Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(METODE ORID)
DOSEN PENGAMPU : Ns. Tedy Asharyadi, S.Kep, M.Kep

DI SUSUN OLEH :

MARISA OKTAVIA

(173001010010)

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TA 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jambi, 06 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………........ i


KATA PENGANTAR …………………………………………………………………...………ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….....iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………………...1


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………………..2
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

2.1.     Metode ORID..................................................................................................……………3

2.2.     Contoh Metode ORID.....................................................................................……………7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………...…………….9


3.2 Saran …………………………………………………………………..................................9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Metode ORID:
Objektif (O) :mengemukakan fakta dan data. Pertanyaan-pertanyaan yang berdasarkan panca indera :
melihat, mendengar, merasa, menyentuh
Apa…….
Siapa…….
Dimana……………….
Kapan……………
Seperti apa…………………
Berapa…………………..

Reflektif (R) :menggali reaksi awal terhadap data. Pertanyaan-pertanyaan yang berdasarkan perasaan,
emosi, memori dan asosiasi
Apa yang Anda rasakan ketika.........
Bagaimana perasaan Anda (waktu....../jika......)

Interpretatif (I) :mengundang pemikiran kritis tentang pengalaman / isu. Pertanyaan-pertanyaan yang
berdasarkan pemikiran, arti, nilai dan pentingnya
Apa maksudnya ……
Apa yang menyebabkan ........
Bagaimana kalau............
Apa kaitannya dengan....
Mana yang lebih....
Apa bedanya....
Apa kesamaannya....

Decision (D) :menantang kelompok untuk menentukan hubungan mereka dan respon terhadap topik.
Pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada penyelesaian, saran langkah selanjutnya. sesuatu yang dapat
dan akan dilakukan di masa mendatang
Apa rencana Anda dalam menerapkan....
Apa perubahan yang akan Anda lakukan dalam ......
Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi masalah itu?
Apa yang akan dilakukan selanjutnya?
Apa kesimpulan yang diambil dari pembicaraan ini?
Apa langkah berikutnya ?

1
1.2 Rumusan Masalah
(1.2.1)     Menjelaskan Metode ORID ?

(1.2.2)     Menjelaskan Contoh Metode ORID ?

1.3  Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja konsep perilaku manusia.
1. Mengetahui apa itu Metode ORID
2. Mengetahui apa saja contoh Metode ORID

2
BAB II

PEMBAHASAN
1.Metode ORID
Metode Diskusi dengan Pendekatan ORID
Diskusi dalam Teknologi Partisipasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan ORID
(Objective Reflektif Interpretatif Decisonal). Sesuai namanya, pendekatan ini menitikberatkan
pada diskusi dalam proses mengalir dari pembahasa pada tahap obyektif hingga tahap Decision.
Metode diskusi ORID digunakan untuk mempermudah komunikasi dalam suatu kelompok.
Metode ini akan memungkinkan:
• Setiap anggota kelompok memberikan kontribusi (ide, masalah, usulan, dan sebagainya);
• Terjadinya proses diskusi yang terfokus dan bermakna;
• Hadirnya berbagai perspektif mengenai topic dalam dialog yang tidak konfrontatif;
• Terjadinya kedalaman pemahaman secara bersamasama dalam kelompok;
• Dihasilkannya solusi dan rencana aksi spesifik, realistis dan logis.

Metode ini juga sekaligus menghindari:

• Terjadinya dominasi satu atau beberapa anggota kelompok dalam forum;

• Terjadinya pembicaraan yang berlarut-larut, tak terfokus dan membosankan;

• Adanya anggota kelompok yang tidak dapat menyampaikan pendapat, misalnya karena
kemampuan verbal yang minim;

• Terjadinya kesulitan untuk menemukan kata sepakat dalam forum.

Alur Proses Diskusi ORID

A. Mendefinisikan Tujuan Sebelum proses diskusi berlangsung, terlebih dahulu definisikan


(1) tujuan obyektif dan (2) tujuan eksperimental diskusi. Tujuan obyektif meliputi apa
saja yang hendak diketahui, dipahami atau diputuskan dalam diskusi; sementara tujuan
eksperimental meliputi bagaimana situasi dan interaksi antar peserta yang ingin dialami
oleh peserta selama proses diskusi; atau isu atau pengalaman apa yang ingin dialami oleh
kelompok?

3
B. Pada prinsipnya, butir-butir pertanyaan dari kedua tujuan tersebut ditetapkan bersama-
sama oleh seluruh kelompok. Tetapi seringkali, fasilitator harus mengambil inisiatif awal
sebagai pemantik.
C. Fasilitator juga dapat menuliskan terlebih dahulu “pertanyaan kunci” di papan tulis
maupun media lain yang mudah dilihat dan dibaca semua peserta di forum. Sebelum
tujuan diskusi benar-benar ditetapkan, hendaknya tujuan tersebut dikonfirmasikan dahalu
ke setiap peserta forum. Apakah peserta keberatan dengan tujuan tersebut atau tidak? Jika
sudah tidak ada lagi keberatan dari peserta, maka ditetapkanlah tujuan obyektif dan
eksperimental yang kemudian ditempel di papan tulis atau media lain untuk dijadikan
acuan bersama.

B. Pembukaan dan Penjelasan Konteks Masalah

Pastikan bahwa semua peserta terlibat (involve) dalam proses diskusi. Sedapat mungkin semua
orang dapat melihat peserta yang lain. Jelaskan kepada peserta konteks maslah maupun topic
yang akan didiskusikan. Cukup global saja dan jangan terlalu detail. Penjelasan yang terlalu
detail dapat mengakibatkan kerangka berfikir peserta terbatasi dan cepat bosan. Lakukan diskusi
pemanasan dengan pancinganpancingan diskusi ringan, jauhkan dari hal-hal yang mengganggu
proses diskusi, misalnya telepon genggam, atau pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai.
Ciptakan dan selingan suasana humor di forum, dan yang terpenting adalah pelibatan peserta,
baik secara fisik, pikiran dan emosi.

C. Tahap Obyektif

Pertanyaan yang diajukan fasilitator dalam tahap obyektif adalah:

• Apa yang diketahui, dilihat, didengar, dibaca atau diingat oleh peserta mengenai topic yang
dibahas (berupa fakta dan data);

• Pengalaman apa yang pernah dialami oleh peserta dan relevan dengan topic yang dibahas
(kapan, kejadian apa, di mana); Fasilitator meminta pada peserta untuk memberikan jawaban
secara spesifik, detail, tidak menimbulkan interpretasi ganda tetapi harus pendek dan tidak
berteletele. Selain itu, penting untuk tahap ini mengajak semua orang menyampaikan ide dalam
proses ini, meskipun dalam satu dua kata. Diskusi dalam tahap obyektif bertujuan untuk
mendapat fakta dan data secara jelas dari setiap peserta. Klarifikasi atas fakta dan data yang
diberikan peserta penting! Tetapi hindari terjadinya adu argumentasi dalam tahap ini. Jika itu
terjadi, mintalah peserta untuk menunda perdebatannya pada tahap berikutnya.

4
PENTING!

Bagaimana Memfasilitasi Ide di Forum Pada setiap tahap, fasilitator bertugas membantu peserta
dalam menyampaikan ide atau jawaban. Seringkali peserta menyampaikan ide secara berbelit-
belit, tidak spesifik dan tidak jelas apa maksudnya. Dalam keadaan demikian, fasilitator harus
mendengar dan menganalisis kalimat yang disampaikan peserta. Buatlah ide tersebut menjadi
kalimat pendek (maksimal 7 tujuh kata), spesifik dan tidak menimbulkan interpretasi ganda.
Kecerdasan fasilitator memilih dan mengolah kata (kalimat) yang dibuat pendek dan tidak
menimbulkan interpretasi, diperlukan dalam proses ini.

Menulis itu Penting Menulis setiap ide dari peserta merupakan hal esensial dari Teknologi
Partisipasi. Tulisan tersebut di temple atau ditulis di tempat yang dapat dilihat peserta, sebagai
acuan atas apa saja yang telah tercapai dalam proses diskusi. Dengan itu, dapat dihindari
terjadinya pengulangan-pengulangan tema.

Pertanyaan dari Peserta Adanya pertanyaan dari peserta merupakan indikasi yang baik, bahwa
forum berjalan dialogis (dua arah). Pada tahap obyektif, fasilitator dapat melakukan hal [1]
Menjawab langsung pertanyaan tersebut (jika pertanyaan itu dapat membuat diskusi bertele-tele;
[2] Mengajukan pertanyaan ke forum (jika pertanyaan tersebut sesuai dengan tahapan diskusi
yang sedang berlangsung).

D. Tahap Reflektif

Pada tahap reflektif, pertanyaan yang diajukan adalah mengenai respon emosional peserta atas
fakta dan data yang telah didapat pada tahap obyektif. Pada tahap ini, sikap peserta terhadap
topic diskusi yang berkembang akan mulai terlihat. Pertanyaan-pertanyaan berasosiasi dengan
pengalaman peserta sangat baik untuk menerangkan respon emosional dengan pengalaman
peserta terhadap topic diskusi. Ajukan terlebih dahulu pertanyaan, dimulai dengan yang paling
mudah, bersifat spontan dan menimbulkan antusiasme positif. Setelah itu baru diajukan
pertanyaanpertanyaan sulit dan membutuhkan konsentrasi. Indikator dari tahap ini adalah peserta
memiliki konsentrasi emosional pada topic yang dibahas. Dalam hal ini, peserta telah memiliki
sikap, jika hal ini tercapai, diskusi dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya.

E. Tahap Interpretatif

Tujuan dari Tahap Interpretatif adalah mengetahui esensi topic yang dibahas. Pertanyaan-
pertanyaan dalam tahap ini, misalnya apakah inti masalahnya? Apakah dampak dari masalah itu?
Apakah signifikansi maslah itu bagi kita? Dan sebagainya. Pada tahap ini, pertanyaan-pertanyaan
untuk menumbuhkan pemikiran kritis peserta mulai diajukan. Kelompok mulai harus difokuskan
untu secara serus dan krtis menelaah fakta dan data yang diperoleh dari tahaptahap sebelumnya.

5
Fasilitator dalam hal ini mulai membumikan diskusi dengan mengaitkan pembicaraan pada
permasalahan konkrit di lapangan. Pembicaraan sebaiknya mulai mengarah pada pembuatan
keputusan-keputusan (bukan sekedar kesimpulan),persiapan untuk aksi dan penguatan komitmen
kelompok atas suatu topic maupun isu yang berkembang. Perbedaan pendapat dan perdebatan
sangat mungkin terjadi dalam tahap ini. Sebaiknya fasilitator tidak terjebak menghabiskan energi
dan waktu untuk mendamaikan perbedaan. Fungsi fasilitator dalam hal ini adalah mengapresiasi
pentingnya berbagai perspektif berkembang dalam diskusi. Serahkan pada kelompok perbedaan
dan perdebatan itu untuk diselesaikan sendiri. Fasilitator harus menjada kelompok agar tetap
terfokus pada isu maupun topic diskusi yang sedang dibahas. Harus dihindari terjadinya
perdebatan abstrak normative maupun debat kusir yang berkepanjangan, perdebatan yang
difasilitasi adalah mengarah pada solusi dan rencana aksi.

F. Tahap Decisional

Review poin-poin penting dari diskusi dan ingatkan peserta pada tujuan obyektif yang harus
dicapai. Dalam tahap ini, fasilitator mengajak dan memotivasi kelompok untuk membuat
keputusan berdasar hasil diskusi pada tahap-tahap sebelumnya.

Fasilitator hendaknya memberi pertanyaan-pertanyaan yang memberi inspirasi pada peserta


untuk membuat keputusan. Misalnya, Apa yang harus kita lakukan? Bagaimana komitmen kita
terhadap masalah ini? Dan sebagainya.

Hindari Dominasi Fasilitator!

Dalam tahap decisional, seringkali fasilitator tergoda untuk mengajukan inisiatifnya sendiri.
Terutama jika dari peserta tidak segera muncul inisiatif. Hal itu harus sebisa mungkin dihindari,
kecuali sangat terpaksa. Yang harus dilakukan adalah memancing peserta dengan
pertanyaaanpertanyaan kreatif. Perhatikan: jika inisiatif dari peserta sendiri, akan muncul rasa
tanggungjawab atas apa yang diusulkan.

G. Konfirmasi dan Penutupan

Lakukan review sekali lagi pada setiap poin-poin penting yang disepakati maupun diterima
dalam diskusi. Tuliskan kembali poin-poin tersebut di kertas plano besarbesar. Telusuri
sejarahnya, mulai dari bagaimana poin tersebut diusulkan, dibahas dan disepakati. Tanyakan
pada forum apakah ada yang salah atau kurang memuaskan dalam proses diskusi? Catat setiap
keberatan.

6
2. Contoh Metode ORID

CONTOH DISKUSI DENGAN METODE ORID

Contoh 1 Topik: Diskusi mengenai Peran Warga dan Pencegahan Kemiskinan

Umpamakan kita tengah melakukan diskusi pada sekelompok Community Center (Pusat
Komunitas) yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap transparansi anggaran dan upaya
pencegahan kemiskinan. Peserta terdiri dari beberapa kelompok warga miskin (perempuan dan
lakilaki). Sebagian peserta lebih tertarik pada isu atas akses pendidikan, sebagian lainnya lebih
tertarik pada isu-isu transparansi anggaran. Pada contoh ini, diskusi dilakukan bersama beberapa
kelompok warga miskin yang menjadi sasaran program PNPM. Catatan: Community Center
merupakan forum yang didirikan oleh dan atas inisiatif warga (dalam suatu komunitas tertentu)
yang memiliki perhatian dan kepedulian khusus pada upaya perbaikan pelayanan publik pada
sektor tertentu yang berkembang di lingkungan mereka.

A. Tujuan Obyektif • Memahami kondisi nyata peran warga dalam proses penganggaran
sekolah; • Mendapatkan gagasan dan pandangan mengenai kondisi ideal peran komunitas
dalam proses penganggaran di sekolah;

• Menyusun agenda untuk meningkatkan peran komunitas .

B. Tujuan Eksperimental
• Memahami pentingnya peran warga dalam mendorong akses pendidikan dan
transparansi anggaran sekolah;
• Menumbuhkan motivasi dan perhatian warga, khususnya orang tua murid dalam
partisipasi penganggaran sekolah.

C. Pembukaan / Penjelasan Konteks Masalah Fasilitator membuka diskusi misalnya dengan:


“Selamat datang Bapak Ibu, senang kita bisa berjumpa dalam diskusi ini. Sekarang kita akan
membahas Peran warga dalam pencegahan kemiskinan. Santai saja, mari kita mulai diskusi kita!

D. Tahap Obyektif Fasilitator mengajukan pertanyaan-pertanyaan:

• Apa saja permasalahan yang terdapat dalam akses pendidikan dan transparansi anggaran?

• Apa saja permasalahan yang menghambat pengembangan community center?

• Apa saja yang sudah dilakukan community center dalam mendorong akses siswa miskin di
lingkungan Anda?

7
E. Tahap Reflektif

Fasilitator mengajukan pertanyaan-pertanyaan:

• Bagaimana menurut Anda, apakah situasi tersebut sudah cukup baik? Bagaimana seharusnya?

• Bagaimana yang Anda rasakan mengenai anak-anak yang putus sekolah? Apakah Anda cukup
puas dengan kondisi sekarang?

F. Tahap Interpretatif

Fasilitator mengajukan pertanyaan-pertanyaan:

• Bagaimana cara mengkoordinasi segala sumber yang dimiliki community center dalam
menyikapi transparansi anggaran di lingkungan Anda

• Apa saja langkah-langkah yang seharusnya dilakukan untuk mencapai kondisi ideal di aas,
kapan dilakukan, mana saja isu yang harus diprioritaskan?

• Apa perlu ada pertemuan lanjutan? Kapan? Di mana?

G. Refleksi/ Penutupan

Fasilitator menuliskan poin-poin penting yang dipahami bersama atau disepakati oleh peserta
dalam kertas plano / papan tulis. Kemudian fasilitator menutup diskusi dengan: “Diskusi yang
hebat! Terima kasih atas segala ide, masukan maupun argumentasi yang Anda sampaikan.
Sekarang kita telah mencapai poin-poin penting seperti ini” (lalu ajak peserta mengecek kembali
poin-poin yang ditulis di kertas plano/papan tulis).

8
BAB III

PENUTUP

Metode Diskusi dengan Pendekatan ORID


Diskusi dalam Teknologi Partisipasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan ORID
(Objective Reflektif Interpretatif Decisonal). Sesuai namanya, pendekatan ini menitikberatkan
pada diskusi dalam proses mengalir dari pembahasa pada tahap obyektif hingga tahap Decision.
Metode diskusi ORID digunakan untuk mempermudah komunikasi dalam suatu kelompok.
Metode ini akan memungkinkan:
• Setiap anggota kelompok memberikan kontribusi (ide, masalah, usulan, dan sebagainya);
• Terjadinya proses diskusi yang terfokus dan bermakna;
• Hadirnya berbagai perspektif mengenai topic dalam dialog yang tidak konfrontatif;
• Terjadinya kedalaman pemahaman secara bersamasama dalam kelompok;
• Dihasilkannya solusi dan rencana aksi spesifik, realistis dan logis.

Metode ini juga sekaligus menghindari:

• Terjadinya dominasi satu atau beberapa anggota kelompok dalam forum;

• Terjadinya pembicaraan yang berlarut-larut, tak terfokus dan membosankan;

• Adanya anggota kelompok yang tidak dapat menyampaikan pendapat, misalnya karena
kemampuan verbal yang minim;

• Terjadinya kesulitan untuk menemukan kata sepakat dalam forum.

9
DAFTARA PUSTAKA
http://pattiro.org/?wpdmact=process&did=NTcuaG90bGluaw==

http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/pwahana/article/download/2718/1997/

Anda mungkin juga menyukai