Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SISTEM POLIK INDONESIA

BUDAYA POLITIK

Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Sistem Politik Indonesian

Disusun Oleh :
Moh. Mahadir Prasetiya
NIM : 21313041

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUNAN BONANG
JL. DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO NO. 798, SIDOREJO, KEC. TUBAN
KABUPATEN TUBAN
JAWA TIMUR
2022

i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melihpahkan rahmat ddan karunia-Nya, Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Sistem Politik Inosnesia dengan Judul
“BUDAYA POLITIK”
Saya menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memeberikan doa, saran ,dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan penegetahuan yang saya miliki , Oleh karena itu saya
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak, Akhinya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembagan dunia pendidikan.

Tuban, 02 Juli 2022

Moh. Mahadir Prasetiya

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 6
C. TUJUAN ......................................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 8

A. KESIMPULAN ............................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan politik suatu negara, negara tidak lepas dari corak budaya yang ada
dalam masyarakatnya. Peran masyarakat dalam kehidupan politik sangat tergantung pada
budaya politik yang berkembang dalam masyarakat untuk dapat mengetahui bagaimana tipe-
tipe budaya politik masyarakat Indonesia dan bagaimana peran sertanya dalam pembangunan
kehidupan politik di Indonesia. Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian
dalam interaksi antar warga negara dengan pemerintah dan institusi-institusi di luar
pemerintahan (non-formal) telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan
dan pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku politik dalam semua sistem politik. Oleh
karena itu, peneliti bisa melihat pengetahuan, perasaan dan sikap warga negara terhadap
negara, pemerintah, pemimpin politik dan lain-lain. Budaya politik merupakan bagian dari
kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi
masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan
partaipartai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang
memerintah. Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial,
serta kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian, budaya politik langsung
mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola
pengalokasian sumber-sumber daya manusia. Pada umumnya istilah politik dapat diartikan
sebagai bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik. Dalam membicarakan politik
tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan ataupun kenegaran, karena politik menyangkut
individu atau masyarakat maupun golongan masyarakat yang tentunya memiliki kebudayaan
tertentu. Dengan demikian, setiap masyarakat mempunyai budaya politik tertentu yang
menyangkut pola perilakunya dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi
negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat dan norma kebiasaan yang berjalan, dipikir
dan dihayati oleh seluruh anggota masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas dan kompleks.
Persoalan politik menyangkut banyak hal, salah satunya adalah budaya politik. Budaya
politik merupakan bagian dari kehidupan politik, walaupun banyak pihak sering memandang
budaya politik bukan bagian dari kehidupan politik dan banyak juga pihak sering memandang
budaya politik bukan dari bagian kehidupan. Budaya politik merupakan cerminan sikap khas
warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam lainnya, serta sikap terhadap peranan

1
warga negara di dalam sistem politik tersebut. Oleh karena itu budaya politik merupakan
orientasi psikologis terhadap objek sosial (sistem politik) yang kemudian mengalami proses
internalisasi kedalam bentuk orientasi yang kognitif, afektif dan evaluatif. Permasalahan
terhadap pemahaman budaya politik sangat rendah, hal itu di buktikan melalui sebuah pesta
demokrasi atau yang dikenal dengan pemilihan umum, baik pemilihan Presiden atau pun
pemilihan Gubernur, dimana dalam hal ini masih banyak masyarakat yang tidak mau ikut
mengeluarkan aspirasinya untuk memilih wakil rakyat tersebut. Budaya politik juga
merupakan rangkaian kepercayaan kebiasaan dan perilaku yang berkaitan dengan kehidupan
politik yang pada hakikatnya merupakan lingkungan psikologis tempat kegiatan-kegiatan
politik berlangsung yang memberikan pemikiran untuk menolak atau menerima sejumlah
nilai dan norma lainnya. Ironisnya budaya politik merupakan bagian dari kehidupan politik,
walaupun banyak pihak yang sering memandang budaya politik bukan bagian dari kehidupan
politik, walaupun banyak pihak yang sering memandang budaya politik bukan bagian dari
kehidupan politik melainkan di pandang sebagai kondisikondisi yang mewarnai corak
kehidupan masyarakat tanpa memiliki hubungan baik dengan sistem maupun struktur politik.
Pada dasarnya budaya politik yang diharapkan oleh bangsa Indonesia adalah budaya politik
yang unggul. Budaya politik yang unggul dimaksud disini adalah etika politik dan semangat
yang tinggi untuk mencapai kemajuan bersama yang prinsipnya ditentukan oleh keserasian
antara kebudayaan bangsa itu dengan struktur politiknya, akan tetapi budaya politik Indonesia
masih kerdil sehingga yang muncul bukanlah budaya politik yang unggul melainkan budaya
politik yang cenderung subjektif. Dengan membahas budaya politik peneliti akan mengenal
atribut-atribut dan ciri-ciri yang terpokok untuk menguji proses yang berlanjut maupun yang
berubah seirama dengan proses perkembangan orientasi warga negara terhadap sistem atau
objek politik berbeda-beda dan beragam. Ukuran atau penilaian yang dipakai untuk
membedakan budaya politik tersebut adalah derajat orientasi warga negara terhadap objek
politik yang memunculkan budaya politik yang berbeda pula. Pemilukada merupakan unsur-
unsur berdirinya demokrasi, karena dimana rakyat langsung bertindak untuk memilih wakil
rakyat, baik Presiden ataupun kepala daerah. Sejalan dengan semangat desentralisasi, sejak
tahun 2005 Pemilukada dilaksanakan secara langsung. Semangat dilaksanakannya pilkada
adalah koreksi terhadap sistem demokrasi tidak langsung (perwakilan) di era sebelumnya,
dimana kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh DPRD, menjadi demokrasi yang
berakar langsung pada pilihan rakyat (pemilih). Melalui pilkada, masyarakat sebagai pemilih
berhak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya,
tanpa perantara, dalam memilih kepala daerah. Bangsa Indonesia merupakan bangsa besar

2
yang memiliki wilayah yang sangat luas, yang terdiri dari ribuan pulau, berbagai suku,
agama, ras dan etnis yang didalamnya memiliki kepentingan dan kebutuhan yang berbeda-
beda sesuai dengan kondisi alamnya. Oleh karena itu dalam penyelenggaraan negara
membutuhkan sistem penyelenggaraan negara yang efektif dan efisien di dalamnya
mengandung semangat demokrasi sehingga akan tercapai suatu keadilan bagi seluruh rakyat.
Dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia dikenal konsep otonomi daerah yang telah
ditetapkan di Indonesia. Otonomi daerah adalah salah satu faktor pendorong
mengemukakannya ide pemilihan kepala daerah langsung. Pilkada langsung berarti
mengembalikan hak dasar masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh
dalam rangka rekruitmen politik lokal secara demokratis. Dalam kontek itu, negara
memberikan kesempatan kepada masyarakat di daerah untuk menentukan sendiri segala
bentuk kebijaksanaan yang menyangkut harkat hidup rakyat daerah. Maka berdasarkan uraian
di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Budaya Politik
Terhadap Perilaku Politik Masyarakat”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan
rumusan masalah yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu,
1. Bagaimana penyebab kurangnya pemahaman masyarakat terhadap budaya
politik?
2. Bagaimana saja faktor penyebab rendahnya partisipasi masyarakat terhadap
Pemilukada?
3. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai Pemilukada?
C. TUJUAN
Bahwa penulis ingin mengetahui :

1. Mengetahui penyebab kurangnya pemahaman masyarakat terhadap budaya politik

2. Mengetahui Bagaimana partisipasi politik masyarakat terhadap budaya politik

3. Untuk mengetahui perkembangan budaya politik didalam masyarakat

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyebab kurangnya pemahaman masyarakat terhadap budaya politik yang pertama yaitu
karena kurangnya sosialisasi dan pendidikan yang kurang memadai dan kurang meluas
dimasyarkat masyarkat pelosok yang kedua yaitu karena ketidak pedulian masyartakat
terhadap politik yang terjadi didalam sebuah negara dan memiliki sifat apatis
B. Penyebab pertama, figur pemimpin yang diajukan dalam suatu pesta demokrasi kurang
berkenan di hati pemilih Penyebab kedua pemilih mulai jenuh dengan proses demokrasi
lima tahunan yang tidak membawa perubahan bagi kehidupan rakyat. Penyebab
ketiga, pemilihan umum (Pilkada, Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden) tidak lagi
dipandang rakyat pemilih sebagai sesuatu yang prioritas atau sangat diperlukan dalam
membangun kehidupannya sehari-hari. Penyebab keempat adalah kurangnya kesadaran
masyarakat tentang pengetahuan ilmu politik.
C. Tahun 2018 sering disebut-sebut sebagai tahun politik dimana partai politik sedang
gencar-gencarnya melakukan berbagai usaha untuk menampilkan dirinya di masyarakat.
Seperti yang kita ketahui, terdapat tiga jenis pemilihan yang akan dilakukan dalam waktu
dekat ini, yaitu Pemilihan Kepala Daerah pada Juni 2018, Pemilihan Legislatif dan
Pemilihan Umum yang akan dilakukan secara bersamaan pada April 2019. Selama ini kita
sering melihat atau mendengar perbincangan politik yang dilakukan oleh para pakar
politik di media massa, bagaimana mereka saling mengutarakan pandangan mereka
terhadap isu-isu politik di Indonesia. Namun jelang Pemilu 2019 ini, bagaimana
pandangan masyarakat umum yang tidak terjun dalam dunia politik? Dalam wawancara
pada program Obsesi (19/03) RPKFM yang dipandu oleh Boy Siahaan, seorang
narasumber bernama Togu menjelaskan tentang pendapatnya mengenai Pemilu 2019,
dimana menjelang Pemilu 2019 masyarakat harus diberikan edukasi politik terlebih dulu,
mengingat bahwa semakin banyak generasi baru yang mengikuti pemilihan. Partai politik
didirikan untuk kemajuan bangsa, namun kepribadian setiap parpol berbeda sehingga
masyarakat harus mengenal terlebih dahulu peta parpol dalam Pemilu 2019. “Setiap parpol
harus mempersiapkan cara bagaimana dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat,
apa yang ditawarkan selama lima tahun ke depan. Sekarang ini banyak parpol yang mulai
memberikan edukasi politik kepada masyarakat, namun dalam pemberian edukasi tersebut
tidak jarang diselipkan visi-misi parpol bersangkutan. Nah, tinggal pemerintah sebagai

4
regulator harus mengawasi materi apa yang diedukasikan kepada masyarakat,” ujar Togu.
Togu juga menyampaikan bahwa pemerintah harus netral dalam memberikan edukasi
politik, seperti melakukan sosialisasi mengenai aturan pemilu dan sistem pelaksanaan
pemilu, jangan menjadi condong kepada parpol tertentu. Kurangnya edukasi politik
disebabkan partai yang tidak dapat menjangkau seluruh masyarakat Indonesia. Adanya
kemajuan teknologi seperti internet dapat menjadi kesempatan bagi parpol untuk dapat
menjangkau masyarakat, namun masyarakat juga harus tetap berhati-hati dalam menerima
informasi agar tidak mudah terprovokasi oleh berita bohong (hoax). Masyarakat harus
cerdas dan kritis dalam menyaring informasi jelang Pemilu 2019. Terakhir, Togu
menyampaikan harapannya sebagai masyarakat. “Persoalan hasil itu relatif, harus ada
yang menang atau kalah. Yang terpenting adalah supaya pemilu berjalan secara aman.”
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa budaya politik adalah suatu sytem kepercayaan empirik dimana
sikap dan pendekatanya dengan cara oientasi psikologi yang memiliki ciri pengaturan
kekuasaan ,kegiatan partai, dan sistem pemerintahan yang dimana memiliki bagian bagian
budaya politik yaitu apatis, mobilisasi dan partisipatif

5
DAFTAR PUSTAKA

https://www.radiopelitakasih.com/2018/03/20/pandangan-masyarakat-umum-menghadapi-
Pemilihan-umum-2019/,
Htps://www.google.com/search?q=makalah+budaya+politik&oq=makalah+budaya+politik&
aqs=chrome..69i57j0i512l9.94615j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8,
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/17/00150021/budaya-politik--pengertian-
karakteristik-orientasi-tipe, ttps://bakesbangpol.jatimprov.go.id/pages/62/Budaya-
Politik.html, https://bakesbangpol.jatimprov.go.id/pages/62/Budaya-Politik.html

Anda mungkin juga menyukai