d. Keterpaduan: yaitu kebijakan dan strategi pada tingkat lokal, regional, dan
nasional.
Pengorganisasian Masyarakat
1. Definisi Pengorganisasian Masyarakat
Menurut Dave Beckwith dan Cristina Lopespengorganisasian
masyarakat merupakan proses pembangunan kekuatan dengan melibatkan
konstituen sebanyak mungkin melalui proses menemukenali ancaman yang
ada secara bersama-sama, menemukenali penyelesaian-penyelesaian yang
diinginkan terhadap ancaman-ancaman yang ada; menemukenali orang dan
struktur, birokrasi, perangkat yang ada agar proses penyelesaian yang dipilih
menjadi mungkin dilakukan, menyusun sasaran yang harus dicapai, dan
membangun sebuah institusi yang secara demokratis diawasi oleh seluruh
konstituen sehingga mampu mengembangkan kapasitas untuk menangani
ancaman dan menampung semua keinginan dan kekuatan konstituen yang
ada.
Jadi pengorganisasian masyarakat bukan hanya sekedar melakukan
pengerahan masyarakat untuk mencapai sesuatu kepentingan semata, namun
suatu proses pembangunan organisasi masyarakat yang dilaksanakan dengan
jalan mencari penyelesaian secara bersama pula yang didasarkan pada potensi
yang ada dalam masyarakat.
Pengorganisasian dalam konteks perubahan sosial menjadi titik
strategis yang harus mendapat perhatian lebih seksama. Keberhasilan
mencapai titik perubahan akan sangat ditentukan oleh pekerjaan
pengorganisasian ini. Tanpa suatu pengorganisasian yang memadai, kuat dan
sistematik, maka agenda pemberdayaan masyarakat akan senantiasa
bergantung kepada niat baik kekuasaan, pasar politik, atau situasi lain yang
tidak pasti. Satu-satunya faktor yang akan memastikan bahwa pembangunan
komunitas berjalan dalam rel yang benar adalah kehendak dan kemampuan
komunitas sendiri untuk memperbaiki keadaan.
Pengorganisasian masyarakat atau CO adalah pengembangan yang
mengutamakan pembangunan kesadaran kritis dan penggalian potensi
pengetahuan lokal masyarakat. Pengorganisasian masyarakat mengutamakan
pengembangan masyarakat berdasarkan dialog atau musyawarah yang
demokratis. Usulan komunitas merupakan sumber utama gagasan yang harus
ditindaklanjuti secara kritis, sehingga partisipasi masyarakat dalam
merencanakan, membuat keputusan dan melaksanakan program merupakan
tonggak yang sangat penting.
Pengorganisasian masyarakat bergerak dengan cara menggalang
masyarakat kedalam suatu organisasi yang mampu menjangkau seluruh
lapisan masyarakat. Suara dan kepentingan masyarakat lebih utama daripada
kepentingan kaum elit.
Pengorganisasian masyarakat juga memaklumi arti penting
pembangunan sarana-sarana fisik yang dapat menunjang kemajuan
masyarakat, namun titik tekan pembangunan itu ialah pengembangan
kesadaran masyarakat sehingga mampu mengelola potensi sumberdaya
mereka.
Secara umum, metode yang dipergunakan dalam pengorganisasian
masyarakat adalah penumbuhan kesadaran kritis, partisipasi aktif, pendidikan
berkelanjutan, pembentukan dan penguatan pengorganisasian masyarakat.
Semua itu bertujuan untuk melakukan transformasi sistem sosial yang
dipandang menghisap masyarakat dan menindas (represif). Tujuan pokok
pengorganisasian masyarakat adalah membentuk suatu tatanan masyarakat
yang beradab dan berperikemanusiaan (civil society) yang menjunjung tinggi
nilai-nilai demokratis, adil, terbuka, berkesejahteraan ekonomis, politik dan
budaya.
2. Asumsi Dasar pengorganisasian masyarakat
Melakukan pengorganisasian masyarakat dengan maksud memperkuat
(memberdayakan) sehingga masyarakat mampu mandiri dalam mengenali
persoalan-persoalan yang ada dan dapat mengembangkan jalan keluar (upaya
mengatasi masalahtersebut) berangkat dari asumsi:
a. Masyarakat punya kepentingan terhadap perubahan (komunitas harus
berperan aktif dalam menciptakan kondisi yang lebih baik bagi seluruh
masyarakat)
b. Perubahan tidak pernah datang sendiri melainkan membutuhkan
perjuangan untuk dapat mendapatkannya
c. Setiap usaha perubahan (sosial) pada dasarnya membutuhkan daya tekan
tertentu, dimana usaha memperkuat (daya tekan) juga memerlukan
perjuangan.
4. Pentingnya Pengorganisasian
Pengorganisasian masyarakat penting dilakukan karena:
a. Kenyataan bahwa masyarakat pada kebanyakan berposisi dan berada
dalam kondisi lemah, sehingga diperlukan wadah yang sedemikian rupa
dapat dijadikan wahana untuk perlindungan dan peningkatan kapasitas
bargaining
b. Kenyataan masih adanya ketimpangan dan keterbelakangan, dimana
sebagian kecil memilki akses dan asset untuk bisa memperbaiki keadaan,
sementara sebagian besar yang lain tidak. Kenyataan ini menjadikan
perubahan pada posisi sebagai jalan yang paling mungkin untuk
memperbaiki keadaan. Tentu saja pengorganisasian tidak selalu bermakna
persiapan melakukan perlawanan terhadap tekanan dari pihak-pihak
tertentu, tetapi juga dapat bermakna sebagai upaya bersama dalam
menghadapi masalah-masalah bersama seperti bagaimana meningkatkan
produksi, memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat, dan lain-lain.
b. Tujuan
Tujuan dari penyelenggaraan Posyandu menurut Kemenkes RI (2006)
adalah sebagai berikut:
1) Mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita,
dan angka kelahiran.
2) Mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan Ibu Hamil.
3) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan.
c. Manfaat
Menurut Kementrian Kesehatan (2011), manfaat dari penyelenggaraan
Posyandu antara lain:
1) Bagi masyarakat
a) Mendapat kemudahan untuk memeroleh informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan
Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), dan
Angka Kematian Balita (AKBA).
b) Memeroleh layanan secara professional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait kesehatan ibu, bayi, dan balita.
2) Bagi kader dan tokoh masyarakat
a) Mendapat informasi lebih dulu tentang upaya kesehatan yang
terkait dengan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
Kematian Ibu (AKI), dan Angka Kematian balita (AKBA).
b) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu
masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan terkait Angka
Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), dan Angka
Kematian balita (AKBA).
3) Bagi Puskesmas
a) Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan perorangan dan kesehatan
masyarakat.
b) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah kesehatan sesuai dengan kondisi.
c) Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat.
d. Sasaran
Sasaran dalam pelayanan posyandu antara menurut Ambarwati (2009),
antara lain:
a) Bayi berusia kurang dari 1 tahun
b) Anak balita usia 1 – 5 tahun
c) Ibu Hamil
d) Ibu Menyusui
e) Ibu Nifas
f) Wanita usia subur
e. Pelayanan Kesehatan yang Dijalankan Posyandu
Menurut Syarifudin, pelayanan kesehatan yang dijalankan diantaranya:
1) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
a) Penimbangan berat badan bulanan
b) Pemberian tambahan makanan bagi bayi yang beratnya kurang
c) Imuniasasi bayi 3-14 bulan
d) Pemberian oralit untuk mengatasi diare
2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia
subur
a) Pemeriksaan kesehatan umm
b) Pemeriksaan kehamilan dan nifas
c) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil
penambahan darah
d) Imunisasi TT untuk ibu hamil
e) Penyuluhan kesehatan dan KB
f) Pemberian alat kontrasepsi KB
g) Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare.
2. Posbindu
a. Definisi
Posbindu adalah pos pelayanan kesehatan untuk masyarakat usia lanjut
disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati dan digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.
Posyandu Lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraanya melalui
program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,
tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraanya
(R.Fallen & R. Budi. Dwi. K, 2010).
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan
kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan berkala. Faktor risiko penyakit
tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol,
pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi,
serta menindak faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan.
b. Tujuan
1) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia.
2) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran masyarakat dalam
pelayanan posbindu untuk meningkatkan komunikasi.
3) Mengurangi angka kematian lansia di masyarakat.
4) Meningkatkan peran serta usia lanjut, keluarga, kader, organisasi
sosial dan lembaga swadaya masyarakat dalam penyelenggaraan
pembinaan kesehatan usia lanjut.
c. Manfaat
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2007), posbindu dilakukan agar
pengetahuan lansia menjadi meningkat dan menjadi dasar pembentukan
serta dapat mendorong minat atau memotivasi lansia untuk lelalu
mengikuti kegiatan Posbindu.
Posbindu juga mempunyai manfaat sebagai berikut:
1) Memberikan semangat hidup bagi usia lanjut
2) Memberikan keringanan biaya pelayanan kesehatan bagi keluarga
yang tidak mampu
3) Memberikan bimbingan pada usia lanjut dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatanya, agar tetap sehat dan mandiri.
d. Sasaran
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012), sasaran kegiatan Posbindu
adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM
atau orang dewasa yang berumur 15 tahun keatas. Pada orang sehat,
faktor risiko tetap terjaga dalam kondisi normal. Pada orang dengan faktor
risiko adalah mengembalikan kondisi berisiko ke kondisi normal, dan
pada orang dengan penyandang PTM adalah mengendalikan faktor risiko
pada kondisi normal sebagai upaya pencegahan timbulnya komplikasi
PTM.
3. Desa Siaga
a. Definisi
Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa
siaga lahir sebagai respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di
Indonesia yang tak kunjung selesai. desa siaga merupakan desa yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa siaga
adalah suatu konsep peran serta dan pemberdayaan masyarakat di tingkat
desa, disertai dengan pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat
untuk memelihara kesehatannya secara mandiri. (Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VI II/2006).
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya, kemampuan dan kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
secara mandiri. Inti kegiatan desa siaga adalah pemberdayaan masyarakat
agar mau dan mampu hidup sehat. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pelaksanaan pengembangan Desa Siaga di Kabupaten Maluku Tenggara.
Pelaksanaan pengembangan Desa Siaga ini merupakan tanggung jawab
dari pimpinan dan perangkat pemerintahan desa. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan telaah dokumen.
Data di análisis secara kualitatif dalam pendekatan deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tahap pelaksanaan yang terdiri dari
pengembangan tim petugas, pengembangan tim di masyarakat, survei
mawas diri, musyawarah masyarakat desa, pembinaan, dan pembentukan
forum untuk membantu atau memfasilitasi masyarakat menjalani proses
pembelajaran melalui siklus pemecahan masalah yang terorganisir dan
masih perlu ditingkatkan. Pengembangan Desa Siaga di Desa Evu
Kabupaten Maluku Tenggara sudah berjalan dengan baik hanya saja perlu
lebih lagi di tingkatkan. Langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh
adalah pengembangan tim petugas, pengembangan tim di masyarakat,
survei mawas diri, musyawarah masyarakat desa, pembangunan poskesdes
serta pembinaan dan peningkatan lintas sektor.
Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa
yang bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di
bawah bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan 2 orang kader
desa. Di samping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus desa untuk
mendorong peran serta masyarakat dalam program kesehatan seperti
imunisasi dan posyandu (Depkes 2009).
b. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Percepatan terwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli,
tanggap, dan mampu mengenali, mencegah serta mengatasi
permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga
derajat kesehatannya meningkat.
2) Tujuan Khusus :
a) Mengembangkan kebijakan pengembangan Desa siaga aktif di
setiap tingkat Pemerintahan Desa
b) Meningkatkan komitmen dan kerjasama semua pemangku
kepentingan di Desa untuk pengembangan desa siaga aktif.
c) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dasar di desa
d) Mengembangkan UKBM dan melaksanakan penanggulangan
bencana dan kedaruratan kesehatan, survailans berbasis
masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu,
pertumbuhan anak, lingkungan, dan perilaku), serta penyehatan
lingkungan.
e) Meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia, dana, maupun
sumber daya lain, yang berasal dari pemerintah, masyarakat dan
swasta/dunia usaha, untuk pengembangan Desa siaga aktif
b. Tujuan
Saka Bakti Husada bertujuan untuk mewujudkan tenaga kader
pembangunan dalam bidang kesehatan, yang dapat membantu
melembagakan norma hidup sehat bagi semua anggota Gerkan Pramuka
dan masyarakat dilingkungannya.
c. Sasaran
Sasaran dibentuknya Saka Bakti Husada adalah agar para anggota
Gerakan Pramuka
yang telah mengikuti kegiatan Saka tersebut :
1) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam bidang
kesehatan.
2) Mampu dan mau menyebarluaskan informasi kesehatan kepada
masyarakat khususnya tentang :
a) Kesehatan lingkungan
b) Kesehatan keluarga
c) Penanggulangan berbagai penyakit
d) Gizi
e) Manfaat dan bahaya obat
1) Mampu memberikan latihan tentang kesehatan kepada para Pramuka
di gugus depannya.
2) Dapat menjadi contoh hidup sehat bagi masyarakat di lingkungannya.\
3) Memiliki sikap dan perilaku yang lebih mantap.
d. Krida dalam Saka Bakti Husada
Krida adalah satuan terkecil dari Saka, sebagai wadah kegiatan
keterampilan, pengetahuan dan teknologi tertentu. Saka Bakti Husada
terdiri dari 6 Krida dengan 36 Kecakapan khusus, yaitu :
1) Krida Bina Lingkungan Sehat
Krida Bina Lingkungan Sehat adalah wadah yang memberikan
pembinaan penyehatan lingkungan yaitu pembinaan penyehatan
rumah, penyehatan tempat fasilitas umum dan penerapan kedaruratan
kesehatan lingkungan.
Tujuan Krida Bina Lingkungan Sehat untuk memperoleh
kecakapan khusus tentang rumah sehat, tempat fasilitas umum sehat
dan penerapan kedaruratan kesehatan lingkungan. SKK Krida Bina
Lingkungan Sehat ada 3 (tiga), yaitu:
a. Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Rumah Sehat
b. Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Tempat dan Fasilitas Umum
Sehat
c. Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Kedaruratan Kesehatan
Lingkungan
Berdasarkan syarat kecakapan khusus yang terdapat di Krida Bina
Lingkungan Sehat maka anggota Saka Bakti Husada yang mendalami
Krida Bina Lingkungan Sehat dapat menjadi wirausaha di bidang
sanitasi.
2) Krida Bina Keluarga Sehat
Krida Bina Keluarga Sehat adalah wadah yang memberikan
pengetahuan dan keterampilan tentang keluarga sehat agar mereka
mau dan mampu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat
dalam mewujudkan keluarga sehat.
Tujuan Krida Bina Keluarga Sehat untuk memperoleh kecakapan
khusus tentang pembinaan Keluarga Sehat yaitu pembinaan kesehatan
ibu, bayi, anak pra sekolah, usia sekolah dan remaja (termasuk
didalamnya kesehatan gigi dan mulut), reproduksi, lanjut usia, jiwa
dan kesehatan kerja dan olahraga. SKK Krida Bina Keluarga Sehat
ada 7 (tujuh) yaitu:
a) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Kesehatan Ibu dan Bayi Baru
Lahir
b) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Kesehatan Balita dan Anak Pra
Sekolah
c) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Kesehatan Usia Sekolah dan
Remaja
d) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Kesehatan Reproduksi
e) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Kesehatan Lanjut Usia
f) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Kesehatan Jiwa
g) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Kesehatan Kerja dan Olahraga
Berdasarkan syarat kecakapan khusus yang terdapat di Krida Bina
Keluarga Sehat maka anggota Saka Bakti Husada yang mendalami
Krida Bina Keluarga Sehat antara lain, dapat menjadi penyedia jasa
pengasuh bayi, anak, lanjut usia dan instruktur olahraga.
3) Krida Pengendalian Penyakit
Krida Pengendalian Penyakit adalah wadah kegiatan keterampilan,
pengetahuan, dan teknologi tepat guna untuk memberikan kecakapan
khusus tentang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular,
penyakit menular, dan kesehatan jiwa.
Tujuan Krida Pengendalian Penyakit untuk memperoleh
kecakapan khusus tentang pengendalian penyakit malaria, penyakit
demam berdarah, rabies, penyakit diare, penyakit tuberkulosis,
penyakit cacingan, HIV/AIDS, penyakit tidak menular serta imunisasi
dan gawat darurat. SKK Bina Pengendalian Penyakit ada 11 (sebelas)
yaitu:
a) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Pengendalian Penyakit Malaria
b) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Pengendalian Penyakit Demam
Berdarah
c) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Pengendalian Rabies
d) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Pengendalian Penyakit Diare
e) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Pengendalian Penyakit
Tuberkulosis
f) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Pengendalian Penyakit
Kecacingan
g) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Imunisasi
h) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Gawat Darurat
i) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Pengendalian HIV/AIDS
j) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Pengendalian Penyakit Tidak
Menular
Berdasarkan syarat kecakapan khusus yang terdapat di Krida
Pengendalian Penyakit maka anggota Saka Bakti Husada yang
mendalami Krida Pengendalian Penyakit dapat menjadi pembuat
teknologi tepat guna bidang pencegahan dan pengendalian penyakit.
4) Krida Bina Gizi
Krida Bina Gizi adalah wadah kegiatan keterampilan, pengetahuan
dan teknologi tertentu untuk memberikan kecakapan khusus tentang
Gizi di Rumah Tangga, Gizi di Masyarakat, dan Gizi di Institusi
Kesehatan.
Tujuan Krida Bina Gizi untuk memperoleh kecakapan khusus
tentang mengenal keadaan gizi, kegiatan gizi di pos pelayanan
terpadu, perencanna menu, penyuluhan gizi dan pengangan gizi
darurat. SKK Krida Bina Gizi ada 5 (lima) yaitu:
a) Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Mengenal Keadaan Gizi
5. Polindes
a. Pengertian
Polindes atau Pondok bersalin desa adalah suatu tempat atau lembaga Unit
Kegiatan Bersam Masyarakat (UKBM) yang didirikan oleh masyarakat
atas dasar musyawarah sebagai sebagai kelengkapan kelengkapan dari dari
pembangunan pembangunan kesmas kesmas untuk untuk memberikan
memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga
Berencana (KB) dikelola oleh bidan desa (bides) bekerjasama dengan
dukun bayi dibawah pengawasan dokter puskesmas setempat.
b. Fungsi Polindes
1) Sebagai tempat yankes ibu dan anak (tmsk KB)
2) Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
3) Sebagai tempat tempat konsultasi, konsultasi, penyuluhan penyuluhan
dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, dukun bayi, dan kader
c. Kegiatan Polindes
1) Pemeriksaan kehamilan, termasuk pemberian imunisasi pada ibu
hamil, deteksi dini pada kehamilan.
2) Menolong persalinan normal dan resiko sedang.
3) Memberikan yankes pada ibu nifas dan menyusui.
4) Memberikan yankes pada neonatal, bayi, balita, anak prasekolah,
imunisasi dasar pada bayi.
5) Memberikan pelayanan KB.
6) Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan
persalinan yang resti baik bagi ibu maupun bayinya.
7) Menampung rujukan bagi dukun bayi dan kader kesehatan.
8) Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.
9) Melatih dan membina dukun bayi maupun kader.
10) Mencatat dan melaporkan kegiatan yang dilaksanakan pada
puskesmas.
d. Syarat Polindes
1) Tersedianya bidan di desa yang siap siaga didesa.
2) Tersedia sarana dan prasarana yankes sesuai standar pelayanan
minimal untuk bidan praktek.
3) Memenuhi persyaratan rumah sehat: air bersih,ventilasi, penerangan
cukup, pembuangan air limbah, pekarangan limbah, pekarangan yang
bersih, ukuran min 3x4 m2.
4) Lokasi di tengah penduduk yang dapat dicapai dg mudah oleh
penduduk sekitarnya dan dapat dijangkau dg kendaraan roda empat .
5) Tersedia tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan
perawatan post partum, min 1 tempat tidur
e. Pembiayaan dan Oprasional
1) Biaya yang dipungut ditetapkan secara swadana dengan musyawarah
bersama masyarakat dan disesuaikan dengan kemampuan masyarakat
setempat.
2) Dapat di koordinasikan dengan daerah melalui dana kesehatan APBD
untuk pembentukan desa siaga
3) Operasional polindes tidak diperlukan surat izin, cukup dilaporkan dan
dicatat pd pusk setempat, kalaupun perlu cukup dibuat tingkat desa
atau kecamatan
f. Pada orang sehat agar faktor risiko tetap terjaga dalam kondisi
normal.
g. Pada orang dengan faktor risiko adalah mengembalikan
kondisi berisiko ke kondi