Anda di halaman 1dari 5

NAMA : TRI HARI AJI PRANOTO

NIM : 1710116464

SEMESTER/KELAS : VII PAGI B

RINGKASAN POLITIK HUKUM KULIAH KE 12


POLITIK HUKUM DALAM PRESPEKTIF

PEMBENTUKAN DAN PENEGAKAN HUKUM

POLITIK DAN HUKUM

Dalam rangka mengatur tata kehidupan, negara tidak dapat dan tidak dibenarkan
bertindak seenaknya. Perlu adanya aturan-aturan yang jelas dan mengikat (Hukum/Per-uu-
an). Mengikat terhadap negara dan mengikat terhadap rakyatnya.

Dari segi (ilmu)politik Hukum diartikan sebagai proses-proses, asas-asas, patokan-


patokan, dan aturan-aturan, yang menentukan pola-pola hubungan antara manusia dengan
manusia, manusia dengan lembaga, antara yang berkewenangan mengatur dan memerintah
dengan yang diatur dan diperintah, dan untuk menanggulangi serta menyelesaikan soal-soal
perbedaan kepentingan antara manusia-manusia dan lembaga-lembaga dalam suatu
pengelompokan masyarakat yg terpadu.

POLITIK HUKUM DI INDONESIA

Tiada suatu negara tanpa politik hukum. Politik hukum, ada yang bersifat tetap
(permanen) dan ada yang temporer. Yang tetap, berkaitan dengan sikap hukum yang akan
selalu menjadi dasar kebijaksanaan pembentukan dan penegakan hukum. Yang bersifat
temporer akan berubah sesuai kebutuhan dari waktu ke waktu.

Politik hukum yang bersifat tetap di Indonesia, antara lain:

1. Ada satu kesatuan sistem hukum Indonesia.


2. Sistem hukum nasional dibangun berdasarkan dan untuk memperkokoh sendi2
Pancasila dan UUD 1945.
3. Tidak ada hukum yg memberikan hak2 istimewa pd warga negara tertentu berdsrkan
suku, ras atau agama.
4. Pembentukan hukum memperhatikan kemajemukan masyarakat.
5. Hukum adat dan hukum tidak tertulis lainnya diakui sebagai subsistem hukum
nasional sepanjang nyata-nyata hidup dan dipertahankan dalam pergaulan masyarakat.
6. Pembentukan hukum sepenuhnya didasarkan pada partisipasi masyarakat.
7. Hukum dibentuk dan ditegakkan demi kesejahteraan umum (keadilan sosial bagi
seluruh rakyat) terwujudnya masyarakat Indonesia yang demokratis dan mandiri serta
terlaksanakannya Negara berdasarkan atas hukum dan berkonstitusi.

Politik hukum temporer adalah kebijaksanaan yang ditetapkan dari waktu ke waktu
sesuai dengan kebutuhan. Politik hukum tidak terlepas dari kebijaksanaan di bidang lain.
Penyusunan politik hukum harus diusahakan selalu seiring dengan aspek-aspek
kebijaksanaan di bidang ekonomi, politik, social dan sebagainya.

Namun demikian, setidak-tidaknya ada dua lingkup utama politik hukum, yaitu:

1. Politik pembentukan hukum; dan


2. Politik penegakan hukum.

POLITIK PEMBENTUKAN HUKUM

Politik pembentukan hukum adalah kebijaksanaan yang bersangkutan dengan


penciptaan, pembaharuan dan pengembangan hukum. Politik pembentukan hukum
mencakup:

1. Kebijaksanaan (pembentukan) perundang-undangan.


2. Kebijaksanaan (pembentukan) hukum yurisprudensi atau putusan hakim; dan
3. Kebijaksanaan terhadap peraturan tidak tertulis lainnya.

Politik penegakan hukum adalah kebijaksanaan yang yang bersangkutan dengan:

1. Kebijaksanaan dibidang peradilan; dan


2. Kebijaksanaan dibidang pelayanan hukum.

PERAN POLITIK HUKUM

DALAM PEMBENTUKAN DAN GAKKUM

Keanekaragamaan tujuan dan alasan dibuatnya peraturan perundang-undangan


disebut sebagai politik hukum (legal policy). Menurut Hikmahanto Juwana, pembuatan
peraturan perundang-undangan, politik hukum sangat penting. Ada dua hal yg paling penting,
yakni: Pertama sebagai alasan mengapa diperlukan pembentukan suatu peraturan perundang-
undangan. Kedua, untuk menentukan apa yang hendak diterjemahkan kedalam kalimat
hukum dan menjadi perumusan pasal.

Dua hal ini penting tsb, karena keberadaan peraturan perundang-undangan dan perumusan
pasal merupakan “jembatan” antara politik hukum yang ditetapkan dengan pelaksanaan
politik hukum tersebut dalam tahap implementasi peraturan perundang-undangan. Sedikit
gambaran untuk mengetahui peranan politik hukum dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan di Indonesia, dapat digambarkan pada masa pemerintahan beberapa
presiden Indonesia.

PERAN PEMERINTAH DALAM GAKKUM

Pertama, pemerintah bertanggung jawab penuh untuk mengelola wilayah dan


rakyatnya untuk mencapai tujuan dalam bernegara. Bagi Indonesia sendiri, pernyataan tujuan
bernegara sudah dinyatakan dengan tegas oleh para pendiri Negara dalam pembukaan UUD
1945, diantaranya: “…melindungi bangsa dan memajukan kesejahteraan umum.”

Kedua, tidak hanya tanggung jawab, pemerintah pun mempunyai kepentingan


langsung untuk menciptakan kondisi yang kondusif dalam menjalankan pemerintahannya.
Birokrasi dan pelayanan masyarakat yang berjalan dengan baik, serta keamanan masyarakat.
Dengan adanya penegakan hukum yang baik, akan muncul pula stabilitas yang akan
berdampak pada sector politik dan ekonomi. Menjadi sebuah penyederhanaan yang
berlebihan bila dikatakan penegakan hukum hanyalah tanggung jawab dan kepentingan
lembaga yudikatif.

Ketiga, sama sekali tidak dapat dilupakan adanya dua institusi penegakan hukum
lainnya, yang berada di bawah lembaga eksekutif, yaitu kepolisian dan kejaksaan. Penegakan
hukum bukanlah wewenang PN, PT & Mahkamah Agung semata. Dalam konteks keamanan
masyarakat dan ketertiban umum, kejaksaan dan kepolisian justru menjadi ujung tombak
penegakan hukum yang penting, karena ia langsung berhubungan langsung dengan
masyarakat.

ADA 3 HAL TITIK TEMU ANTARA POLITIK & HUKUM, YAKNI:

1. Pada waktu penentuan pejabat hukum. Walaupun tidak semua proses penetapan pejabat
hukum melibatkan politik, akan tetapi proses itu terbuka bagi keterlibatan politik.
2. Proses pembuatan hukum itu sendiri. Setiap proses pembuatan kebijaksanaan formal yang
hasilnya tertuang dalam bentuk hukum pada dasarnya adalah produk proses politik.

3. Proses pelaksanaan hukum. Di mana pihak-pihak yang berkepentingan berusaha


mempengaruhi pelaksanaan kebijaksanaan yang sudah berbentuk hukum tersebut.

PENGARUH POLITIK DALAM PEMBENTUKAN HUKUM

1. Peranan Struktur dan Infrastruktur Politik

Menurut Daniel S. Lev, yang paling menentukan dalam proses hukum adalah
konsepsi dan struktur kekuasaan politik. Yaitu bahwa hukum sedikit banyak selalu
merupakan alat politik, dan bahwa tempat hukum dalam negara, tergantung pada
keseimbangan politik, defenisi kekuasaan, evolusi idiologi politik, ekonomi, sosial, dan
seterusnya

2. Pengaruh Kelompok Kepentingan dalam Pembentukan Hukum

Di luar kekuatan-kekuatan politik yang duduk dalam institusi-instusi politik, terdapat


kekuatan-kekuatan lainnya yang memberikan kontribusi dan mempengaruhi produk hukum
yang dilahirkan oleh institusi-institusi politik. Kekuatan tersebut berbagai kelompok
kepentingan yang dijamin dan diakui keberadaan dan perannya menurut ketentuan hukum
sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, seperti kalangan pengusaha, tokoh ilmuan,
kelompok organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, tokoh agama, lembaga swadaya
masyarakat dan lain-lain.

Bahkan UU. RI No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Per-Undang-Undangan, dalam Bab. X menegaskan adanya partisipasi masyarakat


yaitu yang diatur dalam Pasal 53: “Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau
tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Undang Undang dan
Rancangan Peraturan Daerah.”

3. Pengaruh Sistem Politik Indonesia

Beberapa prinsip penting dlm sistem politik Indonesia, adalah sistem yang
berdasarkan prinsip negara hukum, prinsip konstitusional serta prinsip demokrasi. Ketiga
prinsip ini saling terkait dan saling mendukung, kehilangan salah satu prinsip saja akan
mengakibatkan pincangnya sistem politik ideal yg dianut. Prinsip negara hukum mengandung
tiga unsur utama, yaitu pemisahan kekuasaan (check and balances), prinsip (due process of
law), jaminan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan jaminan serta perlindungan terhadap
hak-hak asasi manusia.

Prinsip konstitusional mengharuskan setiap lembaga-lembaga negara pelaksana


kekuasaan negara bergerak hanya dalam koridor yang diatur konstitusi dan berdasarkan
amanat yang diberikan konstitusi.

Anda mungkin juga menyukai