Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SOSIOLOGI HUKUM

PENGARUH UNDANG UNDANG OMNIBUSLAW ATAU RUU CIPTA KERJA

TERHADAP LEMBAGA SOSIAL EKONOMI

NAMA : MOH MAHADIR PRASETIYA

NIM : 21313041

NO ABSEN: 11

UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melihpahkan rahmat ddan karunia-Nya, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna

memenuhi tugas untuk mata kuliah Kewirausahaan dengan Judul “PENGARUH UNDANG

UNDANG OMNIBUS LAW ATAU RUU CIPTA KERJA TERHADAP LEMBAGA

SOSIAL EKONOMI “

Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak

yang dengan tulus memberikan doa, saran ,dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan

terbatasnya pengalaman dan penegetahuan yang kami miliki , Oleh karena itu kami

mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai

pihak, Akhinya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

perkembagan dunia pendidikan.

Tuban,15 MEI 2022

MOH MAHADIR PRASETIYA

II
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................................................... I

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. II

DAFTAR ISI................................................................................................................................ III

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 1


B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................... 3
C. TUJUAN ............................................................................................................................. 3

BAB II METODE PENELITIAN................................................................................................ 3

A. METODE PENELITIAN.................................................................................................... 3
B. SUMBER DATA ................................................................................................................ 4

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................. 4

BAB IV PENUTUP ....................................................................................................................... 4

DAFTARPUSTAKA

III
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia menjadi salah satu negera dengan peraturan perundangan-undangan yang cukup

banyak sebagai upaya pemerintah dalam melaksanakan program kerjanya dibidang legislasi.

Tetapi peraturan perundangan-undangan yang banyak itu tidak semuanya menjadi harapan bagi

pemerintah, sehingga dipandang perlu dilakukan upaya penyederhanaan agar tidak terjadi

tumpang tindik antara peraturan yang satu dengan yang lainnya. Konsep penyederhanaan

tersebut dikenal dengan istilah omnibus law. Omnibuslaw pertama kali diperkenalkan oleh Ir.

Joko Widodo pada saat menyampaikan pidato kenegaraan dalam rangka pelantikannya sebagai

Presiden Republik Indonesia ke-7 Periode ke-2 di hadapan sidang MPR-RI. Omnibus law

merupakan konsep yang baru digunakan dalam sistem perundang-undangan di Indonesia. Sistem

ini biasanya disebut sebagai Undang-Undang sapu jagat karena mampu mengganti beberapa

norma undang-undang dalam satu peraturan. Selain itu konsep ini juga dijadikan misi untuk

memangkas beberapa norma yang dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan

merugikan kepentingan negara. Negara dengan sistem hukum Anglo Saxon Common Law telah

lebih dulu menggunakan konsep omnibus law dalam pembuatan peraturan perundang-

undangannya. Sebut saja Amerika, Kanada, Irlandia, dan Suriname. Sedangkan di Asia

Tenggara, Vietnam menjadi Negara pertama yang mencoba mengimplementasikan penerapan

omnibus law sebagaimana hasil aksesi dengan WTO pada tahun 2006. Aturan-aturan yang

dianggap tumpang tindih dan menjadi penyebab terhambatnya investasi serta pertumbuhan

ekonomi negara menjadi salah satu ikhwal digagasnya konsep omnibus law, sehingga

memudahkan untuk dilakukan sinkronisasi terhadap produk hukum yang besar.

1
Permasalahan over regulasi dan tumpang tindih dapat diselesaikan dengan konsep

omnibus law. Saat konsep omnibus law cipta kerja mulai diberitakan kepada masyarakat.

Konsep ini menjadi perbincangan hangat diberagai kalangan masyarakat, mulai dari

kalangan atas, menengah, dan bahkan daari kalangan bawah. Konsep ini sangat tidak

disetujui oleh kalangan bawah terutaman bagi kalangan buruh. Konsep ini dianggap

merugkan baginya dan menguntungkan kalangan atas. Konsep ini membuat heboh bagi

kalangan buruh. Menimbulkan perdebatan yang sengit dan alot antara para buruh dengan

pemerintah. Dampak yang diterima oleh kalangan tersebut pun beragam.

Alasan pemerintah membuat Omnibus Law lantaran sudah terlalu banyak regulasi yang dibuat,

yang kemudian menimbulkan persoalan tersendiri, seperti tumpah tindih regulasi. Akibatnya, tak

sedikit menimbulkan konflik kebijakan atau kewenangan antara satu kementerian/lembaga

dengan kementerian/lembaga lainnya, dan juga antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah

Daerah. Regulasi yang tumpang tindih ini akhirnya berdampak pada terhambatnya implementasi

program pembangunan dan memburuknya iklim investasi di Indonesia. Sehingga membuat

program percepatan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sulit tercapai.

Bersamaan dengan itu, tantangan era ekosistem masyarakat digital juga semakin berkembang,

dimana Indonesia sudah tidak bisa lagi berlama-lama terbelit oleh prosedur formal. Berdasarkan

hal ini, maka jalan satu-satunya adalah dengan untuk menyederhanakan dan sekaligus

menyeragamkan regulasi secara cepat ialah melalui skema Omnibus Law. Istilah Omnibus Law

kini marak diperbincangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan Pemerintah Indonesia menyusun

Omnibus Law yang tujuan akhirnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Salah

satu Omnibus Law yang telah diresmikan adalah UU 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Mari

2
mengenal lebih jauh mengenai Omnibus Law dan salah satunya mempelajari UU 11 Tahun 2020

Cipta Kerja klaster Ketenagakerjaan.

A. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan omnibus law ?

2. Apa pengaruh undang-undang omnibus law atau RUU cipta kerja terhadap lembaga sosial

ekonomi ?

B. TUJUAN

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimkasud dengan RUU cipta kerja

2. Untuk mengetahui pengaruh RUU cipta kerja terhadap lembaga sosial ekonomi

BAB II

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif kualitatif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang (Nazir, 1998:63). Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antar fenomena yang di selidiki. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-

masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat dengan situasi-situasi

tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta

proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam

3
metode deskriptif dapat diteliti masalah normatif bersamasama dengan masalah status dan

sekaligus membuat perbandingan perbandingan antar fenomena. Studi demikian dinamakan

secara umum sebagai studi atau penelitian deskriptif yang dilakukan pada waktu sekarang atau

sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden (Nazir, 1998:

65).

B. SUMBER DATA

Sumber data bersumber dari pengumpulan, analisa, dan kesimpulan dari data yang ada

menggunakan metode normatif

BAB III

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN OMNIBUS LAW

Omnibus law adalah suatu metode atau konsep pembuatan regulasi yang menggabungkan

beberapa aturan yang substansi pengaturannya berbeda, menjadi satu peraturan dalam satu

payung hukum. Regulasi yang dibuat senantiasa dilakukan untuk membuat undang-undang yang

baru dengan membatalkan atau mencabut juga mengamandemen beberapa peraturan perundang-

undangan sekaligus. Konsep Omnibus Law ini dalam undang-undang bertujuan untuk menyasar

isu besar yang memungkinkan dilakukannya pencabutan atau perubahan beberapa undang-

undang sekaligus (lintas sektor) untuk kemudian dilakukan penyederhanaan dalam

pengaturannya, sehingga diharapkan tidak terjadi konkurensi/persengketaan dan atau perlawanan

antara norma yang satu dengan yang lainnya. Apabila dilihat dari kedudukannya, Omnibus Law

sebagai sebuah undang-undang berkedudukan di bawah undang-undang dasar, namun lebih

tinggi dari jenis peraturan perundang-undangan lainnya. Undang-Undang Cipta Kerja atau

4
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (disingkat UU Ciptaker atau UU

CK) adalah undang-undang di Indonesia yang telah disahkan pada tanggal 5 Oktober 2020 oleh

DPR RI dan diundangkan pada 2 November 2020 dengan tujuan untuk menciptakan lapangan

kerja dan meningkatkan investasi asing dan dalam negeri dengan mengurangi persyaratan

peraturan untuk izin usaha dan pembebasan tanah. Karena memiliki panjang 1.187 dan

mencakup banyak sektor, UU ini juga disebut sebagai undang-undang sapu jagat atau omnibus

law. Undang-Undang Cipta Kerja menuai kritik karena dikhawatirkan akan menguntungkan

pemilik perusahaan (terutama perusahaan asing), konglomerat, kapitalis, investor (terutama

investor asing) dan merugikan hak-hak pekerja serta meningkatkan deforestasi di Indonesia

dengan mengurangi perlindungan lingkungan. Rangkaian unjuk rasa untuk menolak undang-

undang ini masih berlangsung dan menuntut agar undang-undang ini dicabut. Walau telah

disahkan DPR, terdapat cacat dalam proses perundangan berupa perubahan isi materi UU yang

dapat berimplikasi pada hukuman pidana. Undang-Undang Cipta Kerja telah dinyatakan

"inkonstitusional bersyarat" oleh Mahkamah Konstitusi, di mana undang-undang tersebut harus

diperbaiki hingga maksimal 25 November 2023. Presiden Joko Widodo dalam pidato

pelantikannya pada 20 Oktober 2019, menyampaikan rencananya mengenai perumusan omnibus

law bersama DPR. Ia menyebutkan ada dua undang-undang yang akan tercakup di dalamnya,

yaitu UU Cipta Lapangan Kerja dan UU Pemberdayaan UMKM. Pada Februari 2020,

pemerintah Indonesia mengajukan undang-undang sapu jagat ke DPR dengan target musyawarah

yang selesai dalam tempo 100 hari.Versi draf RUU dikritik oleh elemen media Indonesia,

kelompok hak asasi manusia, serikat pekerja, dan organisasi lingkungan hidup karena

mendukung oligarki dan membatasi hak-hak sipil rakyat.Di lain pihak, Kamar Dagang dan

Industri Indonesia mendukung RUU ini. Setelah revisi yang dilakukan terhadap beberapa pasal,

5
RUU Cipta Kerja disahkan DPR pada Senin, 5 Oktober 2020, tiga hari lebih cepat dari tanggal

pengesahan yang dijadwalkan. Pengesahan RUU juga dilakukan sebelum hari unjuk rasa

selanjutnya yang telah direncanakan oleh serikat pekerja. Beberapa jam sebelum disahkan, 35

perusahaan investasi mengirim surat yang memperingatkan pemerintah tentang konsekuensi

berbahaya dari RUU tersebut bagi lingkungan. Pengesahan RUU Cipta Kerja didukung oleh

tujuh partai yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Golkar, Gerindra, Partai NasDem,

Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan

sementara dua partai yang menolak adalah Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera. RUU

Cipta Kerja membatasi penetapan upah minimum oleh kabupaten dan kota, lalu memberikan

rumus yang didasarkan pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Upah Minimum Kabupaten/Kota

(UMK) tetap diatur dalam UU Cipta Kerja, dengan syarat tertentu. Upah minimum ditetapkan

dengan memperhatikan kelayakan hidup pekerja dan buruh dengan mempertimbangkan aspek

pertumbuhan ekonomi atau inflasi. RUU ini juga mengurangi batas pembayaran pesangon dari

gaji 32 bulan menjadi gaji 19 bulan, ditambah gaji enam bulan yang disediakan oleh pemerintah.

Besaran pesangon ditentukan dengan mengatur nilai maksimalnya, berbeda dari UU

Ketenagakerjaan yang mengatur nilai minimalnya.Batas lembur dinaikkan menjadi empat jam

per hari dan 18 jam per minggu, dan wajib hari libur dikurangi dari dua hari dalam seminggu

menjadi hanya satu hari. Undang-undang tersebut juga menghapus mandat cuti berbayar selama

2 bulan bagi pekerja yang bekerja selama lebih dari 6 tahun. Aturan dilonggarkan untuk pekerja

asing, untuk memudahkan perekrutan tenaga kerja asing. Sebelum UU ini disahkan, alih daya

hanya diperbolehkan pada pekerjaan yang tidak berhubungan langsung dengan produksi. Warga

negara asing yang tinggal (selama lebih dari 183 hari setahun) di Indonesia tidak akan dikenakan

pajak atas penghasilan yang diperoleh di luar negeri. Aturan pemecatan pekerja dilonggarkan,

6
dan proses yang diperlukan untuk melamar ke sebuah lembaga ketika memecat pekerja, yang

dirancang untuk melindungi hak-hak pekerja, dicabut Pajak penghasilan badan akan diturunkan

secara bertahap dari saat ini 25% menjadi 22% (mulai 2022) dan akhirnya 20% (mulai 2025).

Perusahaan digital seperti Netflix, Steam, dan Spotify akan diminta untuk menagih pelanggan

membayar pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10%. Peraturan lingkungan untuk bisnis

dilonggarkan untuk proyek yang tidak diklasifikasikan sebagai "berisiko tinggi", meskipun

perusahaan berisiko tinggi tersebut masih diharuskan untuk mengajukan analisis dampak

lingkungan. Undang-undang menyerahkan izin penggunaan dan kewenangan lahan kepada

pemerintah pusat, dan menaikkan denda atas kerusakan lingkungan. Salah satu contoh

perubahan peraturan tersebut dapat dilihat dalam Pasal 22 UU No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta

Kerja. Ketentuan Pasal 1 angka 11, angka 12, angka 35, angka 36, angka 37, dan angka 38 UU

No. 32 Tahun 2020 diubah. Undang-undang tersebut menciutkan daftar industri yang dilarang

menerima investasi swasta dari 300 menjadi enam, antaranya obat-obatan terlarang, perjudian,

ikan yang terancam punah, senjata kimia, dan bahan kimia industri. Selain mengatur tentang hal-

hal yang telah disebutkan di atas, Undang-Undang Cipta Kerja juga mengatur tentang

penghentian siaran analog atau yang umumnya disebut dengan peralihan ke televisi digital.

Menurut undang-undang ini, penghentian siaran analog akan terjadi paling lambat 2 tahun

sesudah undang-undang ini diberlakukan. Sejak Februari 2020, berbagai unjuk rasa digelar di

beberapa daerah Indonesia dengan titik orasi berada di depan gedung DPRD dan jalan-jalan

lainnya. Beberapa protes berlangsung damai, sementara yang lain berubah menjadi kekerasan,

menyebabkan kerusakan properti, serta korban jiwa dan penangkapan. Pada Agustus 2020,

beberapa pemengaruh (influencer) media sosial di Indonesia menggaungkan pesan proundang-

undang cipta kerja melalui beragam media sosial. Tanda pagar #IndonesiaButuhKerja digunakan

7
pada pemengaruh melalui iklan, komik strip, video, atau konten lainnya untuk mempromosikan

keuntungan setelah RUU Cipta Kerja ini disahkan, sekaligus mengklarifikasi beberapa isu

negatif yang beredar.[21] Upaya ini dikritik keras oleh beberapa pihak, terutama aktivis internet

yang sejak awal menolak pembahasan RUU ini. Beberapa pemengaruh yang mengunggah konten

pro-RUU ini kemudian berhenti mempromosikan pesan tersebut. Salah satunya, musisi Ardhito

Pramono, mengaku dibayar untuk mempromosikan dukungan terhadap RUU ini. Masyarakat

kemudian mengaitkan aktivitas ini dengan pertemuan Jokowi dengan para pemengaruh di Istana

Kepresidenan dengan dugaan bahwa para pemengaruh tersebut direkrut oleh pemerintah secara

langsung untuk membungkam suara oposisi. Selain selebritas, akun-akun pemengaruh lain dan

akun-akun anonim juga dimobilisasi untuk mengisi media sosial lewat beragam konten

mendukung Omnibus Law, serta menyerang kritikus dengan menggunakan kata kasar dan

tuduhan menyebar hoax. Sebagian dari mereka berasal dari tim eks-relawan Jokowi selama

Pilpres 2014 dan 2019. Dalam satu tim untuk menyebar isu Omnibus Law, mereka mendapat

uang sejumlah Rp.25.000.000. RUU tersebut dikecam oleh Konfederasi Serikat Buruh

Internasional dan 35 lembaga investasi internasional lainnya yang secara kolektif mengelola aset

senilai US$4,1 triliun. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj

menyatakan penentangannya terhadap RUU tersebut dan mengecamnya karena hanya

menguntungkan kapitalis, investor, dan konglomerat. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil,

Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno, dan Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji, bersama

Partai Keadilan Sejahtera telah meminta Presiden Joko Widodo untuk mengeluarkan Perppu

untuk mengesampingkan RUU tersebut.

8
B. PENGARUH UNDANG-UNDANG OMNIBUS LAW ATAU RUU CIPTA KERJA

TERHADAP LEMBAGA SOSIAL EKONOMI

Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja resmi berlaku. Telah banyak pro dan kontra yang

terjadi selama penyusunannya. Terlepas dari semua hal tersebut, intensi utama dari pemerintah

adalah untuk memperbaiki ekonomi Indonesia, termasuk ekonomi kerakyatan atau UMKM. Mari

kita lihat poin penting UU Cipta Kerja ini, hubungannya dengan pengusaha, ketenagakerjaan dan

pencatatan dalam akuntansi.

1. Meningkatkan Pertumbuhan Usaha

Ketua Umum KADIN Rosan Roeslani menganggap UU Cipta Kerja banyak

menyederhanakan sistem birokrasi dan perizinan yang selama ini menghambat para pengusaha

dalam membuka usaha atau ekspansi maupun merekrut karyawan. UU Cipta Kerja membuat

akses pembiayaan, akses pasar, akses pengembangan usaha, akses perizinan, dan akses rantai

pasok menjadi lebih mudah, yang diharapkan akan mendorong para pengusaha untuk menyerap

tenaga kerja lebih banyak, meningkatkan omset dan keuntungan bagi perusahaan.

2. Membuka Lapangan Kerja

Akibat pandemi yang berkepanjangan, banyak karyawan yang dirumahkan atau PHK untuk

mengurangi beban perusahaan. UU Cipta Kerja menjadi sarana untuk membangkitkan ekonomi

lokal dan nasional melalui sektor usaha. Pertumbuhan usaha akan membuka lapangan kerja yang

lebih luas bagi para tenaga kerja yang selama menganggur akibat wabah Covid-19.

9
Berikut beberapa ketentuan penting yang melibatkan ketenagakerjaan:

1. Outsourcing

UU Cipta Kerja menghapus beberapa ketentuan tentang outsourcing berdasarkan UU

Ketenagakerjaan. Namun, UU Cipta Kerja mengatur bahwa perlindungan pekerja dalam

pengaturan outsourcing serta izin usaha yang relevan untuk pengaturan outsourcing akan diatur

lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

2. Lembur

Jam lembur maksimum diperpanjang menjadi empat jam sehari dan 18 jam seminggu.

Namun, jam lembur maksimum tidak berlaku untuk sektor bisnis atau pekerjaan tertentu. Jam

dan upah lembur akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah, serta klarifikasi lebih

lanjut tentang sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang tidak dikenai jam lembur maksimal serta

jam lembur maksimal yang berlaku yang akan berlaku untuk itu.

3. Upah Minimum

UU Cipta Kerja menghapus ketentuan UU Ketenagakerjaan tentang upah minimum sektoral

dan kemungkinan bagi pengusaha untuk menunda pembayaran upah minimum. Namun, tetap

mempertahankan kewajiban gubernur untuk menentukan upah minimum provinsi. Gubernur juga

dapat menetapkan upah minimum di kabupaten/kota tertentu dalam suatu provinsi dengan

memperhatikan pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi kabupaten/kota yang bersangkutan. Usaha

mikro dan kecil dibebaskan dari persyaratan upah minimum

10
BAB IV

PENUTUP

Omnibus law sebagai suatu lembaga perundang-undang dengan menitikberatkan

terhadap penyederhanaan dari beberapa peraturan perundang-undangan yang sifatnya

merevisi atau mencabut sekaligus. Omnibus law saat ini telah secara resmi disahkan

pemerintah pada saat pandemi dengan nama Omnibus Law Cipta Kerja.

Pengesahan ini sangat mengejutkan publik, terutama bagi para akademisi, pelajar,

mahasiswa, dan para buruh yang paling berdampak besar. Perspektif sosiologi hukum

menganggap bahwa penolakan tersebut pasti akan terjadi, namun dalam merespon

penolakan tersebut harus memikirkan kelebihan dan kekurangan dalam setiap tindakan

yang akan dilakukan. Bagi pemerintah dalam mengambil setiap kebijakan setidaknya

harus memperhitungkan secara matang tentang konsekuensi yang akan timbul dari

diberlakukannya suatu aturan perundang-undangan, terutama dalam mensejahterakan

kehidupan rakyat.

11
DAFTAR PUSTAKA

^ "Jokowi Teken UU Ciptaker 1.187 Halaman, Nomor 11 Tahun 2020". CNN Indonesia. 2

November 2020. ^ Lompat ke:a b c d e Paddock, Richard C. (10 Oktober 2020). "Indonesia's

Parliament Approves Jobs Bill, Despite Labor and Environmental Fears" (dalam bahasa

Inggris). New York Times. ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 7 Oktober 2020. ^ Sihombing,

Grace (7 Oktober 2020). "What to Know About Indonesia's Investment Law Overhaul" (dalam

bahasa Inggris). Bloomberg. Diakses tanggal 8 Oktober 2020. ^ "Istana: Pastikan Hanya Satu

Pasal Dihapus Dari UU Cipta Kerja". Republika. MKRI, Humas (25 November 2021). "MK:

Inkonstitusional Bersyarat, UU Cipta Kerja Harus Diperbaiki dalam Jangka Waktu Dua

Tahun". Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Diakses tanggal 21 Desember 2021. Rizal,

Jawahir Gustav (5 Oktober 2020). "Jejak Omnibus Law: Dari Pidato Pelantikan Jokowi hingga

Polemik RUU Cipta Kerja". Kompas.com. Diakses tanggal 10 Oktober 2020. Samboh, Esther

(24 Februari 2020). "Guide to omnibus bill on job creation: 1,028 pages in 10 minutes" (dalam

bahasa Inggris). The Jakarta Post. Diakses tanggal 8 Oktober 2020. Achmadi, Julio (12

Februari 2020). "Omnibus Is Throwing People and Democracy under the Bus" (dalam bahasa

Inggris). Tempo.co. Diakses tanggal 8 Oktober 2020. Dangerous Omnibus Law" (dalam bahasa

Inggris). Tempo.co. 19 Maret 2020. Diakses tanggal 8 Oktober 2020. "Omnibus Law 'clearly

and explicitly in the interests of the oligarchy': LBH Jakarta" (dalam bahasa Inggris).

Kompas.com. 20 Januari 2020. Diakses tanggal 8 Oktober 2020. Lompat ke:a b c d e "Indonesia:

Thousands protest against 'omnibus law' on jobs" (dalam bahasa Inggris). BBC News. Diakses

tanggal 8 Oktober 2020. Lompat ke:a b Ghaliya, Ghina (6 Oktober 2020). "Indonesia passes jobs

bill as recession looms" (dalam bahasa Inggris). The Jakarta Post. Diakses tanggal 7

Oktober 2020. "Perkembangan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja: 1.244 Pasal dan 79 UU

12
Direvisi". kemenkeu.go.id. Kementerian Keuangan. 16 Januari 2020. Diakses tanggal 13

Oktober 2020. Putsanra, Dipna Videlia (6 Oktober 2020). "Beda Isi UU Cipta Kerja Omnibus

Law dan UU Ketenagakerjaan 13/2003". tirto.id. Tirto.id. Diakses tanggal 10 Oktober 2020.

Karunia, Ade Miranti (7 Oktober 2020). "UMK Dihapuskan dalam UU Cipta Kerja? Menaker:

Saya Tegaskan Upah Minimum Kabupaten/Kota Tetap Dipertahankan!". KOMPAS.com.

Diakses tanggal 8 Oktober 2020. Lompat ke:a b Putsanra, Dipna Videlia (7 Oktober

2020). "Poin-Poin Isi UU Cipta Kerja Omnibus Law Soal Pesangon hingga Upah". Tirto.id.

Diakses tanggal 8 Oktober 2020.

13

Anda mungkin juga menyukai