Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
SOSIOLOGI POLITIK
“Rekrutmen politik”
Dosen pengampu : Ahmad Zurohman, M.Pd

Disususn oleh :
Ahmad Taufiq 0021
Hasanah Ulfa 0028
Ahmad Faris Rizaldi 0020
Nurul Habibah Tut Juliana 0030

PROGRAM STUDI TADRIS IPS


FAKULTAS TADRIS UMUM
UNIVERSITAS ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN PROBOLINGGO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatka ke kehadirat allah SWT .berkat rahmat serta
hidayah nya penulis telah mampu menyelesaikan makalah dengan
judulRekrutmen politik”,yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah dan
persentasi.shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan nabi besar
muhammad SAW beserta keluarga , para sahabat sahabatnya, serta seluruh umat
nya.

Tidak lupa kami berterima kasih kepada orang orang terdekat yang telah
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan makalah ini.Penulis berterikasih sebesar besar nya kepada yang
terhormat “Bapak Ahmad Zurohman, M.pd”.Selaku dosen pengampu mata kuliah
sosiologi politik jurusan program tadris ilmu pengetahuan sosial.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masi memilii banyak


kekurangan,sehingga penulis mengharapkan kritik serta saran yang bertujuan
untuk membangun kesempurnaan karya ilmiah ini.semoaga allah SWT
memberikan balasan atas kebaikan dan bantuan dari semua pihak yang telah
memberikan doa ,dukungan,serta bantuan.di harapkan karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis serta pembaca.
Amiin allahumma ammin.

Kraksaan, 24 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengatar.................................................................................................i

Daftar Isi........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Rekrutmen Politik................................................................3


B. Teori Pengrekrutan Politik.................................................................4
C. Sistem pengrekrutan Politik...............................................................5
D. Tujuan Rekrutmen Politik..................................................................10
E. Objek Rekrutmen Politik...................................................................11
F. Mekanisme Rekrutmen Politik..........................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................18
B. Saran .................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Proporsi individu dalam suatu masyarakat tertentu yang aktif pada
tingkatan tertinggi dalam partisipasi politik, yaitu mereka yang menduduki
jabatan-jabatan politik dan administratif yang hanya merupakan kelompok
minoritas dari penduduk seluruhnya. Proporsi ini boleh dikatakan hampir-
hampir tidak bertambah bila mereka yang mencari jabatan politik dan jabatan
administratif dimasukkan, seperti yang seharusnya jika melakukan penilaian
terhadap pengrekrutan politik yang efektif.
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang secara politik paling
aktif, merupakan minoritas dalam masyarakat, dan mereka itu besar artinya
disebabkan oleh dua alasan, yaitu pertama, karena hal tersebut merupakan
ciri utama dari semua sistem politik, dengan kemungkinan pengecualian
sistem-sistem yang ada dalam beberapa masyarakat primitif, dan kedua,
karena hal itu merupakan basis dari sejumlah teori penting yang berusaha
menjelaskan bekerjanya sistem-sistem politik sehubungan dengan oligarki-
oligarki, kaum elite, dan kelas-kelas.
Akan tetapi, bagaimanapun juga keabsahan teori-teori ini salah satu
perhatian utama dari sosiologi politik, adalah untuk menyelidiki dan
menerangkan hal pengrekrutan orang-orang yang menjalankan kekuasaan
politik. Penting untuk menyelidiki pengrekrutan bagi satu birokrasi bukan
hanya karena perbedaan antara politikus dan administrator. Penataan
kelembagaan setiap sistem politik merupakan faktor relevan lain dalam
pengrekrutan politik.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan deskripsi diatas maka penulis perlu memberikan
rumusan masalah sebagai objek pembahasan dan batasan yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana Teori Pengrekrutan Politik?

1
2. Bagaimana Sistem Pengerekrutan Politik?
3. Bagaimana Mekanisme Rekrutmen Politik?

C.    TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Teori Pengrekrutan Politik.
2. Untuk Mengetahui Sistem Pengrekrutan Politik.
3.  Untuk Mengetahui Dan Memahami Mekanisme Rekrutmen Politik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Rekrutmen Politik
Rekrutmen politik berasal dari dua kata, yaitu rekrutmen dan politik.
Rekrutmen berarti penyeleksian dan politik berarti urusan negara. Jadi,
rekrutmen politik adalah peneleksian rakyat untuk melaksanakan urusan
Negara. Dalam kams besar Bahasa Indonesia, rekrutmen politik adalah
pemilihan dan pengangkatan orang untuk mengisi peran tertentu dalam sistem
sosial berdasarkan sifat dan status (kedudukan), seperti suku,  kelahiran,
kedudukan sosial dan prestasi atau kombinasi dari semuanya.
Kajian ini meliputi melihat dan mempelajari peristiwa-peristiwa politik
dengan cermat tentang bagaimana para partisipan atau peserta sampai
terakomodasi dalam suatu keanggotaan institusi politik, dari mana asal
mereka, dengan jalan apa, gagasan-gagasan, keterampilan-keterampilan yang
dipersyaratkan dan hubungan-hubungan yang mereka peroleh atau mereka
korbankan.dengan demikian, rekrutmen politik merupakan suatu proses
pertahanan sistem yang dilembagakan, yang sebagian besar dipelajari melalui
sistem pemagangan  (apprenticeship).
Pengrekrutan politik ialah proses dengan mana individu-individu
menjamin atau mendaftarkan diri untuk menduduki suatu jabatan.
Pengrekrutan merupakan proses dua arah dan sifatnya bisa formal maupun
tidak formal. Proses dua arah karena individu-individu mungkin mampu
mendapatkan kesempatan atau mungkin didekatioleh orang lain dan kemudian
bisa menjabat posisi-posisi tertentu. Pengrekrutan bisa formal, kalau para
individu direkrut dengan terbuka melalui cara institusional berupa seleksi
ataupun pemilihan. Pengrekrtan Informal dilakukan apabila para individunya
direkrut secara prive (sendirian) tanpa melalui atau sedikit sekali melalui cara
institusional.
Pada referensi yang lain, kita bisa menemukan definisi atau pengertian
rekrutmen politik yang lebih memperhatikan sudut pandang fungsionalnya,
yaitu “The process by which citizens are selected for involvement in politics”.

3
Pengertian tersebut di atas menjelaskan bahwa rekrutmen politik adalah proses
yang melibatkan warga negara dalam politik.

B. Teori Pengrekrutan Politik


Terlepas dari adanya tuntutan hak, katakanlah lebih banyak duduknya
anggota-anggota wanita di Parlemen atau dikurangi adanya ahli hukum dalam
kongres adalah juga penting untuk menimbang, apakah pengadaan melampaui
atau justru berada dibawah permintaan. Ini tidak berarti bahwa karena
rendahnya permintaan akan anggota wanita di Parlemen maka berarti kurang
terwakilinya wanita dalam parlemen.
Daya penyediaan dan permintaan juga dipengaruhi oleh berbagai
badan seperti agensi pengrekrutan politik. Kriteria yang mungkin digunakan
dan oleh kadar sejauh mana proses itu dapat di kontrol. Beberapa agensi ini
sedikit atau banyak bekerja secara formal, yang lain seluruhnya bersifat
informal. Mungkin juga karena tidak adanya agensi pengrekrutan administratif
yang dapat dibandingkan dengan partai kelas pekerja pada umumnya
mengakibatkan secara tegas tidak adanya orang-orang yang berasal dari kelas
sosio ekonomis bawahan duduk sebagai pemegang jabatan administratif.
Badan-badan pengrekrutan informal yang terpenting bagi kelompok belakang
ini sering kali adalah lembaga pendidikan khusus yang mempersiapkan
individu dengan kualifikasi-kualifikasi formal yang diperlukan dan dengan
insentif informal mempertimbangkan suatu karier dalam dinas pemerintah.
Badan-badan agensi pengrekrutan biasanya akan menetapkan beraneka
ragam kriteria, meliputi ciri-ciri dan keterampilan yang mereka anggap layak
dan harus dikuasai oleh pejabat yang bersangkutan. Kriteria ini tentu saja akan
mencerminkan permintaan tetapi mereka juga akan mempengaruhi sistem
pengadaan dengan jalan mendorong atau dengan cara menakut-nakuti orang
dengan karakteristik atau keterampilan khusus tadi.
Karena banyaknya partai tentunya akan menimbulkan politisi yang
berlatar belakang berbeda-beda. Donald Matthews umpamanya menggaris
bawahi para senator Amerika, dibagi dalam empat tipe :

4
1. Kaum ningrat, yang datang dari keluarga politik dengan status sosial yang
cukup tinggi dan terdapat dalam kedua partai.
2. Kaum amatir, yang biasanya berasal dari status sosial agak bawahan,
namun sering adalah hartawan dan menampilkan lebih banyak angota
Republiken daripada Demokrat.
3. Kaum professional, yang telah menempuh jalan naik melalui aneka ragam
jabatan politik dan menyediakan lebih banyak anggota Demokrat daripada
anggota Republiken.
4. Kaum Agigator, biasanya mempunyai asal sosial yang rendah dan
memperoleh jabatan dengan usaha-usaha sendiri.
Demikian pula kriteria yg digunakan oleh partai yang sama di distrik
pemilihan yang berbeda-beda, mungkin dapat berbeda banyak sekali.
Sejauh mana pengrekrutan politik itu mengalami berbagai tipe
pengawasan adalah penting dalam mempengaruhi sistem pengadaan dan
permintaan. Seperti telah kita nyatakan, mungkin ada kualifikasi-kualifikasi
formal yang dituntut dari calon-calon pemegang jabatan tadi. Beberapa
diantaranya mungkin ditetapkan oleh agensi itu sendiri, sedang yang lainnya
mungkin ditetapkan oleh negara. Bagaimanapun juga kedua peristiwa itu
kiranya mempengaruhi proses pengrekrutan secara mendalam. Tetapi tidak
demikian halnya dalam masyarakat totaliter karena pengrekrutan politik itu
bidang yang penting dan vital, maka ia memperoleh pengawasan yang ketat.
Tentu saja seperti yang telah kita lihat perubahan ekstensif dalam personal
biasanya membutuhkan waktu, terutama dalam dalam bidang administratiif.
Akan tetapi salah satu metode yang paling penting dalam mempengaruhi
perubahan fundamental dalam sisem politk adalah lewat control terhadap
proses pengrekrutan politik. Demikianlah penguasa dalam masyarakat totaliter
berusaha mengawasi pengrekrutan semua pemegang jabatan politik dan
administratif, daripada menyerahkannya kepada badan-badan otonom atau
semi otonom.
C. Sistem Pengrekrutan Politik

5
Sistem pengrekrutan politik memiliki keragaman yang tiada terbatas
walaupun dua cara khusus, seleksi pemilihan melalui ujian serta latihan dapat
dianggap sebagai yang paling penting. Kedua cara ini tentu saja memiliki
banyak sekali keragaman dan banyak diantaranya memiliki implikasi penting
bagi pengrekrutan politik. Suatu metode pengrekrutan lain yang sudah
berjalan lama, yang umum terdapat banyak sistem politik adalah perebutan
kekuasaan dengan jalan menggunakan atau dengan kekerasan. Penggulingan
dengan kekerasan suatu rezim politik, apakah hal itu dapat berlangsung
dengan cukup ketat, revolusi, intervensi militer dari luar, pembunuhan atau
kerusuhan rakyat, sering kali walaupun tidak selalu bisa dijadikan sarana
untuk mengefektifkan perubahan radikal pada personil di tingkat-tingkat lebih
tinggi dalam partisipasi politiknya. Akibat yang paling langsung dan nyata
dari metode-metode sedemikian itu adalah penggantian para pemegang
jabatan politik, akan tetapi perubahan-perubahan dalam personil birokrasi
biasanya menimbulkan hasil lebih lambat, terutama bila berlangsung dalam
masyarakat yang kompleks dan sangat maju.
Berbeda dengan sistem patronage, akan tetapi juga cenderung untuk
mengekalkan tipe-tipe personil tertentu,  ada lagi satu alat pengrekrutan yang
jelas dapat disebutkan sebagai mampu memunculkan pemimpin-pemimpin
alamiah. Walaupun sekarang dapat dikemukakan bahwa pemimpin partai
konservatif di Inggris itu tidak timbul lagi sejak adanya pemilihan oleh suara
anggota-anggota parlemen konservatif, sistem politiknya tetap memaksakan
sejumlah pembatasan kontekstual dengan cara mengurangi jumlah pemimpin-
pemimpin konservatif potensial dari mana pilihan tersebut dimunculkan.
Suatu metode yang lebih terbatas di mana pemimpin-pemimpin yang
ada dapat membantu pelaksanaan pengrekrutan tipe-tipe pemimpin tertentu
adalah dengan jalan “Koopsi”. Secara tepat “Koopsi” itu meliputi pemilihan
seseorang ke dalam suatu badan oleh anggota-anggota yang ada dan walaupun
hal ini hampir umum terdapat dalam lembaga-lembaga politik. Metode
pengangkatan anggota. Badan Kehakiman biasanya dianggap kurang
bervariasi daripada halnya para pemegang jabatan politik dan pejabat-pejabat

6
administratif. Bagaimanapun juga cara-cara pemilihan yang dipakai dalam
sistem politik sebagai sarana untuk memilih politikus dan pemegang jabatan
administratif atau kehakiman akan menjadi perhatian kita sekarang.
Suatu pemilihan dapat dinyatakan sebagai sarana untuk memilih di
antara dua alternatif atau lebih, dengan jalan pemberian suara, akan tetapi
dengan mengatakan hal sedemikian ini, pentinglah untuk mengakui adanya
keanekaragaman yang tiada terbatas pada sistem-sistem pemilihan. Hak untuk
ikut serta dalam pemilihan dapat dibatasi pada taraf yang berbeda-beda dan
metode khusus yang digunakan untuk memberikan suara serta menghitung
suara itu mengalami keserbaragaman yang banyak sekali. Beberapa pemilihan
dapat dilukiskan secara tidak langsung, yaitu para pemilih memberikan
suaranya untuk suatu kelompok individu yang kemudian merupakan satu
badan pemilih presiden dan wakil presiden, yang seterusnya memimpin
pemilihan kedua untuk menentukan siapa yang akan memegang jabatan yang
dipertaruhkan.
Semua itu mencakup peristiwa langsung dari para pemegang jabatan
oleh para pemilih, walaupun pilihan dari dari para pemilih tadi mungkin
dibatasi oleh kualifikasi-kualifikasi hukum yang ditetapkan bagi para
pemegang jabatan politik dan oleh metode-metode yang mana partai politik
melakukan seleksi terhadap para calon kandidat mereka. Hak pilih orang
dewasa yang universal merupakan dasar paling umum bagi pemberian suara
pemilih, akan tetapi hal ini biasanya dibatasi oleh faktor-faktor seperti
kewarganegaraan, kesehatan jiwa dan catatan kejahatan. Dalam beberapa
sistem politik pembatasan seperti itu dilakukan lebih luas lagi dan mencakup
kriteria lain.
Pembatasan-pembatasan atas hak pilih kiranya mempunyai pengaruh
yang penting pada tingkah laku voting, karena itu juga terhadap pribadi yang
akan dipilih untuk menduduki jabatan politik. Pembatasan atas hak pilih
secara histories penting dalam membantu menjelaskan persekutuan-
persekutuan partai dan polarisasi elektoral. Dampaknya pun berbeda dengan
dengan dampak cara voting. Sistem-sistem pemilihan yang didasarkan atas

7
pluralitas sederhana terlalu membesar-besarkan perbandingan kursi yang
diperoleh partai yang menang dalam badan legislatif, sehubungan dengan
suara dukungan yang diberikan dengan akibat timbulnya kerugian dipihak
lawan, terutama pada partai politik ketiga atau partai-partai kecil lainnya.
Dibanyak negara lainnya, koalisi-koalisi merupakan norma dan
kemungkinan berlangsungnya sering diberi fasilitas-fasilitas dengan adanya
sistem-sistem pemilihan yang didasarkan pada perwakilan yang proporsional
sebanding. Keanekaragaman tipe dari perwakilan yang proporsional itu
banyak sekali.dan tipe-tipe diasosiasikan dengan hasil-hasil khusus. Hubungan
antara sistem-sistem pemilihan, tingkah laku, voting dan sistem-sistem partai
sangat komplek, yaitu bahwa ada hubungan memeng tidak dapat diragukan,
akan tetapi tidak dapat dikatakan umpamanya bahwa pluralitas sederhana
menyebabkan timbulnya sistem dua partai juga tidak dapat dinyatakan bahwa
perwakilan proporsional akan menyebabkan sistem multipartai. Sistem partai
adalah produk karakteristik sosial dari masyarakat yang bersangkutan, bukan
produk dari system pemilihannya.
Suatu faktor yang agak kurang penting adalah metode pemberian
suara. Ada juga faktor-faktor lain mengenai pemberian suara tetap merupakan
peristiwa penting. Pada kebanyakan peristiwa pemilihan terdapat pertandingan
yang berlangsung antara beberapa partai, seperti juga antara calon-calon
perorangan karena mayoritas para pemilih mengidentifikasikan dirinya dengan
suatu partai. Dibeberapa negara lain persaingan partai dilembagakan, dengan
jalan mencantumkan nama partai pada surat suara atau lebih penting lagi
dengan praktik menyodorkan daftar calon-calon partai pada para pemilih dan
meminta para pemberi suara untuk memilih calon dari partainya.
Karena itu pilihan yang dibuat oleh partai sangat penting. Selanjutnya,
urgensi pilihan ini menjadi semakin meningkat apabila sesuatu dukungan
partai dipusatkan dengan ketat, sebagaimana yang mungkin terjadi di distrik-
distrik pemilihan tertentu, sehingga untuk memperoleh pencalonan partai
dalam distrik pemilihan tanpa kecuali selalu akan merupak jaminan. Sistem
pemilihan didasarkan atas perwakilan proporsional biasanya menghasilkan

8
lebih sedikit partai-partai dan lebih sedikit calon-calon independen dengan
kesempatan yang lebih besar untuk dipilih tentunya.
Untuk menjamin pencalonan diperlukan dukungan dari satu partai
karena dukungan tersebut merupakan langkah penting menuju suksesnya hasil
pemilihan bagi calon-calon perorangan dan merupakan bagian penting dari
pengrekrutan politik. Kepemimpinan partai mencegah pencalonan seseorang
yang tidak disukai, sebaliknya menjadi sarana untuk jaminan pencalonan
seseorang yang disukainya.
Pengawasan regional atau local tidak perlu berarti seleksi terhadap
para calon yang tidak disukai oleh partai nasional, juga tidak menutup adanya
kerjasama anatara organisasi-organisasi partai tingkat nasional dan tingkat
lainnya. Secara normal hal itu berarti bahwa seleksi dilakukan dalam kerangka
prosedural umum terhadap partai sebagai keseluruhan dan sering kali diberi
supervisi oleh organisasi nasional akan tetapi hal itu juga berarti bahwa
pilihan calon yang efektif itu dilakukan pada tingkat regional atau tingkat
lokal.
Penggunaan pemilihan pendahuluan dibandingkan dengan metode-
metode alternatif seleksi calon dapat dianggap penting. Kenyataan
meunjukkan bahwa pemilihan pendahuluan diharuskan secara hukum. Hal ini
berarti bahwa calon harus sudah siap untuk memeprjuangkan kampanye
pemilihan umum untuk menjamin pencalonannya. Betapun juga bentuk
pemilihan pendahuluan pasti berbeda pada beberapa peristiwa pemilihan
pendahuluian berlangsung terbuka dan setiap pemberi suara dapat
berpartisipasi walaupun pada kebanyakkan peristiwa hanya boleh memberikan
suara dalam satu tempat pemilihan pendahuluan dari satu partai saja.
Selanjutnya walaupun pemilihan pendahuluan tidak diragukan dapat
memudahkan partisipasi politik, namun penting untuk dicatat bahwa
kehadiran pemilih ternyata sangat bervariasi.
Walaupun terdapat perbedaan, baik didalam walaupun diantara system
politik pada metode yang digunakan dalam melakukan seleksi para calon,
namun terdapat kecenderungan luas pada pengambilan keputusan penting

9
dalam seleksi calon untuk lebih banyak dipusatkan pada tingkat lokal atau
regional daripada tingkat nasional. Perbedaan yang lebih penting dalam
banyak hal tidak berasal dari padat pengawasan paratai atas pelaksanaan
seleksi akan tetapi dari doktrin konstitusional mengenai pemisahan dan fungsi
kekuasaan.
Secara umum dapat dinyatakan semakin lama suatu partai berkuasa,
semakin besar pula kemungkinan mereka untuk menduduki jabatan
pemerintahan yang senior dan harus pula menyiapkan diri untuk menempuh
jalan hierarki kementrian. Betapapun juga jika suatu partai terlalu lama berada
dalam periode oposisi kemudian mendapat kesempatan untuk berkuasa maka
pengangkatan orang-orang yang tidak memiliki pengalaman sedemikian tadi
untuk pos-pos senior adalah lebih besar kemungkinannya.
Walaupun sistem politik negara berkembang telah memeperoleh
kemerdekaannya itu bebas dari dominasi kolonial selama sekian generasi.
Pertentangan dalam aktivitas pengrekrutan politik banyak terjadi di
masyarakat berkembang dan prosesnya cenderung berlangsung relatif dan
tidak sistematis. Sedang dalam masyarakat totaliter pengrekrutan tersebut
berlangsung sangata systematis sekali.

D. Tujuan Rekrutmen Politik


Setiap sistem politik memiliki sistem atau prosedur rekrutmen yang
berbeda. Anggota kelompok yang rekrut/diseleksi adalah yang memiliki suatu
kemampuan atau bakat yang sangat dibutuhkan untuk suatu jabatan atau
fungsi politik. Di Indonesia, perekrutan politik berlangsung melalui pemilu
setelah setiap calon peserta yang diusulkan oleh partainya diseleksi secara
ketat oleh suatu badan resmi. Seleksi ini dimulai dari seleksi administratif,
penelitian khusus (litsus), yaitu menyangkut kesetiaan pada ideologi negara.
Tujuan rekrutmen politik adalah terpilihnya penyelenggara politik
(pemimpin pemerintahan negara) dari tingkat pusat hingga tingkat terbawah
(lurah/desa) yang sesuai dengan kriteria (persyaratan) yang telah ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan yang ditentukan

10
melalui konvensi (hokum tidak tertulis) yang berlaku dalam masyarakat
(rakyat) Indonesia.
Rekrutmen politik atau representasi politik memegang peranan penting
dalam sistem politik suatu negara. Hal ini dikarenakan proses ini menentukan
siapa sajakah yang akan menjalankan fungsi-fungsi sistem politik negara itu
melalui lembaga-lembaga yang ada. Oleh karena itu, tercapai tidaknya tujuan
suatu sistem politik yang baik tergantung pada kualitas rekrutmen politik.
Kehadiran suatu partai politik dapat dilihat dari kemampuan partai
tersebut melaksanakan fungsinya. Salah satu fungsi yang terpenting yang
dimiliki partai politik adalah fungsi rekrutmen politik. Seperti yang
diungkapkan oleh pakar politik Ramlan Surbakti, bahwa rekrutmen politik
mencakup pemilihan, seleksi, dan pengangkatan seseorang atau sekelompok
orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada
umumnya dan pemerintah pada khususnya. Untuk itu partai politik memiliki
cara tersendiri dalam melakukan pengrekrutan terutama dalam pelaksanaan
sistem dan prosedural pengrekrutan yang dilakukan partai politik tersebut. Tak
hanya itu proses rekrutmen juga merupakan fungsi mencari dan mengajak
orang-orang yang memiliki kemampuan untuk turut aktif dalam kegiatan
politik, yaitu dengan cara menempuh berbagai proses penjaringan.

E. Objek Rekrutmen Politik


Masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban menjadi objek dalam
rekrutmen politik adalah seluruh masyarakat Indonesia yang sah sebagai
warga Negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 dan peraturan perundang-
undangan lainnya. Dengan kata lain, setiap WNI, baik pria maupun wanita
tetap membedakan suku, agama, ras, warna kulit, dan lain-lainnya. Memiliki
kedudukan yang sama untuk memperoleh kesempatan mengikuti rekrutmen
politik di selruh tingkatan (hirarki) atau struktur politik yang ada.
Tentu saja seluruh WNI terlebih dahulu harus memenuhi kriteria
(persyaratan) yang telah ditetukan oleh UUD 1945 dan peraturan perundang-
undangan lainnya. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 27 ayat 2 yang

11
menyatakan bahwa “setiap warga Negara memiliki kedudukan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan”.
F. Mekanisme Rekrutmen Politik
Mekanisme dalam melaksanakan rekrutmen politik ini dapat dibagi
dalam beberapa cara berikut:
a. Pemilihan umum merupakan salah satu pola rekrutmen politik yang
khusus dilakukan bagi setiap warga Negara yang memiliki hak politik
(political right) serta memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh
UUD 1945 dan peraturan perundang-undang lainnya.
Peraturan perundang-undagan lainnya yang dimaksud adalah peraturan
perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan bidang politik yang
meliputi:
1)      Undang- Undang No.12 tahun 2002, tentang Pemilihan Umum
anggota DPR, DPD, dan DPRD;
2)      Undang-Undang No. 31 tahun 2002, tentang Partai Politik
3)      Undang-Undang No. 23 tahun 2003, tentang pemilihan umum
Presiden dan Wakil Presiden
4)      Undang-Undang tahun 2004, tentang susunan dan kedudukan
anggota MPR, DPR, DPD, dan DPRD
Pola rekrutmen ini dilakukan oleh pemerintah melalui Komisi
Pemilihan Umum yang ditujukan untuk menghasilkan pemimpin politik di
seluruh tingkatan (hierarki) pemerintahan Negara dalam arti yang luas
(Legislatif dan Eksekutif). Masa dan sesudahnya dapat dipilih kembali
untuk 1 periode masa jabatan (UUD 1945) amandemen.
b.  Fit and proper test
Pola rekrutmen yang dilakukan oleh legislative (DPR) melalui
mekanisme fit and proper test (uji kelayakan dan kepalutan) ditujukan
untuk memilih pimpinan eksekutif yang akan memimpin lembaga tertentu.
Lembaga tertentu yang dimaksud adalah lembaga tinggi negara
serta  lembaga yang memiliki otoritas yang luas dan besar bagi

12
kesejahteraan rakyat. Contohnya BPK, MA, TNI, BUMN, Duta Besar, dan
lainnya
c. Seleksi CPNS
Pada rekrutmen ini adalah pola yang dilakukan oleh Institusi Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) RI. Semua peraturan
mengenai pelaksanaan tes penerimaan CPNS ditetapkan oleh MENPAN
RI, sedangkan Surat Keputusan pengangkatannya dikeluarkan oleh Badan
Kepegawaian Negara (BKN).
Penyelenggaraannya dapat dilakukan oleh MENPAN RI ataupun dapat
juga dilakukan oleh institusi pemerintahan Negara yang membutuhkan
Pegawai Negeri Sipil (PNS), baik di tingkat pusat maupun di daerah.
Hasil rekrutmen ini ditujukan untuk mengisi formasi (lowongan) yang
ada dalam Birokrasi pemerintahan NKRI. Fungsinya adalah memberi
pelayanan kepada masyarakat umum dan memiliki status kepegawaian
yang tetap selama kinerja dan perilakunya tidak melanggar peraturan
kepegawaian Negara.

Dalam pengertian lain, Ada dua macam mekanisme rekrutmen


politik, yaitu rekrutmen yang terbuka dan tertutup. Dalam model
rekruitmen terbuka, semua warga Negara yang memenuhi syarat tertentu
(seperti kemampuan, kecakapan, umur, keadaan fisik) mempunyai
kesempatan yang sama untuk menduduki posisi-posisi yang ada dalam
lembaga negara / pemerintah. Suasana kompetisi untuk mengisi jabatan
biasanya cukup tinggi, sehingga orang-orang yang benar-benar sudah
teruji saja yang akan berhasil keluar sebagai jawara. Ujian tersebut
biasanya menyangkut visinya tentang keadaan masyarakat atau yang di
kenal sebagai platform politiknya serta nilai moral yang melekat dalam
dirinya termasuk integritasnya. Sebaliknya, dalam sistem rekrutmen
tertutup, kesempatan tersebut hanyalah dinikmati oleh sekelompok kecil
orang. Ujian oleh masyarakat terhadap kualitas serta integritas tokoh
masyarakat biasanya sangat jarang dilakukan, kecuali oleh sekelompok
kecil elite itu sendiri.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rekrutmen politik adalah
pemilihan dan pengangkatan orang untuk mengisi peran tertentu dalam
sistem sosial berdasarkan sifat dan status (kedudukan). Pengrekrutan
politik ialah proses dengan mana individu-individu menjamin atau
mendaftarkan diri untuk menduduki suatu jabatan.
2. Donald Matthews umpamanya menggaris bawahi para senator Amerika,
dibagi dalam empat tipe :
a. Kaum ningrat, yang datang dari keluarga politik dengan status sosial
yang cukup tinggi dan terdapat dalam kedua partai.
b. Kaum amatir, yang biasanya berasal dari status sosial agak bawahan,
namun sering adalah hartawan dan menampilkan lebih banyak angota
Republiken daripada Demokrat.
c. Kaum professional, yang telah menempuh jalan naik melalui aneka
ragam jabatan politik dan menyediakan lebih banyak anggota
Demokrat daripada anggota Republiken.
d. Kaum Agigator, biasanya mempunyai asal sosial yang rendah dan
memperoleh jabatan dengan usaha-usaha sendiri.
B. Saran
Dari pembahasan di atas maka penulis menyarankan agar para
pembaca mengetahui dan memahami tentang “Pengrekrutan Politik”. Serta
lebih mengerti dan bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Masih
banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik yang
kami sengaja maupun yang tidak kami sengaja. Maka dari itu sangat penulis
harapkan saran dari pembaca yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga dengan berbagai kekurangan yang ada ini tidak mengurangi nilai-
nilai dan manfaat dari mempelajari makalah ini.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, sahya. 2013. Sistem Politik Indonesia. Bandung:CV Pustaka


Setia
Supardan, dadang.2007. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural. Jakarta: Bumi Aksara
Rush, Michael dan Phillip Althoff. 2008. Pengantar Sosiologi Politik.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

16

Anda mungkin juga menyukai