Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SISTEM POLITIK INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Dosen Mata Kuliah Sistem Politik
Indonesia Sebagai Bahan Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 2

DISUSUN OLEH:

NAMA : IRFAN

NIM : C1B160585

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Tahun Akademik 2016/2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan, hanya kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan

dan meminta ampunan. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu dan keburukan

amal perbuatan kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Tuhan, maka tiada seorang

pun yang dapat menyesatkannnya. Sebaliknya, barang siapa yang disesatkan-Nya, maka

tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.

Puji Tuhan saya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Sistem Politik di

Indonesia” sebagai analisis untuk melihat bagaimana system politik di Indonesia.

Didalam makalah ini, saya akan membahas tentang system Politik di Indonesia

dilihat dari beberapa pendekatan teori system politik, sejarah dan pemerintahan yang

sedang berjalan di Indonesia.

Saya hanya dapat berdoa, kiranya apa yang saya tulis disini bermanfaat bagi kita

semua. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu

kami dalam menyelesaikan makalah ini. saya sadar bahwa apa yang kami tulis masih

sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun

dari para pembaca sangat saya harapkan.

Garut, Agustus 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………...…………………...2

DAFTAR ISI .…………………………………………………......………………3

BAB I : PENDAHULUAN ….…………………………………….....………….4

1.1 Latar Belakang............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5

BAB II : PEMBAHASAN....................................................……………......6

A. Pengertian Sistem Politik...........................................................................6

B. Proses Politik Indonesia.............................................................................8

C. Sejarah Sistem Politik Indonesia................................................................13

D. Peran Serta Masyarakat dalam Sistem Politik...........................................15

BAB III : PENUTUP..........…………………………………………………..........18

A. Kesimpulan................................................................................................18

B. Saran.........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem politik pada suatu negara terkadang bersifat relatif, hal ini dipengaruhi

oleh elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut. Juga faktor sejarah dalam

perpolitikan di suatu negara. Pengaruh sistem politik negara lain juga turut

memberi kontribusi pada pembentukan sistem politik disuatu negara. Seperti

halnya sistem politik di Indonesia, seiring dengan waktu, sistem politik di

Indonesia selalu mengalami perubahan.

Indonesia merupakan bagian dari sistem politik dunia, dimana sistem politik

Indonesia akan berpengaruh pada sistem politik negara tetangga maupun dalam

cakupan lebih luas. Struktur kelembagaan atau institusi khas Indonesia akan terus

berinteraksi secara dinamis, saling mempengaruhi, sehingga melahirkan sistem

politik hanya dimiliki oleh Indonesia. Namun demikian, kekhasan sistem politik

Indonesia belum dapat dikatakan unggul bila kemampuan positif struktur dan

fungsinya belum diperhitungkan sistem politik negara lain.

Salah satu syarat penting dalam memahami bagaimana sistem politik Indonesia

adalah melalui pengembangan wawasan dengan melibatkan institusiinstitusi

nasional dan internasional. Artinya lingkungan internal dan eksternal sebagai

batasan dari suatu sistem politik Indonesia harus dipahami terlebih dahulu.

4
B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudahkan dalam penulisan Karya tulis ini, maka penulis

menyusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian Sistem Politik ?

2. Bagaimana proses politik di Indonesia ?

3. Bagaimana sejarah system politik di Indonesia ?

4. Bagaimana peran serta masyarakat dalam sistem politik di Indonesia ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian sistem Politik

1. Pengertian Sistem

Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi.

2. Pengertian Politik

Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya Negara kota. Pada

awalnya politik berhubungan dengan berbagai macam kegiatan dalam

Negara/kehidupan Negara

Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan,

dasar dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politik pada

dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik

biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi

kemasyarakatan.

Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan

masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang

mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah

tertentu.

3. Pengertian Sistem Politik

Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang

membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur

pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara

6
mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan

hubungan Negara dengan Negara

Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja

seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu

sama lain dan menunjukkan suatu proses yang langggeng

4. Pengertian Sistem Politik di Indonesia

Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai

kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum

termasuk proses penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan

keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnya. Politik adalah semua

lembaga-lembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi negara ( termasuk

fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ). Dalam Penyusunan keputusan-

keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang seimbang dan

terjalinnya kerjasama yang baik antara suprastruktur dan infrastruktur politik

sehingga memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan

masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik adalah

Lembaga-Lembaga Negara. Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam

UUD 1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah

Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini yang akan

membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kepentingan umum.

Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa, Kelompok

kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media

Komunikasi Politik, Tokoh Politik (Political Figure), dan pranata politik lainnya

7
adalah merupakan infrastruktur politik,melalui badan-badan inilah masyarakat

dapat menyalurkan aspirasinya. Tuntutan dan dukungan sebagai input dalam

proses pembuatan keputusan. Dengan adanya partisipasi masyarakt diharapkan

keputusan yang dibuat pemerintah sesuai dengan aspirasi dan kehendak rakyat.

B. Proses Politik Di Indonesia

Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa dilihat dari

masa-masa berikut ini:

- Masa prakolonial

- Masa kolonial (penjajahan)

- Masa Demokrasi Liberal

- Masa Demokrasi terpimpin

- Masa Demokrasi Pancasila

- Masa Reformasi

Masing-masing masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari aspek :

- Penyaluran tuntutan

- Pemeliharaan nilai

- Kapabilitas

- Integrasi vertical

- Integrasi horizontal

- Gaya politik

- Kepemimpinan

- Partisipasi massa

8
- Keterlibatan militer

- Aparat Negara

- Stabilitas

Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis sebagai berikut :

1. Masa prakolonial (Kerajaan)

- Penyaluran tuntutan : rendah dan terpenuhi

- Pemeliharaan nilai : disesuikan dengan penguasa

- Kapabilitas : SDA melimpah

- Integrasi vertikal : atas bawah

- Integrasi horizontal : nampak hanya sesama penguasa kerajaan

- Gaya politik : kerajaan

- Kepemimpinan : raja, pangeran dan keluarga kerajaan

- Partisipasi massa : sangat rendah

- Keterlibatan militer : sangat kuat karena berkaitan dengan perang

- Aparat negara : loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah

- Stabilitas : stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang

2. Masa kolonial (penjajahan)

- Penyaluran tuntutan : rendah dan tidak terpenuhi

- Pemeliharaan nilai : sering terjadi pelanggaran ham

- Kapabilitas : melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan

penjajah

- Integrasi vertikal : atas bawah tidak harmonis

9
- Integrasi horizontal : harmonis dengan sesama penjajah atau elit

pribumi

- Gaya politik : penjajahan, politik belah bambu (memecah

belah)

- Kepemimpinan : dari penjajah dan elit pribumi yang diperalat

- Partisipasi massa : sangat rendah bahkan tidak ada

- Keterlibatan militer : sangat besar

- Aparat negara : loyal kepada penjajah

- Stabilitas : stabil tapi dalam kondisi mudah pecah

3. Masa Demokrasi Liberal

- Penyaluran tuntutan : tinggi tapi sistem belum memadani

- Pemeliharaan nilai : penghargaan HAM tinggi

- Kapabilitas : baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan

masih potensial

- Integrasi vertikal : dua arah, atas bawah dan bawah atas

- Integrasi horizontal : disintegrasi, muncul solidarity makers dan

administrator

- Gaya politik : ideologis

- Kepemimpinan : angkatan sumpah pemuda tahun 1928

- Partisipasi massa : sangat tinggi, bahkan muncul kudeta

- Keterlibatan militer : militer dikuasai oleh sipil

- Aparat negara : loyak kepada kepentingan kelompok atau partai

- Stabilitas : instabilitas

10
4. Masa Demokrasi terpimpin

- Penyaluran tuntutan : tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front

nas

- Pemeliharaan nilai : Penghormatan HAM rendah

- Kapabilitas : abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak

maju

- Integrasi vertikal : atas bawah

- Integrasi horizontal : berperan solidarity makers,

- Gaya politik : ideolog, nasakom

- Kepemimpinan : tokoh kharismatik dan paternalistik

- Partisipasi massa : dibatasi

- Keterlibatan militer : militer masuk ke pemerintahan

- Aparat negara : loyal kepada negara

- Stabilitas : stabil

5. Masa Demokrasi Pancasila

- Penyaluran tuntutan : awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi

karena fusi

- Pemeliharaan nilai : terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan

HAM

- Kapabilitas : sistem terbuka

11
- Integrasi vertikal : atas bawah

- Integrasi horizontal : nampak

- Gaya politik : intelek, pragmatik, konsep pembangunan

- Kepemimpinan : teknokrat dan ABRI

- Partisipasi massa : awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak

dibatasi

- Keterlibatan militer : merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI

- Aparat negara : loyal kepada pemerintah (Golkar)

- Stabilitas : stabil

6. Masa Reformasi

- Penyaluran tuntutan : tinggi dan terpenuhi

- Pemeliharaan nilai : Penghormatan HAM tinggi

- Kapabilitas : disesuaikan dengan Otonomi daerah

- Integrasi vertikal : dua arah, atas bawah dan bawah atas

- Integrasi horizontal : nampak, muncul kebebasan (euforia)

- Gaya politik : pragmatik

- Kepemimpinan : sipil, purnawiranan, politisi

- Partisipasi massa : tinggi

- Keterlibatan militer : dibatasi

- Aparat negara : harus loyal kepada negara bukan pemerintah

- Stabilitas : instabil

12
C. Sejarah Sistem Politik di Indonesia

Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di

dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah

Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses

politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi fungsional yaitu proses aliran yang

berputar menjaga eksistensinya. Sistem politik merupakan sistem yang terbuka,

karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki tantangan dan

tekanan.

Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi pandangan

saja seperti dari sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa dilihat dari pendekatan

tradisional dengan melakukan proyeksi sejarah yang hanya berupa pemotretan

sekilas. Pendekatan yang harus dilakukan dengan pendekatan integratif yaitu

pendekatan sistem, pelaku-saranan-tujuan dan pengambilan keputusan.

Proses politik mengisyaratkan harus adanya kapabilitas sistem. Kapabilitas sistem

adalah kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan.

Pandangan mengenai keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini berbeda

diantara para pakar politik. Ahli politik zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato

dan diikuti oleh teoritisi liberal abad ke-18 dan 19 melihat prestasi politik diukur

dari sudut moral. Sedangkan pada masa modern sekarang ahli politik melihatnya

dari tingkat prestasi (performance level) yaitu seberapa besar pengaruh

lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan lingkungan

internasional.

13
Pengaruh ini akan memunculkan perubahan politik. Adapun pelaku perubahan

politik bisa dari elit politik, atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari

lingkungan internasional. Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input

dan output. Proses mengkonversi input menjadi output dilakukan oleh penjaga

gawang (gatekeeper).

Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik :

1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber

daya manusia. Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai

kemudian digunakan secara maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan

minyak tanah, pertambangan yang ketika datang para penanam modal domestik

itu akan memberikan pemasukan bagi pemerintah berupa pajak. Pajak inilah yang

kemudian menghidupkan negara.

2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara

diolah sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan

seperti sembako yang diharuskan dapat merata distribusinya keseluruh

masyarakat. Demikian pula dengan pajak sebagai pemasukan negara itu harus

kembali didistribusikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran pengawasan

tingkah laku individu dan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan.

Regulasi individu sering memunculkan benturan pendapat. Seperti ketika

pemerintah membutuhkan maka kemudian regulasi diperketat, hal ini

mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.

14
4. Kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan

secara selektif membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin

diterima kebijakan yang dibuat pemerintah maka semakin baik kapabilitas

simbolik sistem.

5. Kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input

dan output, output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh

masukan atau adanya partisipasi masyarakat sebagai inputnya akan menjadi

ukuran kapabilitas responsif. kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah

negara tidak bisa sendirian hidup dalam dunia yang mengglobal saat ini, bahkan

sekarang banyak negara yang memiliki kapabilitas ekstraktif berupa perdagangan

internasional. Minimal dalam kapabilitas internasional ini negara kaya atau

berkuasa (superpower) memberikan hibah (grants) dan pinjaman (loan) kepada

negara-negara berkembang.

D. Peran Serta Masyarakat Dalam Sistem Politik

Dilihat dari perkembangan sejarah, demokrasi Indonesia dibedakan dalam

beberapa masa, yaitu Masa Republik Indonesia I, Masa Republik Indonesia II,

Masa Republik Indonesia III.

1. Masa Republik Indonesia I

Pada masa RI I masa demokrasi konstitusional menonjolkan peranan parlemen

dan partai-partai politik sehingga disebut demokrasi parlementer.

2. Masa Republik Indonesia II

15
Pada masa RI II lebih dikenal dengan masa demokrasi terpimpin. Pada masa ini

pula beberapa aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusional secara

moral sebagai landasannya. Selain itu telah menunjukkan beberapa aspek

demokrasi rakyat dalam pelakasanaannya.

3. Masa Republik Indonesia III

Pada masa RI III demokrasi Pancasila mucnul sebagai demokrasi konstitusional

dengan menonjolkan sistem presidensil. Dengan demikian peranan eksekutif

terutama pada masa orde baru sangat dominan dalam menjalankan dan

mengendalikan jalannya pemerintahan.

Demokrasi Pancasila pada masa reformasi secara formal menunjukkan sistem

presidensiil. Namun, peranan legislatif cukup menonjol dalam menjalankan dan

mengendalikan jalannya roda pemerintahan. Untuk itu kita harus dapat

memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa sehingga pembangunan nasional

yang telah berlanjut tetap dapat dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan

nasional.

Perlu disadari bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat aneka ragam

kepentingan dan pendapat yang berbeda. Segala sesuatunya harus dapat

diselesaikan sesuai dengan tatanan masyarakat, termasuk wadah berupa

kelembagaan-kelembagaan negara. Dalam hal ini, antara lain lembaga perwakilan

rakyat merupakan lembaga yang dapat menyalurkan kepentingan dan pendapat

rakyat yang beraneka ragam.

Karena itu bangsa Indonesia hendaknya dpaat bersikap positif dalam

pengembangan demokrasi Pancasila antar alain sebagai berikut :

16
a. Menggunakan hak pilihnya (hak memilih dan dipilih)

b. Ikut melaksanakan pemilu secara langsung.

c. Musyawarah mufakat.

d. Mengakui dan menghormati hak asasi manusia termasuk kebebasan

beragama.

e. Menjunjung tinggi hukum yang sedang berlaku.

Bentuk perwujudan hak dan wewenang warga Indonesia dalam demokrasi

Pancasila, antara lain sebagai berikut :

a. Menadi anggota / pengurus ormas atau orpol sesuai dengan pasal 28 UUD

1945.

b. Memperoleh pendidikand an ikut menangani serta mengembangkan

pendidikan sesuai dengan pasal 31 UUD 1945.

c. Ikut aktif dalam kegiatan koperasi dan kegiatan ekonomi sesuai dengan

pasal 33 UUD 1945.

Dengan demikian setiap warga negara Indonesia harus ikut bertanggung jawab

dalam pelaksanaan dan pengembangan demokrasi Pancasila dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik, dengan memakai

system demokrasi, di mana kedaulatan berada di tangan rakyat oleh rakyat untuk

rakyat. Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensil, di mana Presiden

berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Para Bapak

Bangsa yang meletakkan dasar pembentukan Negara Indonesia, setelah

tercapainya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Mereka sepakat

menyatukan rakyat yang berasal dari beragam suku bangsa, agama, dan budaya

yang tersebar di ribuan pulau besar dan kecil, di bawah payung Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI). Indonesia pernah menjalani sistem pemerintahan

federal di bawah Republik Indonesia Serikat (RIS) selama tujuh bulan (27

Desember 1949 - 17 Agustus 1950), namun kembali ke bentuk pemerintahan

republik. Setelah jatuhnya Orde Baru (1996 - 1997), pemerintah merespon

desakan daerah-daerah terhadap sistem pemerintahan yang bersifat sangat

sentralistis, dengan menawarkan konsep Otonomi Daerah untuk mewujudkan

desentralisasi kekuasaan.

Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai

kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum

termasuk proses penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan

keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.

18
B. Saran

Peran penting sejarah dalam memahami sistem politik sangat berkaitan

dengan faktor lingkungan. Perubahan lingkungan sebagai batas ruang lingkup

sistem politik merupakan hasil bentukan budaya yang terdapat di dalam maupun

di luar sistem.

Budaya sendiri merupakan peristiwa sejarah yang menggambarkan pola

perilaku, cita rasa, yang dirasakan, ditanamkan, diwariskan, dari generasi satu ke

generasi lainnya. Dengan demikian sangatlah naif apabila kita menganalisa sistem

politik sekarang tanpa paham akar sejarahnya. Karena yang akan kita dapatkan

hanyalah analisa sempit yang tidak dapat memberikan sumbangsih bagi

kepentingan perbaikan sistem politik di masa depan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mariam Budiarjo, dkk, “Dasar-dasar ilmu Politik”, Gramedia, 2003

Murshadi “Ilmu Tata Negara; untuk SLTA kelas III”, Rhineka Putra, bandung,

1999

Nugroho Notosusanto, “Sejarah Nasional Indonesia”, Balai Pustaka, 2008

Nazaruddin, “Profil Budaya Politik Indonesia”, Pustaka Utama, 1991

Nazaruddin Sjamsuddin, “Dinamika Politik Indonesia”, Gramedia Pustaka

Utama, 1993

20

Anda mungkin juga menyukai