Anda di halaman 1dari 18

MATERI TENTANG DEMOKRASI INDONESIA

NAMA KELOMPOK :
1. ASTRI SEFANYA KII (202215302009)
2. MARIA JOSEVA CLEMENSIA MILLA (202215302003)
3. SENERDILA DEDE NGARA (202215401003)
4. A.A AYU SINTYA DARANI (202213331002)
5. A.A ISTRI DINDA PERMATA DEWI (202215302007)

POLITEKNIK KESEHATAN KARTINI BALI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat serta Hidayah -Nya,sehingga kami masih dalam keadaan sehat.
Dan khususnya kami (penyusun) bisa menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis tentunya bertujuan untuk
menjelaskan atau memaparkan point-point dimakalah ini, sesuai dengan pengetahuan
yang kami peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain. Semoga
semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan atau kata-kata
didalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Denpasar,11 oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................................................4
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................................................................7
C. Perumusan Masalah....................................................................................................................................7
D. Tujuan Penelitian.........................................................................................................................................8
E. Manfaat Penelitian......................................................................................................................................8
BAB II...................................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN......................................................................................................................................................9
2.1 DEFINISI DEMOKRASI.................................................................................................................................9
2.2 Makna Demokrasi....................................................................................................................................12
2.3 DEMOKRASI PANCASILA SEBAGAIMANA DEMOKRASI DI INDONESIA......................................................13
2.4 PENTINGNYA PENDIDIKAN DEMOKRASI..................................................................................................15
BAB III................................................................................................................................................................ 17
PENUTUP...........................................................................................................................................................17
A. Kesimpulan................................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara demokrasi adalah negara yang kekuatan sejatinya bukan berada


di tangan negara atau dalam arti para elit pemerintahannya, tetapi terletak di
tangan segenap warga negaranya. Sesuai dengan konsep demokrasi,
“Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”, maka pemerintah
harus mampu menempatkan rakyat sebagai komponen utama dalam pembuatan
suatu kebijakan atau keputusan publik, yang berhubungan dengan kehidupan
rakyat banyak. Karena pada dasarnya, rakyatlah pemerintah itu sendiri.
Di negara demokrasi, rakyat bebas untuk memilih, untuk memenuhi
setiap kebutuhannya, bebas menentukan nasib sendiri, dan bebas untuk
berkembang sesuai dengan kemungkinan dan potensi yang ada dalam dirinya.
Oleh karena itu, tugas pokok negara demokrasi ialah mengembangkan segenap
potensi yang terdapat pada setiap warga negaranya dalam suasana yang damai
dan adil.
Dalam mewujudkan demokrasi, sangat diperlukan peranan politik untuk
membentuk sikap dan pikiran demokrasi bagi kalangan warga negara sebagai
sumber daya politik, agar tercapai suatu kreativitas atau partisipasi dalam
politik. Tingginya tingkat pendidikan dan kebudayaan yang dianut suatu
masyarakat akan menjadi barometer bagi pertumbuhan negara dan pemikiran
tentang politik dari masyarakat, dan akan menjadi pengaruh dalam
berkembangnya konsep demokrasi bagi negara bersangkutan. Sebab itulah

negara demokrasi, sangat berkepentingan dengan pendidikan seluruh warga


negaranya demi menanamkan norma-norma demokrasi dan ikut bertanggung
jawab atas diterapkannya asas demokrasi.
Sebagai negara merdeka dan berdaulat, Indonesia adalah salah satu
negara yang menganut asas demokrasi yang bertanggung jawab. Di negara
Indonesia, setiap warga negara bebas untuk berkumpul, berorganisasi, serta
memberikan pendapatnya. Melalui kebebasan yang bertanggung jawab segenap
warga negara memiliki hak untuk berkumpul dan berserikat guna mewujudkan
cita-cita politiknya secara nyata. Kesetaraan dalam politik merupakan prinsip
yang memungkinkan segenap warga negara berpikir dalam kerangka
kesederajatan sekalipun kedudukan, fungsi dan peran masing-masing berbeda.
Sebagai salah satu infrastrutur politik, kelompok kepentingan adalah
salah satu wadah bagi masyarakat untuk mewujudkan demokrasi. Pada
dasarnya pembentukan, pemeliharaan, dan pengembangan kelompok
kepentingan merupakan salah satu tempat atau wadah penerimaan hak bagi
warga negara untuk berkumpul, berserikat dan menyatakan pendapatnya.
Melalui kelompok kepentingan, rakyat dapat mewujudkan haknya untuk
mengatakan pendapat tentang arah kehidupan dan masa depannya dalam
bermasyarakat dan bernegara. Kelompok kepentingan merupakan wadah dan
komponen yang sangat penting dalam sistem politik yang demokrasi. Karena
melalui wadah ini, masyarakat dapat mempengaruhi kebijakan yang akan
dikeluarkan atau dibuat oleh para elit pemerintah.

Sejarah perkembangan dan peran kelompok kepentingan sangat berkaitan


dengan partisipasi politik, yang merupakan aspek penting yang akan
menunjukkan hubungan yang erat antara keberadaan warga masyarakat dengan
proses-proses politik. Kelompok kepentingan mempengaruhi kebijakan
pemerintah tanpa ada keinginan untuk memperoleg suatu jabatan publik.
Keputusan-keputusan politik yang akan dibuat dan dilaksanakan oleh
pemerintah akan menyangkut dan mempengaruhi kehidupan setiap warga.
Oleh karena itu, warga masyarakat berhak ikut serta dalam menentukan isi
keputusan politik tersebut. Partisipasi politik dapat diartikan sebagai
keikusertaan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan politik.

Fungsi utama kelompok kepentingan sebagai infrastruktur politik, ialah


mempengaruhi pembuatan kebijakan publik. Selain itu, masih ada beberapa
fungsi dari kelompok kepentingan. Gabriel Almond dalam Arifin (2002: 66)
menyatakan bahwa: “Fungsi kelompok kepentingan adalah sebagai sarana
untuk melakukan antara lain, sosialisasi politik dan rekrutmen, artikulasi
kepentingan, agregasi kepentingan, serta komunikasi politik”.
Setiap anggota masyarakat perlu dan harus punya cara hidup dan cara
pikir sesuai dengan tatanan yang ada pada masyarakat, dan pada negara di
mana individu itu menjadi warga negara. Maka masyarakat harus belajar untuk
memahami dan menghayati tatanan itu. Apabila seseorang itu ingin belajar
memahami dan menghayati tatanan yang berkaitan dengan politik, maka
seseorang itu harus mengalami sosialisasi politik.
Herbert H. Hyman dalam Subiakto (2012: 57) mengatakan bahwa:
“Sosialisasi Politik adalah proses belajar dari pengalaman warga masyarakat
atau subkelompok, yang secara langsung relevan bagi stabilitas sistem politik
dan yang kemudian menghasilkan keragaman dan bentuk-bentuk institusional
dari pengawasan”.
Selanjutnya Graber dalam Subiakto (2012: 57) menyatakan bahwa:
“Sosialisasi politik adalah sebagai proses ketika orang mempelajari struktur
dan faktor lingkungan, sekaligus mempelajari dan menginternalisasi aturanaturan dan
perilaku mengenai kehidupan politik”. Jadi, sosialisasi
mempengaruhi kualitas interaksi antara masyarakat dengan pemerintah.
Proses sosialisasi berjalan seumur hidup. Berkembang melalui keluarga,
sekolah, tempat kerja, organisasi massa, organisasi keagamaan, serta partai
politik. Sosialisasi politik juga menjadi penghubung yang mensosialisasikan
nilai-nilai politik generasi yang satu ke generasi yang lain. Di sinilah letak
kelompok kepentingan dalam memainkan peran sebagai sarana sosialisasi
politik. Pelaksanaan fungsi sosialisasinya, dilakukan melalui berbagai cara,
yaitu melalui media massa, ceramah-ceramah, penerangan, kursus kader,
penataran, dan sebagainya.
Ada lagi yang lebih tinggi nilainya, apabila kelompok kepentingan dapat
menjalankan fungsi sosialisasi yang satu ini, yakni mendidik anggotaanggotanya
menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai
warga negara dan menempatkan kepentingannya sendiri di bawah kepentingan

nasional, dan selalu memupuk identitas nasional dan integrasi nasional. Ini
adalah tugas lain dalam kaitannya dengan sosialisasi politik.
Dalam hal ini, kelompok-kelompok kepentingan di Indonesia sangatlah
berperan untuk melaksanakannya semaksimal mungkin. Khususnya pada
organisasi Sentral Organisasi Karyawan Swadiri (SOKSI). Sebagai salah satu
kelompok kepentingan atau organisasi masa yang mendukung salah satu partai
besar di negara Indonesia, yaitu partai politik Golongan Karya (GOLKAR),
SOKSI mempunyai peran penting dalam melaksanakan sosialisasi politik, agar
dapat mempengaruhi pembuatan kebijakan publik.
Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) dilahirkan di
Jakarta pada tanggal 20 Mei 1960 oleh Mayor Inf, TNI-AD Suhardiman,
dengan dilandasi keyakinan dan kesadaran yang mendalam akan keluhuran
serta kebenaran cita-cita perjuangan dalam rangka mewujudkan masyarakat
sejahtera sebagai pengamalan Pancasila.
Dalam buku Hasil Musyawarah Nasional IX Sentral Organisasi
Karyawan Swadiri (SOKSI) Tahun 2010, Nomor: VI/MUNAS/SOKSIIX/V/2010,
SOKSI mempunyai visi dan misi. SOKSI diharapkan mempunyai
peran dan pengaruh besar dalam berkembangya dunia politik di Indonesia dan
dapat mempengaruhi proses pembuatan keputusan dan kebijakan publik.
SOKSI dapat menjalankan visi-misinya sesuai dengan fungsi-fungsi kelompok
kepentingan sebagai salah satu infrastrukur politik. Khususnya dapat
menjalankan perannya dalam melaksanakan sosialisasi politik. Karena hal
inilah, maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian, dengan mengangkat

judul “Peran SOKSI Sebagai Kelompok Kepentingan dalam


Melaksanakan Sosialisasi Politik (Studi Kasus di Kantor Depidar II
SOKSI Medan).

B. Identifikasi Masalah
Agar penelitian yang dilakukan lebih jelas dan terarah, maka perlu
dirumuskan ruang lingkup masalah yang sudah jelas, agar penelitian dapat
dilakukan secara lebih mendalam. Berdasarkan dari latar belakang masalah di
atas maka Penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini antara lain :

1. Pengertian demokrasi indonesia dalam politik dalam negri.


2. Makna yang terkandung di dalam demokrasi indonesia.
3. Fungsi demokrasi pancasila sebagaimana demokrasi di indonesia.
4. Pentingnya peran pendidikan demokrasi di indonesia.

C. Perumusan Masalah
Di dalam penelitian perlu ditegaskan masalah yang akan diteliti. Hal ini
sesuai dengan pendapat Iskandar (2010: 243), yaitu: “Rumusan masalah
merupakan uraian dari masalah-masalah yang dimunculkan dalam latar
belakang sebelumnya, dan rumusan masalah sebaiknya dinyatakan dengan
kalimat pertanyaan atau pernyataan”.
Jadi untuk menghindari timbulnya salah pengertian yang terlalu jauh
terhadap masalah yang dibicarakan, maka Penulis mengemukakan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran demokrasi indonesia dalam kepentingan
melaksanakan sosialisasi politik?
2. Bagaimanakah manfaat demokrasi pancasila dalam lingkungan masyarakat?
D. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian mempunyai tujuan, yang akan menjadi arah dan sasaran
yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian. Adapun yang menjadi
tujuan dilaksanakannya penelitian ini ialah:
1. Untuk mengetahui tentang peran demokrasi dalam melaksanakan sosialisasi politik.
2. Untuk mengetahui mengenai manfaat demokrasi terhadap kepentingan masyarakat.

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini, Penulis sangat mengharapkan


dapat memberi manfaat, yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, ilmu serta
pengetahuan Penulis tentang bagaimana sebenarnya peran demokrasi indonesia
sebagai kepentingan dalam melaksanakan sosialisasi politik.
2. Sebagai bahan masukan dan referensi untuk penulisan berikutnya kepada
mahasiswa yang ingin mengangkat masalah tentang peran kelompok
kepentingan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI DEMOKRASI

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting


secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara
bebas dari masyarakat dewasa.emokrasi ialah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya
memiliki hak yang sama untuk pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Demokrasi mengizinkan warga negara ikut serta—baik secara langsung atau melalui perwakilan—
dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial,
ekonomi, adat dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan
setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik
dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan martabat
manusia.Landasan demokrasi mencakup kebebasan berkumpul, kebebasan berserikat dan kebebasan
berbicara, inklusivitas dan kebebasan politik, kewarganegaraan, persetujuan dari yang terperintah,
hak suara, kebebasan dari perampasan pemerintah yang tidak beralasan atas hak untuk hidup,
kebebasan, dan kaum minoritas.

Kata ini berasal dari bahasa Yunani Kuno δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan rakyat",] yang
terbentuk dari δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan" pada Abad
ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena Klasik; kata ini
merupakan antonim dari wikt:ἀριστοκρατία (aristocratie) "kekuasaan elit". Secara teoretis, kedua
definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak jelas lagi.Sistem politik
Athena Klasik, misalnya, memberikan kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas dan
tidak menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi politik. Di semua pemerintahan demokrasi
sepanjang sejarah modern, kewarganegaraan demokratis tetap ditempati kaum elit sampai semua
penduduk dewasa di sebagian besar negara demokrasi modern benar-benar bebas setelah perjuangan
gerakan hak suara di mulai pada abad ke-19 hingga sekarang. Kata demokrasi (democracy) sendiri
sudah ada sejak Abad ke-16 se-jaman dengan sultan banten Abdul Mahasin Muhammad Zainal
Abidin, Democracy berasal dari bahasa Prancis Pertengahan dan bahasa Latin Pertengahan lama.
Tahun Masehi di mulai dari 570 Masehi. Konsep demokrasi lahir dari Yunani kuno yang dipraktikkan
dalam hidup bernegara antara Abad ke-4 Sebelum Masehi sampai dengan Abad ke-6 SM. Demokrasi
yang dipraktikkan pada waktu itu adalah demokrasi langsung, artinya hak rakyat untuk membuat
keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga negara.

Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaannya


dipegang satu orang, seperti monarki. Yang berasal dari filosofi Yunani ini.sekarang tampak ambigu
karena beberapa pemerintahan kontemporer mencampur aduk elemen-elemen demokrasi, oligarki,
dan monarki. Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang berbeda dengan
kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi masyarakat untuk mengendalikan
para pemimpinnya yang tidak jujur atau tidak dapat dipercaya dan memberhentikan mereka tanpa
perlu melakukan revolusi.

Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya menjelaskan cara
seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang pertama adalah demokrasi
langsung, yaitu semua warga negara berperan langsung dan aktif dalam pengambilan keputusan
pemerintahan. Di kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh rakyat masih merupakan satu
kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak langsung melalui
perwakilan; yang disebut demokrasi tidak langsung.Abraham Lincoln
Demokrasi adalah sebuah hal yang didasari oleh rakyat. Abraham Lincoln menjelaskan bahwa
demokrasi adalah sebuah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
C.F. Strong
Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana mayoritas rakyat berusia dewasa turut serta dalam
politik atas dasar sistem perwakilan, yang kemudian menjamin pemerintahan
mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan keputusannya.
Haris Soche
Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan rakyat, karenanya dalam kekuasaan pemerintahan terdapat
porsi bagi rakyat atau orang banyak untuk mengatur, mempertahankan dan melindungi dirinya dari
paksaan orang lain atau badan yang bertanggung jawab memerintah.
Montesquieu
Kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda dan
terpisah satu sama lainnya, yaitu pertama, legislatif yang merupakan pemegang kekuasaan untuk
membuat undang-undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan dalam melaksanakan undang-
undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan
undang-undang. Dan masing-masing institusi tersebut berdiri secara independen tanpa dipengaruhi
oleh institusi lainnya.
Affan
Demokrasi sendiri terbagi menjadi dua definisi yang pertama jika diartikan secara normatif, adalah
demokrasi yang secara ideal ingin diwujudkan oleh negara, sementara secara empiris adalah
demokrasi adalah perwujudannya dunia politik
Aristoteles
sebuah kebebasan setiap warga negara. Kebebasan tersebut digunakan untuk saling berbagi
kekuasaan. Menurut Aristoteles, demokrasi adalah suatu kebebasan, prinsip demokrasi adalah
kebebasan. Hal itu karena hanya melalui kebebasanlah, setiap warga negara dapat saling berbagi
sebuah kekuasaan di dalam negaranya sendiri
Sejarah singkat Sepanjang masa kemerdekaannya, bangsa Indonesia telah mencoba menerapkan
bermacam-macam demokrasi. Hingga tahun 1959, dijalankan suatu praktik demokrasi yang
cenderung pada sistem Demokrasi Liberal, sebagaimana berlaku di negara-negara Barat yang bersifat
individualistik. Pada tahun 1959-1966 diterapkan Demokrasi Terpimpin, yang dalam praktiknya
cenderung otoriter. Mulai tahun 1966 hingga berakhirnya masa Orde Baru pada tahun 1998
diterapkan Demokrasi Pancasila. Model ini pun tidak mendorong tumbuhnya partisipasi rakyat.
Sesudah bergulirnya reformasi pada tahun 1998, kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat,
kebebasan memilih, kebebasan berpolitik dan lain-lain semakin bebas.

Periode Demokrasi Parlementer (1945-1965) Periode ini merupakan awal perkembangan demokrasi
di Indonesia. Namun sayangnya demokrasi pada periode ini tidak mempunyai modal cukup untuk
menjadi mapan dalam implementasinya, entah dalam teori, konsep dan praktiknya. Demokrasi pada
periode ini hanya menjadi pemersatu dan alat koalisi antar suku dan agama yang beragam di
Indonesia untuk dapat menjadi bangsa. Namun demokrasi parlementer ini ternyata kurang begitu
cocok diterapkan di Indonesia karena dalam prosesnya timbul banyak perpecahan politik dan partai-
partai politik yang mendominasi terpecah belah. Sehingga Demokrasi Parlementer ini digantikan
menjadi Demokrasi Terpimpin (Guided Democracy).

Periode Demokrasi Terpimpin / Orde Lama (1959-1965) Ciri-ciri demokrasi ini adalah dominasi
politik presiden dan berkembangnya pengaruh komunis dan peranan tentara (ABRI) dalam panggung
politik nasional.3 Dominasi kekuasaan politik presiden pada saat itu terbukti melahirkan tindakan dan
kebijakan yang menyimpang dari ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. Misalnya, pada tahun 1960
Presiden Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) padahal dalam hal ini presiden
tidak memiliki wewenang. Namun sejak pada tahun 1959 diberlakukannya dekrit presiden, setelah itu
banyak penyimpangan konstitusi oleh presiden atas dasar dominasi kekuatan politik presiden. Akhir
dari sistem demokrasi terpimpin Soekarno yang berakibat pada perseteruan politik ideologis antara
PKI dan TNI adalah peristiwa berdarah yang dikenal denga Gerakan 30 September 1965 (G 30 S
PKI)

Periode Demokrasi Pancasila / Orde Baru (1965-1998) Periode ini merupakan masa pemerintahan
Presiden Soeharto yang disebut masa Orde Baru. Sebutan Orde Baru merupakan kritik terhadap
periode sebelumnya, Orde Lama. Demokrasi Pancasila pada periode ini secara garis besar
menawarkan tiga komponen demokrasi. Pertama, menegakkan kembali asas-asas negara hukum dan
kepastian hukum. Kedua, mengutamakan kehidupan yang layak bagi semua warga negara. Ketiga,
pengankuan dan perlindungan HAM, peradilan yang bebas dan tidak memihak. Namun ternyata
tawaran-tawaran Demokrasi Pancasila hanya retorika politik belaka, sehingga terjadi
ketidakdemokratisan pernguasa Orde Baru yang ditandai oleh :

1.Dominannya peranan militer (ABRI);


2.Birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik;
3. peran dan fungsi partai politik;
4.campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai politik dan publik;
5.politik masa mengambang;
6.Monolitisasi ideologi negara;
7.Inkorporasi (peleburan) lembaga nonpemerintah.
Periode Pasca Orde Baru / Reformasi (1998 – sekarang) Periode pasca Orde Baru ini disebut Era
Reformasi. Dalam periode ini tuntutan-tuntutan rakyat mengenai pelaksanaan demokrasi dan HAM
harus lebih konsekuen. Tuntutan ini berawal dari lengsernya Presiden Soeharto yang telah menjabat
selama tiga puluh tahun lamanya dengan Demokrasi Pancasilanya. Dalam periode ini cita-cita dari
demokrasi yang mapan dan menjunjung tinggi HAM menjadi tantangan utama, sehingga dalam
periode ini banyak terjadinya perombakan baik secara aturan, fungsi dan institusi. Wacana demokrasi
pada pasca Orde Baru atau Era Reformasi erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat madani
(civil society) dan penegakan HAM secara sungguh-sungguh serta mengembalikan kedaulatan
sesungguhnya kepada rakyat.

Hingga saat ini, demokrasi masih menjadi nilai penting dalam kehidupan bermasyarakat dan
berpolitik di Indonesia. Nilai-nilai demokrasi pun juga ditanamkan melalui pendidikan di sekolah.
Seperti yang dilaporkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2021), Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Anindito Aditomo menyatakan bahwa demokrasi
ditanamkan di sekolah dengan menyediakan suasana yang terbuka dan mendukung siswa untuk
berani berpikir mandiri dan berpendapat. Hal itu pun dapat diterapkan.
2.2 Makna Demokrasi

Sebelum menjelaskan apa itu makna demokrasi, alangkah baiknya kita mengetahui apa pengertian
dari demokrasi. Yang pertama dari Abraham Lincoln, yang sudah kita paparkan sebelumnya, di mana
dia menjelaskan bahwa demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk
rakyat. Kemudian Aristoteles, seorang filsuf asal Yunani, menjelaskan bahwa demokrasi adalah
kebebasan setiap warga negara untuk saling berbagi kekuasaan. Dari pengertian yang disebutkan oleh
Aristoteles, dirinya juga mengemukakan makna demokrasi sebagai suatu kebebasan, atau prinsip
demokrasi ialah kebebasan. Ini karena hanya melalui kebebasanlah setiap warga negara bisa saling
berbagi kekuasaan di dalam negaranya.

Filsuf dan ahli hokum asal Austria, Hans Kelsen, menjelaskan bahwa demokrasi adalah
pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang melaksanakan kekuasaan negara ialah wakil-wakil
rakyat yang terpilih. Di mana rakyat telah yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan
diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan Negara. Joseph A. Schemer juga menjelaskan bahwa
demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di mana
individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara
rakyat.

Dari beberapa pengertian tersebut, terlihat jelas jika rakyat memegang peran penting untuk
berjalannya sistem demokrasi. Dalam sistem demokrasi, rakyat mendapatkan kebebasan dalam
menjalankan aktivitasnya, termasuk kebebasan dalam beraktivitas politik tanpa adanya tekanan dari
pihak mana pun. Dilansir dari tulisan pada laman repository.uinsu.ac.id, makna demokrasi sebagai
dasar hidup bermasyarakat dan bernegara mengandung arti bahwa rakyatlah yang memberikan
ketentuan dalam masalah-masalah mengenai kehidupannya termasuk dalam menilai kebijakan negara,
karena kebijakan tersebut akan menentukan nasib hidup rakyat. Dengan demikian, negara yang
menganut sistem demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan
rakyat.
2.3 DEMOKRASI PANCASILA SEBAGAIMANA DEMOKRASI DI INDONESIA

Pengertian Demokrasi Pancasila

. Pengertian demokrasi Pancasila bisa dilihat secara khusus dan umum. Secara khusus, pengertian
demokrasi ini dapat dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa demokrasi Pancasila
adalah demokrasi yang berdasarkan sila Pancasila yang dilihat sebagai suatu keseluruhan yang utuh.
Sedangkan secara umum pengertian dari demokrasi Pancasila adalah sebuah paham  demokrasi yang
dilandasi oleh prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pancasila. Demokrasi ini merupakan paham yang
telah diyakini oleh masyarakat Indonesia dari masa lalu. Sedangkan konsep pemahaman demokrasi
ini jelas berasal dari asas-asas yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila memang merupakan gambaran jelas yang mewakili ciri bangsa Indonesia dari zaman dulu
hingga saat ini. Secara garis besar, Pancasila merupakan hasil dari pemikiran dan perumusan yang
diterapkan pada seluruh aspek kehidupan masyarakat dan telah diberlakukan sejak zaman dulu.
Sebagai salah satu tokoh Indonesia, Bung Hatta telah berperan besar dalam tercetusnya Pancasila
yang hingga saat ini diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari yang dibahas pada buku Moh Hatta-
Demokrasi Pancasila.
Pengertian Demokrasi Pancasila Menurut Para Ahli

Prof. Notonegoro
Prof Notonegoro mengtakan bahwa demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berperikemanusiaan yang adil dan beradab, mempersatukan Indonesia, dan berkeadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Drs.C.S.T.Kansil, SH.
Drs.C.S.T. Kansil, SH mengatakan bahwa demokrasi Pancasila adalah suatu kerakyatan yang
dipimpin leh kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, kemudian sila keempat dari
dasar negara Pancasila sudah tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945 aline ke-4.

Prof. Dardji Darmo Diharjo


Menurut Prof. Dardji  Darmo Diharjo, demokrasi Pancasila adalah suatu paham demokrasi yang
sumbernya berasal dari kepribadian dan falsafah hidup dari bangsa Indonesia, kemudian
perwujudannya sudah tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945.

7 Landasan Pokok Demokrasi Pancasila

Negara Indonesia yang menganut sistem pemerintahan demokrasi Pancasila memiliki tujuh sendi
pokok yang menjadi landasannya. Adapun tujuh landasan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Indonesia merupakan negara yang berdasarkan hukum


Semua tindakan warga negaranya harus berlandaskan hukum. Persamaan kedudukan dalam hukum
bagi masyarakat negara ini harus jelas dan tercermin di dalamnya.

2. Negara Indonesia menganut sistem konstitusional


Pemerintah negara Indonesia beraktivitas berdasarkan sistem konstitusional atau hukum dasar yang
tidak bersifat absolut. Dalam artian kekuasaan pemerintah tidak bersifat mutlak dan terbatas. Sistem
konstitusional di sini menegaskan bahwa kegiatan pemerintah itu dibatasi dan dikendalikan oleh
undang-undang.

Prinsip Demokrasi Pancasila


1. Melindungi dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
2. Setiap keputusan yang diambil berdasarkan hasil musyawarah
3. Adanya badan peradilan yang merdeka, dalam artian terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah dan kekuasaan lembaga lainnya
4. Memiliki partai-partai politik dan organisasi sosial politik, karena lembaga-lembaga tersebut
sebagai tempat masyarakat menyalurkan aspirasinya.
5. Adanya pelaksanaan pemilihan umum
6. Kedaulatan negara berada di tangan rakyat dan pelaksanaannya sesuai dengan Undang-
Undang Dasar 1945
7. Adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban
8. Adanya pelaksanaan kebebasan yang tetap bertanggung jawab kepada Tuhan YME, individu,
masyarakat dan juga negara.
9. Mendukung serta menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional
10. Adanya penjelasan mengenai pemerintahan dalam UUD, seperti berikut ini:

–  Indonesia merupakan negara hukum dan bukan negara yang hanya berdasarkan kekuasaan belaka
–  Pemerintah negara ini berjalan berdasar sistem hukum dasar yang tidak bersifat absolut
–  Kekuasaan tertinggi negara berada di tangan rakyat.
Dengan adanya perkembangan zaman saat ini, kita menjadi melihat banyaknya masalah serta
ancaman yang merusak nilai-nilai demokrasi pancasila ini. Cara penyelesaian permasalahannya dapat
kamu pelajari pada buku Demokrasi, Agama, Pancasila-Catatan Sekitar Perpolitikan.
2.4 PENTINGNYA PENDIDIKAN DEMOKRASI

1. Pengertian Pendidikan Demokrasi

Secara harfiah, demokrasi didefinisikan sebagai jenis sistem pemerintahan (Lane dan
Errson:2003), aturan kelembagaan dalam mengambil keputusan politik (Hague dan Harrop:2000),
dan sistem politik (Zartman:2000). Demokrasi juga merupakan alat untuk melindungi yang dipimpin
dari penyalahgunaan kekuasaan (Berry:1989). Dalam pengertian luas, demokrasi dipahami sebagai
cara hidup, seperti sikap toleran, kesediaan mendengar dan menerima pendapat orang lain (Print,
Orstrom dan Nielson:2002), menerima kerja sama dengan cara yang adil (Abdi, Ellis; and
Shizha:2005). Selebihnya, demokrasi merupakan pandangan/keyakinan bahwa tidak ada seorang pun
yang memiliki kedudukan istimewa di muka hukum (Levinger:2000). Demokrasi pendidikan juga
dipahami sebagai pendidikan yang berpijak pada nilai-nilai demokratis (Freire:1984; Girox:1997,
2001a, 2001b) dan pedagogy of hope (Freire:1970). Pendidikan demokratis merupakan pembelajaran
yang dibangun untuk mewujudkan lingkungan yang kritis dan aman, menghidupkan dialog, dan
keikusertaan seluruh pihak (Barber:2001).
Pendidikan demokratis acap kali disepadankan dengan pendidikan inklusif (Santora:2006). yang
dimanifestasikan melalui pembukaan akses pendidikan bermutu bagi setiap warga bangsa dengan
latar belakang beragam, juga pendidikan demokratis merupakan proses dan lingkungan pembelajaran
yang dirancang untuk memelihara kelangsungan kehidupan yang demokratis, pengembangan sikap
tanggung jawab dalam masyarakat, ketaatan terhadap perilaku etis, dan penanaman cara pandang luas
atau global (Pryor & Pryor:2005), selain sebagai pembelajaran tentang proses demokratis dalam
pengelolaan pemerintahan (Kyle & Jencks:2002).
Demokrasi pendidikan diwujudkan dalam sekolah/pembelajaran demokratis. Sekolah demokratis
dicirikan dengan keterlibatan stakeholder (guru, murid, pimpinan sekolah, staf, dan orangtua
murid/masyarakat) dalam hal-hal yang berkaitan dengan tata kelola sekolah (school governance) dan
pembuatan keputusan pendidikan (sekolah) yang seharusnya dipandu dengan nilai-nilai dan melalui
proses yang demokratis (Apple & Beane:1995).
Dalam sekolah demokratis, peserta didik dilibatkan dalam penyelenggaraan sekolah, seperti
penentuan pembelajaran, memilih apa yang ingin dipelajari menurut rangkaian waktu dan
kepemimpinan (Crippen:2005). Kepemimpinan dibangun atas perkhidmatan kepada publik (servant
leadership). Seorang pimpinan sekolah mempunyai 10 ciri utama, antara lain mempunyai komitmen
yang tinggi untuk mendengar orang lain dan empati; menjadi baik untuk dirinya dan orang (saleh
secara pribadi dan secara sosial); kemampuan melihat lebih jauh dan melakukan perubahan (inovasi),
transparan, jujur, dan konsisten (istikamah) untuk mendorong partisipasi peserta didik dan unsur
lainnya dalam Komunitas belajar.

Pendidikan Demokrasi

2. Peran Pendidikan Demokrasi

Seperti halnya demokrasi, pendidikan demokrasi secara substantif bukan semata keterlibatan
publik dalam elektoral, seperti pilkada, pileg (Fachruddin:2006). Pendidikan demokrasi memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk meraih (a) pengetahuan, (b) keterampilan, (c) sikap, dan (d)
nilai-nilai yang berkaitan dengan berbudaya demokratis (Naval et all:2002). Pendidikan demokrasi
membentuk warga negara 'politik', warga negara yang percaya, setia, menjunjung tinggi, dan
mendukung prinsip-prinsip dasar demokrasi, dan menjadi warga negara yang efektif atau melek
politik (Pring: 1999). Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangakan demokrasi kini
dan kedepan, yakni kohesivitas sosial dan integrasi masyakarat. Karenanya, pendidikan demokrasi
secara hakiki ialah menumbuhkan sikap kesediaan berbagi dalam menghadapi persoalan yang muncul
dalam masyarakat, budaya, ekonomi, politik dan lain (Biesta:2011) sehingga demokrasi bukan semata
bentuk pemerintahan, melainkan juga merupakan bentuk kesediaan berbagi dalam kehidupan sosial
(Dewey, 1915. 2004: 104; Katz, Verducci, Biest, 2008). Wallahualam.
3. Tujuan Pendidikan Demokrasi
Pendidikan demokrasi bertujuan mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis dan bertindak
demokratis, melalui aktivitas menanamkan pada generasi baru yang menyadari akan tiga hal.
Pertama, demokrasi adalah bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak-hak warga
negara. Kedua, demokrasi adalah suatu learning process yang tidak dapat begitu saja meniru dari
masyarakat lain. Ketiga, kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan menstransformasikan
nilai-nilai demokrasi (kebebasan, persamaan dan keadilan, serta loyal kepada sistem politik yang
bersifat demokratis. Tujuan pendidikan demokrasi adalah mempersiapkan warga masyarakat berfikir
kritis, dan berperilaku demokratis. Persoalan yang muncul yaitu mungkinkan pendidikan demokratis
dapat diselenggarakan dalam suasana sekolah yang birokratis, hierarkis-sentralistis dan elitis, seperti
sekolah yang ada saat ini. Terselenggara dan keberhasilan pendidikan demokrasi memerlukan
reformasi di bidang pendidikan yang berkaitan dengan kebebasan akademik, kebhinnekaan
pendidikan, dan perombakan materi pendidikan civics. Maka, Demokrasi pendidikan adalah suatu
pandangan yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan tenaga pendidik yang
sama dan adil kepada semua siswanya tanpa membeda-bedakan dalam segala aspek dalam kegiatan
pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Demokrasi pendidikan memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap individu dalam bidang pendidikan tanpa membeda-bedakan
agama, suku, ras, dan juga status sosial sehingga individu memiliki kesempatan untuk mengutarakan
pendapatnya, mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui pendidikan. (Zahrawati & Faraz,
2017).

.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Transisi di negeri ini dalam banyak hal justru memperkuat struktur elite tradisional daripada
menyingkirkan mereka. Bahkan, kebanyakan dari mereka berhasil mengkonversikan otoritas itu
untuk melakukan perlibatan politik (political engagement) secara efektif di wilayah publik. Ortodoksi
agama dan adat adalah dua sumber otoritas tradisional yang kerap kali dipakai untuk menghidupkan
peran publik elite tradisional di wilayah masyarakat dan Negara. Ajaran demokrasi mendiktekan
pemisahan yurisdiksi otoritas Negara dan masyarakat. Tiadanya prinsip-prinsip Negara modern yang
berbasis pada ajaran demokrasi mengakibatkan kaburnya batas wilayah publik dan privat. Selama
hampir sepuluh tahun untuk melampaui batas otoritas atau tidak melakukan kewajiban yang
diharuskan oleh otoritas masing-masing.
2. Menurut Akbar Tandung, Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang mengutamakan
musyawarah mufakat tanpa oposisi dalam doktrin Manipol USDEK disebut pula sebagai demokrasi
terpimpin merupakan demokrasi yang berada dibawah komando Pemimpin Besar Revolusi kemudian
dalam doktrin repelita yang berada dibawah pimpinan komando Bapak Pembangunan arah rencana
pembangunan daripada suara terbanyak dalam setiap usaha pemecahan masalah atau pengambilan
keputusan, terutama dalam lembagalembaga negara. Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi
konstitusional dengan mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dan
penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi yaitu Undang-Undang 61 Dasar 1945. Sebagai
demokrasi pancasila terikat dengan UUD 1945 dan pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.
3. Menurut Akbar Konsep Demokrasi telah dijadikan dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Kemajemukan politik dan munculnya pusatpusat kekuasaan baru di luar Negara berimbas bagi
Indonesia, telah menjadi ciri kepolitikan Indonesia mutakhir. Bila di masa lalu sentralisasi kekuasaan
sangat dominan dalam setiap pengambilan keputusan, sekarang tidak lagi. Fenomena strong state
sekarang digantikan oleh strong society, dan negara yang dahulu diwarnai oleh strong leader pun
dewasa ini telah digeser oleh weak leader. Indonesia harus secara terus menerus membangun budaya
demokrasi melalui pendidikan politik yang baik dan sosialisasi nilai-nilai demokrasi ke tengah-tengah
masyarakat, juga harus menmbangun suatu demokrasi yang paling workable diterapkan di Indonesia.
Artinya, demokrasi yang dapat befungsi dengan baik, yang menjamin stabilitas politik terpeliharanya
kesatuan dan persatuan bangsa, memungkinkan pemerintah mampu menjalankan fungsinya secara
maksimal untuk memberikan pelayanan dan perlindungan yang maksimal kepadamasyarakat, dan
mengayomi rakyat.
4. Menurut Akbar Tandjung Secara umum sistem demokrasi Indonesia yang berjalan melalui pemilu
telah berjalan lancar dan aman. Kehadiran partaipartai dalam jumlah yang sangat besar dengan
antusiasme yang kelewat tinggi telah memberi warna dan aroma tersendiri dalam pemilu ini. Kinerja
partai masih bersifat euphoria sehingga kampanye pemilu yang mestinya mejadi media sosialisasi dan
pendidikan politik dalam rangka substansiasi nilai-nilai demokrasi, ternyata sekedar menjadi medan
show of force dan hura-hura 62 semata. Tetapi bagaimanapun juga pemilu sistem multipartai ini
merupakan langkah awal yang memiliki makna signifikan untuk mengisi trasnsisi demokrasi ini.
Walau adanya tidak tegaknya Rule of The Game, kita menghadapi banyak sekali aksi-aksi politik
yang melawan hukum, undangundang dan peraturan-peraturan (rule of the game) yang berlaku,
ironisnya adalah tindakan-tindakan ini yang sebagian akan dikemukakan di bawah justru dilakukan
oleh sementara partai politik peserta pemilu sendiri di depan hidung PANWASLU yang nota bene
memegang otoritas pengawasan, juga KPU dan Komite Pengawas Pemilu juga. kinerja KPU dengan
penuh keprihatinan yang mendalam, KPU bukan hanya terkesan tidak netral dan independen,
melainkan juga terkesan tidak professional, cara kerjanya kurang sistematis, tidak ada pilihan
prioritas, kurang efektif dan efisien, dan banyak yang sulit dipahami. Masyarakat misalnya, bertanya-
tanya mengapa perhitungan begitu berjalan lamban? Lebih daripada itu untuk keperluan apa
perhitungan mesti dilakukan di tingkat nasional, sementara semua orang tahu bahwa dalam pemilu
1999 ini sistem perhitungan suara dan pembagian kursi adalah berbasis di Derah Tingkat I. Dan oleh
karena besarnya bilangan pembagi masing-masing Daerah Tingkat I berbeda-beda sesuai dengan
jatah kursi yang tersedia untuk suatu daerah, lalu untuk apa dan apa relevansinya memprioritaskan
pengumpul dan perhitungan suara di tingkat nasional? Mengapa perhitungan suara tidak
diprioritaskan di Derah Tingkat I saja?.
DAFTAR PUSTAKA

Amal Ichlasul. 1996. Teori-teori Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta: PT Tiara


Wacana
Crouch, Herbert. 2001. Militer & Politik di Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan
Gottschalk, Louis. 2008. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia (UIPress)
Haris, Syamsuddin. Demokratisasi Partai dan Dilema Sistem Kepartaian
Indonesia
Heywoods, Andrew. Ideologi Politik: Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Ismawati, I. 2013. Pengertian Sistem Politik Indonesia
Kamaluddin, Undang. 2015 Dinamika Politik di Indonesia Perjalanan Politik
Sejak Orde Lama Hingga Reformasi, Bandung: Pustaka Setia.
Kartodirdjo, Sartono. 1975 Sejarah Nasional Indonesia, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Karim, Rusli. 1993. Perjalanan Partai Politik di Indonesia, Sebuah Potret Pasang
Surut, Jakarta: Rajawali Pers
Mahfud. 2014 Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers.
Makki, Ali. 2013. Perbandingan Sistem Politik Pada Masa Demokrasi Liberal
dan Demokrasi Terpimpin Tahun 1950-1965. Jember: Universitas Jember
Nasution, Adnan Buyung. 2001. Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di
Indonesia; Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959. Jakarta: Grafiti
Notosusanto, Nugroho. 1984. Pejuang dan Prajurit, Jakarta: Sinar Harapan.
Purwono, Dwi. 2015. Peranan Mohammad Natsir Pada Masa Demokrasi
Parlementer Tahun 1950-1958. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta
Reeve, David. 2013. Golkar Sejarah Yang Hilang Akar Pemikiran dan Dinamika,
Jakarta: Komunitas Bambu.
Reichart, Daniel. 2011. Melacak Jejak Dan Prospek Sosial Demokrasi di
Indonesia. Jurnal Sosial Demokrasi. Vol 11. Perkumpulan Sosdem
Indonesia
Riawan, Yosep. 2016. Kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal
1950-1959. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma

Anda mungkin juga menyukai