Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI KENOTARIATAN PROGRAM MAGISTER

LEMBAR JAWAB UJIAN

Prof. Dr. Ni’matul Huda, S.H.,


NAMA Amrih Makarimal Ahmad DOSEN
M.Hum

NIM 20921055 MATA KULIAH Politik Hukum

HARI/TANGGAL Jumat, 06 Agustus 2021 JENIS UJIAN UAS

1. Hukum menurut John austin hukum merupakan perintah dari penguasa yang
berdaulat yang berbentung suatu aturan perundang-undangan dan badan peradilan
yang mempunyai keputusan mengikat.hukum positif harus memenuhi unsur perintah,
sanksi , kewajiban,dan kedauatan. Hukum adalah suatu sistem yang logis dan bersifat
tertutup
Hukum menurut Hans kelsen Command yang menciptakan hukum tidak semata-
mata adalah pembuat undang-undang/ peraturan perundang-undangan. Hukum harus
bersifat murni, hukum juga harus dipisahkan dengan moral sehingga tujuan hukum
adalah kepastian dari hukum itu sendiri.
Kritik yang diberikan dalam kedua teori ini adalah hukum dalam hal pembentukannya
seharusnya bersifat transparan sehingga dalam proses pengawalannya tidak ada unsur-
unsur kepentingan para elit politik yang diselundupkan pada saat pembentukan
peraturan perundang-undangan tertentu. Disamping hukum harus memenuhi unsur
perintah, sanksi kewajiban dan kedaulatan maka perlu dipikirkan ditekankan lagi
bahwa pembentukan atau produk hukum harus sesuai dengan konstitusi dari suatu
negara agar dalam pemberlakuannya tidak terdapat inkonsistensi dalam hukum
konstitusi.
2. Dalam pembentukan hukum dalam suatu negara sudah jelas bahwa lembaga
pemerintahan yaitu lembaga legislatif adalah lembaga yang berwenang untuk
membuat suatu hukum yang tujuannya seharusnya sebagai alat control sosial untuk
mencapai cita-cita negara yang diselaraskan dengan kebiasaan norma yang
berkembang dimasyarakat dan dalam pembentukan suatu hukum harus
mempertimbangkan aspek-aspek sosiologis, filosofis, dan budaya yang berkembang
dimasyarakat. Namun dalam pembentukan suatu hukum tidak bisa dipisahkan dari
peran politik karena para pejabat yang diberi kewenangan untuk pembentukan suatu
hukum terkadang mementingkan kepentingannya bukan kepentingan rakyat
seutuhnya. Karena tidak bisa dipungkiri di parlemen dalam menyusun suatu hukum/
peraturan muncul berbagai kepentingan yang di sampaikan oleh elit politik pada saat
pembentukan hukum.
3. Hukum sebagai control sosial dan hukum sebagai living law menurut para tokoh
rescopaund dan ehrlich, dalam pandangan yang disampaikan oleh kedua tokoh
tersebut terkait dengan perubahan pemikirannya mengenai hukum adalah suatu
trobosan yang luar biasa. Dalam hal ini hukum tidak lagi cukup sebagai aturan yang
karus ditaati oleh masyarakat agar terjaminnya ketertiban melainkan juga untuk
mendorong masyarakat agar terciptanya tatanan perilaku yang mendorong masyarakat
untuk berkembang kearah yang lebih maju. Dengan demikian hukum juga bisa
menunjang masyarakat dalam mengikuti perkembangan jaman dengan
mempertimbangkan teori yang disampaikan oleh Ehrlich yang mana kesemua itu
harus mempertimbangkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Sehingga dalam
pemberlakuaan hukum tidak menyimpang dari nilai-nilai sosial maupun budaya yang
ada pada mmasyarakat tertentu.
4. Dalam konteks politik hukum dibentuknya UU No 02 Tahun 2014 tentang jabatan
notaris yaitu notaris sebagai pejabat yang diberikan wewenang oleh negara dalam
membantu negara dalam pembuatan akta otentik maka perlu adanya pengaturan
terkait dengan kewenagan yang diberikan kepada notaris tersebut agar sesuai apa
yang di mandatkan kepadanya. dalam hal ini pembentuk undang-undang membuat
undang-undang ini bertujuan untuk mengatur para profesi notaris dalam menjalankan
kewenangan jabatannya. Sehingga dalam implementasinya para notaris mempunyai
dasar acuan untuk melakukan sesuatu dalam hal menjalankan jabatan notaris.
dibentuknya peraturan hukum oleh pembentuk undang-undang juga berguna untuk
menciptakan kepastian hukum terhadap para notaris serta masyarakat yang
menggunakan jasa hukum notaris.
5. Konfiguratif politik memang sangat berpengaruh pada arah pembentukan hukum
didalam suatu negara yang mana terdapat 4 konfiguratif politik yaitu, murni
UNIVERSITAS ISLAM
INDONESIA FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI KENOTARIATAN PROGRAM
demokrasi, murni otoriter,gabungan, dan non demokratis dan non otoriter. Upaya
untuk melahirkan prodak hukum yang adil dan responsif dapat dilakukan dengan cara:
- Dalam proses pembentukan undang-undangnya dilakukan secara transparan dan
terbuka
- Materi muatan dalam undang-undang yang akan dibuat berpihak pada
kepentingan rakyat bukan pada kepentingan para kaum elit politik. Secara
langsung para pembentuk undang-undang harus melihat kondisi rakyatnya
- Ruang lingkup penafsiran dalam suatu peraturan perundang-undangan harus ketat
dan terbatas sehingga tidak terjadi adanya multitafsir dalam pengertiannya.
(kepastian hukumnya jelas)
- Tidak bertentangan dengan konstitusional suatu negara.
6. Pandangan terhadap UU Cipta Kerja dan UU KPK yaitu dapat saya sampaikan bahwa
pembentukan hukum (proses legislasi) berhunbungan dengan mengatur masyarakat
melalui kebijakan publik dan hukum merefleksikan pandangan politik saat ini, bukan
soal baik atau buruk. Dalam perspektif ini jika dikaitkan dengan UU cipta kerja
maupun UU KPK secara proses pembentukannya merefleksikan pandangan politik
bahwa pengasa ingin mengatur masyarakat dan aspek lainnya untuk melaksanakan
kebijakan yang lahir atas kumpulan pandangan politiknya terhadap kondisi yang
sedang berlangsung di era ini. Misalnya dalam UU Cipta Kerja melihat peluang
investor untuk masuk dan ikut mengembangkan pembangunan yang ada di indonesia.
Serta dalam undang-undang KPK karena meman perannya hanya sebagai lembaga Ad
Hoc maka secara berangsur pula dikembalikan pada lembaga polri dan kejaksaan agar
bisa dimaksimalkan lagi serta mempertimbangkan anggaran yang saat ini dipakai
untuk pemberantasan korupsi. Proses legalisasi UU Cipta Kerja dan UU KPK in erat
kaitannya dengan Politik Landscae dimana pembentukan bercermin pada keadan saat
itu dan tidak melihat dengan baik/ buruknya meski dalam proses pembentukannya
sudah banyak hal yang tidak berjalan dengan baik serta terdapat banyak aspek yang
justru merugikan masyarakat yang dapat dilihat dari substansial Pasal yang terdapat
dalam UU tersebut sehingga tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari
pementukan hukum ini.

Anda mungkin juga menyukai