Anda di halaman 1dari 19

COVER MAKALAH

REKRUITMEN POLITIK: DEFINISI, TUJUAN, MEKANISME, DAN BENTUK


DALAM KONTEKS SISTEM POLITIK INDONESIA

Dosen Pengampu:

Nama Dosen

Disusun Oleh:

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Segala puji bagi Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa, pada akhirnya makalah yang
penulis susun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Politik yang berjudul:
“REKRUITMEN POLITIK: DEFINISI, TUJUAN, MEKANISME, DAN BENTUK
DALAM KONTEKS SISTEM POLITIK INDONESIA":, telah dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dengan mengacu pada beberapa sumber bacaan dan akses internet.

Tulisan yang amat sederhana ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya peran dan bantuan
serta masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, sudah semestinya penulis mengucapkan
terimakasih yang tidak terhingga kepada Ibu Holilah selaku pengampu mata kuliah. Serta
pada orang tua dan teman-teman penulis, yang selalu memberikan motivasi dan beberapa
masukan-masukan dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa penulisan makalah
ini jauh dari sempurna. Namun, harapan penulis semoga karya yang sederhana ini ada setitik
manfaatnya, terutama untuk penulis pribadi dan teman-teman yang telah membaca makalah
ini. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Surabaya, 24 Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

COVER MAKALAH....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................0
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................1
BAB I......................................................................................................................................................7
PENDAHULUAN......................................................................................................................................7
A. Latar Belakang............................................................................................................................7
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................8
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................8
BAB II.....................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN........................................................................................................................................8
A. Definisi Rekruitmen Politik.........................................................................................................8
B. Tujuan Rekrutmen Politik.........................................................................................................12
C. Mekanisme Rekrutmen Politik.................................................................................................13
D. Jabatan-Jabatan Rekruitmen Politik.........................................................................................14
E. Bentuk- Bentuk Rekrutmen Politik...........................................................................................17
F. Rekrutmen Politik dalam Sistem Politik Indonesia...................................................................19
G. Rekrutmen Politik di Indonesia……………………………………………………………………………………………..20

BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................21
A. Kesimpulan...............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Birokrasi dan administrasi publik adalah dua elemen penting yang menjadi tulang
punggung dari fungsi pemerintahan di berbagai negara di dunia. Birokrasi sebagai sistem
pengaturan formal dalam pemerintahan, sedangkan administrasi publik mencakup
serangkaian kegiatan untuk mengelola sumber daya dan memberikan layanan kepada
masyarakat. Dalam konteks global yang terus berkembang, pemahaman yang mendalam
tentang birokrasi dan administrasi publik menjadi semakin penting bagi para pemangku
kepentingan, baik itu pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi rekruitmen politik dan bagaimana konsep ini diartikan dalam
berbagai konteks politik?
2. Apa tujuan dari proses rekruitmen politik dalam sistem politik?
3. Bagaimana mekanisme rekruitmen politik bekerja dan apa saja faktor-faktor
yang memengaruhinya?
4. Apa saja bentuk-bentuk rekruitmen politik yang ada di berbagai negara atau
sistem politik?
5. Bagaimana rekruitmen politik berlangsung dalam konteks spesifik Indonesia
dan apa implikasinya terhadap dinamika politik di negara ini?
C. Tujuan Penulisan
1. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep dan proses
rekruitmen politik kepada pembaca.
2. Mendokumentasikan mekanisme yang terlibat dalam proses rekruitmen politik
dan faktor-faktor yang memengaruhinya
3. Mengidentifikasi berbagai bentuk rekruitmen politik yang ada di berbagai
konteks politik global.
4. Menyelidiki bagaimana rekruitmen politik berlangsung dalam sistem politik
Indonesia dan dampaknya terhadap stabilitas politik dan proses demokratisasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Rekruitmen Politik

Konsep rekruitmen politik merujuk pada proses seleksi dan penempatan individu atau
kelompok dalam posisi-posisi politik yang penting, seperti jabatan pemerintahan, parlemen,
atau partai politik. Rekruitmen politik mencakup serangkaian tindakan dan mekanisme yang
digunakan untuk mengidentifikasi, menarik, dan memilih calon-calon untuk memegang peran
politik tertentu dalam suatu sistem politik. Ini merupakan proses dinamis yang terjadi di
berbagai tingkat politik, mulai dari tingkat lokal hingga nasional, dan dapat melibatkan
berbagai pihak seperti partai politik, organisasi masyarakat, atau individu secara langsung. 1

Rekruitmen politik dapat didefinisikan sebagai proses yang digunakan untuk mengisi
posisi-posisi politik dengan individu atau kelompok yang dianggap memiliki kualifikasi atau
dukungan yang diperlukan untuk memenuhi tugas-tugas politik tertentu. Ini melibatkan
serangkaian langkah seperti pencarian, seleksi, pelatihan, dan penempatan individu atau
kelompok dalam jabatan-jabatan politik yang relevan. Rekruitmen politik dapat berlangsung
dalam berbagai konteks politik, termasuk dalam sistem demokratis, otoriter, atau bahkan
dalam konteks organisasi non-pemerintah yang memiliki dimensi politik.

Konsep rekruitmen politik merupakan istilah yang sering dibahas dalam studi-studi
sosiologi politik. Fokus utama dalam sosiologi politik adalah untuk menginvestigasi dan
menjelaskan proses pemilihan individu yang mengemban kekuasaan politik. Pengertian
kekuasaan politik tersebut, seperti yang dijelaskan dalam buku Pengantar Sosiologi Politik
karya Michael Rush dan Philiph Althoff, mencakup pemegang jabatan politik seperti perdana
menteri, presiden, anggota kabinet, gubernur negara bagian, anggota dewan kota, walikota,
serta individu yang bekerja dalam birokrasi nasional atau lokal dan berperan sebagai pegawai
pemerintah, administrator negara bagian, atau pejabat pemerintah daerah. Selain itu, perhatian
juga meluas hingga kepada anggota partai yang berkuasa dan struktur hierarki pemerintahan
dalam masyarakat totaliter.

Apabila kita menyesuaikan pandangan Michael Rush dan Philip Althoff dengan
konteks pemerintahan Indonesia saat ini, maka kekuasaan politik yang dimaksud merujuk

1
Endang Biandari Rahayu, “Analisis Rekrutmen Politik Kader Perempuan Pada Partai
Amanat Nasional Di Kota Pekanbaru Tahun 2017-2018,” SUMUR- Jurnal Sosial Humaniora
1, no. 1 (July 9, 2023): 19–28.
kepada individu yang menjabat dalam berbagai jabatan politik, termasuk jabatan dalam
pemerintahan eksekutif seperti presiden dan menteri, serta legislatif seperti DPR, MPR, dan
DPD di tingkat nasional, gubernur dan DPRD tingkat I di tingkat provinsi, serta bupati atau
walikota dan DPRD tingkat II di tingkat kabupaten atau kota. Selain itu, hal tersebut juga
mencakup jabatan dalam birokrasi nasional dan lokal, serta posisi-posisi dalam struktur
kepengurusan internal partai politik.

Sedangkan dalam definisi rekruitmen politik, Michael Rush dan Philip Althoff
menyatakan bahwa rekruitmen politik adalah proses dimana individu-individu mencari atau
dicalonkan untuk menduduki suatu jabatan politik. Proses ini dapat berlangsung secara dua
arah dan bisa bersifat formal maupun informal. Dikatakan sebagai dua arah karena individu-
individu tersebut dapat mencari peluang sendiri atau diundang oleh pihak lain untuk menjabat
dalam posisi tertentu. Rekruitmen dikategorikan sebagai formal ketika individu-individu
direkrut melalui proses institusional seperti seleksi atau pemilihan terbuka. Sementara itu,
rekruitmen dikategorikan sebagai informal jika individu-individu direkrut secara mandiri
tanpa melalui proses institusional. Dalam konteks ini, peran partai politik sangat penting
dalam merekrut anggota-anggota baru yang kemudian diangkat sebagai calon anggota
eksekutif atau legislatif.

Lebih lanjut, Philip Althoff dan Michael Rush menekankan studi rekruitmen politik
pada peran sistem pengadaan atau pengisian jabatan politik dalam proses rekrutmen tersebut.
Esensi dari masalah pengadaan adalah untuk mengetahui apa yang mendorong individu untuk
mencari atau menawarkan diri untuk jabatan politik dan administratif, terutama bagi mereka
yang termasuk dalam kategori tersebut.

Definisi lain tentang rekruitmen politik disajikan oleh Ramlan Surbakti dalam
karyanya "Memahami Ilmu Politik". Menurutnya, rekruitmen politik adalah seleksi dan
penunjukan individu atau kelompok untuk mengemban peran dalam sistem politik secara
umum dan pemerintahan secara khusus. Fungsi ini menjadi semakin penting terutama ketika
partai politik berperan sebagai partai tunggal dalam sistem politik totaliter, atau sebagai partai
mayoritas dalam badan perwakilan rakyat sehingga memiliki kewenangan untuk membentuk
pemerintahan dalam sistem demokrasi. Rekrutmen politik merupakan kelanjutan dari fungsi
pencarian dan pemeliharaan kekuasaan serta untuk mengajak individu yang berbakat untuk
aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai politik. Lebih jauh, fungsi rekrutmen
politik sangat penting untuk menjaga kelangsungan sistem politik karena tanpa elit politik
yang mampu memainkan peran mereka, keberlangsungan sistem politik dapat terancam.

Dari teori yang disampaikan oleh Ramlan Surbakti tersebut, dapat disimpulkan bahwa
unsur partai politik dianggap sebagai lembaga politik yang krusial dalam menjalankan
rekruitmen politik. Selain itu, rekruitmen politik juga dianggap sebagai kelanjutan dari upaya
mencari dan mempertahankan kekuasaan dengan melibatkan individu yang berbakat untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik sebagai anggota partai, demi menjaga kontinuitas partai
dan kekuasaan yang dimiliki oleh anggota partai dalam pemerintahan atau sistem politik. 2

Beberapa ahli, selain Ramlan Surbakti, juga mengakomodasi peran partai politik
dalam konsep rekruitmen politik mereka, seperti Sigmund Newman, Saefullah Yusuf, dan
Fahrudin Salim. Menurut Sigmund Newman, rekruitmen politik adalah proses di mana partai
mencari anggota baru dan mengundang individu berbakat untuk terlibat dalam proses politik.
Dengan dibentuknya organisasi massa yang melibatkan berbagai golongan seperti buruh,
petani, pemuda, dan mahasiswa, kesempatan partisipasi semakin meluas. Rekrutmen politik
tidak hanya memastikan kelangsungan dan keberlangsungan partai, tetapi juga berfungsi
sebagai cara untuk memilih calon pemimpin. Pendapat Saefullah Yusuf dan Fahrudin Salim
sejalan dengan Newman, bahwa rekrutmen politik adalah proses di mana partai politik
mencari anggota baru dan mengajak individu berbakat untuk berpartisipasi dalam proses
politik.

Batasan yang diberikan oleh Newman, Saefullah Yusuf, dan Salim dalam teori
rekruitmen politik mereka menekankan bahwa aktivitas rekruitmen politik terutama dilakukan
oleh partai politik. Namun, terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli tentang konsep
kekuasaan politik. Beberapa ahli menganggap bahwa rekruitmen politik tidak hanya terbatas
pada anggota partai politik yang kemudian menduduki jabatan politik, tetapi juga mencakup
anggota partai politik yang menduduki jabatan di lembaga politik lain, termasuk jabatan
administratif.

Meskipun ada perbedaan dalam pandangan mengenai batasan rekruitmen politik,


terdapat kesamaan dalam hal keterlibatan dominan partai politik dalam proses tersebut.
Keterlibatan ini melibatkan ajakan kepada individu berbakat untuk bergabung dengan partai

2
Steven J. Kaputeni, “IMPLEMENTASI FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI SARANA REKRUTMEN POLITIK (Studi
Pada Partai Nasdem Halmahera Utara Dalam Pelaksanaan Pilkada 2020),” POLITICO: Jurnal Ilmu Politik 10, no.
2 (April 1, 2021), accessed February 27, 2024,
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/politico/article/view/35744.
politik, yang merupakan kelanjutan dari fungsi partai politik dalam mencari dan
mempertahankan kekuasaan.

Komarudin Sahid, dalam bukunya "Memahami Sosiologi Politik," menguraikan


konsep rekruitmen politik dengan menyatakan bahwa dalam praktiknya, proses rekruitmen
politik memiliki makna ganda. Pertama, menyangkut seleksi untuk menduduki posisi politik
seperti anggota legislatif, kepala negara, dan kepala daerah. Kedua, menyangkut transformasi
peran non-politik individu dari berbagai subkultur agar menjadi layak untuk berperan dalam
politik.3

Selain itu, proses rekruitmen politik adalah proses dua arah dan bisa bersifat formal
atau non-formal. Proses ini disebut dua arah karena individu mungkin mendapatkan
kesempatan sendiri atau diundang oleh orang lain untuk menjabat dalam posisi tertentu
dengan cara yang sama. Rekrutmen dapat dianggap formal jika individu direkrut melalui
proses institusional seperti seleksi atau pemilihan terbuka, dan disebut informal jika individu
direkrut secara pribadi tanpa melalui proses institusional.

B. Tujuan Rekrutmen Politik

Salah satu tujuan utama dari rekruitmen politik adalah untuk mencapai kepemimpinan
yang efektif dan berkualitas dalam suatu sistem politik. Dalam konteks ini, rekruitmen politik
bertujuan untuk mengidentifikasi dan memilih individu atau kelompok yang memiliki
kualifikasi, kompetensi, dan integritas yang diperlukan untuk memimpin suatu negara,
pemerintahan, atau organisasi politik. Proses rekruitmen politik bertujuan untuk memastikan
bahwa pemimpin yang dipilih mampu memahami kebutuhan dan aspirasi masyarakat serta
mampu mengambil keputusan yang tepat untuk kepentingan umum. Dengan demikian, tujuan
pencapaian kepemimpinan melalui rekruitmen politik adalah untuk memastikan adanya
kepemimpinan yang berintegritas, kompeten, dan berorientasi pada pelayanan masyarakat.

Tujuan lain dari rekruitmen politik adalah untuk membentuk legitimasi politik dalam
suatu sistem politik. Legitimasi politik merujuk pada pengakuan dan penerimaan masyarakat
terhadap otoritas dan kekuasaan politik yang dimiliki oleh pemerintah atau pemimpin politik.
Dalam konteks ini, proses rekruitmen politik yang transparan, adil, dan partisipatif dapat
meningkatkan legitimasi pemerintahan dengan memastikan bahwa pemimpin yang dipilih

3
Monalisa C. Tumanduk, Agustinus B. Pati, and Jones Tompodung, “IMPLEMENTASI FUNGSI PARTAI POLITIK
SEBAGAI SARANA REKRUTMEN POLITIK PADA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDIP)
KABUPATEN MINAHASA SELATAN,” JURNAL EKSEKUTIF 2, no. 2 (April 5, 2022), accessed February 27, 2024,
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jurnaleksekutif/article/view/39861.
benar-benar mewakili kehendak dan kepentingan rakyat. Dengan demikian, rekruitmen
politik yang efektif dapat membantu mengurangi ketidakpuasan masyarakat terhadap
pemerintah dan memperkuat stabilitas politik dengan membangun fondasi legitimasi yang
kuat.

Stabilitas politik adalah salah satu tujuan utama dari rekruitmen politik. Proses
rekruitmen politik yang terstruktur dan berkualitas dapat membantu mengurangi konflik
politik, ketidakstabilan, dan ketidakpastian dalam suatu negara atau sistem politik. Dengan
memilih pemimpin dan pejabat politik yang kompeten dan berpengalaman, rekruitmen politik
dapat membantu menjaga kontinuitas pemerintahan, mereduksi risiko perubahan yang drastis
dalam kebijakan, dan mempromosikan kerja sama antara berbagai kekuatan politik. Dengan
demikian, tujuan menciptakan stabilitas politik melalui rekruitmen politik adalah untuk
menciptakan lingkungan politik yang kondusif bagi pembangunan, pertumbuhan ekonomi,
dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.4

C. Mekanisme Rekrutmen Politik

Proses Seleksi

Proses seleksi merupakan tahapan awal dalam mekanisme rekruitmen politik di mana
individu atau kelompok dipilih untuk menduduki posisi politik tertentu. Proses ini melibatkan
berbagai metode evaluasi dan penilaian untuk menentukan kualifikasi, keahlian, dan
integritas calon pemimpin atau pejabat politik. Metode seleksi dapat bervariasi, mulai dari
pemilihan umum, pemilihan internal partai politik, penunjukan oleh otoritas politik, hingga
penilaian kualifikasi dan pengalaman oleh komite seleksi atau lembaga independen.
Pentingnya proses seleksi yang adil dan transparan adalah untuk memastikan bahwa
pemimpin atau pejabat yang dipilih memiliki kapasitas yang sesuai dan mewakili kepentingan
masyarakat secara luas.

Rekrutmen politik untuk pemilu dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama, yang
disebut tahap sertifikasi, merupakan proses penentuan kriteria untuk pencalonan, termasuk
peraturan pemilu, aturan partai, dan norma sosial yang berlaku. Tahap kedua, yang dikenal
sebagai tahap penominasian, melibatkan ketersediaan calon yang memenuhi syarat dan
kebutuhan dari penyeleksi untuk menentukan siapa yang akan dinominasikan. Tahap ketiga
adalah tahap pemilu, di mana keputusan akhir diambil untuk menentukan siapa yang akan

4
Fitriyah Fitriyah, “Partai Politik, Rekrutmen Politik dan Pembentukan Dinasti Politik pada Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada),” Politika: Jurnal Ilmu Politik 11, no. 1 (April 29, 2020): 1–17.
memenangkan pemilu. Tahap-tahap awal dalam proses rekrutmen politik sepenuhnya berada
di bawah kendali partai politik, sementara tahap pemilihan merupakan domain dari pemilih,
di mana mereka menentukan calon mana yang mereka pilih sebagai pemimpin.

Pencalonan merupakan salah satu tahapan penting dalam pemilu. Menurut Surbakti,
pencalonan merujuk pada prosedur yang diikuti oleh peserta pemilu untuk mengajukan calon,
termasuk siapa yang melakukan pencalonan, bagaimana cara menentukan calon, bagaimana
menyusun daftar calon, dan apa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang calon.
Prosedur ini diatur secara rinci dalam undang-undang pemilu, termasuk tentang siapa yang
dapat mencalonkan, baik oleh partai politik, perseorangan, atau keduanya. Amandemen UUD
45 mengatur bahwa rekrutmen politik merupakan ranah dari partai politik, dengan partai
politik yang mengusulkan pasangan calon presiden dan wakil presiden. Pasal 22E ayat (3)
menegaskan bahwa partai politik adalah peserta pemilu yang memiliki tugas untuk
mengusulkan calon anggota DPR dan DPRD.5

Pengarahan dan Pengawasan

Setelah melalui proses seleksi, langkah selanjutnya dalam mekanisme rekruitmen


politik adalah pengarahan dan pengawasan. Ini melibatkan orientasi dan pelatihan terhadap
individu yang terpilih untuk memastikan bahwa mereka memahami tugas-tugas dan tanggung
jawab mereka sebagai pemimpin atau pejabat politik. Selain itu, pengawasan yang ketat dari
masyarakat sipil, lembaga pengawas, dan media massa diperlukan untuk memastikan
akuntabilitas dan transparansi dalam kinerja pemimpin atau pejabat politik. Pengarahan dan
pengawasan yang efektif akan membantu mencegah penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, dan
pelanggaran etika dalam pemerintahan.

Integrasi dalam Struktur Politik

Tahapan terakhir dalam mekanisme rekruitmen politik adalah integrasi individu atau
kelompok yang terpilih ke dalam struktur politik yang ada. Ini mencakup penempatan mereka
dalam posisi politik yang sesuai, seperti jabatan pemerintahan, legislator, atau anggota partai
politik, serta pembentukan hubungan kerja sama dengan pemimpin dan pemangku
kepentingan lainnya. Integrasi yang efektif dalam struktur politik memungkinkan pemimpin
atau pejabat politik untuk berinteraksi dengan baik dengan aktor politik lainnya, memperoleh

5
Else Suhaimi, “POLA REKRUTMEN POLITIK BERDASARKAN IDEOLOGI PARTAI POLITIK DALAM SISTEM
KETATANEGARAAN INDONESIA,” Nurani: Jurnal Kajian Syari’ah dan Masyarakat 18, no. 1 (2018): 105–124.
dukungan yang diperlukan untuk kebijakan dan program mereka, dan memastikan bahwa
keputusan politik yang diambil mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Dengan demikian, mekanisme rekruitmen politik melalui proses seleksi, pengarahan


dan pengawasan, serta integrasi dalam struktur politik memainkan peran penting dalam
memastikan bahwa pemimpin dan pejabat politik yang terpilih mampu menjalankan tugas-
tugas mereka dengan efektif, bertanggung jawab, dan mewakili kepentingan masyarakat
secara adil dan transparan.

D. Jabatan-Jabatan Rekruitmen Politik

Meskipun istilah "rekrutmen politik" tidak secara eksplisit ditemukan dalam konstitusi
atau Undang-Undang Dasar 1945, terdapat pasal-pasal yang mengatur tentang pengisian
jabatan atau seleksi pejabat negara. Menurut J.A.H. Logemann, pengisian jabatan merupakan
salah satu aspek utama dalam hukum tata negara. Jabatan, dipandang sebagai pusat segala
aktivitas dalam struktur negara, melibatkan persoalan seperti pengadaan, penerimaan,
penempatan, peralihan, pengakhiran, dan penghapusan jabatan tersebut. Metode pengisian
jabatan mencakup pewarisan, pengangkatan, pemilihan, dan penggantian jabatan secara
bergiliran.

Dalam konteks hukum tata negara, jabatan-jabatan dikenal sebagai jabatan publik.
Secara harfiah, "publik office" merujuk pada jabatan yang terkait dengan rakyat secara
keseluruhan. Namun, dalam konteks hukum, istilah "pejabat negara" lebih spesifik dan
terbatas pada pejabat negara yang ditentukan secara administratif dengan hak-hak dan
kewajiban tertentu, seperti tunjangan keuangan dan hak-hak protokoler.6

Perspektif hukum administrasi negara menggambarkan jabatan sebagai lingkungan


kerja yang tetap dan terbatas, yang disediakan untuk pemegang jabatan yang ditunjuk dan
diwakili sebagai individu. Lingkungan kerja ini mencakup fungsi-fungsi tertentu yang
mencerminkan tujuan dan tata kerja organisasi. Pemegang jabatan adalah individu yang
menempati jabatan dengan tugas dan kewenangan untuk melaksanakan fungsi-fungsi jabatan
tersebut.

6
NIKO EFRIZA, “REKRUTMEN POLITIK PARTAI HANURA” (doctoral, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA, 2013),
accessed February 27, 2024, http://repository.unj.ac.id/32326/.
Penentuan pejabat negara tidak hanya didasarkan pada kewenangan, tetapi juga pada
dasar hukum yang menetapkannya sebagai pejabat publik. Namun, penentuan ini masih
belum konsisten dalam peraturan perundang-undangan, dan terkadang tidak jelas mana yang
merupakan institusi lembaga negara dan mana yang bukan. Di Amerika Serikat, pemegang
jabatan publik biasanya ditentukan oleh kewenangan mereka untuk membuat keputusan atas
nama negara atau kepentingan publik. Jabatan yang bersifat "penasihat" atau memberikan
rekomendasi tanpa kewajiban membuat keputusan tidak selalu dianggap sebagai "publik
office".

Menurut ilmu politik, istilah "rekrutmen politik" mengacu pada proses seleksi dan
pemilihan individu atau kelompok orang untuk memegang peranan dalam sistem politik
secara umum dan pemerintahan secara khusus. Rekrutmen politik dianggap sebagai bagian
penting dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan, serta untuk mengajak individu
berbakat turut serta dalam kegiatan politik sebagai anggota partai politik, yang dianggap
sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam melaksanakan rekrutmen politik.

Istilah rekrutmen politik ini secara khusus digunakan dalam UU Nomor 2 Tahun 2011
tentang Partai Politik, yang mengatur bahwa salah satu fungsi partai politik adalah
melaksanakan rekrutmen politik. Rekrutmen politik ini bertujuan untuk menyaring kader-
kader pemimpin negara pada berbagai tingkatan dan posisi. Proses seleksi kader tersebut
dapat dilakukan melalui pemilihan langsung oleh rakyat atau melalui prosedur politik yang
melibatkan partai politik.

Dalam konteks politik, rekrutmen politik seringkali terkait dengan seleksi kandidat,
rekrutmen legislatif, dan eksekutif. Seleksi kandidat dianggap sebagai tahap kunci dalam
proses rekrutmen politik karena menentukan siapa yang akan menjadi wakil rakyat dan siapa
yang akan memerintah. Proses rekrutmen ini meliputi tiga tahap, yaitu sertifikasi, nominasi,
dan pemilihan, yang mencakup penentuan kriteria, aturan partai, norma sosial, ketersediaan
kader partai yang memenuhi syarat, dan proses pemilihan.

Dalam sistem pengisian jabatan, dua hal yang penting adalah apakah pengisian
tersebut memerlukan partisipasi atau dukungan publik, serta apakah pengisian jabatan
tersebut dilakukan secara kolegial atau oleh perorangan tertentu. Pejabat dapat dibedakan
menjadi yang diangkat dan yang dipilih. Pejabat yang dipilih direkrut melalui proses
pemilihan langsung oleh rakyat atau melalui proses tidak langsung melalui dewan pemilih
atau DPR. Sedangkan pejabat yang diangkat melalui pengangkatan, termasuk pejabat
kepegawaian sipil dan militer, diatur dalam perundang-undangan yang berlaku.

Salah satu jenis jabatan yang menjadi fokus dalam rekruitmen politik adalah kepala
negara dan pemerintahan. Jabatan ini mencakup posisi-posisi tinggi dalam struktur
pemerintahan suatu negara, seperti presiden, perdana menteri, atau kepala negara bagian.
Proses rekruitmen untuk jabatan ini seringkali melibatkan pemilihan umum atau proses
seleksi khusus yang dilakukan oleh partai politik atau badan pemerintahan tertentu.
Kepemimpinan yang dipilih untuk jabatan ini memiliki peran penting dalam menentukan arah
kebijakan negara dan menjalankan fungsi-fungsi eksekutif yang luas.7

Jabatan lain yang menjadi subjek dalam rekruitmen politik adalah anggota legislatif,
seperti anggota parlemen, dewan perwakilan rakyat, atau senat. Proses rekruitmen untuk
jabatan legislatif ini seringkali melalui pemilihan umum yang diadakan secara periodik. Para
anggota legislatif ini bertanggung jawab untuk membuat undang-undang, mengawasi
pemerintahan, dan mewakili kepentingan konstituen mereka. Rekruitmen politik untuk
jabatan legislatif juga melibatkan partai politik yang mencalonkan calon-calon dan pemilih
yang memilih mereka.

Selain kepala negara dan anggota legislatif, rekruitmen politik juga berkaitan dengan
jabatan-jabatan eksekutif dan administratif dalam pemerintahan. Ini termasuk posisi-posisi
seperti menteri, gubernur, bupati, wali kota, dan pejabat administratif tingkat tinggi lainnya.
Proses rekruitmen untuk jabatan-jabatan ini dapat melibatkan seleksi internal dalam partai
politik, penunjukan langsung oleh kepala pemerintahan, atau pemilihan umum untuk posisi-
posisi yang ditentukan. Pejabat-pejabat eksekutif dan administratif ini bertanggung jawab atas
implementasi kebijakan publik, manajemen administrasi pemerintahan, dan pengambilan
keputusan operasional yang penting.

Dalam keseluruhan, jabatan-jabatan yang terlibat dalam rekruitmen politik mencakup


berbagai level dan fungsi dalam struktur politik suatu negara. Proses rekruitmen untuk
jabatan-jabatan ini berperan penting dalam menentukan komposisi, kualitas, dan legitimasi
dari pemimpin dan pejabat politik yang bertugas dalam menjalankan pemerintahan dan
mewakili kepentingan masyarakat.

E. Bentuk- Bentuk Rekrutmen Politik


7
Helmi Mahadi, “Pragmatisme Politik: Studi Kasus Proses Rekrutmen Politik PDIP Pada Pilkada, Kabupaten
Sleman,” Jurnal Studi Pemerintahan (2011), accessed February 27, 2024,
https://jsp.umy.ac.id/index.php/jsp/article/view/209.
Rekruitmen Partai Politik

Rekruitmen politik melalui partai politik merupakan salah satu bentuk yang paling
umum dan dominan. Partai politik memiliki peran penting dalam menarik individu untuk
menjadi bagian dari struktur politik formal. Rekrutmen ini melibatkan proses seleksi dan
pemilihan kader-kader partai untuk mengisi berbagai jabatan politik, baik di tingkat legislatif
maupun eksekutif. Partai politik memiliki kriteria sendiri dalam memilih kader, seperti
loyalitas, kompetensi, dan kesesuaian dengan ideologi partai. Contoh Partai X mengadakan
seleksi internal untuk memilih calon anggota legislatif yang akan mewakili partai tersebut
dalam pemilihan umum. Proses seleksi ini melibatkan tahap-tahap seperti penilaian kinerja,
tes kompetensi, dan wawancara dengan calon.

Rekruitmen Kandidat Independen

Rekruitmen politik juga dapat dilakukan oleh individu atau kelompok yang tidak
terafiliasi dengan partai politik tertentu, yang dikenal sebagai kandidat independen. Kandidat
independen memiliki kebebasan dalam menyusun platform politik mereka sendiri dan tidak
terikat pada kebijakan partai. Mereka dapat mengumpulkan dukungan secara langsung dari
masyarakat untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum.

Contoh Seorang tokoh masyarakat yang memiliki popularitas dan dukungan luas di
komunitasnya memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai kandidat independen dalam
pemilihan kepala daerah. Dia melakukan kampanye langsung dan mengajak warga untuk
mendukungnya tanpa melalui partai politik.8

Rekruitmen Aparat Birokrasi

Rekruitmen politik juga terjadi melalui aparat birokrasi, di mana pejabat pemerintah
atau pegawai negeri sipil (PNS) direkrut atau diangkat untuk menempati posisi politik
tertentu. Proses rekrutmen ini dapat melibatkan seleksi internal di dalam lembaga pemerintah
atau penunjukan langsung oleh pejabat yang berwenang.

Contoh Seorang birokrat yang telah memiliki pengalaman kerja yang luas di
lingkungan pemerintahan diangkat menjadi menteri oleh presiden untuk memimpin salah satu
departemen dalam kabinet. Penunjukan ini didasarkan pada kualifikasi dan rekam jejak kerja
yang baik dari birokrat tersebut.
8
Else Suhaimi, “PRINSIP-PRINSIP UMUM REKRUTMEN POLITIK SEBAGAI LANDASAN IDIL PENYUSUNAN POLA
REKRUTMEN DALAM AD/ART PARTAI POLITIK DI INDONESIA,” Jurnal Hukum Tri Pantang 7, no. 1 (June 15,
2021): 27–51.
Menurut Czudnomski, mekanisme rekrutmen politik dapat dibagi menjadi dua, yaitu
rekrutmen terbuka dan rekrutmen tertutup. Dalam rekrutmen terbuka, syarat dan prosedur
untuk menampilkan tokoh politik dapat diketahui secara luas. Partai politik berperan sebagai
alat bagi elit politik yang berkualitas untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Mekanisme ini memberikan kesempatan bagi rakyat untuk melihat dan menilai kemampuan
elit politiknya, sehingga menjadi sangat kompetitif. Dalam konteks demokrasi, rekrutmen
terbuka juga berfungsi sebagai sarana untuk rakyat mengontrol legitimasi politik para elit.
Diharapkan bahwa rekrutmen terbuka memiliki beberapa manfaat, seperti mekanisme yang
demokratis, tingkat kompetisi politik yang tinggi, tingkat akuntabilitas pemimpin yang tinggi,
dan melahirkan pemimpin yang demokratis dan memiliki integritas pribadi yang tinggi.

Di sisi lain, rekrutmen tertutup berlawanan dengan rekrutmen terbuka. Dalam


rekrutmen ini, syarat dan prosedur pencalonan tidak dapat secara bebas diketahui oleh umum.
Partai politik berperan sebagai promotor elit yang berasal dari dalam tubuh partai itu sendiri.
Cara ini mengurangi kemungkinan bagi anggota masyarakat untuk melihat dan menilai
kemampuan elit yang ditampilkan, sehingga kurang kompetitif. Dampaknya adalah
demokrasi menjadi sarana bagi elit untuk memperbaharui legitimasinya tanpa banyak
pertimbangan eksternal.

F. Rekrutmen Politik dalam Sistem Politik Indonesia

Sejarah rekruitmen politik di Indonesia telah melalui berbagai fase yang berkaitan erat
dengan perubahan politik, sosial, dan ekonomi di negara ini. Pada masa kolonial, rekruitmen
politik cenderung terpusat di tangan penguasa kolonial Belanda, di mana elit pribumi yang
bekerja sama dengan Belanda memegang peranan penting dalam administrasi dan
pemerintahan. Setelah kemerdekaan pada tahun 1945, proses rekruitmen politik mengalami
perubahan signifikan dengan munculnya partai-partai politik yang berkompetisi untuk
mengisi jabatan-jabatan politik dalam pemerintahan Indonesia yang baru.

Pasca-Reformasi pada tahun 1998 membawa perubahan besar dalam dinamika


rekruitmen politik di Indonesia. Reformasi politik membawa demokratisasi yang lebih besar,
termasuk dalam proses pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah yang lebih terbuka dan
kompetitif. Rekruitmen politik tidak lagi terbatas pada elit tertentu, melainkan semakin
melibatkan partisipasi masyarakat secara luas. Partai politik juga menjadi lebih beragam dan
kuat dalam merekrut kandidat untuk berkompetisi dalam pemilihan.
Meskipun telah mengalami kemajuan signifikan, rekruitmen politik di Indonesia
masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satu tantangan utama adalah terkait dengan
praktik nepotisme, kolusi, dan korupsi yang masih merajalela dalam proses pemilihan dan
penempatan pejabat publik. Selain itu, polarisasi politik dan ketidakstabilan ekonomi juga
menjadi faktor yang mempengaruhi dinamika rekruitmen politik di masa depan. Namun,
terdapat juga prospek yang cerah, di mana partisipasi politik masyarakat semakin meningkat
dengan adanya akses informasi yang lebih luas melalui media sosial dan perkembangan
teknologi informasi. Hal ini dapat membawa perubahan positif dalam kualitas dan
representasi pemimpin politik di Indonesia.9

Peran pendidikan politik juga menjadi kunci dalam meningkatkan pemahaman


masyarakat tentang pentingnya peran serta dalam proses rekruitmen politik. Melalui
pemahaman yang lebih baik tentang prinsip demokrasi dan proses politik, masyarakat dapat
menjadi agen perubahan yang lebih efektif dalam memperbaiki sistem politik Indonesia.
Selain itu, penguatan lembaga-lembaga pengawas dan penegak hukum juga sangat penting
untuk mengatasi praktik-praktik yang merusak dalam proses rekruitmen politik.

Implementasi reformasi birokrasi juga menjadi bagian penting dalam meningkatkan


transparansi dan akuntabilitas dalam proses rekruitmen politik. Dengan memperbaiki sistem
administrasi publik, negara dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi
rekrutmen politik yang berintegritas dan berbasis meritokrasi. Hal ini akan membantu
menarik individu-individu yang berkompeten dan berkualitas untuk mengabdi dalam
pemerintahan dan lembaga-lembaga publik.

Melalui partisipasi yang aktif dalam proses rekruitmen politik, masyarakat Indonesia
memiliki kesempatan untuk membentuk masa depan politik negara ini sesuai dengan aspirasi
dan kepentingan mereka. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak, baik pemerintah, partai
politik, maupun masyarakat sipil, untuk bekerja sama dalam memperkuat sistem politik
Indonesia yang demokratis, inklusif, dan berintegritas. Dengan demikian, rekruitmen politik
dapat menjadi motor utama dalam pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia menuju
masa depan yang lebih baik dan lebih adil.

9
Fitriyah, “Partai Politik, Rekrutmen Politik dan Pembentukan Dinasti Politik pada Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada).”
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Memahami rekruitmen politik memiliki implikasi yang signifikan dalam konteks


politik dan pemerintahan suatu negara. Dengan pemahaman yang mendalam tentang proses
ini, para pemangku kepentingan dapat meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan
partisipasi publik dalam proses politik. Hal ini dapat membantu dalam membangun sistem
politik yang lebih demokratis, inklusif, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Selain
itu, pemahaman yang baik tentang rekruitmen politik juga dapat membantu dalam
mengidentifikasi dan mengatasi berbagai tantangan dan masalah yang mungkin muncul
selama proses politik.

Untuk memperbaiki dan mengoptimalkan rekruitmen politik di Indonesia, diperlukan


langkah-langkah konkret. Pertama, diperlukan reformasi yang bertujuan untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas dalam proses rekruitmen politik. Ini dapat dilakukan melalui
pembaharuan peraturan dan regulasi yang mengatur proses politik, termasuk peningkatan
pengawasan terhadap partai politik dan calon pemimpin. Selain itu, diperlukan upaya untuk
meningkatkan partisipasi publik dalam proses politik, termasuk pendidikan politik yang lebih
baik dan pemberdayaan masyarakat sipil. Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu
menciptakan lingkungan politik yang lebih sehat dan berintegritas di Indonesia, serta
memperkuat fondasi demokrasi di negara ini. Dengan demikian, pemahaman yang baik
tentang rekruitmen politik dan implementasi rekomendasi yang tepat dapat berkontribusi pada
pembangunan politik yang lebih baik dan berkelanjutan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Fitriyah, Fitriyah. “Partai Politik, Rekrutmen Politik dan Pembentukan Dinasti Politik pada
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).” Politika: Jurnal Ilmu Politik 11, no. 1 (April 29,
2020): 1–17.
Kaputeni, Steven J. “IMPLEMENTASI FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI SARANA
REKRUTMEN POLITIK (Studi Pada Partai Nasdem Halmahera Utara Dalam
Pelaksanaan Pilkada 2020).” POLITICO: Jurnal Ilmu Politik 10, no. 2 (April 1, 2021).
Accessed February 27, 2024.
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/politico/article/view/35744.

Mahadi, Helmi. “Pragmatisme Politik: Studi Kasus Proses Rekrutmen Politik PDIP Pada
Pilkada, Kabupaten Sleman.” Jurnal Studi Pemerintahan (2011). Accessed February
27, 2024. https://jsp.umy.ac.id/index.php/jsp/article/view/209.

NIKO EFRIZA. “REKRUTMEN POLITIK PARTAI HANURA.” Doctoral, UNIVERSITAS


NEGERI JAKARTA, 2013. Accessed February 27, 2024.
http://repository.unj.ac.id/32326/.

Rahayu, Endang Biandari. “Analisis Rekrutmen Politik Kader Perempuan Pada Partai
Amanat Nasional Di Kota Pekanbaru Tahun 2017-2018.” SUMUR- Jurnal Sosial
Humaniora 1, no. 1 (July 9, 2023): 19–28.

Suhaimi, Else. “POLA REKRUTMEN POLITIK BERDASARKAN IDEOLOGI PARTAI


POLITIK DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA.” Nurani: Jurnal
Kajian Syari’ah dan Masyarakat 18, no. 1 (2018): 105–124.

———. “PRINSIP-PRINSIP UMUM REKRUTMEN POLITIK SEBAGAI LANDASAN


IDIL PENYUSUNAN POLA REKRUTMEN DALAM AD/ART PARTAI POLITIK
DI INDONESIA.” Jurnal Hukum Tri Pantang 7, no. 1 (June 15, 2021): 27–51.

Tumanduk, Monalisa C., Agustinus B. Pati, and Jones Tompodung. “IMPLEMENTASI


FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI SARANA REKRUTMEN POLITIK PADA
PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDIP) KABUPATEN
MINAHASA SELATAN.” JURNAL EKSEKUTIF 2, no. 2 (April 5, 2022). Accessed
February 27, 2024. https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jurnaleksekutif/article/
view/39861.

Anda mungkin juga menyukai