Anda di halaman 1dari 28

SISTEM POLITIK DEMOKRASI DI

INDONESIA

MAKALAH
Untuk melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diampu oleh
Dra. Margaretha Suryaningsih, M.S.

Disusun oleh :

Wulandhari
24040110120034

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH swt Tuhan Yang Maha Pengasih, atas segala
rahmat, hidayahnya dan kasih-nyalah penulisan makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik walaupun banyak hambatan dan rintangan dalam menyelesaikannya.

Penulis makalah ” Sistem Politik Demokrasi di Indonesia ”, penulisan ini


diharapkan dapat menjadi manfaat bagi para pembacanya.

Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,


bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dra. Margaretha Suryaningsih, M.S., selaku dosen pembimbing mata


kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membimbing kami
dalam penulisan makalah ini.
2. Kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik
dengan penuh kasih sayang serta memberi dukungan kepada penulis.
3. Berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membatu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang kami susun masih jauh dari
sempurna.Untuk itu kami meminta masukan kritik dan saran dari pembaca.

Akhir kata, Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh
pihak yang membutuhkan.

Semarang, Mei 2011

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR………………………………………………………….....ii
DAFTAR ISI……………..……………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan Makalah…....................................................

1.2 Rumusan Masalah………………………………….………………….

1.3 Tujuan Penulisan Makalah…………………………………...………..

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Politik

2.2 Definisi Demokrasi………….…………………………………….

2.3 Bentuk – bentuk Demokrasi………………………………..

2.4 Perkembangan Demokrasi …………...…………………..

2.5 Demokrasi di Indonesia

2.6 Sistem Politik Demokrasi di Indonesia

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan……………………………………………………
…….15
b. Saran…………………….
……………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA………..…………………………………………………..16

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi sekarang ini, sudah tidak diragukan lagi bahwa


tiap-tiap negara mempunyai sebuah sistem yang mengatur segala sesuatu
mengenai negaranya dimana sistem tersebut berfungsi untuk memerintahkan
rakyat-rakyatnya agar tercipta kehidupan rakyat yang damai, rukun, dan
sejahtera.

Setiap negara di dunia mempunyai ciri khas sistem untuk mengatur


rakyat-rakyatnya rmasing-masing. Namun ciri khas sistem dalam setiap
negara di dunia hanya bertujuan satu untuk menjadikan rakyatnya hidup
dalam keadaan yang sejahtera, sehingga menghasilkan negara yang makmur
dengan penghasilan perkapita tiap rakyatnya tinggi dan menjadikan sebuah
negara tersebut menjadi negara maju. Seperti negara-negara maju saat ini
yang kebanyakan negara-negara maju berada disekitar benua eropa, namun
ada juga negara maju yang berasal dari asia yang cukup terpandang
dikalangan benua asia, yaitu negara matahari terbit (negara jepang).

Untuk menjadikan sebuah negara yang dapat mensejahterakan


kehidupan rakyat-rakyatnya dibutuhkan kegiatan-kegiatan yang dapat
mendorong agar terwujudnya tujuan yang diinginkan dalam negara tersebut.
Hal tersebut dalam ilmu politik disebut dengan istilah sistem politik.

Sistem politik yang dianut oleh beberapa negara di dunia berbeda-


beda namun di negara kita tercinta ini sistem politik yang dianut adalah
sistem politik demokrasi. Dalam perkembangannya kita tidak pernah melihat
apakah selama ini kita sudah berjalan berdasarkan sistem politik demokrasi
atau belum.
Keadaan tersebut mendorong penulis untuk membahas secara mendetail
mengenai “ Sistem Politik Demokrasi di Indonesia”. Agar tidak adalagi
ditemukan orang yang bertanya apakah Indonesia telah menganut secara penuh
sistem politik demokrasi. Untuk itu dalam makalah ini penulis memilih judul
“SISTEM POLITIK DEMOKRASI DI INDONESIA”.

1.2 RUMUSAN MAKALAH


Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan makalah yang diajukan
yaitu sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem politik?
2. Apakah yang dimaksud dengan demokrasi?
3. Apakah yang dimaksud dengan sistem politik demokrasi?
4. Bagaimana keadaan sistem politik demokrasi di indonesia ?

1.3 TUJUAN MAKALAH


Adapun tujuan makalah ini adalah untuk :
1. menjelaskan pengertian dari sistem politik,
2. membahas mengenai istilah demokrasi,
3. menjelaskan mengenai sistem politik demokrasi,
4. memaparkan keadaan sistem politik demokrasi di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Politik

Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang
terjadi di dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar
melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar lebih
efektif. Dalam proses politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi
fungsional yaitu proses aliran yang berputar menjaga eksistensinya.

Definisi sistem politik dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi ke


tiga tidak ditemukan, namun bila dilihat secara terpisah definisi sistem
menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah susunan yang teratur dari
pandangan, teori, dan asas. Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis”
yang artinya Negara kota dan definisi politik menurut kamus besar bahasa
Indonesia adalah pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan. Jadi
bila digabungkan sistem politik adalah susunan yang teratur dari pandangan,
teori, dan asas mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan.

Namun dari beberapa sumber referensi lain, sistem politik diartikan


sebagai kumpulan dari berbagai kegiatan suatu negara yang berkaitan dengan
kepentingan umum (seperti : proses penentuan tujuan negara, upaya-upaya
mewujudkan tujuan negara, pengambilan keputusan negara, seleksi negara
dan penyusunan skala prioritas sebuah negara) agar tercipta kehidupan yang
sejahtera.

Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat,


prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain
untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan
kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama
lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.
Sistem politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau
cara kerja seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang
berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang langggeng

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem politik sangat


menunjang kemajuan suatu negara. Untuk itu sistem politik suatu negara
perlu dibutuhkan sistem politik yang bersih.

Sistem politik bermacam-macam di berbagai Negara, diantaranya


sebagai berikut :

a. Sistem politik di negara komunis

Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak


milk pribadi, peniadaan hak-haak sipil dan politik, tidak adanya
mekanisme pemilu yang terbuka, tidak adanya oposisi, serta
terdapat pembatasan terhadap arus informasi dan kebebasan
berpendapat.

b. Sistem politik di negara liberal

Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu


atau kelompok; pembatasan kekuasaan; khususnya dari pemerintah
dan agama; penegakan hukum; pertukaran gagasan yang bebas;
sistem pemerintahan yang transparan yang didalamnya terdapat
jaminan hak-hak kaum minoritas.

c. Sistem politik demokrasi di negara indonesia (di bab selanjutnya).

2.2 Definisi Demokrasi


Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa yunani, “demos”
berarti rakyat dan "kratos atau kratein" yang berarti kekuasaan. Sehingga
konsep dasar demokrasi berarti "rakyat berkuasa" (government of rule by the
people). Artinya dalam demokrasi ini rakyat memiliki kekuasaan yang seluas
luasnya. Terutama dalam mengungkapkan pendapat, yang telah terbukti saat
ini banyak terjadi kegiatan-kegiatan masyarakat dalam menyampaikan
aspirasi mereka melalui kegiatan demonstrasi.

Selain itu ada pula definisi singkat mengenai istilah demokrasi yang
diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan
untuk rakyat. Meskipun demikian penerapan demokrasi diberbagai negara
memiliki cirri khas masing-masing. Dernokrasi mempunyai arti yang
penting bagi masyarakat yang rnenggunakannya, sebab dengan demokrasi hak
masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi negara dijamin.
Dari uraian penjelasan tersebut diatas demokrasi sangat menjunjung tinggi
kepentingan masyarakat.

Jadi, negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan


berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat.

2.3 Bentuk – bentuk Demokrasi

Berdasarkan prinsip filosofi negara sistem demokrasi debedakan menjadi :

1. Demokrasi Perwakilan Liberal

Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan


bahwa manusia adalah sebagai makhluk individu yang bebas. Oleh ka-
rena dalam sistem demokrasi ini kebebasan individu sebagai dasar
fundamental dalam pelaksanaan demokrasi.

Konsekuensi dari implementasi sistem dan prinsip ini adalah


berkembang persaingan bebas, terutama dalam kehidupan ekonomi
sehingga mengakibatkan individu yang kurang mampu menghadapi
permasalahan persaingan bebas akan tenggelam.

2. Demokrasi Satu Partai dan Komunisme

Demokrasi satu partai ini lazimnya dilaksanakan di negara-ne-


gara komunis seperti. Rosia. China, Vietnam dan lainnya.

2.4 Perkembangan Demokrasi

Perkembangan demokrasi telah mengalami pasang surut, dalam


pemikiran para ahli masalah bangsa Indonesia adalah bagaimana
meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan social dan
politik yang demokratis. Perkembangan demokrasi negara Indonesia
dibagi menjadi 4 periode, secara singkat akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Tahun 1945-1959

Indonesia menganut demokrasi parlementer, dimana dominasi


partai politik di DPR, Kabinet silih berganti dalam waktu singkat.
Demokrasi ini hanya bertahan sampai dekrit presiden 1959.

2. Tahun 1959-1965

Indonesia pada periode ini menganut demokrasi terpimpin, dengan


ciri-ciri sebagai berikut : dominasi presiden, yang membubarkan DR hasil
pemilu 1955, menggantikannya dengan DPR-GR yang diangkat oleh
presiden, juga diangkat presiden seumur hidup oleh anggota parlemen
yang diangkat presiden itu,
terbatasnya peran partai politik,  berkembangnya pengaruh komunis,
munculnya ideologi nasional, agama, komunis (NASAKOM), meluasnya
peranan militer sebagai unsur sosial politik.
Demokrasi terpimpin berakhir dengan pemberontakan PKI September
1965.

3. Tahun 1965-1998

Pada periode ini Indonesia menganut demokrasi pancasila, dengan


ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Demokrasi berketuhanan
  2. Demokrasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab
  3. Demokrasi bagi persatuan Indonesia
  4. Demokrasi yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
  5. Demokrasi berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada periode ini dikenal dengan politik massa mengambang, yakni


eksistensi dan kiprah partai politik hanya sampai di tingkat
kabupaten/kota. Tetapi dipihak lain dengan pongah, arogan dan brutal
partai hegemonik dihidupkan sampai ke pelosok-pelosok desa.

Periode ini berakhir dengan tumbangnya rezim orde baru di bawah


komando jenderal besar Soeharto.

4. Tahun 1998- sekarang

Orde reformasi dengan ciri-ciri enam agenda:


1.  Amandemen UUD 1945,
2. Penghapusan peran ganda (multifungsi) TNI,
3. Penegakan supremasi hukum dengan indikator mengadili mantan
Presiden Soeharto atas kejahatan politik, ekonomi dan kejahatan atas
kemanusiaan,
4. Melaksanakan otonomi daerah seluas-luasnya,
5. Penegakan budaya demokrasi yang anti feodalisme dan kekerasan,
6. Penolakan sisa-sisa Orde Lama dan Orde Baru dalam pemerintahan.

5. Demokrasi Pasca MoU Heksinki

Bagi rakyat Aceh sebagai salah satu pihak yang terikat dengan isi
MoU Helsinki harus mewujudkan prilaku politik/berdemokrasi sesuai
dengan isi MoU itu, yakni antara lain sebagai berikut : Pemerintah
Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menegaskan
komitmen mereka untuk penyelesaian konflik Aceh secara damai,
menyeluruh, berkelanjutan dan bermartabat bagi semua.

2.5 Demokrasi di Indonesia

Demokrasi yang menjadi pedoman di Indonesia adalah pancasila.


Pancasila sebagai pandangan hidup negara Indonesia dalam melakukan
tindakan-tindakan penyelesaian suatu masalah. Di dalam pancasila
terkandung 5 sila yang mempunyai arti begitu dalam.

Sila pertama : “ Ketuhanan yang maha esa “

Sila kedua : “ Kemanusiaan yang adil dan beradab “.

Sila ketiga : “ Persatuan Indonesia “

Sila keempat : “ Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah dalam


permusyawaratan perwakilan “
Sila kelima : “ Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia “

Kita tidak menafikan betapa indah susunan kata berkaitan dengan


demokrasi pancasila, tetapi dalam kenyataannya adalah

Mengabaikan eksistensi dan peran Tuhan dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara, di mana tidak merasa dikontrol oleh Tuhan. Para
pemimpin, terutama presiden tabu untuk dikritik, apalagi dipersalahkan.
Ini bermakna menempatkan dirinya dalam posisi Tuhan yang selalu harus
dimuliakan dan dilaksanakan segala titahnya serta memegang kekuasaan
yang absolute, selain itu marak-maraknya adalah terjadinya kasus KKN
(korupsi, kolusi, dan nepotisme). Sebagian besar pejabat pemerintahan
melakukan KKN dimana menggunakan uang rakyat untuk kepentingan
pribadi atau golongan, hal tersebut juga sangat bertentangan dengan sila
pertama dalam pancasila. Bila seseorang bertuhan maka orang tersebut
akan menjalankan perintah agamanya dengan benar bukan palah
menjalankan larangan dari agamanya. Karena diibaratkan saja bahwa
kasus-kasus korupsi adalah kasus pencurian yang terorganisir dan
jumlahnya tidak mungkin hanya sedikit.

Selain itu yang bertentangan dengan sila kedua adalah sikap yang
ditunjukan dari manusia-manusia atau pemimpin-pemimpin yang sekarang
ini menjabat, masih ada pemipmin yang mempunyai sikap yang tidak
manusiawi, tidak adil dan tidak beradab, dengan fakta eksistensi nyawa,
darah, harkat dan martabat manusia lebih rendah dari nilai-nilai
kebendaan.

Hal lain yang bertentangan dengan sila selanjutnya adalah tidak


ada keadilan hukum, ekonomi, politik dan penegakan HAM. Pemilu rutin
lima tahunan, tetapi sekedar ritual demokrasi. Dimana dalam prakteknya
diberlakukan sistem Kepartaian Hegemonik, yakni pemilu diikuti oleh
beberapa partai politik, tetapi yang harus dimenagkan, dengan menempuh
berbagai cara,intimidasi, teror, ancaman danuanga, hanya satu partai
politik.

2.6 Sistem Politik Demokrasi di Indonesia

Sistem politik demokrasi di indonesia adalah sistem politik yang


didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang
demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik demokrasi di
Indonesia adalah :

1. Ide kedaulatan rakyat

2. Negara berdasarkan atas hukum

3. Bentuk Republik

4. Pemerintahan berdasarkan konstitusi

5. Pemerintahan yang bertanggung jawab

6. Sistem Perwakilan

7. Sistem peemrintahan presidensiil

BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem politik adalah susunan yang teratur dari pandangan, teori,
dan asas mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan.
Demokrasi berarti "rakyat berkuasa" (government of rule by the
people). Artinya dalam demokrasi ini rakyat memiliki kekuasaan yang
seluas luasnya.
Sistem politik demokrasi adalah susunan yang teratur dari
pandangan, teori, dan asas mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan
dimana rakyat memiliki kekuasaan yang seluas luasnya.

4.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan penulisan karya tulis ilmiah ataupun
makalah dan lain-lainnya hendaknya mempunyai beberapa referensi, karena
akan semakin banyak referensi yang digunakan maka akan menambah
kualitas makalah menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Kaelani, dan Achmad Zubaidi. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Yogyakarta : Paradigma.

Abadi, C.J. 2002. “Kumis Kucing”, (Online),


(http://www.chang.jayaabadi.coom.jamu-jawa04htm/, diakses 12
Desember 2003).
Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasay. Cermat Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Akademika Resindo.

LAMPIRAN 1

Wednesday, January 21, 2009


Sistem Politik Indonesia

SISTEM POLITIK INDONESIA

A. Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia


1. Pengertian sistem Politik di Indonesia
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai
kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum
termasuk proses penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan,
pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.
2. Cara Berpolitik Melalui Suprastruktur dan Infrastruktur politik

Yang termasuk dalam Suprastruktur politik adalah emua lembaga-lembaga negara yang
tersbut di dalam konstitusi negara ( termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ).
Dalam Penyusunan keputusan-keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan
yang seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik antara suprastruktur dan
infrastruktur politik sehingga memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan
masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik adalah Lembaga-
Lembaga Negara. Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni
MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,
Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini yang akan membuat keputusan-keputusan yang
berkaitan dengan kepentingan umum.

Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa, Kelompok
kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media
Komunikasi Politik, Tokoh Politik (Political Figure), dan pranata politik lainnya adalah
merupakan infrastruktur politik, melalui badan-badan inilah masyarakat dapat
menyalurkan aspirasinya. Tuntutan dan dukungan sebagai input dalam proses
pembuatan keputusan. Dengan adanya partisipasi masyarakt diharapkan keputusan
yang dibuat pemerintah sesuai dengan aspirasi dan kehendak rakyat.

B. Perbedaan sistem politik di berbagai Negara


1. Pengertian sistem politik
a. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan
terorganisasi.
b. Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya Negara kota.
Pada awalnya politik berhubungan dengan berbagai macam kegiatan dalam
Negara/kehidupan Negara.
Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara
pemerintahan, dasar dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan
Negara. Politik pada dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan
tujuan pribadi. Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara
dan organisasi kemasyarakatan.
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan
masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang
mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu
wilayah tertentu.
c. Pengertian Sistem Politik

Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip,


yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk
mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan
kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu
sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.

SISTEM POLITIK menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara


kerja seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang
berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang langggeng

2. Macam-macam Sistem Politik


3. Sistem Politik Di Berbagai Negara

a. Sistem Politik Di Negara Komunis :

Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milk pribadi,


peniadaan hak-haak sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu yang
terbuka, tidak adanya oposisi, serta terdapat pembatasan terhadap arus
informasi dan kebebasan berpendapat

b. Sistem Politik Di Negara Liberal :

Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau kelompok;


pembatasan kekuasaan; khususnya dari pemerintah dan agama; penegakan
hukum; pertukaran gagasan yang bebas; sistem pemerintahan yang
transparan yang didalamnya terdapat jaminan hak-hak kaum minoritas

c. Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia :

Sistem politik yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan


kelembagaan yang demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem politik
demokrasi di Indonesia adalah :
1. Ide kedaulatan rakyat

2. Negara berdasarkan atas hukum

3. Bentuk Republik

4. Pemerintahan berdasarkan konstitusi

5. Pemerintahan yang bertanggung jawab

6. Sistem Perwakilan

7. Sistem peemrintahan presidensiil

4. 4. Peran serta masyarakat dalam politik adalah terciptanya


masyarakat politik yang “Kritis Partisipatif” dengan ciri-ciri

a. Meningkatnya respon masyarakat terhadapkebijakan pemerintah

b. Adanya partisipasi rakyat dalam mendukung atau menolak suatu kebijakan


politik

c. Meningkatnya partisipasi rakyat dalam berbagai kehiatan organisasi politik,


organisasi kemasyarakatan, dan kelompok-kelompok penekan.

LAMPIRAN 2
SISTEM POLITIK/DEMOKRASI DI INDONESIA; DARI MASA KE
MASA 1
Ghazali Abbas Adan 2

Kalau tidak salah hitung, dalamal-Qur-an  Allah Swt. ada  88 kali memanggil
orang-orang beriman, dengan ungkapan “ya ayyuhallaziina aamanuu”. Karena ia
panggilan penentu segalanya, mengetahui yang tersembunyi (sir) dan transparan
(jahr) maka bagi orang-orang yang benar-benar beriman serta merta pasti
meresponnya, dalam waktu yang bersamaan membuktikan pikiran, ucapan dan
tindakannya sesuai dengan bunyi dan maksud dari panggilan Allah itu. Di
antaranya adalah;

“Hai orang-orang yang beriman bertkawalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan (intrspeksi) apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(dalam kehidupan di dunia dan akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. AL-Hasyr
ayat 18).

Dalam ayat ini, perintah Allah kepada orang-orang beriman, pertama  bertaqwa
kepada Allah, yakni melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhkan
larangan-Nya. Kedua, setiap diri diperintahkan untuk melakukan introspeksi,
yakni terhadap umur yang telah berlalu, apakah dihabiskan dengan perbuatan-
perbuatan yang diridhai Allah (ma’ruf) atau yang dimurkai-Nya (munkar).
Dengan konsekwensi pasti yang ma’ruf mendapatkan kebahagiaan, ketenangan di
dunia dan akhirat, yang munkar akan mendapatkan malapetaka serta kesengsaraan
di dunia dan akhirat. Introspeksi juga terhadap sejarah kejadian atau perilaku
manusia masa lalu menyangkut berbagai sisi/aspek kehidupannya, termasuk
kehidupan berpolitik/demokrasi. Dan inilah yang menjadi sorotan dan bahasan
kita dalam halaqah ini, dengan tujuan politik/demokrasi yang ma’ruf kita
pertahankan sementara yang munkar kita tinggalkan. Karena realitanya kita hidup
dan tinggal dalam Negara Indonesia,maka sorotan/bahasan kita ini berkaitan
dnegan politik/demokrasi di Indonesia.

Sejak merdeka, Indonesia telah mempraktekkan beberapa sistem politik


pemerintahan atas nama demokrasi, dari, oleh dan untuk rakyat.

1. Tahun 1945-1959; Demokrasi Parlementer, dengan ciri;


  Dominasi partai politik di DPR
  Kabinet silih berganti dalamwaktu singkat
Demokrasi Parlementer ini berakhir dengan Dekrit Presiden 1959.

2. Tahun 1959-1965; Demokrasi Terpimpin, dengan ciri-ciri:


  Dominasi presiden, yang membubarkan DR hasil Pemilu 1955,
menggantikannya dnegan DPR-GR yang diangkat oleh Presiden, juga diangkat
presiden seumur hidup oleh anggota parlemen yang diangkat presiden itu.
  Terbatasnya peran partai politik
  Berkembangnya pengaruh komunis
  Munculnya ideologi Nasional, Agama, Komunis (NASAKOM)
  Meluasnya peranan militer sebagai unsur sosial politik
Demokrasi terpimpin berakhir dengan pemberontakan PKI September 1965.

3. Tahun 1965-1998; Demokrasi Pancasila; dengan ciri-ciri:


  Demokrasi berketuhanan
  Demokrasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab
  Demokrasi bagi persatuan Indonesia
  Demokrasi yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
  Demokrasi berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Kita tidak menafikan betapa indah susunan kata berkaitan dengan Demokrasi
Pancasila, tetapi pada tataran praksis sebagaimana yang kita lihat dan rasakan:
• Mengabaikan eksistensi dan peran Tuhan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, di mana tidak merasa dikontrol oleh Tuhan. Para pemimpin, terutama
presiden tabu untuk dikritik, apalagi dipersalahkan. Ini bermakna menempatkan
dirinya dalam posisi Tuhan yang selalu harus dimuliakan dan dilaksanakan segala
titahnya serta memegang kekuasaan yang absolut
• Tidak manusiawi, tidak adil dan tidak beradab, dengan fakta eksistensi nyawa,
darah, harkat dan martabat manusia lebih rendah dari nilai-nilai kebendaan.
• Tidak ada keadilan hukum, ekonomi, politik dan penegakan HAM.
• Pemilu rutin lima tahuna, tetapi sekedar ritual demokrasi. Dimana dalam
prakteknya diberlakukan sistem Kepartaian Hegemonik, yakni pemilu diikuti oleh
beberapa partai politik, tetapi yang harus dimenagkan, dengan menempuh
berbagai cara,intimidasi, teror, ancaman danuanga, hanya satu partai politik.

Kala itu dikenal politik massa mengambang, yakni eksistensi dan kiprah partai
politik hanya sampai di tingkat kabupaten/kota. Tetapi dipihak lain dengan
pongah, arogan dan brutal partai hegemonik dihidupkan sampai ke pelosok-
pelosok desa.

Periode ini berakhir dengan tumbangnya rezim orde baru di bawah komando
jenderal besar Soeharto.

4. Tahun 1998- sekarang, orde reformasi dengan ciri-ciri enam agenda:


• Amandemen UUD 1945
• Penghapusan peran ganda (multifungsi) TNI
• Penegakan supremasi hukum dengan indikator mengadili mantan Presiden
Soeharto atas kejahatan politik, ekonomi dan kejahatan atas kemanusiaan.
• Melaksanakan otonomi daerah seluas-luasnya
• Penegakan budaya demokrasi yang anti feodalisme dan kekerasan
• Penolakan sisa-sisa Orde Lama dan Orde Baru dalam pemerintaha
5. Demokrasi Pasca MoU Heksinki
Bagi rakyat Aceh sebagai salah satu pihak yang terikat dengan isi MoU Helsinki
harus mewujudkan prilaku politik/berdemokrasi sesuai dengan isi MoU itu, yakni
antara lain:
Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menegaskan
komitmen mereka untuk penyelesaian konflik Aceh secara damai, menyeluruh,
berkelanjutan dan bermartabat bagi semua.

Para pihak bertekad untuk menciptakan kondisi sehingga pemerintahan rakyat


Aceh dapat diwujudkan melalui suatu proses yang demokratis dan adil dalam
negara kesatuan dan konstitusi Republik Indonesia (mukaddimah MoU Helsinki
alinia 1 dan 2)
Sesegera mungkin tapi tidak lebih dari satu tahun sejak penandatanganan Nota
Kesepahaman ini, Pemerintah RI menyepakati dan akan memfasilitasi
pembentukan partai-partai politik yang berbasis di Aceh yang memenuhi
persyaratan nasional. Memahami aspirasi rakyat Aceh untuk partai-partai politik
lokal, Pemerintah RI, dalam tempo satu tahun atau paling lambat 18 bulan sejak
penandatangan Nota Kesepahaman ini, akan menciptakan kondisi politik dan
hukum untuk pendirian partai politik lokal di Aceh dengan berkonsultasi dengan
DPR (1.2.1. MoU Helsinksi)

Partai politik lokal adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok
warga negara Indonesia yang berdomisili di Aceh secara sukarela atas dasar
persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota,
masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Aceh (DPRA)/ Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota (DPRK),
Gubernur dan Wakil Gubernur, serta bupati dan wakil bupati/walikota dan wakil
walikota.( Pasal 1 ayat (2) PP Nomor 20 Tahun 2007)

Pemilihan lokal yang bebas dan adil akan diselenggarakan di bawah Undang-
Undang baru tentang penyelenggaraan pemerintahan di Aceh untuk memeilik
kepala Pemerintah Aceh dan pejabat terpilih lainnya pada bulan April 2006 serta
untuk memilih anggota legislative Aceh pada Tahun 2009 (1.2.3 MoU Helsinki)

Partisipasi penuh semua orang Aceh dalam pemilihan lokal dan nasional, akan
dijamin sesuai dengan konstitusi Republik Indonesia

Semua aksi kekerasan antara pihak-pihak akan berakhir selambat-lambatnya pada


saat penandatangan Nota Kesepahaman ini (4.1. MoU Helsinki)

LAMPIRAN 3
Thursday, March 30, 2006
SEJARAH SISTEM POLITIK INDONESIA

Materi Perkuliahan Sistem Politik Indonesia

Tanggal 28 Maret 2006

Oleh Uwes Fatoni, M.Ag

Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di
dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah
Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses
politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi fungsional yaitu proses aliran yang
berputar menjaga eksistensinya. Sistem politik merupakan sistem yang terbuka,
karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki tantangan dan
tekanan.

Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi pandangan
saja seperti dari sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa dilihat dari pendekatan
tradisional dengan melakukan proyeksi sejarah yang hanya berupa pemotretan
sekilas. Pendekatan yang harus dilakukan dengan pendekatan integratif yaitu
pendekatan sistem, pelaku-saranan-tujuan dan pengambilan keputusan

Proses politik mengisyaratkan harus adanya kapabilitas sistem. Kapabilitas sistem


adalah kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan.
Pandangan mengenai keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini berbeda
diantara para pakar politik. Ahli politik zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato
dan diikuti oleh teoritisi liberal abad ke-18 dan 19 melihat prestasi politik dikuru
dari sudut moral. Sedangkan pada masa modern sekarang ahli politik melihatnya
dari tingkat prestasi (performance level) yaitu seberapa besar pengaruh
lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan lingkungan
internasional.

Pengaruh ini akan memunculkan perubahan politik. Adapun pelaku perubahan


politik bisa dari elit politik, atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari
lingkungan internasional.

Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output. Proes
mengkonversi input menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).

Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik :

1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya
manusia. Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai
kemudian digunakan secara maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan
minyak tanah, pertambangan yang ketika datang para penanam modal
domestik itu akan memberikan pemasukan bagi pemerintah berupa pajak.
Pajak inilah yang kemudian menghidupkan negara.

2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah
sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti
sembako yang diharuskan dapat merata distribusinya keseluruh masyarakat.
Demikian pula dengan pajak sebagai pemasukan negara itu harus kembali
didistribusikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran pengawasan


tingkah laku individu dan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan.
Regulasi individu sering memunculkan benturan pendapat. Seperti ketika
pemerintah membutuhkan maka kemudian regulasi diperketat, hal ini
mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.

4. kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan


secara selektif membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin
diterima kebijakan yang dibuat pemerintah maka semakin baik kapabilitas
simbolik sistem.

5. kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan
output, output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh
masukan atau adanya partisipasi masyarakat sebagai inputnya akan menjadi
ukuran kapabilitas responsif.

6. kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah negara tidak bisa sendirian
hidup dalam dunia yang mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak negara
yang memiliki kapabilitas ekstraktif berupa perdagangan internasional.
Minimal dalam kapabilitas internasional ini negara kaya atau berkuasa
(superpower) memberikan hibah (grants) dan pinjaman (loan) kepada negara-
negara berkembang.

Ada satu pendekatan lagi yang dibutuhkan dalam melihat proses politik yaitu
pendekatan pembangunan, yang terdiri dari 2 hal:

a. Pembangunan politik masyarakat berupa mobilisasi, partisipasi atau


pertengahan. Gaya agregasi kepentingan masyarakat ini bisa dilakukans ecara
tawaran pragmatik seperti yang digunakan di AS atau pengejaran nilai yang
absolut seperti di Uni Sovyet atau tradisionalistik.

b. Pembangunan politik pemerintah berupa stabilitas politik

PROSES POLITIK DI INDONESIA


Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa dilihat dari
masa-masa berikut ini:

- Masa prakolonial

- Masa kolonial (penjajahan)

- Masa Demokrasi Liberal

- Masa Demokrasi terpimpin

- Masa Demokrasi Pancasila

- Masa Reformasi

Masing-masing masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari aspek :

 Penyaluran tuntutan

 Pemeliharaan nilai

 Kapabilitas

 Integrasi vertikal

 Integrasi horizontal

 Gaya politik

 Kepemimpinan

 Partisipasi massa

 Keterlibatan militer

 Aparat negara

 Stabilitas

Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis sebagai berikut :

1. Masa prakolonial (Kerajaan)

 Penyaluran tuntutan – rendah dan terpenuhi


 Pemeliharaan nilai – disesuikan dengan penguasa atau pemenang peperangan

 Kapabilitas – SDA melimpah

 Integrasi vertikal – atas bawah

 Integrasi horizontal – nampak hanya sesama penguasa kerajaan

 Gaya politik - kerajaan

 Kepemimpinan – raja, pangeran dan keluarga kerajaan

 Partisipasi massa – sangat rendah

 Keterlibatan militer – sangat kuat karena berkaitan dengan perang

 Aparat negara – loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah

 Stabilitas – stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang

2. Masa kolonial (penjajahan)

 Penyaluran tuntutan – rendah dan tidak terpenuhi

 Pemeliharaan nilai – sering terjadi pelanggaran ham

 Kapabilitas – melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah

 Integrasi vertikal – atas bawah tidak harmonis

 Integrasi horizontal – harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi

 Gaya politik – penjajahan, politik belah bambu (memecah belah)

 Kepemimpinan – dari penjajah dan elit pribumi yang diperalat

 Partisipasi massa – sangat rendah bahkan tidak ada

 Keterlibatan militer – sangat besar

 Aparat negara – loyal kepada penjajah

 Stabilitas – stabil tapi dalam kondisi mudah pecah


3. Masa Demokrasi Liberal

 Penyaluran tuntutan – tinggi tapi sistem belum memadani

 Pemeliharaan nilai – penghargaan HAM tinggi

 Kapabilitas – baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih potensial

 Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas

 Integrasi horizontal- disintegrasi, muncul solidarity makers dan administrator

 Gaya politik - ideologis

 Kepemimpinan – angkatan sumpah pemuda tahun 1928

 Partisipasi massa – sangat tinggi, bahkan muncul kudeta

 Keterlibatan militer – militer dikuasai oleh sipil

 Aparat negara – loyak kepada kepentingan kelompok atau partai

 Stabilitas - instabilitas

4. Masa Demokrasi terpimpin

 Penyaluran tuntutan – tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas

 Pemeliharaan nilai – Penghormatan HAM rendah

 Kapabilitas – abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju

 Integrasi vertikal – atas bawah

 Integrasi horizontal – berperan solidarity makers,

 Gaya politik – ideolog, nasakom

 Kepemimpinan – tokoh kharismatik dan paternalistik

 Partisipasi massa - dibatasi

 Keterlibatan militer – militer masuk ke pemerintahan


 Aparat negara – loyal kepada negara

 Stabilitas - stabil

5. Masa Demokrasi Pancasila

 Penyaluran tuntutan – awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena


fusi

 Pemeliharaan nilai – terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM

 Kapabilitas – sistem terbuka

 Integrasi vertikal – atas bawah

 Integrasi horizontal - nampak

 Gaya politik – intelek, pragmatik, konsep pembangunan

 Kepemimpinan – teknokrat dan ABRI

 Partisipasi massa – awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi

 Keterlibatan militer – merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI

 Aparat negara – loyal kepada pemerintah (Golkar)

 Stabilitas stabil

6. Masa Reformasi

 Penyaluran tuntutan – tinggi dan terpenuhi

 Pemeliharaan nilai – Penghormatan HAM tinggi

 Kapabilitas –disesuaikan dengan Otonomi daerah

 Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas

 Integrasi horizontal – nampak, muncul kebebasan (euforia)

 Gaya politik - pragmatik

 Kepemimpinan – sipil, purnawiranan, politisi


 Partisipasi massa - tinggi

 Keterlibatan militer - dibatasi

 Aparat negara – harus loyal kepada negara bukan pemerintah

 Stabilitas - instabil

Anda mungkin juga menyukai