Nama : LANGCING
NPM : B2A022025
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
menyelesaikan makalah mata kuliah “Politik Hukum”. Shalawat serta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yaitu Al-Qur’an serta sunnah untuk keselamatan umatnya di dunia
ini.
Makalah ini dibuat karena merupakan salah satu tugas mata kuliah Politik
saya mengucapkan terima kasih yang kepada Bapak Sirman Dahwal S.H.,M.H.
selaku dosen pembimbing mata kuliah Politik Hukum dan kepada segenap pihak yang
sudah memberikan bimbingan serta arahan selama proses penulisan makalah ini.
ini, maka dari itu saya mengharapkan sebuah kritik dan saran yang membangun dari
PENDAHULUAN
Nilai – nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, digali dan bersumber dari
agama, kebudayaan serta adat – istiadat yang terdapat di negara Indonesia. Oleh
karena itu, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum harus dijadikan dasar
dan pedoman untuk menentukan politik hukum dalam pembangunan hukum nasional
Indonesia. Namun demikian, harus diakui bahwa dari dahulu sampai sekarang banyak
(political will) dan politik hukum pemerintah dalam pembangunan hukum nasional
kedudukan dan fungsi Pancasila dalam rangka menyikapi peranan politik hukum
Pada saat ini bangsa Indonesia ada di persimpangan jalan (crossroad) yang sangat
menentukan masa depan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Dalam pengertian ini, apakah pemerintah dapat menjalankan peranan politik
hukumnya sebagai suatu political will untuk membangun hukum nasional yang
berwawasan nusantara dan kebangsaan yang dapat dijadikan sebagai perekat untuk
mempertahankan keutuhan rakyat Indonesia sebagai suatu nation. Oleh karena pada
masa sekarang ini, faktanya masih terdapat produk hukum dan peraturan perundang
politik hukumnya, yang dianggap mencederai rasa keadilan masyarakat Indonesia dan
Nasional (Propenas) Tahun 2000 – 2004, sebagai penjabaran dari Garis – Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) 1999 – 2004, sama sekali tidak memberikan arah dan tujuan
supremasi hukum, serta menghargai hak asasi manusia perlu didukung dengan
mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari pengaruh penguasa
dan pihak mana pun, dan upaya menyelenggarakan proses peradilan secara cepat,
mudah, murah, dan terbuka, serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme dengan tetap
Latar belakang masalah sebagaimana dipaparkan diatas fakta yuridis (das sollen)
dan fakta riil (das sein) yang menjadi rujukan untuk menganalisa masalah /
- Pancasila.
- Teori Hukum Hans Kelsen, yang menyatakan: “Kaedah hukum mempunyai
kelakukan yuridis apabila penentuannya didasarkan pada kaedah yang lebih tinggi
tingkatannya”.
kekuatan yuridis, jikalau kaedah tersebut terbentuk menurut cara yang telah
ditetapkan”.
- Teori Hukum J.H.A. Logemann, yang menyatakan: “Kaedah hukum mengikat
dengan akibatnya”.
Banyak faktor – faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peranan politik
1. Apa Peranan politik hukum dalam pembangunan hukum nasional Indonesia untuk
2. Apa Faktor – faktor yang mempengaruhi peranan politik hukum pemerintah dalam
PEMBAHASAN
yang berlaku dalam suatu negara pada suatu saat. Dengan perkataan lain, ius
adalah hukum yang dicita – citakan oleh pergaulan hidup dan negara, tetapi belum
menjadi kaidah berbentuk undang – undang atau peraturan lain (Ensiklopedi Umum:
1977)”1
nama asing disebut juga ius constitutum sebagai lawan daripada ius constituendum,
yakni kesemuanya kaidah hukum yang kita cita – citakan supaya memberi akibat
sampai saat ini masih banyak peraturan perundang – undangan yang dirasakan sudah
1 Purnadi Purbacaraka, Soerjono Soekanto. Aneka Cara Pembedaan Hukum. Bandung (Penerbit:
Alumni, 1980) Halaman 5.
2 Purnadi Purbacaraka, Soerjono Soekanto.. Ibid. Halaman 6.
tidak sesuai dengan perkembangan jaman, termasuk peraturan perundang – undangan
produk kolonial Belanda. Selain itu, banyak pula peraturan perundang – undangan
sebagai suatu kaidah hukum tidak mempunyai keberlakuan secara yuridis oleh
masalah yang berdiri sendiri, melainkan erat hubungannya dengan masalah – masalah
Oleh karena itu pembangunan hukum nasional tidak mungkin dipisahkan dari
secara positif dan kreatif untuk kemajuan di bidang hukum yang digerakkan secara
serasi, terarah untuk mewujudkan masyarakat yang sadar dan taat pada hukum.
politik hukum yang demikian akan menjadi landasan yang kuat dan memainkan
peranan yang positif terhadap pembangunan hukum nasional sebagai suatu sistem
hukum ideal yang dicita – citakan. Kaidah – kaidah hukum dalam bentuk peraturan
perundang – undangan akan dirasakan tidak hanya sebagai sesuatu yang harus
dipatuhi / ditaati, melainkan akan menjadi bagian dari nilai tata kehidupan
nasional, politik hukum pemerintah harus pula memperhatikan asas – asas hukum
juniversal tetapi tetap becorak pada identitas bangsa Indonesia. Indentitas bangsa
Indonesia tersebuta adalah Pancasila sebagai pandangan hidup (way of life) dan
sumber dari segala sumber hukum. Dengan demikian, peranan politik hukum
pemerintah sangat menentukan arah dan corak dari pembangunan hukum nasional
untuk membentuk sistem hukum ideal yang dicita – citakan. Sistem hukum yang
demikian adalah tatanan hukum yang dapat menjamin tercapainya cita – cita bangsa
yaitu; melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan
yang berdasarkan hukum, harus tetap menjadi semangat yang dinamis dan positif.
maka hukum akan merupakan alat penting yang luwes agar tercapai suasana
kehidupan masyarakat Indonesia yang tertib oleh karena hukum ditaati / dipatuhi atas
dasar kesadaran karena hukum dianggap sebagai suatu budaya. Oleh karena itu,
analisis dari prinsip – prinsip utama hukum tanpa memperhatikan aspek historis
hukum sebetulnya berkisar pada fikiran – fikiran yang menganggap bahwa kesadaran
dalam diri warga – warga masyarakat suatu faktor yang menentukan bagi sahnya
hukum”3
menyataka, “Merupakan suatu keadaan yang dicita – citakan atau dikehendaki, bahwa
3 Purnadi Purbacaraka, Soerjono Soekanto. Sendi – Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum. Bandung
(Penerbit: Alumni, 1979) Halaman 28.
4 Purnadi Purbacaraka, Soerjono Soekanto. Ibid. Halaman 28.
Pembangunan hukum nasional dalam kenyataannya tidak hanya sebatas
undangan yang dianggap sudang usang dan tidak sesuai dengan perkembangan jaman
maka hukum tidak boleh memberikan keadaan statis atau mempertahankan status
quo dari suatu keadaan atau peristiwa. Hukum merupakan sarana yang penting dalam
masyarakat sehingga harus dikembangkan agar dapat memberi ruang gerak bagi
penting mendapat kajian dan penjabaran (uitwerking) secara mendalam agar tujuan
pembentukkan hukum ideal yang dicita – citakan dapat tercapai. Hal tersebut
mirip dengan konsepsi law as a tool of social engineering yang di negara barat
menjadi alat yang ideal untuk memperbaharui prilaku dan pola – pola interaksi
anggapan, yaitu;
1) adanya sikap tindak yang teratur (ajeg) dalam masyarakat atau adanya
2) hukum dalam arti kidah / norma dapat berfungsi sebagai sarana pengendali
sosial (social control) kegiatan manusia / masyarakat dalam interaksi antara yang satu
negara Indonesia adalah Pancasila. Berkaitan dengan itu Kaelan M.S. berpendapat
bahwa, “Pancasila merupakan cita – cita hukum, kerangka berpikir, sumber nilai serta
pengertian inilah maka Pancasila berfungsi sebagai paradigma hukum terutama dalam
kaitannya dengan berbagai macam upaya perubahan hukum, atau Pancasila harus
merupakan paradigma dalam suatu pembaharuan hukum. Materi – materi dalam suatu
produk hukum atau perubahan hukum dapat senantiasa berubah dan diubah sesuai
Hal ini mengingat kenyataan bahwa hukum itu tidak berada pada situasi vacum”5
Agar dapat dibentuk sistem hukum ideal sesuai dengan ekspektasi (yang dicita –
kiranya sangat relevan pendapat Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto yang
a. Syarat keterbukaan yaitu bahwa sidang – sidang di Dewan Perwakilan Rakyat dan
b. Memberikan hak kepada warga masyarakat untuk mengajukan usul – usul (tertulis)
membentuk sistem hukum ideal sesuai yang dicita – citakan, menurut Soerjono
1. Hukum tidak merupakan aturan – aturan yang bersifat ad hoc, akan tetapi merupakan
2. Hukum tadi harus diketahui dan jelas bagi para warga masyarakat yang kepentingan
5. Tidak ada peraturan – peraturan yang saling bertentangan, baik mengenai satu bidang
pada hukum, oleh karena warga – warga masyarakat dapat kehilangan ukuran dan
8. Adanya korelasi antara hukum dengan pelaksanaan atau penerapan hukum tersebut;
6 Purnadi Purbacaraka Soerjono Soekanto. Perundang – Undangan dan Yurisprudensi.
Bandung (Penerbit:PT. Citra Aditya Bakti, 1993) Halaman 11 – 12.
9. Hukum mempunyai landasan yuridis, filosofis maupun sosiologis;
kebudayaan, adat – istiadat, suku, agama dan kepecayaan, serta Indonesia sebagai
negara kepulauan (archipelago) maka agar tercipta sistem hukum nasional yang
ideal, menjadi sangat relevan apabila peranan politik hukum (rechtpolitiek) dalam
tertib hukum tertinggi, yaitu; melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
b. Orientasi landasan yuridis yang tetap berpedoman pada Pancasila sebagai sumber
7 Soerjono Soekanto. Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum. Bandung (Penerbit: Alumni,
1979) Halaman 27.
Sesuai dengan semangat perjuangan, nilai – nilai kemanusiaan dan
kebangsaan serta cita – cita – cita luhur bangsa Indonesia yang terkandung dalam
dari penduduk yang mendiami suatu negara kepulauan. Pedoman yang dapat
8 Mochtar Kusumaatmadja. Konsep – Konsep Hukum Dalam Pembangunan. Bandung (Penerbit: PT.
Alumni, 2006) Halaman 188.
Suatu fakta yang lazim bahwa kaidah – kaidah hukum dalam bentuk peraturan
adakalanya tidak sesuai dengan kepentingan – kepentingan dan nilai – nilai yang
diharapkan oleh masyarakat sebagai suatu pedoman atau patokan interaksi sosial.
kecenderungan bahwa sebagai efek domino dari ketegangan dan gerakan – gerakan
protes tersebut, terjadi gesekan atau konflik di kalangan masyarakat akar rumput
(grass root).
Peranan politik hukum sebagai sarana transformasi struktur dan kultur masyarakat
harus dilakukan dengan kebijakan – kebijakan yang terarah dan terukur. Menurut
1. Masyarakat dibiarkan berkembang secara alami tanpa ada campur tangan dari
pihak manapun. Cara ini biasanya memakan waktu yang sangat lama, kadang –
masyarakat melalui cara ini sering kali terjadi sebagai akibat peristiwa berdarah
secara tiba – tiba. Kelemahan dari cara revolusioner ini ialah bahwa besar
kemungkinannya masyarakat akan mengalami set back karena perubahan itu terjadi
secara mendadak. Karena itu, diabad ke - 20 ini lebih banyak ditempuh cara yang
hukum pemerintah yang dimaksud dalam hal ini adalah kebijakan pemerintah untuk
konsepsi yang demikian didasarkan pada kultural masyarakat indonesia yang sangat
variatif. Oleh karena, apabila perubahan masyarakat dibiarkan secara alami maka
law system atau sistem eropa kontinental. Dalam hal yang demikian, kaidah – kaidah
undangan terlebih dahulu oleh para pembentuk undang – undang (law makers) baru
dan diumumkan melalui Berita Negara. Hal tersebut sangat kontradiktif dengan
9 C.F.G. Sunaryati Hartono. Bhineka Tunggal Ika sebagai Asas Hukum bagi Pembangunan
Hukum Nasional. Bandung (Penerbit:PT. Citra Aditya Bakti, 2006) Halaman 26 – 27.
common law system atau sistem anglo saxon, dimana hukum dibuat atas dasar
kebiasaan – kebiasaan dan pola – pola pergaulan hidup masyarakat sehari – hari.
Dalam hal ini, oleh karena tata cara pembentukan hukum atau peraturan
perundang - undangan Indonesia menganut civil law system atau sistem eropa
kontinental maka dalam proses pembentukan hukum tersebut terdapat faktor – faktor
yang dapat mempengaruhi politik hukum pemerintah untuk membentuk hukum yang
dicita – citakan (ius constituendum) yang ideal bagi masyarakat Indonesia. Faktor –
faktor tersebut dapat diidentifikasi antara lain, adanya penetrasi kepentingan negara –
membentuk sistem hukum ideal yang dicita – citakan tidak sesuai dengan harapan
masyarakat.
Harus diakui bahwa pengaruh negara – negara asing terutama negara – negara
militer dan sebagainya. Dalam hal demikian tersebut, terjadi tawar – menawar
internasional tetapi juga dalam sektor lainnya seperti keamanan, ketertiban dan
Masih jelas dalam ingatan kita ketika awal reformasi 1998, IMF telah memaksakan
Prilaku hipokrit negara – negara maju yang telah memasuki bidang seperti
Sikap hipokrit negara – negara maju sudah terbukti dalam pembentukan undang –
undang tindak pidana suap (bribery) dan tindak pidana pencucian uang. Oleh karena
undangan yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat harus dikaji secara mendalam
dari berbagai aspek. Harus dilihat aspek kemanfaatan terbesar untuk meningkatkan
dan Ullen).
dengan cara mempengaruhi rakyat / masyarakat dan pihak – pihak lain menurut
merupakan pihak yang memerintah (The ruler), sedangkan rakyat / masyarakat yang
berada dalam lingkup kekuasaan pemerintah merupakan pihak yang diperintah (The
sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang
orang lain, baik secara langsung dengan memberikan perintah, maupun secara tidak
langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia (Social power
is the capacity to control the behavior of others either directly by fiat or indirectly by
10 Miriam Budiardjo. Dasar – Dasar Ilmu Politik. Jakarta (Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2000) Halaman 35.
11 Miriam Budiardjo. Ibid. Halaman 35.
Pengambilan keputusan (decision making) dalam menjalankan peranan politik
Kepentingan politik pemerintah sering kali dijadikan alasan dan pertimbangan untuk
tersebut bertentangan dengan syarat – syarat ideal yang harus dipenuhi untuk sahnya
secara sadar maupun tidak sadar akan beranggapan, bahwa hukum akan
berwibawa, apabila hukum tadi berlaku secara yuridis, filosofis dan sosiologis.
Pertama – tama artinya adalah, bahwa hukum tadi diperlakukan sesuai dengan
syarat – syarat yuridis. Kedua hal itu berarti, bahwa hukum tadi adalah sesuai
dengan pandangan hidup atau falsafah hidup dari masyarakat yang bersangkutan.
Dan yang terakhir, hukum tadi memang secara nyata dapat diperlakukan dan benar
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2006 dan Menteri Agama
Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah / Wakil
Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat. Substansi / materi
dari Peraturan Bersama Menteri tersebut sangat tidak sesuai dengan nilai – nilai
hukum yang terkandung di dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 sebagai
tertib hukum yang tertinggi, jiwa dan semangat Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum, Batang Tubuh Undang – Undang Dasar 1945 sebagai norma dasar
(grundnorm) dan Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia.
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2006 dan Menteri Agama
Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah / Wakil
Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat. Substansi / materi
dari Peraturan Bersama Menteri tersebut sangat tidak sesuai dengan nilai – nilai
hukum yang terkandung di dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 sebagai
tertib hukum yang tertinggi, jiwa dan semangat Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum, Batang Tubuh Undang – Undang Dasar 1945 sebagai norma dasar
(grundnorm) dan Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dasar 1945.
khususnya yang termaktub dalam pasal 131 jo. pasal 163 Indische
3. Landasan atau dasar – dasar pokok kebijakan hukum nasional pada era
Republik Indonesia (TAP MPR RI) IV / 1973 Tentang Garis – Garis Besar
4. Pada era Reformasi sekarang ini, sama sekali tidak ada konsep yang jelas
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 – 2004, sama sekali tidak
B. Saran
hukum, serta harus b erorientasi pada cita – cita bangsa Indonesia yang
disintegrasi bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan, H. Bahan Kuliah Politik Hukum. Jakarta (Universitas Jayabaya) Tahun
2012.
Budiardjo, Miriam. Dasar – Dasar Ilmu Politik. Jakarta (Penerbit: PT. Gramedia
Pustaka Utama) Tahun 2000.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (TAP MPR – RI )
IV / 1973 Tentang Garis – Garis Besar Haluan Negara.
M.S., Kaelan. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta (Penerbit:Paradigma) Tahun 2008.
Kusumaatmadja, Mochtar. Konsep – Konsep Hukum Dalam Pembangunan. Bandung
(Penerbit: PT. Alumni) Tahun 2006.
Purbacaraka, Purnadi, Soerjono Soekanto. Sendi – Sendi Ilmu Hukum dan Tata
Hukum. Bandung (Penerbit: Alumni) Tahun 1979Purbacaraka, Purnadi, Soerjono
Soekanto. Aneka Cara Pembedaan Hukum. Bandung (Penerbit: Alumni) Tahun 1980.
Purbacaraka, Purnadi, Soerjono Soekanto. Perundang – Undangan dan Yurisprudensi.
Bandung (Penerbit:PT. Citra Aditya Bakti) Tahun 1993.
.
Soekanto, Soerjono. Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum. Bandung
(Penerbit: Alumni) Tahun 1979
Subekti. Pokok – Pokok Hukum Perdata. Jakarta (Penerbit: PT. Intermasa) Tahun
1994.
Sunaryati Hartono, C.F.G. Bhineka Tunggal Ika sebagai Asas Hukum bagi
Pembangunan Hukum Nasional. Bandung (Penerbit:PT. Citra Aditya Bakti) Tahun
2006.