Anda di halaman 1dari 4

1.

Analisis Saya :

Dalam menentukan RKUHP tentu terjadi berbagai rekasi gelombang protes terhadap
sejumlah pasal RKUHP dari masyarakat, pegiat hukum dan mahasiswa. Maka sebelum
menentukan RKUHP sebagai DPR berhak mengadakan voting terbuka atau kompromi
karna walau tujuannya seperti yang diinginkan Lili Rasjidi menciptakan masyarakat
damai dan mengatur Tindakan yang dapat merugikan orang banyak alangkah baiknya
harus mencapai titik kesepakatan Bersama tiap daerah seluruh republik Indonesia
dengan diwakili oleh sebahagian masyarakat agar terhindar dari gelombang protes dan
tercapatnya masyarakat yang damai dan harmonis.

Tujuan hukum menurut Lili Rasjidi

untuk mencapai keadilan, yaitu menjamin terpenuhinya hak-hak asasi setiap individu
dalam masyarakat.

Hal ini dapat diwujudkan melalui penerapan prinsip-prinsip dasar hukum yang menjamin


terpenuhinya hak-hak tersebut bagi setiap individu yang terkena dampak dari
tindakan hukum.

Selain itu, tujuan hukum menurut Lili Rasjidi juga merupakan upaya untuk menciptakan


masyarakat yang damai dan harmonis, dengan mengatur tindakan-tindakan yang dapat
merugikan hak-hak asasi orang lain atau merusak keseimbangan masyarakat.

Bila dikaitkan dengan RKUHP, maka tujuan hukum tersebut dapat diwujudkan melalui


penerapan prinsip-prinsip dasar hukum pidana yang tercantum dalam RKUHP, seperti
prinsip keadilan, prinsip kepastian hukum, prinsip kemanfaatan, dan prinsip keadilan
restoratif.

Secara keseluruhan, tujuan hukum menurut Lili Rasjidi dapat terwujud melalui


penerapan prinsip-prinsip dasar hukum pidana yang tercantum dalam RKUHP, yaitu
untuk mencapai keadilan bagi para pelaku tindak pidana, serta untuk menjamin
terpenuhinya hak-hak asasi setiap individu dalam masyarakat.

Itulah pembahasan tentang bagaimana analisis saudara terhadap RKUHP ini bila


dikaitkan dengan tujuan hukum menurut Lili Rasjidi
2.
a. Analisis Saya :
Hukum Tertulis dan tidak tertulis sudah diterapkan dimasyarakat dan sebahagian
masyarakat sudah memahami hukum tersebut dan enggan dilanggar karna dapat
dipidana yang membuat orang itu rugi sendiri begitu juga hukum tidak tertulis disetiap
tempat berbeda yang masyarakat itu sendiri juga memahami contohnya seperti hukum
adat yang ditaati oleh lingkup masyarakat adat tersebut

Hukum tertulis ialah hukum yang dicantumkan atau ditulis dalam perundang-undangan.
Contohnya :

Hukum tertulis yang sudah dikodifikasikan adalah hukum tertulis yang penyusunannya
secara sistematis, lengkap, teratur, dan telah dibukukan sehingga tidak perlu adanya
peraturan pelaksanaan.

Contohnya

 KUHP
 KUHPdt
 KUHD

Hukum tidak tertulis merupakan kebalikan dari Hukum Tertulis. Hukum tidak tertulis
yaitu hukum yang tidak dituangkan/ dicantumkan dalam peraturan Perundang-
undangan. Hukum tidak tertulis merupakan hukum yang hidup/ berjalan dan tumbuh
dalam kehidupan masyarakat/ adat atau dalam praktik ketatanegaraan/ konversi.

Contoh Hukum Tidak Tertulis:

Hukum Adat yang tidak ditulis/ tidak dicantumkan dalam perundang-undangan namun
peraturannya sudah tertanam dan dipatuhi oleh daerah tertentu/ adat tertentu
sehingga menjadi sebuah pedoman dalan tata pelaksanaan kehidupan
bermasyarakat.Hukum tidak tertulis merupakan hukum yang dianggap tidak
bisa konsisten, dikarenakan hukum tidak tertulis peraturannya dapat berubah sewaktu-
waktu sesuai keadaan dan kepentingan yang menghendakinya.
b. Kasus dan perbuatan secara utuh yang dimulai dari motif, niat, hingga tujuan dari
perbuatan yang dilakukan,
Argumen saya seharusnya Pemahaman terhadap kasus juga diperlukan agar berdirinya
sebuah kasus tidak saling bercampur yang mengakibatkannya menjadi tidak jelas, oleh
karena itu pemahaman terhadap kasus sanagat diperlukan agar dapat memperoleh
peradilan yang semestinya dan yang sebenar-benarnya.
alangkah baiknya Mahkamah Agung dengan Kekuasaan Kehakimannnya dalam setiap
kasus ini harus lebih mempertimbangkan rasa keadilan berdasarkan hukum yang
substansif karena putusan yang baik itu adalah dapat tercapainya putusan x substansif
dan prosedural, Maka sebab itulah Hakim diwajibkan menggali, mengikuti dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Kewajiban
untuk menggali, mengikuti dan mmahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat menjadi kewajiban yang mutlak bagi hakim dalam mengadili perkara,
karena hal tersebut didasarkan atas setiap putusan hakim harus sesuai dengan hukum
dan rasa keadilan masyarakat.

3.
Menurut Sudikno Mertokusumo, hukum dibagi menjadi dua yaitu :

1.Ius Constitutum adalah hukum yang berlaku di masa sekarang


2.Ius Contituendum adalah hukum yang dicita-citakan untuk diterapkan di masa
mendatang.

Hukum Positif (ius constitutum) adalah sekumpulan asas atau hukum tertulis dan tidak
tertulis yang berlaku dan mengikat secara umum dan khusus. Penegakkan hukum positif
dilakukan oleh pengadilan dan pemerintah dalam negara Indonesia. Positivisme hukum
adalah tesis bahwa keberadaan dan isi hukum bergantung pada fakta sosial dan bukan
pada kemampuannya. Positivisme hukum adalah pendekatan yurisprudensi untuk
menafsirkan hukum secara positif. Aliran ini berusaha untuk memisahkan hukum dari
keprihatinan etis dan modern dan lebih berfokus pada struktur dan asal-usulnya.
Beberapa pencetus yang berpengaruh utama pada aliran ini adalah John Austin, Jeremy
Bentham dan Thomas Hobbes.Dari sudut pandang aliran positivisme hukum, hukum
positif harus memenuhi unsur keberlakuan yuridis.

Hukum positif adalah substansi hukum yang terdiri atas 3 unsur yaitu struktur,
substansi, dan budaya hukum. Ciri-ciri positivisme hukum antara lain:
1.hukum adalah perintah manusia
2.tidak ada hubungan yang diperlukan antara hukum dan moralitas, yaitu antara hukum
sebagaimana adanya dan sebagaimana seharusnya
3.analisis (atau studi tentang makna) konsep-konsep hukum bermanfaat dan harus
dibedakan dari sejarah atau sosiologi hukum, serta dari kritik atau penilaian hukum,
misalnya berkenaan dengan nilai moralnya atau tujuan atau fungsi sosialnya
4.sistem hukum adalah sistem yang tertutup dan logis di mana keputusan yang benar
dapat disimpulkan dari aturan hukum yang telah ditentukan sebelumnya tanpa
mengacu pada pertimbangan sosial (formalisme hukum)
5.penilaian moral, tidak seperti pernyataan fakta, tidak dapat ditetapkan atau
dipertahankan dengan argumen rasional, bukti, atau pembuktian

4.
UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja mengubah sebagian ketentuan UU No.13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, salah satunya terkait ketentuan outsourcing.
Selama ini outsourcing dalam UU Ketenagakerjaan diartikan sebagai penyerahan
sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain. Penyerahan sebagian pekerjaan itu
dilakukan melalui 2 mekanisme yaitu perjanjian pemborongan pekerjaan atau
penyediaan jasa pekerja/buruh.

Tapi, UU Cipta Kerja mengubah ketentuan outsourcing dengan menghapus Pasal 64 dan
Pasal 65 serta mengubah Pasal 66 UU Ketenagakerjaan. Outsourcing dalam UU Cipta
Kerja dikenal dengan istilah alih daya. PP No.35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan
Kerja (PP PKWT-PHK) menyebutkan perusahaan alih daya adalah badan usaha
berbentuk badan hukum yang memenuhi syarat untuk melaksanakan pekerjaan
tertentu berdasarkan perjanjian yang disepakati dengan perusahaan pemberi pekerjaan.

Sebelumnya dalam UU Ketenagakerjaan mengatur batasan jenis kegiatan yang dapat


dikerjakan oleh buruh outsourcing. Misalnya, tidak boleh melaksanakan kegiatan pokok
atau berhubungan langsung dengan proses produksi; buruh outsourcing hanya
mengerjakan kegiatan penunjang atau tidak berhubungan langsung dengan proses
produksi. Tapi, dalam UU Cipta Kerja menghapus batasan tersebut.

Sekarang tidak ada lagi pembatasan kegiatan usaha utama dan penunjang. Pekerja alih
daya bisa dilibatkan untuk pekerjaan inti (utama) atau produksi perusahaan,”

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai