatu proses yang dinamis menuju keadaan
sosial ekonomi yang lebih baik atau yang lebih modern. Batasan tersebut jelas menggambarkan bahwa
pembangunan merupakan suatu gejala sosial yang berdimensi banyak dan haruslah didekati dari berbagai
disiplin
ilmu.
Salah satunya yang mendukung pemikiran tersebut adalah Tjokroamidjojo, 1990, dalam tulisan Bambang
sutrisno, Akses Peran Serta Masyarakat, mengemukakan bahwa pembangunan negara-negara di Asia hanya
bisa
berlangsung
bila
persyaratan-persyaratan
politis
dan
sosial
terpenuhi.
Disamping itu Michael P. Todaro dalam Pengembangan Koperasi, Kumpulan karangan Thoby Mutis,
mengemukakan pula bahwa Ilmu ekonomi hendaknya berdimensi luas tidak hanya berkaitan upaya
melakukan pilihan terhadap sumberdaya yang terbatas, meminimalisasi biaya, memaksimalisasi hasil atau
manfaat, tetapi harus pula menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan upaya agar mayoritas
masyarakat miskin di negara berkembang mendapat perbaikan taraf hidup sejalan dengan realisasi dari
beraneka
ragam
potensi
mereka
sebagai
manusia.
Selain itu Coralie Bryant & Louise G White dalam bukunya Manajemen Pembangunan mengemukakan pula
bahwa pembangunan merupakan suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi
tersebut mempunyai beberapa implikasi tertentu yaitu pertama, memberikan perhatian terhadap kapasitas,
yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan dan tenaga guna membuat perubahan tersebut, kedua
pembangunan harus mencakup keadilan, perhatian yang berat sebelah kepada kelompok tertentu akan
memecah belah masyarakat dan mengurangi kapasitasnya. Ketiga, penumbuhan kuasa dan wewenang
dalam pengertian bahwa hanya jika masyarakat mempunyai kuasa dan wewenang tertentu maka mereka
akan menerima manfaat pembangunan. Dan akhirnya pembangunan berarti perhatian yang bersungguhsungguh terhadap saling ketergantungan di dunia serta perlunya menjamin bahwa masa depan dapat
ditunjang
kelangsungannya.
Dari berbagai konsep tersebut terlihat bahwa pembangunan tidak dapat didekati hanya dengan perubahan
ekonomi, tapi secara umum pembangunan juga harus mampu menciptakan suatu kondisi yang dapat
menjamin keadaan sosial masyarakat yang berkeadilan, kapasitas masyarakat yang dapat berkembang
dengan pemberian wewenang dan kekuasaan, serta lingkungan yang terjamin kesalingtergantungannya.
Bila dilihat lebih jauh perkembangan pemikiran teori pembangunan nasional berdasarkan pendekatan
ekonomi dapat dibagi menjadi 3 aliran yang secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Aliran
Klasik
Merupakan suatu sistem ekonomi yang menyerahkan seluruh proses kepada mekanisme ekonomi secara
alamiah, tanpa campur tangan pemerintah. Mekanisme pembentukan harga akan membawa segala
hubungan
ekonomi
secara
otomatis
ke
kurva
keseimbangan.
Teori ini akan baik hasilnya apabila dunia memenuhi persyaratan-persyaratan yang memungkinkan setiap
individu memiliki peran yang sama dalam iklim laissez faire. Kenyataannya kaum kapitalis kedudukannya
kuat dan memiliki alat produksi dan mempunyai kebebasan untuk menyusun kekuatan, sementara
masyarakat
2.
umumnya
memiliki
Aliran
kedudukan
dan
posisi
Keynesian
yang
lemah.
Perhatian teori ini terpusat pada pemecahan masalah jangka pendek yang tengah dihadap yaitu depresi dan
pengangguran. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah perlu melakukan kebijakan menyangkut kebijakan
fiskal dan moneter untuk melepaskan masyarakat dari depresi ekonomi, mendorong investasi, menciptakan
kesempatan
3.
kerja
dan
Aliran
meningkatkan
Neo
pendapatan.
Klasik
Aliran ini memandang bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh pertambahan dalam
penawaran
faktor
produksi
dan
kemajuan
teknologi.
Teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik umumnya di dasarkan pada fungsi produksi yang telah
dikembangkan oleh Charles Cobb & Paul Douglas yang terkenal dengan istilah Cobb-Douglas Production
function
Pembangunan umumnya dilihat sebagai perubahan secara terencana struktur produksi dan penciptaan
lapangan pekerjaan sehingga bagian dari sektor pertanian menurun sementara bagian dari sektor pabrikasi
(manufaktur)
dan
jasa
meningkat.
Oleh karena itu, strategi pembangunan lazimnya dipusatkan pada industrialisasi di wilayah dipusatkan
pada industrialisasi di wilayah perkotaan yang mengalami perkembangan pesat, dan sering sekali dengan
mengorbankan
pembangunan
pertanian
di
wilayah
pedesaan.
Dari uraian diatas maka secara umum dapat dikatakan bahwa pembangunan selalu dilihat sebagai
fenomena ekonomis yang diukur dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Masalah kemiskinan,
pengangguran dan distribusi pendapatan merupakan hal penting kedua untuk menciptakan pertumbuhan
yang
diharapkan.
Definisi pembangunan seperti ini dikenal dengan istilah Teori Rostow yang dalam istilah ekonomi lebih
dikenal dengan istilah trickle down effect theori, dimana hasil pembangunan atau pertumbuhan ekonomi
tersebut akan menetes ke bawah dalam bentuk penciptaan lapangan pekerjaan maupun peluang-peluang
ekonomis
lainnya.
Kenyataan memperlihatkan konsep pembangunan tersebut tidak mampu menciptakan peluang ekonomi
kepada masyarakat pada umumnya sebagaimana yang dikemukakan dalam pandangan tersebut. Hal ini
mengindikasikan bahwa perlu ada upaya lain yang dilakukan agar pembangunan tersebut dapat dinikmati
oleh
C.PENGEMBANGAN
semua
lapisan
EKONOMI
masyarakat.
KERAKYATAN
Terminologi sistem ekonomi kerakyatan setidaknya mengandung 5 ciri utama dan penting ( Bambang
Sutrisno, Akses Peran serta Masyarakat) yakni Adanya mekanisme pasar, adanya persaingan yang sehat,
memperhatikan pertumbuhan ekonomi, adanya nilai-nilai keadilan dan terjaminnya kepentingan sosial.
D.
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Perberdayaan merupakan satu istilah yang diterjemahkan dari istilah empowerment yang merupakan
sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pemikiran dan kebudayaan masyarakat.
Pemberdayaan memiliki dua kecendrungan yaitu kecendrungan primer dan kecenderungan skunder.
Kecendrungan primer merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi
lebih berdaya, Kecenderungan skunder, merupakan pemberdayaan yang menekankan pada proses
menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk
menentukan
apa
yang
menjadi
pilihan
mereka.
Sementara itu dalam terminoligi manajemen, pemberdayaan berkaitan dengan wewenang (authority) dan
kekuasaan (power). Pemberdayaan bertujuan menghapuskan hambatan-hambatan guna membebaskan
organisasi dan orang-orang yang bekerja di dalamnya, melepaskan mereka dari halangan-halangan yang
hanya
memperlamban
reaksi
dan
merintangi
aksi
mereka.
Sejauh ini terlihat bahwa pemberdayaan yang dilakukan menekankan kecenderungan skunder yang
menekankan
kepada
kemampuan
proses
untuk
menstimulasi,
menentukan
mendorong
dan
memotivasi
apa
yang
individu
menjadi
agar
mempunyai
pilihannya.
Sementara itu pemeberdayaan yang berkecenderungan primer masih jarang/kurang dilakukan dengan
berbagai macam alasan. Untuk ini ada 10 mitos pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Karta
sasmita (1996) :
1.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses pengembangan material, rasional dan bertumpu pada
pengembangan ekonomi masyarakat.
2.
Pemberdayaan masyarakat akan mudah diwujudkan melalui pendekatan pembangunan dari atas dari pada
pendekatan yang mengintegrasikan aspirasi masyarakat.
3.
4.
Pengetahuan dan Teknologi Internasional selalu lebih baik daripada pengetahuan dan teknologi
masyarakat lokal.
5.
6.
Masyarakat, khususnya masyarakat lapisan bawah tidak tahu apa yang mereka inginkan.
7.
8.
Efisiensi adalah tujuan utama pembangunan dan tujuan alokasi sumberdaya masyarakat.
9.
Sektor pertanian dan pedesaan adalah sektor inferior yang tidak perlu diperioritaskan.
10. Ketidak seimbangan dalam akses pemilikan/penguasaan sumberdaya pembangunan merupakan syarat
perlu untuk melakukan perubahan.
F.KESIMPULAN :
1.
Pembangunan Ekonomi secara umum diukur dengan pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur
ekonomi dari agraris ke industri.
2.
2.Dalam upaya pemberdayaan masyarakat memiliki kecenderungan primer (proses memberi dan
mengalihkan sebagian kekuasaan kepada masyarakat) dan kecenderungan sekunder (proses
menstimulasi, mendorong atau memotivasi).
3.
3.Model Pemberdayaan yang dikembangkan saat ini masih terbatas pada kecenderungan sekunder (proses
menstimulasi, mendorong atau memotivasi).
4.
4.Perlu pengembangan model Pemberdayaan yang memberikan kekuasaan kepada masyarakat untuk
menentukan perkembangan ekonominya (kecenderungan primer dalam pemberdayaan)
DAFTAR PUSTAKA
1.
Bambang Rudito dkk, Akses Peran Serta Masyarakat, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2003
2.
Coralie Bryant & Louise G. White, Manajemen Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1989
3.
Jhingan, ML, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers, Jakarta, 2000.
4.
Proyek P4K, Selayang Pandang P4K, Badan Pengembangan SDM Pertanian, Departemen Pertanian,
Jakarta, 2003.
5.
6.
Sinis Munandar, MS, Program Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pembangunan Sumberdaya
Manusia dan Pelayanan Keuangan Mikro, Badan Pengembangan SDM, Depatemen Pertanian, Jakarta,
2002.
7.
Syamsuddin Abbas, Pengembangan Sumberdaya Manusia, Badan Diklat Pertanian, Departemen Pertanian,
Jakarta, 1994
8.
Suwarsono & Alvin Y. So, Perubahan Sosial dan Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 2000.
9.
Suwandi, Ir.H., MM, Agropolitan, Merintis Jalan Meniti Harapan, PT. Duta Karya Swasta, Jakarta, 2005.
10. Thoby Mutis, Kumpulan Karangan, Pengembangan Koperasi, PT Gramedia, Jakarta, 1992.
Pengembangan Masyarakat
Prespektif Sejarah
Dipublikasi pada 21 November 2012 oleh Ahmad Syafaat
2.
3.
Pendahuluan. 4
B.
C.
D.
E.
E. Penutup :
F.
Referensi :
A.
Pendahuluan
Pengembangan Masyarakat (PM)3 memiliki sejarah panjang dalam praktek pekerjaan sosial (Payne, 1995;
Suharto, 1997). Sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, PM memungkinkan pemberi dan penerima
pelayanan terlibat dalam proses perencanaan, pengawasan dan evaluasi. PM meliputi berbagai pelayanan
sosial yang berbasis masyarakat mulai dari pelayanan preventif untuk anak-anak sampai pelayanan kuratif
dan pengembangan untuk keluarga yang berpendapatan rendah.
Meskipun PM memiliki peran penting dalam pekerjaan sosial, PM belum sepenuhnya menjadi ciri khas
praktek pekerjaan sosial. PM masih menjadi bagian dari kegiatan profesi lain, seperti perencana kota dan
pengembang perumahan. PM juga masih sering dilakukan oleh para voluntir dan aktivis pembangunan yang
tidak dibayar. Telah terjadi perdebatan panjang mengenai apakah PM dapat dan harus didefinisikan sebagai
kegiatan profesional. Yang jelas, PM memiliki tempat khusus dalam khazanah pendekatan pekerjaan sosial,
meskipun belum dapat dikategorikan secara tegas sebagai satu-satunya metode milik pekerjaan sosial (Mayo,
1998).
B.
PM (Pengembangan Masyarakat) terdiri dari dua konsep, yaitu pengembangan dan masyarakat. Secara
singkat, pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan
kualitas kehidupan manusia.Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep :
1. Masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai
contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan.
2. Masyarakat sebagai kepentingan bersama, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan
identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama
berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak
dengan kebutuhan khusus (anak cacat phisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental.
(Mayo, 1998:162):
Dengan demikian, PM dapat didefinisikan sebagai metoda yang memungkinkan orang dapat meningkatkan
kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi
kehidupannya (AMA, 1993).
Menurut Twelvetrees (1991:1) PM adalah the process of assisting ordinary people to improve their own
communities by undertaking collective actions. Secara khusus PM berkenaan dengan upaya pemenuhan
kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun
oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, jender, jenis kelamin, usia, dan kecacatan.
Pengembangan masyarakat memerlukan pemahaman mengenai sejarah dan perkembangan suatu
masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini. Tanpa pengetahuan ini, para praktisi akan
mengalami hambatan dalam menerapkan nilai-nilai, sikap-sikap dan tradisi-tradisi pekerjaan sosial maupun
dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan perubahan.
C.
Konsep Pengembangan Masyarakat sendiri ternyata telah lama dikenal oleh masyarakat, meskipun konsep
awalnya
bukan Pengembangan
Masyarakat,
tetapi
substansi
darinya
sangat
cocok
dengan
Dalam perspektif sejarah, perkembangan PM pada tataran global dapat dibagi ke dalam setidaknya empat
dasawarsa, yaitu dasawarsa 1960, 1970, 1980, dan 1990. Secara skematis, dinamika perkembangan wacana
PM dapat digambarkan sebagai berikut :
Dari aspek keterlibatan masyarakat, praktek PM dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk, yaitu:
Development for community Development with community. Development of community. Pada masyarakat
tertentu mungkin pendekatan development for community lebih sesuai sementara pada masyarakat yang lain
development with community justru yang dibutuhkan. Faktor utama yang menentukan pemilihan ketiga
pendekatan tersebut adalah seberapa jauh kelembagaan masyarakat telah berkembang.
Dewasa ini, program pemberdayaan masyarakat banyak sekali diluncurkan oleh pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sayangnya, program ini kurang berhasil mencapai sasaran yang
diharapkan, yakni yakni kemandirian masyarakat. Kelemahan dalam desain program pemberdayaan itu,
antara lain bahwa pemberdayaan sering dipersepsikan dan diterjemahkan secara sempit sebagai pemberian
akses finansial (penyediaan dana bantuan atau kredit) yang lebih besar kepada anggota masyarakat,
khususnya kelompok miskin. Padahal, masyarakat yang tidak berada dibawah garis kemiskinan pun
membutuhkan upaya pemberdayaan pula. Menurut Lipton (1977), program pengentasan kemiskinan sering
bias dan salah sasaran. Robert Chamber (1983) yang mengatakan bahwa pengentasan kemiskinan pada
dasarnya
bukan
hanya
persoalan
bagaimana
memenuhi
kebutuhan
fisik
masyarakat
secara
berkesinambungan, namun lebih pada usaha untuk memberikan energi yang lebih besar kepada
masyarakat melalui proses pemberdayaan (empowerment).
Pada saat ini PM telah mengalami proses pengkayaan sehingga menjadi sebuah pendekatan yang multi
aspek dan secara umum terdiri dari beberapa aspek kunci sebagai berikut: Adalah sebuah proses akar
rumput. Menjadi lebih swadaya (self-reliance). Berkembang menjadi komunitas pembelajar (learning
communities). Berkurangnya kerentanan dan kemiskinan Terciptanya peluang ekonomi dan mata pencaharian
yang berkelanjutan Menguatnya modal social Tercapainya keseimbangan tujuan sosial, ekonomi, budaya, dan
lingkungan.
Dalam dimensi dan tingkatan pemberdayaan, merujuk pada kajian UNDP (UNDP, 1998, Capacity Assesment
and Development in A System and Strategic Management Context, Technical Advisory Paper No. 3) paling
tidak ada 3 (tiga) level yang harus dicapai oleh program pemberdayaan yakni:
1) pemberdayaan pada level individu, berupa pengembangan potensi dan keterampilan;
2) pemberdayaan pada level kelompok / organisasi, yakni yang berhubungan dengan peningkatan partisipasi
kelompok dalam pembangunan; serta
3) pemberdayaan pada level kesisteman, yakni berwujud meningkatnya kemandirian masyarakat baik secara
ekonomis, sosiologis maupun politis. Sering terjadi PM justru mengubah keseimbangan elemen-elemen
dalam masyarakat yang ada. Apabila hal ini terjadi maka dalam jangka panjang akan merugikan masyarakat.
PM sebaiknya dilaksanakan dengan mempertahankan perspektif keseimbangan yang ada di masyarakat
local.
PM agar dapat dilaksanakan secara efektif perlu didasarkan pada beberapa pemahaman dasar yaitu, upaya
jangka panjang. PM merupakan sebuah proses terus menerus (on-going process) yang menuntut lebih
kepada pengembangan kelembagaan dan bukan serangkaian aktivitas dalam kerangka proyek Terbuka dan
setara. PM adalah proses yang terbuka terhadap berbagai masukan dan pengaruh sesuai kondisi lokal. Untuk
itu sikap yang melihat berbagai stakeholder PM secara setara menjadi keharusan. Sikap ini merupakan
prasyarat untuk mengem-bangkan partisipasi. Milik masyarakat. PM merupakan aktivitas yang dimiliki oleh
masyarakat. Karenanya desain, proses, dan pengembangannya dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat
lokal Berdasar pada pengalaman kasus-kasus yang terbaik (best practices). PM merupakan bagian dari
proses sejarah masyarakat lokal. PM terutama dengan perspektif Appreciative Inquiry melihat bahwa di
masyarakat banyak hal-hal positif yang dapat menjadi batu pijakan melaksanakan berbagai aktivitas lainnya
Dengan demikian PM yang dikembangkan sebagai respon sesaat pada isu atau kecenderungan tertentu,
membuat masyarakat tidak dapat berpartisipasi, dan dilaksanakan terisolasi dari sektor-sektor lain pada
dasarnya bukanlah PM.
E.
1.
diperuntukkan sebagai TPS sampah. Disamping menimbulkan bau busuk dan merusak pemandangan,
kondisi ini juga mengandung potensi menimbulkan gangguan kesehatan. Namun atas kesepakatan warga,
penggunaan lahan tadi dirubah. TPS dipindahkan ke tempat yang jauh dari pemukiman warga, dan lokasi
bekas TPS tadi didirikan kios-kios kecil yang disewakan kepada pedagang dengan pembayaran uang sewa
tertentu. Dampaknya cukup luar biasa: lingkungan menjadi bersih, dan RT memiliki sumber kas baru untuk
mendukung kegiatan operasionalnya. Dalam kasus seperti ini, RT atau RW tidak hanya berfungsi sebagai
agen sosial yang mengurusi masalah-masalah kependudukan atau masalah lain seperti konflik antar anggota,
aktivitas olahraga atau keagamaan, dan lain-lain. Lebih dari itu, RT / RW memiliki potensi yang besar untuk
menjadi kelompok entrepreneur baru.
2.
Sebuah perusahaan eksplorasi minyak di Sumatera Selatan misalnya, menawarkan program pelatihan
pembibitan karet. Beberapa anggota masyarakat dipilih, mereka dilatih, diajarkan cara membuat bibit karet,
diberikan bantuan modal awal dan terus dibimbing sampai dianggap berhasil. Untuk hal ini, perusahaan rela
mengeluarkan biaya untuk pelatihan, penginapan, uang saku, dan modal berkebun. Jumlahnya bisa mencapai
puluhan bahkan ratusan juta rupiah, tergantung banyak tidaknya peserta. Kegiatan ini tidak berhenti disitu
saja, tapi berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.
E. Penutup :
Pengembanagan Masyarakat PM dapat didefinisikan sebagai metoda yang memungkinkan orang dapat
meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang
mempengaruhi kehidupannya (AMA, 1993).
Adapun tokoh sosiologi yang berhasil memunculkan teori ini adalah Robert Own, ialahir di Newton,
Powys,Montgomeryshire, Wales, 14 Mei 1771 meninggal 17 November 1858 pada umur 87 tahun) yang
juga merupakan pemikir utama sosialisme utopis.
Kemudian teori ini menjadi semakin mengglobal hingga saat ini, dimana eksistensinya masih dapat kita
jumpai dalam bentuk lembaga-lembaga pemasyarakatan yang ada.
1.
F.
Referensi :
http://sustainabledevelopmentinstitute.blogspot.com/2010/08/public-consultation-konsultasi-public.html
file://localhost/C:/Documents%20and%20Settings/Syafaat/My%20Documents/Riset%20proses/pm
%20twevetlees.htm
http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_18.html
PengertianPekerjasosial
PengertianpekerjaansosialyangdikemukakanolehCharlesZastrow(1982),yangdikutipoleh
DwiHeruSukoco(1995:7)sebagaiberikut:
"Pekerjaansosialmerupakankegiatanprofesionaluntukmembantuindividu
individu,kelompokkelompokdanmasyarakatgunameningkatkanataumemperbaiki
kemampuanmerekadalamberfungsisosialsertamenciptakankondisimasyarakatyang
memungkinkanmerekamencapaitujuan".
daripengertiandiatas,makaseorangpekerjasosialharusbisamenciptakankondisi
masyarakatyangbaikdanteraturdalammenjagasetiapkeberfungsianelemennyayang
menjadiparapemeranberbagaiperanyangadadidalammasyarakat.menciptakan
kondisimasyarakatyangkondusifdenganrelasirelasiyangadadidalamnyauntukbisa
memberikanketerikatandiantaraparapemegangperantersebut.
PengertianPeran
DefinisiperanmenurutKamusBahasaIndonesiayangditerbitkanolehDinas
PendidikanDanKebudayaan(1997)adalahseperangkattingkahyangdiharapkan
dimilikiolehorangyangmemilikikedudukandimasyarakat.
SedangkanmenurutSoerjonoSoekanto(1990)mendefinisikanperanan
sebagai:Suatukonsepperihalapaapayangdapatdilakukanolehindividudalam
masyarakatsebagaisuatuorganisasi.Perananmeliputinormanormayangdihubungkan
denganposisi/tempatseseorangdalammasyarakat.
FungsiPekerjaSosial
HeruSokoco(1995:2227)menjelaskanfungsidanperanpekerjasosialsebagai
berikut:
1.FungsifungsiPekerjaanSosial
a.Membantuorangmeningkatkandanmenggunakankemampuannyasecara
efektifuntukmelaksanakantugastugaskehidupandanmemecahkanmasalah
masalahsosialyangmerekaalami.
b.Mengkaitkanorangdengansistemsistemsumber
c.Memberikanfasilitasinteraksidengansistemsistemsumber
d.Mempengaruhikebijakansosial
e.Memeratakanataumenyalurkansumbersumbermaterial.
PerananPekerjaanSosial
a.Sebagaipemercepatperubahan(enabler)
Sebagaienabler,seorangpekerjasosialmembantuindividuindividu,
kelompokkelompokdanmasyarakatdalammengaksesSistemsumberyang
ada,mengidentifikasimasalahdanmengembangkankapasitasnyaagardapat
mengatasimasalahuntukpemenuhankebutuhannya.
b.Peransebagaiperantara(broker)
Peransebagaiperantarayaitumenghubungkanindividuindividu,kelompok
kelompokdanmasyarakatdenganlembagapemberipelayananmasyarakat
dalamhalini;DinasSosialdanPemberdayaanMasyarakat,sertaPemerintah,
agardapatmemberikanpelayanankepadaindividuindividu,kelompok
kelompokdanmasyarakatyangmembutuhkanbantuanataulayanan
masyarakat.
c.Pendidik(educator)
Dalammenjalankanperansebagaipendidik,communityworkerdiharapkan
mempunyaikemampuanmenyampaikaninformasidenganbaikdanbenar
sertamudahditerimaolehindividuindividu,kelompokkelompokdan
masyarakatyangmenjadisasaranperubahan.
d.Tenagaahli(expert)
Dalamkaitannyasebagaitenagaahli,pekerjasosialdapatmemberikan
masukan,saran,dandukunganinformasidalamberbagaiarea(individu
individu,kelompokkelompokdanmasyarakat).
e.Perencanasosial(socialplanner)
Seorangperencanasosialmengumpulkandatamengenaimasalahsosialyang
dihadapiindividuindividu,kelompokkelompokdanmasyarakat,
menganalisadanmenyajikanalternativetindakanyangrasionaldalam
mengaksesSistemsumberyangadauntukmengatasimasalahpemenuhan
kebutuhanindividuindividu,kelompokkelompokdanmasyarakat.
f.Fasilitator
Pekerjasosialsebagaifasilitator,dalamperaniniberkaitandengan
menstimulasiataumendukungpengembanganmasyarakat.Peranini
dilakukanuntukmempermudahprosesperubahanindividuindividu,
kelompokkelompokdanmasyarakat,menjadikatalisuntukbertindakdan
menolongsepanjangprosespengembangandenganmenyediakanwaktu,
pemikirandansaranasaranayangdibutuhkandalamprosestersebut.
MenurutJimIfe,2002,peranpekerjasosialantaralain:
a.PerananFasilitatif
Perananpraktekyangdikelompokankedalamperananfasilitatif
merupakanperananyangdicurahkanuntukmembangkitkansemangatatau
memberidorongankepadaindividuindividu,kelompokkelompokdan
masyarakatuntukmenggunakanpotensidansumberyangdimilikiuntuk
meningkatkanproduktivitasdanpengelolaanusahasecaraefisien.Melakukan
mediasidannegosiasi,yaitupekerjasosialmemerankandirisebagaimediator
dalampemanfaatanlahandenganpihaklainuntukmemperluasaktivitas
kerjasamadenganmenguntungkanpihakpihakyangterlibat.Memberikan
support/dukungan,yaitumemberikandukunganuntukmemperkuat,mengakui
danmenghargainilaiyangdimilikiolehindividuindividu,kelompok
kelompokdanmasyarakat,menghargaikontribusidankerjamereka.
Dukunganinidapatbersifatformaldaninformal.Membangunconsensus
dengansesamapihakuntukmelakukankerjasamadalamrangka
pengembanganpotensiindividuindividu,kelompokkelompokdan
masyarakat.Memfasilitasiindividuindividu,kelompokkelompokdan
masyarakatdalammeningkatkanproduktivitasdanpemasaranhasilproduksi.
b.PerananEducational
Pekerjasosialmemainkanperanandalampenentuanagenda,sehingga
tidakhanyamembantupelaksanaanprosespeningkatanpeningkatan
produktivitasakantetapilebihberperanaktifdalammemberikanmasukan
dalamrangkapeningkatanpengetahuan,keterampilansertapengalaman
bagiindividuindividu,kelompokkelompokdanmasyarakat.Peran
pendidikaninidapatdilakukandenganpeningkatankesadaran,memberikan
informasi,mengkonfrontasikan,melakukanpelatihanbagiindividuindividu,
kelompokkelompokdanmasyarakat.
c.PerananperananRepresentasional
Pekerjasosialmelakukaninteraksidenganbadanbadandimasyarakat
yangbertujuanbagikepentinganindividuindividu,kelompokkelompokdan
masyarakat.Perananinidilakukan,antaralaindengan:mendapatkansumber
sumberdariluartetapidenganberbagaipertimbanganyangmatang,seperti
bantuanmodalusaha,pelatihanpengembanganpotensidanproduktivitasdari
berbagaidonator.Melakukanadvokasiuntukmembelakepentingan
kepentinganindividuindividu,kelompokkelompokdanmasyarakatseperti
mendukungupayaimplementasiprogramdanberupayamerealisasikan
programtersebut.MemanfaatkanMediaMasauntukmemperkenalkanhasil
produksi.Selainitujugabertujuanmenerimadukungandaripihaklainyang
lebihluas;membukajaringankerja,denganmengembangkanrelasidengan
berbagaipihak,kelompokdanberupayamendorongmerekauntukturutserta
dalamupayapengembanganpotensi,sepertipemerintah,pengusaha,dan
masyarakatselainitupula,pekerjasosialberbagipengetahuandan
pengalamandenganstakeholder.
d.PerananTeknis
Disinipekerjasosialmelakukanpengumpulandananalisisdata,
kemampuanmenggunakankomputer,kemampuanmelakukanpresentasi
secaraverbalmaupuntertulis,manajemensertamelakukanpengendalian
finansial,danmelakukanneedassessmentterhadappengembangan
potensiindividuindividu,kelompokkelompokdanmasyarakat.Peranperan
inidapatdilakukanpekerjasosialbersamaindividuindividu,kelompok
kelompokdanmasyarakatmelakukanmendapatkaninformasidandatayang
dapatdigunakanbaikuntukmengundangperhatiandaristakeholdersuntuk
mengembangkanpotensitetapijugamembantumempromosikan.
Dengandemikian,pekerjaansosialmemilikiperanyangsangatpenting
dalampengembanganpotensiindividuindividu,kelompokkelompokdan
masyarakat.
MenurutDorangLuhpuridkk(2000)adalah:
a.Fasilitator
Merupakanperananyangbertujuanuntukmempermudahupaya
pencapaiantujuansehatdengancaramenyediakanataumemberikan
kesempatandanfasilitasyangdiperlukanklienuntukmengatasimasalahnya,
memenuhikebutuhannya,danmengembangkanpotensiyangdimilikinya
dengancara:
1)mendampingikliendalamsetiaptindakan
2)memberikandukunganemosionalyangdiperlukanklienagarklienmerasa
diperhatikandanterpenuhikebutuhanemosionalnya
3)berupayamembantuklienmengatasimasalahyangdihadapinya
b.Mediator
Memberikanlayananmediasijikaklienmengalamikonflikdengan
pihaklainatauoranglainagardicapaikesesuaianantaratujuandan
kesejahteraandiantarakeduabelahpihak.
c.Advokator
Memberikanlayananpembelaanbagiklienyangberadadalamposisi
yangdirugikansehinggamemperolehhaknyakembali.
d.Liason
Memberikaninformasiyangdiperlukankeluargamengenaikondisiklien
dankondisilembagaagardapatmemberikanpertimbanganyangtepatdalam
menentukantindakandemikepentinganklien.
e.Konselor
Memberikanpelayanankonsultasikepadaklienyangingin
mengungkapkanpermasalahannya.Pekerjasosialharusmenyadari
permasalahannyasertamelihatpotensidankekuatanyangdimilikiklien.Ia
jugaharusmemberikanalternatifalternatifpemecahanmasalah.
f.Penghubung
Merupakanperananyangmenghubungkanantarakliendengan
keluarga,antarakliendenganlembagaterkait,maupunpenghubungantara
kliendengansumberlainyangdapatmembantudalamusahapemecahan
masalahklien.Selainitu,harusmemberikaninformasiinformasiyang
diperlukanolehkeluargatentangkondisiklienpekerjasosialharusmampu
memberikaninformasitentangkondisikeluargademikepentinganklien.
g.PembimbingSosialKelompok
Memberikanintervensipadasejumlahklienyangberkumpuldan
berbagiberbagaiisu(topikyangmerekaminati)melaluipertemuanyang
teraturdankegiatanyangdirancanguntukmencapaitujuanyangtelahdisusun
bersama.