Anda di halaman 1dari 20

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA

IBUN KECAMATAN IBUN KABUPATEN BANDUNG


Muhammad Yedi Ramdhani, Asep Abdul Sahid, Faisal Pikri
Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Gunung Djati
Bandung
muhammadyedi@gmail.com

Abstrak
Permasalahan yang terjadi dalam partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa
yaitu permasalahan kurangnya partisipasi masyarakat desa sehingga menyebabkan ketidak
sesuaian pembangunan desa untuk meningkatkan pendapatan asli desa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) mendeskripsikan bagaimana proses
keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dana desa, 2) mendeskripsikan faktor-faktor yang
mempengaruhi keterlibatan masyarakat, 3) mendeskripsikan dampak dari keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan dna desa.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Kemudian langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti
dalam menganalisis data penelitian dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan dana desa di desa Ibun kecamatan Ibun kabupaten Bandung dapat dikatakan
bahwa keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dana desa masih rendah, hal ini
dikarenakan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah desa Ibun kepada
masyarakat yang menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan
dana desa yang dilakukan oleh pemerintah desa Ibun. Seharusnya mengenai pengelolaan dana
desa disosialisasikan kepada masyarakat oleh pemerintah desa Ibun, agar meningkatkan
partisipasi masyarakat.

Kata Kunci: Dana desa, Masyarakat, Partisipasi

1
1. Latar Belakang
Salah satu upaya pemerintah pusat dalam mengatasi permasalahan pembangunan
yaitu melalui program Alokasi Dana Desa (ADD), dimana program tersebut memberikan
wewenang kepada pemerintah desa untuk mengembangkan daerahnya sesuai dengan
potensinya atau yang disebut otonomi daerah. Menurut Mardiasmo (2006), dalam Undang-
Undang No. 17 tahun 2003 tentang keuangan negara mengatur antara lain pengelolaan
keuangan daerah dan pertanggungjawabannya. Untuk merealisasikan pengaturan dan
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan tersebut, pengembangan dan
pengaplikasian akuntansi sektor publik sangat mendesak dilakukan sebagai alat untuk
melakukan transparansi dalam mewujudkan akuntabilitas publik untuk mencapai good
governance. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara legalitas format kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah telah menyentuh pada tingkat pemerintahan yang paling
bawah yaitu tingkat desa.
Desa merupakan wilayah yang memiliki hak otonom utuk mengatur dan
meningkatkan pembangunannya sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Seiring dengan perkembangan otonomi daerah, pemerintah pusat yang memberikan tugas
pembantuan kepada pemerintah desa harusnya selalu memperhatikan dan menekankan
pembangunan masyarkat desa melalui otonomi pemerintahan desa dan peran aktif serta
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, oleh karena itu setiap masyarakat harus
berpartisipasi dalam proses pengelolaan dana desa.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa bukan hanya partisipasi pada
proses pelaksanaan, melainkan juga partisipasi pada tahap perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi sampai pada partisipasi masyarakat pada tahap pengawasaan. Keterlibatan
masyarakat dalam proses pembangunan mulai dari pengambilan keputusan dalam
identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan program, pelaksanaan program serta
dalam evaluasi (Soetomo, 2008: 440). Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat merupakan
hal yang sangat penting dalam proses pengelolaan dana desa untuk pembangunan di desa.
Namun kenyataanya, partisipasi masyarakat masih kurang dalam program pemberdayaan
yang berorientasikan pada pembangunan sosial yang ada di Indonesia baik di kota maupun
di pedesaan.
Program pemberdayaan masyarakat dapat berjalan apabila kegiatan program
tersebut masih berlangsung dan jika program selesai maka partisipasi masyarakat dapat
berjalan dengan baik. Hal ini sering terjadi pada program pemberdayaan masyarakat yang
2
ada kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain karena program pemberdayaan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, alasan lain tidak maksimalnya program
pemberdayaan adalah pembuat kebijakan kurang memperhatikan kondisi lapangan.
Sebagian besar kegiatan pembangunan merupakan program dari atas (top down). Padahal
pembangunan desa merupakan dasar dari pembangunan nasional, dan partisipasi
masyarakat merupakan modal utama keberhasilan pembangunan. (Siwastiono, Sadu, 2006:
13).
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan program pemberdayaan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan merupakan salah satu indikasi keberhasilan
dalam pengelolaan dana desa. Selain dilihat keberhasilan program dari partisipasi
masyarakatnya dapat pula dilihat dari hasil program yaitu meningkatnya pembangunan
desa.
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dana desa merupakan salah satu bentuk
perwujudan dari pemberdayaan masyarakat secara nyata dan terarah. Masyarakat menjadi
subjek pemberdayaan bukan hanya objek pemberdayaan semata. Kedudukan sebagai
subjek pemberdayaan berarti anggota masyarakat hendaknya memiliki kemauan,
kemampuan, kesediaan, kesadaran, motivasi, kerjasama dan kawasan yang kuat dan
melekat pada diri anggota masyarakat terhadap pemberdayaan. Kedudukan anggota
masyarakat tersebut dapat diartikan pula bahwa anggota masyarakat harus berperan secara
aktif, didorong untuk berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat, baik dalam
menyusun perencanaan maupun dalam implementasi proyek atau program pemberdayaaan
masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa untuk program pembangunan desa
yang berasal dari dana desa di desa Ibun kecamatan Ibun kabupaten Bandung,
mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat keterlibatan masyarakat dalam
pengelolaan dana desa di desa Ibun kecamatan Ibun kabupaten Bandung, dan
mendeskripsikan dampak-dampak keterlibatan masyarakat dalam pengalokasian dana desa
untuk program pembangunan yang bersumber dari dana desa di desa Ibun kecamatan Ibun
kabupaten Bandung.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Administrasi Keuangan Desa
3
Menurut Hanif Nurcholis (2011: 135) administrasi desa adalah keseluruhan
proses kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai penyelenggaraan
pemerintahan desa pada buku administrasi desa. Administrasi desa sangat penting
bagi kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa. Pemerintahan desa akan berjalan
drngan lancar manakala didukung oleh sistem tata usaha/administrasi yang benar, rapi,
dan tertib. Sistem administrasi yang benar, rapi, dan tertib akan memberikan data dan
informasi yang mudah dan sistematis yang sangat berguna untuk pengambilan
keputusan, pembuatan rencana, kontrol kegiatan, evaluasi, dan komunikasi dan
informasi baik ke dalam maupun keluar organisasi.

2.2 Pengelolaan Dana Desa


Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana
Desa tahun 2015, dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten/kota (APBD) dan digunakan untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Pengelolaan keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pengelolaan keuangan desa dalam APBDesa oleh karena itu
dalam pengelolaan keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) harus memenuhi prinsip
pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD). Dana desa pada dasarnya merupakan salah
satu dana atau keuangan desa yang pada prinsipnya di kelola oleh pemerintah desa.
Secara langsung menunjukkan bahwa anggaran dana desa merupakan keuangan dari
pemerintah desa, keuangan desa sesuai dengan Peraturan Pemerintah Dalam Negeri
No 113 pasal 2 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa mengatakan bahwa
prinsip pengelolaan keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan,
akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

2.3 Model Pengelolaan Dana Desa


Penetapan penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di atur
dalam Permandes No.5 tahun 2015 tentang penetapan prioritas penggunaan dana desa
pasal 11 yang berbunyi penggunaan dana desa yang bersumber dari APBN untuk
pemberdayaan masyarakat desa terutama untuk penanggulangan kemiskinan dan
4
peningkatan akses atas sumber daya ekonomi sesuai dengan perencanaan desa. Hal
tersebut dapat menegaskan bahwa dana desa pada hakikatnya di gunakan untuk
kebutuhan msyarakat baik dalam segi penggunaan untuk pengentasan kemiskinan dan
dalam segi pengelolaamya. Berdasarkan Permendagri no.113 tahun 2014 pengelolaan
dana desa mencakup beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

2.4 Partisifasi Masyarakat


Masyarakat adalah sekumpulan individu yang mendiami suatu tempat, saling
berhubungan, dan berorganisasi. Menurut Mikkelsen (1994:64) partisipasi adalah
suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang
terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.
Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan partisipasi adalah keikutsertaan individu
secara fisik dan emosi yang aktif dalam kelompok serta melakukan kontribusi sesuai
dengan inisiatif dan kemampuan individu tersebut. Partisipasi masyarakat adalah
keikutsertaaan sekelompok individu secara sadar, aktif, dan sukarela dalam suatu
kegiatan sosial.
Bentuk keterlibatan atau keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti suatu
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat menurut Suwandi (2015:10) dalam
penelitiannya mengatakan beberapa bentuk–bentuk partisipasi yang dilakukan dalam
suatu pembangunan daerah yaitu partisipasi masyarakat pada proses perencanaan,
partisipasi masyarakat pada proses pelaksanaan, keikutsertaan masyarakat pada
pelaksanaan pembangunan yang direncanakan sebelumnya, dan partisipasi masyarakat
pada proses pengawasan, masyarakat berpartisipsi untuk menjaga jalannya kegiatan
pembangunan agar sesuai dengan yang telah direncanakan dan menjaga hasil
pembangunan tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulan secara garis
faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat yaitu: Pertama faktor
internal, adalah faktor-faktor yang terdapat pada setiap diri manusia seperti umur, jenis
kelamin, perkerjaaan dan tingkat pendidikan masing-masing individu. Kedua faktor
eksternal, adalah faktor-faktor yang terdapat pada luar diri manusia seperti tingkat
kepekaan masyarakat dan kebijakan-kebijakan pemerintah.

3. Metode Penelitian
3.1 Pendekatan dan Jenis
5
Dalam penelitian ini pendekatan yang akan digunakan yaitu pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode ini dipilih karena untuk
menyajikan data secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada
di lapangan.
Metode penelitian ini dipilih karena merupakan cara dan langkah-langkah ilmiah yang
dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang ada di lokasi penelitian sekaligus
mengumpulkan data dan indikasi yang dipandang akan menjawab permasalahan yang
akan diteliti.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu menggunakan data
kualitatif. Data kualitatif, data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam
bentuk angka. Data kualitatif ini dipakai untuk dapat membimbing peneliti untuk
memperoleh penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya dan untuk
membentuk kerangka teoritis baru, data tersebut dapat membantu para peneliti untuk
melangkah lebih jauh dari praduga dan kerangka awal. Yang termasuk data kualitatif
dalam penelitian ini yaitu gambaran umum obyek penelitian, meliputi Proses
Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan dana desa, faktor-faktor yang
mempengaruhi pengelolaan dana desa, dan dampak keterlibatan warga dalam
pengelolaan dana desa di desa Ibun kecamatan Ibun kabupaten Bandung.
Dalam peneitian ini, terdapat beberapa sumber data yang diperlukan untuk
tercapainya tujuan penelitian. Data tersebut berupa data primer dan data sekunder.
Data primer yang diperoleh bersumber dari observasi dan wawancara di kantor desa
Ibun kecamatan Ibun kabupaten Bandung terhadap semua elemen yang berkaitan
dengan proses partisipasi masyarakat dalam program pembangunan desa yang
bersumber dari dana desa, serta melakukan wawancara dengan beberapa ketua rukun
warga (RW) dan masyarakat di Desa Ibun Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung. Data
sekunder bersumber dari studi pustaka, buku, dokumen APBD desa Ibun, skripsi
terdahulu, intenet, jurnal dan tesis yang dapat membantu melengkapi kajian dalam
proses penelitian.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

6
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan cara
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik pengumpulan data ini dapakai
peneliti untuk mendapatkan data penelitian yang diperlukan peneliti.

3.4 Operasional Parameter Penelitian


Tabel Oprasional Parameter Kajian Peneliti

Aspek
No Kajian Parameter Sumber Informasi
Kajian

(1) (1) (2) (3) (4)

1 Partisipasi Perencanaan Kesesuaian alur proses Aparatur Pemerintahan


Masyarakat musrenbangdes dalam Desa, Tokoh
Dalam pengelolaan dana desa Masyarakat/Masyarakat
Pengelolaan
Pelaksanaan Adanya indikator yang Aparatur Pemerintahan
Dana Desa
menunjukan Desa, Tokoh
Di Desa
tercapainya Masyarakat/Masyarakat
Ibun
pelaksanaan ADD
Kecamatan
Evaluasi Adanya evaluasi yang Aparatur Pemerintahan
Ibun
dilakukan terhadap Desa, Tokoh
Kabupaten
pengelolaan keuangan Masyarakat/Masyarakat
Bandung

3.5 Teknik Penentuan Informan


Tabel Informan Dalam Penelitian

No Jabatan Jumlah

1 Sekretaris Desa 1

2 KAUR Umum 1

3 Ketua BPD 1

4 Ketua Petani Desa Ibun 1

7
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipakai peneliti memiliki beberapa tahapan analisis,
yaitu melalui tahapan; reduksi data, penyajian atau display data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Tahapan analisis ini dipakai untuk mendeskripsikan
permaslahan yang ada.

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil
Untuk mengetahui keterlibatan masyarakan dalam pengelolaan dana desa yang
dilakukan di desa Ibun, peneliti meneliti dengan 3 aspek, yaitu pada perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Berikut ini akan diuraikan analisis dari hasil penelitian
tentang keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dana desa di desa Ibun kecamatan
Ibun kabupaten Bandung, berdasarkan tiga aspek tersebut.
a. Keterlibatan Masyarakat dalam Perencaan Pengelolaan Dana Desa
Hasil penelitian melalui wawancara terkait mengenai proses keterlibatan
masyarakat dalam perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah desa, di
kemukakan oleh bapak Irwan Kustiawan yaitu sebagai berikut:
“Apabila ada aspirasi dari masyarakat diawali dari musdus, diangkatnya per
januari tahun berikutnya naik ke dokumen. Misalkan jika aspirasi masyarakat
dari bidang pembangunan desa, pemberdayaan desa, maupun pelatihan dan lain-
lain itu dinaikan januari di musrembang selama satu tahun” (Hasil Wawancara
dengan Sekretaris Desa tanggal 24 Juli 2019).
Sependapat dengan yang disampaikan oleh bapak Yaya Sutarya pada hasil
wawancara, bahwa:
“Karena diadakannya musrembang yang diselenggarakannya utamanya
dilaksanakan musdus dahulu. Hasil, musyawarah dusun skala prioritasnya
ditingkat dusun maka diambil ke tingkat desa yang disebut adalah
musrembangdes. Nanti ada lagi membentuk tim sebelas buat delegasi delegasi
untuk musyawarah tingkat kecamatan” (Hasil Wawancara dengan Kaur
Keuangan Desa tanggal 24 Juli 2019).

8
Namun pada kenyataannya forum perencanaan yang diikuti oleh
msyarakat pada saat ini tidak ada atau tidak transparan terhadap masyarakat, hal
ini disampaikan oleh bapak Ira Suhara bahwa:
“Pada umumnya sekarang-sekarang jarang ada rapat semenjak kepala desa ini
yang menjabat. Harusnya keterbukaan dengan masyarakat. Misalnya pengeluaran
dana desa untuk apa-apa nya di rapatkan dengan masyarakat. Jadi kurangnya
keterbukaan antara pihak desa dengan masyarakat” (Hasil Wawancara dengan
Ketua Kelompok Tani tanggal 30 Juli 2019).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan maka dapat digambarkan
proses keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pengelolaan dana desa, dalam
skema berikut:
Gambar 4.1 Alur Proses Perencanaan Pengelolaan Dana Desa

Sumber: Analisis Peneliti, 2018 (diolah)


Berdasarkan hasil tersebut mengenai proses keterlibatan masyarakat dalam
perencanaan pengelolaan dana desa sebagai bentuk partisipatif masyarakat yang
telah dilakukan oleh pemerintah desa Ibun dalam melaksanakannya, dapat
diketahui bahwa pemerintah desa Ibun sudah melakukan musyawarah dalam
perencanaan pengelolaaan dana desa untuk pembangunan di masyarakat.
Namun kenyataanya di masyarakat ada yang tidak mengetahui mengenai
adanya forum perencanaan pengelolaan dana desa untuk saat ini, hal ini
bertentangan dengan apa yang seharusnya dikehendaki oleh Peraturan Bupati
Kabupaten Bandung Nomor 20 pasal 2 tahun 2014 tentang asas pengelolaan
keuangan desa dimana keuangan desa dikelola berdasarkan azas-azas transparan,
akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
Dimana seharusnya hal tersebut harus sesuai dengan Peraturan Kabupaten
Bandung Nomor 8 pasal 3 tahun 2015 tentang musyawarah desa, dimana
kewajiban masyarakat dalam peyelenggaraan musyawarah desa meliputi:

9
1) Mendorong gerakan swadaya gotong royong dalam penyusunan kebijakan
publik melalui musyawarah desa;
2) Mempersiapkan diri untuk berdaya dalam menyampaikan aspirasi, pandangan
dan kepentingan mengenai hal yang bersifat strategis;
3) Mendorong terciptanya kegiatan penyelenggaraan musyawarah desa secara
partisipatif, demokratis, transparan dan akuntabel;
4) Mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram selama
proses berlangsungnya musyawarah desa; dan
5) Melaksanakan nilai permusyawaratan, permufakatan kekeluargaan, dan
kegotongroyongan dalam proses pengambilan keputusan mengenai kebijakan
publik.

b. Keterlibatan Masyarakat dalam Pelaksanaan Pengelolaan Dana Desa


Wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada pemerintah desa untuk
mengetahui keterlibatan seperti apa yang dilakukan oleh masyarakat dalam
pelaksanaan pengelolaan dana desa. Keterlibatan masyarakat dalam pelaksaan ini
dikemukakan oleh bapak Yaya Sutarya mengatakan bahwa:
“Masyarakat ikut gotong royong dimana disitu ada kolom bantuan dari
pemerintah kabupaten pemerintah pusat atau pemerintah provinsi direncana ada
kolom swadaya, kan itu diharuskan karena adanya swadaya dari masyarakat, jadi
swadaya itu ada yang berbentuk tenaga, ada juga yang berbentuk materi seperti
bahan dan sebagainya kemudian diuangkan. Misalkan kalau masyarakat mampu
partisifasi satu minggu atau tiga hari diperhitungkan sesuai peraturan bupati
misalkan untuk HOK dibayarkan untuk satu harinya berapa, kalau mengisi
kegiatan gotong royongnya tiga hari baru dikalikan tiga” (Hasil Wawancara
dengan Kaur Keuangan Desa tanggal 24 Juli 2019).
Sependapat dengan yang disampaikan oleh bapak Yaya Sutarya, bapak
Irwan Kustiawan juga memberikan keterngan bahwa:
“Daripada usulan masyarakat tindak lanjut dari masyarakat sendiri
kegotongroyongan di lapangan misalkan masyarakat ingin mengajukan
pembuatan jembatan, direalisasi karena pemerintah desa melalui pemerintah desa
ke kabupaten pusat. Partisifasi dari masyarakat sendiri nya yaitu membantu

10
seperti gotong royong. Kadang-kadang ada swadaya masyarakat itu sendiri”
(Hasil Wawancara dengan Sekretaris Desa tanggal 24 Juli 2019).
Hal ini memang dibenarkan juga oleh bapak Ira Suhara, dimana beliau
mengatakan bahwa:
“Kalau sekarang bukan gotong royong tapi di bayar. Kalo disini padat karya nya
600 meter, kalo di uangkan jadi 600 jutaan” (Hasil Wawancara dengan Ketua
Kelompok Tani tanggal 30 Juli 2019).

Berdasarkan hasil tersebut mengenai proses keterlibatan masyarakat dalam


pelaksanaan pengelolaan dana desa sebagai bentuk partisipatif masyarakat yang
telah dilakukan, yaitu dapat diketahui bahwa pemerintah desa Ibun sudah
melakukan pelaksanaan pengelolaaan dana desa untuk pembangunan di
masyarakat, dimana di dalam pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah desa,
masyarakat ikut terlibat dalam pelaksanaannya sesuai dengan Peraturan Bupati
Kabupaten Bandung Nomor 20 pasal 2 tahun 2014 tentang asas pengelolaan
keuangan desa dimana keuangan desa dikelola berdasarkan azas-azas transparan,
akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

c. Keterlibatan Masyarakat dalam Evaluasi Pengelolaan Dana Desa


Adapun hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada pemerintah
desa Ibun, mealui wawancara kepada bapak Irwan Kustiawan selaku sekretaris
desa Ibun, sebagai berikut:
“Ada, tapi berupa lisan. Terkadang sudah direncanakan namun masyarakat ingin
mengajukan pembangunan jembatan atau jalan atau bangunan lainnya tapi tidak
disetujui, ada saran dari masyarakat hanya berupa lisan. Monitoring dari
masyarakat tidak ada, namun monitoring dipihak BPD dimana BPD itu adalah
perwakilan dari masyarakat” (Hasil Wawancara dengan Sekretaris Desa tanggal
24 Juli 2019).
Selain evaluasi yang dilakukan oleh masyarakat, juga ada evaluasi yang
dilakukan oleh pemerintah desa, hal ini di ungkapkan oleh bapak Yaya Sutarya,
sebagai berikut:
“Ada, tahap evaluasi dari paling bawah dilaksanakan paling bawah dari BPD,
evaluasi di pemerintah desa yaitu oleh BPD, ada lagi evaluasi di tingkat
11
Kecamatan dimana di evaluasi tersebut membahas evaluasi dana desa ataupun
evaluasi ADPD, lalu ada juga evaluasi di tingkat Kabupaten” (Hasil Wawancara
dengan Kaur Keuangan Desa tanggal 24 Juli 2019).
Berdasarkan hasil tersebut mengenai proses keterlibatan masyarakat dalam
evaluasi pengelolaan dana desa sebagai bentuk partisipatif masyarakat yang telah
dilakukan, dan juga adanya evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah itu sendiri
dalam terealisasinya dana desa di desa Ibun. Dapat diketahui juga bahwa
pemerintah desa Ibun sudah melakukan evaluasi pengelolaaan dana desa untuk
pembangunan di masyarakat, dimana di dalam pengelolaanya masyarakat dan
pemerintah desa Ibun ikut terlibat dalam mengevaluasi. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 pasal 44 tahun 2014 tentang
pengawasan dan pembinaan pengelolaan dana desa dimana pemerintah provinsi
wajib membina dan mengawasi pemberian dan penyaluran dana desa, alokasi dana
desa, dan bagi hasil pajak dan retribusi daerah dari kabupaten/kota kepada desa.
Pemerintah kabupaten/kota wajib membina dan mengawasi pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa.

4.2 Pembahasan
Pengelolaan keuangan desa tercantum dalam peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa disebutkan
bahwa Alokasi Dana Desa (ADD) berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang
bersumber dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Asas dan prinsip
dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) yaitu harus transparan, akuntabel, dan
partisipatif. Artinya bahwa pengelolaan dana desa harus dikelola dengan
mengedepankan keterbukaan, dilaksanakan secara bertanggung jawab dan juga harus
melibatkan peran serta masyarakatnya. Pengelolaan dana desa mencakup beberapa
tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
a. Perencanaan
Dalam perencanaan pengelolaan dana desa terdapat peraturan perundang-
undangan yang memberikan tata cara perencanaan pengelolaan keuangan.
pemerintah desa Ibun, dalam proses perencanaan mengenai pengelolaan dana desa
pada tahun 2018 tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Bupati Kabupaten
Bandung Nomor 20 pasal 2 tahun 2014 tentang asas pengelolaan keuangan desa
12
dimana keuangan desa dikelola berdasarkan azas-azas transparan, akuntabel,
partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Pengelolaan
keuangan desa dilaksanakan dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai
tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Ketika implementasi peraturan perundang-undangan itu bisa dilaksanakan
dengan baik oleh pemerintah desa, tanpa adanya hambatan atau kendala maka
dampak dari hal tersebut adalah perencanaaan yang sesuai dengan apa yang di
butuhkan oleh masyarakat. Namun, karena ada kendala dalam kepercayaan
masyarakat terhadap pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh pemerintah desa
maka pengelolaan dana desa menjadi kurang optimal.
Sebagaimana pernyataan yang disampaikan oleh bapak Irwan Kustiawan
selaku sekretaris desa bahwa Apabila ada aspirasi dari masyarakat akan diawali
dari musdus, diangkat berdasarkan skala prioritas, lalu di ajukan pada bulan
Januari di musrembang desa lalu direalisasikan. Dengan ini implementasi
peraturan perundang-undangan sudah berjalan dengan baik sesuai denga prosedur
yang telah ditetapkan oleh pemerintah kabupaten. Secara keseluruhan peraturan
sudah dilaksanakan dengan baik dan benar. Jadi, dalam perencanaan pengelolaan
dana desa yang dilakukan oleh pemerintah desa Ibun sudah memiliki landasan
hukum dan implementasi yang sudah berjalan dengan baik sesuai prosedur yang
berlaku.
b. Pelaksanaan
Di setiap pelaksanaan pada umumnya selalu memiliki dukungan dan
hambatan dalam implementasinya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor
kesadaran dan kepercayaan dimana faktor tersebut akan selalu ada pada diri
masyarakat desa. Permasalahan tersebut berasal dari kondisi untuk suatu
pengorbanan yang dilakukan masyarakat dengan menyerahkan sebagian tanahnya
kepada pemerintah desa untuk dilakukannya pembangunan yang telah
direncanakan oleh pemerintah desa, tentunya ini menjadi suatu hal yang
memerlukan kepercayaan yang luar biasa dari masyarakat kepada pemerintahan
yang dilakukan oleh desa Ibun.
Usaha penolakan yang dilakukan oleh masyarakat desa Ibun dalam
pelaksanaan pembangunan yang memerlukan pengorbanan dari masyarakat desa
Ibun adalah dengan memberikan alasan bahwa pemilik tanah tidak memberi izin
13
untuk pembangunan di tanahnya karena tanah warisan keluarga. Usaha yang
dilakukan oleh masyarakat desa ini dikarenakan masyarakat tidak memiliki
kepercayan terhadap pemerintahan desa Ibun. Berbagai bentuk alasan sebagai
bentuk reaksi masyarakat tidak percaya terhadap pemerintahan desa Ibun.
Perlawanan ini merupakan kondisi yang mempersulit pelaksanaan alokasi
dana desa dimana pelaksanaan ini dapat mempengaruhi industri lokal yang ada di
masyarakat sehingga pemberdayaan masyarakat desa yang dilakukan oleh
pemerintah desa Ibun dapat berjalan secara optimal.
Sebagaimana pernyataan yang disampaikan oleh bapak Ira Suhara selaku
ketua kelompok tani bahwa Setiap ada kritik dan saran yang diberikan kepada
pemerintah desa jawabannya tidak tuntas, dan Kalau memberikan argumentasi
selalu dibantah. Jadi masyarakat lebih baik diam, dan pengelolaan dana desa
diserahkan kepada pemerintah desa.
Hal inilah yang menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap
pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh pemerintah desa Ibun menurun,
dikarenakan dari pemerintah itu sendiri yang tidak menanggapi kritik atau saran
dari masyarakat.
c. Evaluasi
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa dalam mengatasi hambatan-
hambatan yang ada dengan cara melakukan evaluasi kepada masyarakat tentang:
1. Sosialisasi peraturan perundang-undangan
Undang-undang yang sudah jelas dimana menjelaskan bahwa
peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa disebutkan bahwa asas dan
prinsip dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) yaitu harus transparan,
akuntabel, dan partisipatif. Hal ini mendorong agar masyarakat dapat
berpartisipasi secara aktif dalam pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh
pemerintah desa Ibun agar pengelolaannya dapat berjalan dengan optimal.
Peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan dana desa yaitu
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa harus di sosialisasikan kepada
masyarakat guna masyarakat mengetahui bahwa dalam pengelolaan dana
desa, masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengelolaannya.
14
Sosialisasi tersebut akan bermaanfaat bagi pemerintah desa agar masyarakat
memiliki kesadaran dan kepercayaan terhadap pengelolaan dana desa yang
dilakukan oleh pemerintah desa.
Sosialisasi ini akan membuat masyarakat ikut terlibat dalam
pengelolaan dan desa sehingga jalannya pengelolaan dan desa dapat berjalan
dengan optimal. Sehingga pemerintah desa dapat merealisasikan dan desa
sesuai dengan kebutuhan sosial ekonomi yang di masyarakat, sehingga
pengelolaan dana desa sesuai dengan undang-undang yang telah di tetapkan
oleh pemerintah daerah kabupaten bandung yang tercantum dalam Peraturan
Kabupaten Bandung Nomor 8 pasal 3 tahun 2015 tentang musyawarah desa.
2. Pentingnya kesadaran dan kepercayaan
Kesadaran yang tinggi, kepercayaan masyarakat tentang pengelolaan
dana desa yang dilakukan oleh pemerintah desa Ibun, maka secara umum
akan makin mudah bagi pemerintah ibununtuk pelaksanaan pengelolaan dana
desa. Dengan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi akan memberi keikhlasan masyarakat untuk patuh dalam pelaksanaan
pengalokasian dana desa. Dengan sosialisasi dari pemerintah desa Ibun
tentunya masyarakat akan dapat memahami bahwa dengan keikutsertaannya
masyarakat dalam pengelolaan dan desa dapat membuat pengalokasian dana
desa bisa optimal dan tepat sasaran sesuai kebutuhan masyarakat. Maka akan
diwujudkan masyarakat yang sadardan percaya untu partisipasi sehingga mau
menerimapembangunan yang dilakukan.
Sosialisasi mengenai pentingnya keterlibatan masyarakat telah
dilakukan oleh ketua BPD. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh ketua
BPD pada bab sebelumnya, bahwa sosialisasi mengenai hak ikut terlibat
dalam pengelolaan dan desa dilakukan bertujuan untuk menghimbau
masyarakat yang tidak ikut berpartisipasi untuk ikut terlibat dalam
pengelolaan dana desa. Sosialisasi ini akan membuat masyarakat sadar akan
pentingnya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dana desa sehingga
berdampak pada pengalokasian dana desa yang tepat sasaran.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
15
a. Proses dalam pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh pemerintah desa Ibun sudah
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun
2014 dan sesuai dengan Peraturan Bupati Kabupaten Bandung Nomor 20 pasal 2 tahun
2014. Dimana keuangan desa dikelola berdasarkan azas-azas transparan, akuntabel,
partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Pengelolaan keuangan
desa dilaksanakan dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1
Januari sampai dengan 31 Desember.
b. Faktor yang mempengaruhi pengelolaan dana desa ada dua kesadaran dan kepercayaan
masyarakat, dimana ke dua faktor tersebut berperan penting dalam kelancaran
pengelolaan dana desa agar berjalan secara optimal. Faktor yang mendukung akan
kelancaran pengelolaan dana desa adalah faktor kesadaran masyarakat akan
pentingnya ikut berpartisipasi dalam proses perencanaan pengelolaaan dana desa di
desa Ibun, dimana masyarakat sangat antusias untuk ikut berpartisipasi dalam
perencanaan pengelolaan dana desa. Namun yang menjadi penghambat pengelolaan
dana desa adalah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan dana desa
yang dilakukan oleh desa Ibun, dimana tingkat kepercayaan masyarakat desa Ibun
sangat rendah.
c. Dampak dari keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dana desa, menyebabkan
suatu manfaat bagi kelancaran pengelolaan dana desa agar menjadi optimal dan tepat
sasaran sesuai dengan kebutuhan yang ada di masyarakat.

16
Daftar Pustaka

Adisasmita, R. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Beratha, N. 1982. Desa Masyarakat dan Pembangunan Desa. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah (Edisi Kedua). Yogyakarta :

Andi

Mikkelsen, B. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan:

sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, L J. 2007 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Offset.

Ndraha, T. 1994. Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas.

Jakarta : Rineka Cipta.

Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Erlangga,

Jakarta

Robert M dan Jackson.H.. 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia,Jakarta : . PT Raja

Grafindo

Siagian, Sodang P, 2005. Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi dan Srtateginya. PT.

Bumi Aksara, Jakarta.

Siwastiono, Sadu. 2006. Prospek Pengembangan Desa. Bandung: Fokus Media

Slamet, J S. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

17
Sudjana, D. 2003. Sistem dan Manajemen (Teori dan Aplikasi). Bandung: Falah Production.

Suharto, E. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT Refika

Aditama.

Suharto, E. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT Refika

Aditama.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Soekanto, S. 1982. Sosiologi suatu pengantar: Jakarta. PT Raja Grafindo

Soetomo. 2009. Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soetomo. 2008. Strategi – Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model - Model Pemberdayaan. Yogyakarta:

Media Pressindo.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 2001. Administrasi Publik. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Usman, S. 2010. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Utsman et.al. 2010. Model-model pemberdayaan masyarakat desa di Provinsi Jawa Tengah.

Semarang: Widya Karya

Wijaya, HAW. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

18
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Desa pada Pasal 18

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang pengelolaan keuangan desa, PP

No. 113 Tahun 2014

Peraturan Pemerintah Dalam Negeri tentang pengelolaan Dana desa, Permendagri No.144

tahun 2014

Peraturan Menteri, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi tentang penetapan

prioritas penggunaan dana desa, Permendes No. 5 Tahun 2015

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa bahwa Desa memiliki hak asal usul dan

hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan

berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Abadi et.al. 2014. Performance E-Government Untuk Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Kabupaten Sidoarjo.Jurnal Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Vol 4: No3.

Faisal et.al. 2013. Analisis Partisipasi Masyarakat Lhokseumawe Dalam Penyusunan Rencana

Umum Tata Ruang Kota Lhokseumawe. Jurnal Teknik Sipil. Vol2 : No. 1

Kusuma, C et.al. 2012. Pengelolaan Alokasi Dana desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Desa (Studi pada Desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang).Jurnal

Administrasi Publik . Vol 1: No. 6.

19
Novia. 2015. partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan program alokasi dana desa (studi di

Desa Semongan Kecamatan Nyan Kabupaten Sanggau). Jurnal Ilmu sosiatri. Vol 4:

No 3

Pius, K J. 2013. An Assessment of Community Participation in the Sustainability of School

Feeding Programme in Primary Schools: A Case of Embakasi, Kenya. International

Journal of Academic Research in Business and Social Sciences. Vol 3: No. 9.

Suroso et.al. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam

Perencanaan Pembangunan Di Desa Banjaran Kecamatan Driyorejo Kabupaten

Gresik. Jurnal Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi. Vol

17:No 1

Suwandi. 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Alokasi Dana desa Di Kantor

Desa Suka Damai Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. EJournal

Administrasi Negara. Vol 3: No 4.

20

Anda mungkin juga menyukai