Anda di halaman 1dari 6

Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pendampingan

Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat
menjelaskan pengertian, tujuan, pola, serta bentuk pemberdayaan masyarakat
dalam pendampingan penyelenggaraan rumah swadaya.

Pengertian dan Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan mempunyai rumusan yang berbeda-
beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian, artinya belum ada definisi yang tegas mengenai konsep
tersebut. Namun demikian, bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan sering disamakan dengan
perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk memenuhi kebutuhannya.
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang menjadi kata “berdaya”
artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan.
Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai
kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari empowerment dalam
Bahasa inggris. Pemberdayaan sebagai terjemahan dari empowerment menurut Merrian Webster dalam
Oxford English Dictionary mengandung dua pengertian:
a. To give ability or enable to, yang diterjemahkan sebagai memberi kecakapan/ kemampuan atau
memungkinkan
b. To give power of authority to, yang berarti memberi kekuasaan.
Pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, marjinal,
terpinggirkan) untuk menyampaikan pendapat dan atau kebutuhannya, pilihan-pilihannya,
berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengelola kelembagaan masyarakatnya secara
bertanggung-gugat (accountable) demi perbaikan kehidupannya.
Dalam pengertian tersebut, pemberdayaan mengandung arti perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan
setiap individu dan masyarakat baik dalam arti:
a. Perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan,
b. Perbaikan kesejahteran sosial (pendidikan dan kesehatan)
c. Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan,
d. Terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan kekhawatiran
dan lain-lain.
Meskipun rumusan konsep pemberdayaan berbeda-beda antara ahli yang satu dengan yang lainnya,
tetapi pada intinya dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebagai upaya berencana yang
dirancang untuk merubah atau melakukan pembaruan pada suatu komunitas atau masyarakat dari
kondisi ketidakberdayaan menjadi berdaya dengan menitikberatkan pada pembinaan potensi dan
kemandirian masyarakat. dengan demikian mereka diharapkan mempunyai kesadaran dan kekuasaan
penuh dalam menentukan masa depan mereka, dimana provider dari pemerintah dan lembaga non
government hanya mengambil posisi sebagai partisipan, stimulan, dan motivator.
Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan yang ingin dicapai dari sebuah pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang mandiri, yaitu
mandiri dalam berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Masyarakat yang
mandiri adalah masyarakat yang memiliki kemampuan untuk memikirkan, memutuskan, hingga
melakukan tindakan yang dianggap tepat demi mencapai kesepakatan dan kondisi yang dicita-citakan
dengan menggunakan kemampuan/sumber daya yang dimiliki.

Secara rinci kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif
serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan
kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari
solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap perilaku masyarakat
yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap nilainilai pemberdayaan masyarakat.
Kondisi afektif adalah merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat
diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik
merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung masyarakat
dalam rangka melakukan aktivitas pembangunan. Pemberdayaan Masyarakat. Pemberdayaan dapat
mencakup beberapa aspek yaitu:
a. Peningkatan kepemilikan sumberdaya (fisik) dan mampu memanfaatkan asset tersebut demi
perbaikan kehidupan mereka.
b. Hubungan antar individu dan kelompok
c. Pemberdayaan kelembagaan
d. Pengembangan jaringan dan kemitraan di segala tingkat.

Ciri-ciri pemberdayaan masyarakat antara lain:


a. Pembentukan kelompok kecil yang dapat dilakukan berdasarkan umur yang sama, minat yang sama
dan sukarela. Pemberdayaan menekankan pada kebersamaan langkah yang memungkinkan kelompok
masyarakat dapat berkembang.
b. Pemberian tanggungjawab kepada masyarakat, yang sudah dilibatkan dalam kegiatan perencanaan,
penyusunan program, sampai dengan evaluasi program yang sudah dilaksanakan
c. Kepemimpinan kelompok dipegang sepenuhnya oleh warga masyarakat. Semua kegiatan diatur oleh
kelompok, sehingga semua warga masyarakat sebagai anggota memiliki tanggungjawab dalam setiap
kegiatan
d. Melibatkan tokoh masyarakat sebagai agen perubahan, yaitu: ulama/ ustad,guru, dan tutor, sebagai
pendidik berperan sebagai fasilitator
e. Proses pengambilan keputusan untuk setiap kegiatan harus berdasarkan musyawarah bersama atau
hasil pemungutan suara
f. Adanya kesamaan pandang dan langkah di dalam mencapai tujuan tertentu,yang dapat ditumbuhkan
dari masalah-masalah aktual. Analisis masalah dalam proses pemberdayaan merupakan hal yang sangat
penting, yang dalam pelaksanaannya diperlukan kehadiran fasilitator yang cakap dan jeli dalam
mengungkapkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan oleh warga masyarakat
g. Metode yang digunakan harus dipilih yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri bagi warga
masyarakat–seperti dialog dan kegiatan kelompok bebas–antara lain: kelompok diskusi dan workshop
yang dilengkapi dengan peralatan yang dapat digunakan warga masyarakat dan berbagai Latihan
mandiri
h. Bahan diarahkan pada kebutuhan/kenyataan hidup sehari-hari warga masyarakat. Kegiatan pada
akhirnya harus bertujuan untuk memperbaiki kehidupan social, ekonomi, dan/atau kedudukan dalam
bidang politik.
Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Ada beberapa prinsip dasar untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya atau mandiri, yaitu:

Penyadaran
Penyadaran berarti bahwa masyarakat secara keseluruhan menjadi sadar bahwa mereka mempunyai
tujuan-tujuan dan masalah-masalah. Masyarakat yang sadar juga mulai menemukan peluang-peluang
dan memanfaatkannya, menemukan sumberdaya-sumberdaya yang ada di tempat itu yang barangkali
sampai saat ini tak pernah dipikirkan orang. Masyarakat yang sadar menjadi semakin tajam dalam
mengetahui apa yang sedang terjadi baik di dalam maupun diluar masyarakatnya. Masyarakat menjadi
mampu merumuskan kebutuhan-kebutuhan dan aspirasinya.
Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan di sini bukan hanya belajar membaca, menulis dan berhitung, tetapi juga meningkatkan
ketrampilan-ketrampilan bertani, kerumahtanggaan, industri dan cara menggunakan pupuk. Juga belajar
dari sumber-sumber yang dapat diperoleh untuk mengetahui bagaimana memakai jasa bank, bagaimana
membuka rekening dan memperoleh Pinjaman. Belajar tidak hanya dapat dilakukan melalui sekolah,
tapi juga melalui pertemuan-pertemuan informal dan diskusi-diskusi kelompok tempat mereka
membicarakan masalah-masalah mereka. Melalui pendidikan,kesadaran masyarakat akan terus
berkembang. Perlu ditekankan bahwa setiap orang dalam masyarakat harus mendapatkan pendidikan,
termasuk orangtua dan kaum wanita.
Pengorganisasian
Agar menjadi kuat dan dapat menentukan nasibnya sendiri, suatu masyarakat tidak cukup hanya
disadarkan dan dilatih keterampilan, tapi juga harus diorganisir. Organisasi berarti bahwa segala hal
dikerjakan dengan cara yang teratur, ada pembagian tugas di antara individu-individu yang akan
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas masing-masing dan ada kepemimpinan yang tidak hanya
terdiri dari beberapa gelintir orang tapi kepemimpinan di berbagai tingkatan. Masyarakat tidak mungkin
diorganisir tanpa pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan secara rutin untuk mengambil
keputusan-keputusan dan melihat apakah
keputusan-keputusan tersebut dilaksanakan. Wakil-wakil dari semua kelompok
harus berpartisipasi dalam proses Pembuatan keputusan. Selain pertemuan pertemuan rutin, catatlah
keputusan-keputusan yang telah diambil. Notulen itu akan dibacakan dalam pertemuan berikutnya
untuk mengetahui apakah orang orang yang bertanggungjawab terhadap keputusan tersebut sudah
melaksanakan tugasnya atau belum. Tugas-tugas harus dibagikan pada berbagai kelompok, termasuk
kaum muda, kaum wanita, dan orangtua. Pembukuan yang sehat juga sangat penting. Semua orang
harus mengetahui penggunaan uang dan berapa sisanya. Pembukuan harus dikontrol secara rutin
misalnya setiap bulan untuk menghindari adanya penyelewengan.
Pengembangan Kekuatan
Kekuasaan berarti kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Bila dalam suatu masyarakat tidak ada
Penyadaran, Latihan atau organisasi, orang-orangnya akan merasa tak berdaya dan tak berkekuatan.
Mereka berkata “kami tidak bisa, kami tidak punya kekuatan”. Pada saat masyarakat merasa memiliki
Potensi atau kekuatan, mereka tidak akan mengatakan lagi, “kami tidak bisa”, tetapi mereka akan
berkata “kami mampu!”. Masyarakat menjadi percaya diri. Nasib mereka berada di tangan mereka
sendiri. Pada kondisi seperti ini bantuan yang bersifat fisik, uang,teknologi dan sebagainya. Hanya
sebagai sarana perubahan sikap. Bila masyarakat mempunyai kekuatan, setengah perjuangan untuk
Pembangunan sudah dimenangkan. Tetapi perlu ditekankan kekuatan itu benar-benar dari masyarakat
bukan dari satu atau dua orang pemimpin saja. Kekuatan masyarakat harus mengontrol kekuasaan para
pemimpin.
Membangun Dinamika
Dinamika berarti bahwa masyarakat itu sendiri yang memutuskan dan melaksanakan program-
programnya sesuai dengan rencana yang sudah digariskan dan diputuskan sendiri. Dalam konteks ini
keputusan-keputusan sedapat mungkin harus diambil di dalam masyarakat sendiri, bukan diluar
masyarakat tersebut. Lebih jauh lagi, keputusan-keputusan harus diambil dari dalam masyarakat
sendiri. Semakin berkurangnya kontrol dari masyarakat terhadap keputusan-keputusan itu, semakin
besarlah bahaya bahwa orang-orang tidak mengetahui keputusankeputusan tersebut atau bahkan
keputusan-keputusan itu keliru. Hal prinsip bahwa keputusan harus diambil sedekat mungkin dengan
tempat pelaksanaan atau sasaran.

Selain itu upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan 4 (empat) unsur pokok, yaitu:
a. Aksesibilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan baru kaitannya dengan peluang.
Layanan, penegakan hukum, efektifitas negosiasi, dan akuntabilitas.
b. Keterlibatan dan partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana mereka terlibat
dalam keseluruhan proses pembangunan
c. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban public atas segala kegiatan yang dilakukan
dengan mengatasnamakan rakyat;
d. Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerjasama, mengorganisasi warga
masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi.

Tujuan yang ingin dicapai dari sebuah pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang mandiri,
mandiri dalam berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Masyarakat yang
mandiri adalah masyarakat yang memiliki kemampuan untuk memikirkan, memutuskan, hingga
melakukan Tindakan yang dianggap tepat demi mencapai kesepakatan dan kondisi yang dicita-citakan
dengan menggunakan kemampuan/sumber daya yang dimiliki.

Kompetensi Agen

Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan berdasarkan beberapa Langkah yang perlu diperhatikan,
baik dalam lingkup umum maupun khusus.
Antara lain:
Pertama, melakukan analisis kebutuhan. Seseorang agen harus dapat mengenali apa sesungguhnya
yang menjadi kebutuhan masyarakat. Ia harus melakukan need assesment. Analisis kebutuhan
dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan di dalam memetakan apa yang mestinya diperbuat untuk
pemberdayaan masyarakat.
Kedua, melakukan analisis situasi sosial atau social analysis, yaitu melakukan kajian terhadap berbagai
hambatan dan potensi, baik fisik maupun non-fisik yang mempengaruhi atas hidupnya masyarakat, dan
kemudian menempatkan hasil analisis kebutuhan tersebut di dalam peta hambatan dan potensi yang
dimaksud.
Ketiga, menemukan berbagai program yang layak dijadikan sebagai basis pengembangan masyarakat,
mungkin akan ditemui sekian banyak program yang relevan dengan analisis kebutuhan dan analisis
situasi sosialnya.
Keempat, menentukan alternatif program yang diprioritaskan.
Kelima, melakukan aksi pemberdayaan masyarakat sesuai dengan program prioritaskan.
Keenam, melakukan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan program dan faktor-faktor
penyebabnya. Melalui evaluasi ini akan ditindaklanjuti program berikutnya.

Ciri-ciri pemberdayaan masyarakat antara lain:


a. Pembentukan kelompok kecil yang dapat dilakukan berdasarkan umur yang sama, minat yang sama
dan sukarela. Pemberdayaan menekankan pada kebersamaan langkah yang memungkinkan kelompok
masyarakat dapat berkembang.
b. Pemberian tanggungjawab kepada masyarakat, yang sudah dilibatkan dalam kegiatan perencanaan,
penyusunan program, sampai dengan evaluasi program yang sudah dilaksanakan
c. Kepemimpinan kelompok dipegang sepenuhnya oleh warga masyarakat. Semua kegiatan diatur oleh
kelompok, sehingga semua warga masyarakat sebagai anggota memiliki tanggungjawab dalam setiap
kegiatan
d. Melibatkan tokoh masyarakat sebagai agen perubahan, yaitu: ulama/ ustad,guru, dan tutor, sebagai
pendidik berperan sebagai fasilitator
e. Proses pengambilan keputusan untuk setiap kegiatan harus berdasarkan musyawarah bersama atau
hasil pemungutan suara
f. Adanya kesamaan pandang dan langkah di dalam mencapai tujuan tertentu,yang dapat ditumbuhkan
dari masalah-masalah aktual. Analisis masalah dalam proses pemberdayaan merupakan hal yang sangat
penting, yang dalam pelaksanaannya diperlukan kehadiran fasilitator yang cakap dan jeli dalam
mengungkapkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan oleh warga masyarakat
g. Metode yang digunakan harus dipilih yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri bagi warga
masyarakat–seperti dialog dan kegiatan kelompok bebas–antara lain: kelompok diskusi dan workshop
yang dilengkapi dengan peralatan yang dapat digunakan warga masyarakat dan berbagai latihan
mandiri
h. Bahan diarahkan pada kebutuhan/kenyataan hidup sehari-hari warga masyarakat. Kegiatan pada
akhirnya harus bertujuan untuk memperbaiki kehidupan social, ekonomi, dan/atau kedudukan dalam
bidang politik.
DAFTAR PUSTAKA

Kartasamita, Ginanjar. 1996. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan yang Berakar pada
Masyarakat, Jakarta, Bappenas.
Sumodiningrat, G. 1997, Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, PT.Bina Rena Pariwara,
Jakarta.
Mardikanto, T. 2010. Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan-1. UNS Press. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai