Dosen Pengampu:
Dr. A. Zarkasi, S.H., M.Hum.
Oleh:
VUZIO FERNANDA
NIM. P3B123003
Jambi
2023
Daftar Isi
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
Daftar Pustaka......................................................................................................11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
secara jelas tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, yakni melindungi
pemerintah dan juga masyarakat yang menerima dampak dari kebijakan yang
fungsi sebagai penggerak roda pemerintahan. Dengan begitu ketika proses decision
Salah satu produk hukum yang menjadi salah satu bukti perkembangan
kepentingan bersama.1
1
Yusril Rahman Hakim, “Kebijakan Omnibus Law dalam Perspektif Kebijakan Buruh di
Indonesia,” Jurnal PolGov 3, no. 1 (2021): 238, https://doi.org/10.22146/polgov.v3i1.3611.
3
Omnibus Law sebagai produk politik hukum yang baru harus menggunakan
prinsip seperti itu yang juga dilandasi dengan spirit Pancasila sebagai ideologi.
Bukan menjadikan hukum alat kekuasaan untuk memuluskan agenda rezim dan
daerah untuk meningkatkan angka investasi negara dan juga memberikan jaminan
perlindungan hukum bagi pembuat kebijakan, yang artinya tujuan omnibus law ini
adalah untuk menguatkan jaringan para investor agar dapat meningkatkan daya
saing ekonomi sekala global. Dapat diambil pandangan bahwa omnibus law tidak
ditanggapi serius karena tidak memiliki payung hukum yang menyelimuti dalam
pengaplikasiannya. Adanya keraguan atas omnibus law timbul salah satunya karena
Regulasi yang bertumpang tindih menjadi salah satu hal yang sering sekali
terjadi di Indonesia. Hal tersebut pula yang menjadi alasan omnibus law
dipergunakan lagi saat ini dengan harapan sebagai sarana penyelesaian masalah
tersebut. Namun, pada kenyataannya, dengan adanya omnibus law ini malah
2
Ibid.
4
B. Rumusan Masalah
law jika dikaitkan dengan teori positivisme dan teori pembangunan hukum?
5
BAB II
PEMBAHASAN
tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja). Istilah Omnibus berasal dari sebutan
sebuah bus yang disebut dengan “Bus Omni”. Bus ini pertama kali beroperasi di
Paris Tahun 1820. Namun ketika sudah dipakai di Amerika Latin, istilah ini
menjadi umum sehingga segala sesuatu yang bisa dimasuki berbagai hal disebut
Omnibus. Begitu puladalam bidang hukum yang kemudian disebut Omnibus Law,
terkait.3
Omnibus law sendiri terbukti efisien dan efektif dalam pembentukan produk
Amerika Serikat, Belgia, Kanada, hingga Inggris.4 Jika dikaitkan dengan kata
hukum, harmonisasi hukum yaitu sebuah kegiatan ilmiah untuk menuju proses
6
1. Mengkoordinasikan antar kementerian, kelembagaan, dan masyarakat untuk
jelas, baku, aman, dan mengikat dengan semua organisasi mempunyai hak untuk
produk hukum yang kurang demokratis karena dibentuk secara terburu-buru dan
dianggap tidak mewakili suara rakyat. Hal ini bisa dikarenakan masyarakat
kesulitan memahami isi dari UU Cipta Kerja yang mana pasal-pasalnya menyasar
7
perubahan ataupun pencabutan undang-undang lain yang sulit dipahami oleh
masyarakat awam.6
cepat, serta mencakup beberapa sektor yang lengkap dianggap mampu mewakili
hukum sebagai suatu asas dan kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam
ini terkait dengan nilai moral tertinggi, yaitu keadilan. Sebaliknya, kata "kaidah"
6
Edy Sujendro, “Gagasan Penganturan Kodifikasi dan Unifikasi Peraturan Perubahan dan
Peraturan Omnibus Law,” Jurnal USM Law Review 3, no. 2 (2020): 385.
7
Arya Setya Novanto dan Ratna Herawati, Op.Cit, 403.
8
Samidjo, Pengantar Hukum Indonesia (Bandung: Armico, 1985), 22.
8
karakteristiknya melibatkan elemen sejarah dan kebutuhan masyarakat Indonesia.
Ini sejalan dengan klaster yang diatur dalam UU Cipta Kerja, yang meliputi
itu, selain meningkatkan penanaman modal asing, penyerapan tenaga kerja yang
9
Arya Setya Novanto dan Ratna Herawati, Op.Cit, 407
10
Ibid, 407-408
11
Osgar Sahim Matompo dan Wafda Vivid Izziyana, “Konsep Omnibus Law dan
Permasalahan RUU Cipta Kerja” 2020, no. 2 (2020): 24.
9
menjadi tujuan akhir perumusan dan pemberlakuan UU Cipta Kerja juga dapat
Ketenagakerjaan. Positivisme hukum diterapkan sesuai salah satu ciri teori hukum
dengan teori hukum dan pembangunan. Teori hukum dan pembangunan mengikuti
yang terjadi di masyarakat dengan tetap menghormati hukum adat yang ada dalam
12
Syarif Hidayatullah dan Ditha Wiradiputra, “Menimbang Efektivitas Undang-Undang
Cipta Kerja Terhadap Peningkatan Investasi Asing,” Jurnal Surya Kencana Satu : Dinamika
Masalah Hukum dan Keadilan 12, no. 2 (2021): 116,
https://doi.org/10.32493/jdmhkdmhk.v12i2.15861.
13
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan (Bandung:
Alumni, 2006).
10
sejarah dan mazhab positivis, maka UU Cipta Kerja akan mampu menciptakan
bahwasanya teori tersebut masih relevan dewasa ini sekalipun telah dicetuskan
puluhan tahun silam. Sebaliknya, UU Cipta Kerja sebagai suatu produk hukum
masyarakat luas.15
14
Ibid.
15
Arya Setya Novanto dan Ratna Herawati, Loc.Cit, 407.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
juga datang agar tidak terjadi tumpang tindih antara satu peraturan dengan
peraturan lainnya. Sebagai satu produk hukum yang sederhana, terpusat, dan
B. Saran
ini masih baru yang membutuhkan kajian mendalam untuk dapat diterapkan
12
Daftar Pustaka
Matompo, Osgar Sahim, dan Wafda Vivid Izziyana. “Konsep Omnibus Law dan
Permasalahan RUU Cipta Kerja” 2020, no. 2 (2020): 22–29.
Nyoman Nidia Sari Hayati, Sri Warjiyati, dan Muwahid. “Analisis Yuridis
Konsep Omnibus Law dalam Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan di
Indonesia.” Jurnal Hukum Samudra Keadilan 16, no. 1 (2021): 1–18.
https://doi.org/10.33059/jhsk.v16i1.2631.
13