Anda di halaman 1dari 9

1.

Pemberdayaan Masyarakat

a. Pengertian pemberdayaan masyarakat

Empowerment atau yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti


pemberdayaan merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari
perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat utamaya Eropa.
Untuk memahami konsep empowerment secara tepat dan jernih memerlukan
upaya pemahaman latar belakang kontekstual yang melahirkannya.
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan (empowerment)
berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karena ide utama
pemberdayaan bersentuhan dengan kemampuan untuk membuat orang lain
melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka
(Edi Suharto, 2005:57).
Pemberdayaan menurut (Suhendra, 2006:74-75) adalah “suatu kegiatan
yang berkesinambungan dinamis secara sinergis mendorong keterlibatan semua
potensi yang ada secara evolutif dengan keterlibatan semua potensi”.
Dari beberapa definisi pemberdayaan diatas dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan merupakan suatu usaha atau upaya yang dilakukan dalam rangka
mengembangkan kemampuan dan kemandirian individu atau masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya. Setelah kita memahami mengenai definisi
pemberdayaan, selanjutnya akan dibahas mengenai definisi pemberdayaan
masyarakat menurut para ahli.
Menurut (Sumaryadi, 2005:11) pemberdayaan masyarakat adalah “upaya
mempersiapkan masyarakat seiring dengan langkah memperkuat kelembagaan
masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan
kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan”
Sedangkan menurut (Widjaja, 2003:169) pemberdayaan masyarakat
adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat
sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri harkat dan martabatnya secara
maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri baik di
bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya

b. Tujuan pemberdayaan masyarakat

Mardikanto (2014:202) mengemukakan, ada enam tujuan dari pemberdayaan


masyarakat, yakni:
1) Perbaikan Kelembagaan (Better Institution)
Dengan perbaikan aktivitas/perilaku yang dilakukan, diharapkan bisa
memperbaiki kelembagaan dan juga pengembangan jejaring kemitraan usaha.
2) Perbaikan Usaha (Better Business)
Perbaikan pendidikan (semangat dalam belajar), diperbaikinya aksesbisnislitas,
aktivitas dan perbaikan kelembagaan, diharapkan bisa memperbaiki bisnis yang
dijalankan.
3) Perbaikan Pendapatan (Better Income)
Dengan adanya perbaikan bisnis yang dijalankan, diharapkan akan ada
perbaikan penghasilan yang didapatnya, dan juga pendapatan keluarga dan
masyarakat.
4) Perbaikan Lingkungan (Better Environment)
Perbaikan pendapatkan diharapkan bisa memperbaiki lingkungan (fisik dan
sosial) karena kerusakan lingkungan biasanya dikarenakan adanya kemiskinan
atau penghasilan yang terbatas.
5) Perbaikan Kehidupan (Better Living)
Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik, diinginkan bisa
memperbaiki kondisi kehidupan masing-masing keluarga masyarakat
6) Perbaikan Masyarakat (Better Community)
Kehidupan yang lebih baik sangat terdukung jika lingkungan fisik dan sosial
yang ada juga lebih baik, hal ini diharapkan bisa terwujudnya kehidupan
masyarakat yang lebih baik juga.

c. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat

Prinsip pemberdayaan masyarakat ada enam prinsip yang sering dipakai dalam
mensukseskan program pemberdayaan yakni prinsip kesetaraan, partisipasi,
keswadayaan atau kemandirian dan berkelanjutan (Najiati, dkk 2005:54). Dari
masing-masing prinsip tersebut penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Kesetaraan
Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan masyarakat
adalah adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan
lembaga yang melakukan program-program pemberdayaan masyarakat, baik
laki-laki maupun perempuan. Dinamika yang dibangun adalah hubungan
kesetaraan dengan mengembangkan mekanisme berbagai pengetahuan,
pengalaman, serta keahlian satu sama lain. Masing-masing saling mengakui
kelebihan dan kekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar.
b. Partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat
adalah program yang sifatnya partisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi,
dan dievaluasi oleh masyarakat. Namun, untuk sampai pada tingkat tersebut
perlu waktu dan proses pendampingan yang melibatkan pendamping yang
berkomitmen tinggi terhadap pemberdayaan masyarakat.
c. Keswadayaan atau kemandirian
Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengedepankan kemampuan
masyarakat daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang orang
miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan (the have not), melainkan
sebagai subjek yang memiliki kemampuan sedikit (the have little). Mereka
memiliki kemampuan untuk menabung, pengetahuan yang mendalam tentang
kendala-kendala usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga
kerja dan kemauan, serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah
lama dipatuhi. Semua itu harus digali dan dijadikan modal dasar bagi proses
pemberdayaan. Bantuan dari orang lain yang bersifat materiil harus dipandang
sebagai penunjang, sehingga pemberian bantuan tidak justru melemahkan
tingkat keswadayaannya.
d. Berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada
awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi
secara perlahan dan pasti, peran pendamping akan makin berkurang, bahkan
akhirnya dihapus, karena masyarakat sudah mampu mengelola kegiatannya
sendiri.

d. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat 

Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh tahapan atau langkah yang dilakukan,


yaitu sebagai berikut (Soekanto, 1987:63):

1. Tahap Persiapan. Pada tahapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu:
pertama, penyimpanan petugas, yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang
bisa dilakukan oleh community woker, dan kedua penyiapan lapangan yang
pada dasarnya diusahakan dilakukan secara non-direktif. 
2. Tahapan pengkajian (assessment). Pada tahapan ini yaitu proses pengkajian
dapat dilakukan secara individual melalui kelompok-kelompok dalam
masyarakat. Dalam hal ini petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah
kebutuhan yang dirasakan (feel needs) dan juga sumber daya yang dimiliki
klien. 
3. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahapan ini petugas
sebagai agen perubahan (exchange agent) secara partisipatif mencoba
melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana cara mengatasinya. Dalam konteks ini masyarakat diharapkan dapat
memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan. 
4. Tahap pemfomalisasi rencanaaksi. Pada tahapan ini agen perubahan membantu
masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan
kegiatan apa yang mereka akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang
ada. Di samping itu juga petugas membantu untuk memformalisasikan gagasan
mereka ke dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan
proposal kepada penyandang dana. 
5. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan. Dalam upaya
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat peran masyarakat sebagai kader
diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan.
Kerja sama antar petugas dan masyarakat merupakan hal penting dalam tahapan
ini karena terkadang sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik melenceng
saat di lapangan. 
6. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas
program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan
dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan dalam
jangka waktu pendek biasanya membentuk suatu sistem komunitas untuk
pengawasan secara internal dan untuk jangka panjang dapat membangun
komunikasi masyarakat yang lebih mendirikan dengan memanfaatkan sumber
daya yang ada. 
7. Tahap terminasi. Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan
secara formal dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapkan proyek
harus segera berhenti.

2. Pemberdayaan perempuan

a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan


Pemberdayaan berasal dari kata empowerment merupakan konsep yang
lahir dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan Barat,
terutama Eropa (Prijono dan Pranaka, 1996: 3). Secara etimologis pemberdayaan
berasal dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai
suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/ kekuatan/
kemampuan, dan atau proses pemberian daya/ kekuatan/ kemampuan dari pihak
yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya (Sulistyani,
2004: 77). Pemberdayaan berarti pemberian kemampuan dari suatu individu atau
kelompok yang sudah berdaya kepada individu atau masyarakat agar menjadi
berdaya.
Menurut Karl M. (dalam Prijono dan Pranaka, 1996: 63) pemberdayaan
perempuan dipandang sebagai suatu proses kesadaran dan pembentukan
kapasitas (capacity building) terhadap partisipasi yang lebih besar, kekuasaan,
dan pengawasan pembuatan keputusan yang lebih besar, dan tindakan
transformasi agar menghasilkan persamaan derajat yang lebih besar antara
perempuan dan laki-laki. Upaya pemberdayaan perempuan dapat dilakukan
dengan usaha menyadarkan dan membantu mengembangkan potensi yang ada,
sehingga menjadi manusia yang mandiri.

b. Tujuan Pemberdayaan Perempuan


Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan menurut Ambar T.
Sulistyani (2004: 80) adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi
mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan
suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan
untuk memikirkan, memutuskan, serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat
demi mencapai pemecahan masalahmasalah yang dihadapi menggunakan daya
kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif,
dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal
masyarakat tersebut
Kemandirian masyarakat dapat dicapai melalui sebuah proses, melalui
proses belajar maka masyarakat secara bertahap akan memperoleh kemampuan
di atas. Tujuan pemberdayaan perempuan menurut Sumodiningrat yaitu sebagai
berikut.
1) Membangun eksistensi, dalam hal ini eksistensi perempuan. Perempuan harus
menyadari harus bahwa ia mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. Tidak
seharusnya kaum perempuan selalu berada dalam posisi yang terpuruk.
Perempuan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri.

2) Memotivasi perempuan agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk


menentukan apa yang menjadi pilihan hidup melalui proses dialog. Perempuan
juga berhak menentukan pilihan, tidak selamanya harus menurut pada lakilaki.

3) Menumbuhkan kesadaran pada diri perempuan tentang kesetaraan dan


kedudukannya baik di sektor publik maupun domestik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pemberdayaan perempuan adalah untuk membangun kesadaran perempuan
tentang kesetaraan gender agar mampu mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya, sehingga perempuan dapat mandiri dan ikut berpartisipasi dalam
pembangunan.

c. Tahap-tahap pemberdayaan
Tahap-tahap yang harus dilalui dalam proses belajar dalam rangka
pemberdayaan masyarakat menurut Ambar T. Sulistyani (2004:83-84) meliputi.
1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan
peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. Tahap ini
merupakan tahap persiapan dalam proses pemberdayaan. Pada tahap ini
pihak pemberdaya/aktor/pelaku pemberdayaan berusaha menciptakan
prakondisi, supaya dapar memfasilitasi berlangsungnya proses
pemberdayaan yang efektif. Sentuhan penyadaran akan lebih membuka
keinginan dan kesadaran masyarakat tentang kondisinya saat itu, dengan
demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya
memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan
keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar
sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan. Proses
transformasi pengetahuan dan kecakapan keterampilan dapat berlangsung
dengan baik, penuh semangat, dan berjalan efektif jika tahap pertama telah
terkondisi. Masyarakat akan menjalani proses belajar tentang pengetahuan
dan kecakapan keterampilan yang relevan dengan tuntutan kebutuhan. Pada
tahap ini masyarakat dapat memberikan peran partisipasi pada tingkat yang
rendah yaitu sekedar menjadi pengikut atau objek pembangunan saja, belum
mampu menjadi subyek dalam pembangunan.
3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan
pada kemandirian. Tahap ini merupakan tahap pengayaan atau peningkatan
kemampuan intelektual dan kecakapan keterampilan yang diperlukan supaya
mereka dapat membentuk kemampuan kemandirian. Kemandirian tersebut
akan ditandai oleh kemampuan masyarakat dalam membentuk inisiatif,
melahirkan kreasikreasi dan melakukan inovasi- inovasi dalam
lingkungannya. Apabila masyarakat dapat melakukan tahap ini, maka
masyarakat dapat secara mandiri melakukan pembangunan.

d. Indikator pemberdayaan perempuan

Pemberdayaan perempuan dilakukan untuk menunjang dan mempercepat


tercapainya kualitas hidup dan mitra ke-sejajaran antara laki-laki dan perempuan
yang bergerak dalam seluruh bidang atau sektor. Keberhasilan pemberdayaan
perempuan dapat dilihat adanya indikator-indikator sebagai berikut (Suharto,
2003):

1. Adanya sarana yang memadai guna mendukung perempuan untuk


menempuh pendidikan semaksimal mungkin. 
2. Adanya peningkatan partisipasi dan semangat kaum perempuan untuk
berusaha memperoleh dan mendapatkan pendidikan dan pengajaran bagi diri
mereka. 
3. Meningkatnya jumlah perempuan mencapai jenjang pendidikan tinggi,
sehingga dengan demikian, perempuan mempunyai peluang semakin besar
dalam mengembangkan karier sebagaimana halnya laki-laki.
4. Adanya peningkatan jumlah perempuan dalam lembaga legislatif, eksekutif
dan pemerintahan.
5. Peningkatan keterlibatan aktivis perempuan dalam kampanye pemberdayaan
pendidikan terhadap perempuan.
3. Kewirausahaan
a) Definisi Kewirausahaan
Menurut Hisrich-Peters ( Suryana dan Bayu, 2011), “kewirausahaan
adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu
dan kegiatan disertai modal dan risiko serta menerima balas jasa dan
kepuasan serta kebebasan pribadi”.
Menurut Coulter (Suryana dan Bayu, 2011), “kewirausahaan sering
dikaitkan dengan proses, pembentukan atau pertumbuhan suatu bisnis baru
yang berorientasi pada pemerolehan keuntungan, penciptaan nilai, dan
pembentukan produk atau jasa baru yang unik dan inovatif”. Zimmerer
(Kasmir, 2011) menyatakan bahwa “kewirausahaan adalah suatu proses
penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan
menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha)”. Senada dengan
pendapat tersebut, Ropke (Suryana dan Bayu, 2011) mengemukakan bahwa
“kewirausahaan merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi
baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang telah ada (inovasi),
tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi
masyarakat”. Meredith (Suryana, 2008) mengemukakan bahwa:
Berwirausaha berarti memadukan watak pribadi, keuangan, dan sumber
daya. Oleh karena itu, berwirausaha merupakan suatu pekerjaan atau karier
yang harus bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan,
mengambil risiko, keputusan, dan tindakan untuk mencapai tujuan
Dari beberapa pendapat tersebut, ada kesamaan inti antara definisi
kewirausahaan yang satu dengan lainnya. Kewirausahaan merupakan proses
penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda dengan menggunakan waktu,
modal, serta berani mengambil risiko untuk meningkatkan kesejahteraan
individu.

b) Faktor pendorong keberhasilan kewirausahaan


Menurut Suryana (2014:108), keberhasilan dalam kewirausahaan
ditentukan oleh tiga faktor, yaitu yang mencakup hal-hal berikut:
1. Kemampuan dan kemauan.
Orang yang tidak memiliki kemampuan, tetapi banyak kemauan dan
orang yang memiliki kemauan, tetapi tidak memiliki kemampuan,
keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses. Sebaliknya,
orang yang memiliki kemauan dilengkapi dengan kemampuan akan
menjadi orang yang sukses. Kemauan saja tidak cukup bila tidak
dilengkapi dengan kemampuan.

2. Tekad yang kuat dan kerja keras.


Orang yang tidak meiliki tekad yang kuat, tetapi memiliki keamauan
untuk bekerja keras dan orang yang suka bekerja keras, tetapi tidak
memiliki tekad yang kuat, keduanya tidak akan menjadi wirausaha yang
sukses.
3. Kesempatan dan peluang.
Ada solusi ada peluang, sebaliknya tidak ada solusi tidak akan ada
peluang. Peluang ada jika kita menciptakan peluang itu sendiri, bukan
mencari-cari atau menunggu peluang yang datang kepada kita.

Jadi, kemampuan berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku


kewirausahaan dalam mengombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras dan
keberanian menghadapi resiko untuk memperoleh peluang.

c) Prinsip-prinsip kewirausahaan
Seorang wirausaha sudah sewajarnya bila harus berpegang pada prinsip
tertentu.
Menurut Dhidiek. D. Machyudin prinsip dalam berwirausaha adalah sebagai
berikut:
1. Harus optimis
2. Ambisius
3. Dapat membaca peluang pasar
4. Sabar
5. Jangan putus asa
6. Jangan takut gagal
7. Kegagalan pertama dan kedua itu biasa, anggaplah kegagalan adalah
kesuksesan yang tertunda.
Sedangkan khafidhul ulum mengemukakan prinsip kewirausahaan
sebagai berikut:
1. Passion (semangat)
2. Independan (mandiri)
3. Marketing sensitivity (kreatif dan inovatif)
4. Calculated risk taker (mengambil resiko penuh perhitungan )
5. Persisten (pantang menyerah)
6. High ethical standart (berdasarkan standar etika)

Sumber

-Pemberdayaan masyarakat

Definisihttp://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/11521/BAB%202.pdf?
sequence=7&isAllowed=y

Tujuan-tahapan : https://www.kajianpustaka.com/2017/11/tujuan-prinsip-dan-tahapan-
pemberdayaan-masyarakat.html
-Pemberdayaan perempuan

Definisi-tahap: https://eprints.uny.ac.id/22830/4/4.%20BAB%20II.pdf

Indikator : https://www.kajianpustaka.com/2019/11/pemberdayaan-perempuan-tujuan-
strategi-program-dan-indikator.html

-Kewiraushaan

http://repository.uin-suska.ac.id/2782/4/BAB%20III.pdf (11)

Definisi:https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/11650/8.%20BAB%20II
%20PDF.pdf?sequence=6&isAllowed=y

Faktor: http://eprints.polsri.ac.id/2997/3/3.%20BAB%20II.pdf

Prinsip: https://mitradesain.co.id/2020/07/19/prinsip-prinsip-kewirausahaan/

Anda mungkin juga menyukai