Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana yang diterangkan dalam

penjelasan UUD 1945. Dengan demikian maka segala sesuatu yang

berhubungan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan harus

berlandaskan dan berdasarkan atas hukum, sebagai barometer untuk mengukur

suatu perbuatan atau tindakan telah sesuai atau tidak dengan ketentuan yang

telah disepakati.

Negara hukum adalah suatu negara yang di dalam wilayahnya terdapat

alat-alat perlengkapan negara, khususnya alat-alat perlengkapan dari

pemerintah dalam tindakan-tindakannya terhadap para warga negara dan

dalam hubungannya tidak boleh sewenang-wenang, melainkan harus

memperhatikan peraturan-peraturan hukum yang berlaku, dan semua orang

dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk pada peraturan-peraturan

hukum yang berlaku (Wirjono Prodjodikoro, 1991: 37).

Sehubungan dengan pernyataan tersebut, maka hukum merupakan

himpunan peraturan yang mengatur tatanan kehidupan, baik berbangsa

maupun bernegara, yang dihasilkan melalui kesepakatan dari wakil-wakil rakyat

yang ada di lembaga legislatif. Produk hukum tersebut dikeluarkan secara

demokratis melalui lembaga yang terhormat, namun muatannya tidak dapat

dilepaskan dari kekuatan politik yang ada di dalamnya.

1
Suatu negara yang menganut sistem demokrasi, maka segala sesuatunya

harus dirumuskan secara demokrasi, yaitu dengan melihat kehendak dan

aspirasi dari masyarakat luas sehingga produk yang dihasilkan itu sesuai

dengan keinginan hati nurani rakyat. Tetapi apabila sebaliknya maka terlihat

bahwa produk hukum yang dikeluarkan tersebut dapat membuat masyarakat

menjadi resah dan cenderung tidak mematuhi ketentuan hukum itu.

Pelaksanaan roda kenegaraan tidak dapat dilepaskan dari bingkai

kekuasaan, karena dalam negara terdapat pusat-pusat kekuasaan yang

senantiasa memainkan peranannya sesuai dengan tugas dan wewenang yang

telah ditentukan. Namun dalam pelaksanaannya sering berbenturan satu sama

lain, karena kekuasaan yang dijalankan tersebut berhubungan erat dengan

kekuasaan politik yang sedang bermain. Jadi negara, kekuasaan, hukum dan

politik merupakan satu kesatuan yang sulit untuk dipisahkan, karena semua

komponen tersebut senantiasa bermain dalam pelaksanaan roda kenegaraan

dan pemerintahan.

Komponen-komponen ini (negara, kekuasaan, hukum dan politik) hanya

akan berjalan dengan semestinya apabila ada pelaksana yang mengerti tentang

bagaimana cara kerja keempat komponen ini. Diantara banyak pelaksana

negara, kekuasaan, hukum dan politik ini terdapat mereka yang disebut sebagai

pejabat negara, baik secara umum maupun secara khusus.

Diantara para pejabat umum yang memangku tugas dari negara,

terdapat pejabat yang disebut dengan notaris. Adapun notaris adalah pejabat

2
umum yang khusus ditunjuk oleh negara untuk menangani masalah-masalah

pembuatan akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan

yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan

dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian

tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan

kutipannya, semua sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum

tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain.

Kegiatan notaris di Indonesia banyak dipengaruhi oleh politik dan hukum

itu sendiri. Pengaruh politik dapat terlihat dari dibuatnya suatu produk politik

yang berupa undang-undang khusus yang mengatur mengenai jabatan notaris

(Undang-Undang Jabtan Notaris atau UUJN). Dan status Indonesia yang

merupakan negara hukum tentunya juga akan mempengaruhi setiap tindakan

dan perbuatan para notaris karena mereka harus berpedoman pada hukum-

hukum yang berlaku.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas

mengenai negara hukum, politik hukum, serta kaitan kedua hal tersebut dengan

notaris.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Negara Hukum

Indonesia berdasarkan UUD 1945 berikut perubahan-perubahannya

adalah negara hukum artinya negara yang berdasarkan hukum dan bukan

berdasarkan kekuasaan belaka. Negara hukum didirikan berdasarkan ide

kedaulatan hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Adapun Negara hukum adalah

negara yang menempatkan hukum pada tempat yang tertinggi, yang meliputi

perlindungan terhadap hak asasi manusia, pemisahan kekuasaan, setiap

tindakan pemerintah didasarkan pada peraturan perundang-undangan, dan

adanya peradilan yang berdiri sendiri.

Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH ada dua belas ciri penting dari

negara hukum diantaranya adalah : supremasi hukum, persamaan dalam

hukum, asas legalitas, pembatasan kekuasaan, organ eksekutif yang

4
independen, peradilan bebas dan tidak memihak. peradilan tata usaha negara,

peradilan tata negara, perlindungan hak asasi manusia, bersifat demokratis,

sarana untuk mewujudkan tujuan negara, dan transparansi dan kontrol sosial.

Namun secara umum, prinsip-prinsip negara hukum meliputi hal-hal berikut ini :

1. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia yang

mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi dan

kebudayaan. Maksudnya adalah:

 Konstitusi harus menjamin adanya perlindungan hak-hak bagi rakyat

oleh penguasa, termasuk menjamin bahwa undang-undang dan peraturan

perundang-undangan dibawahnya tidak bertentangan dengan hak-hak

dalam konstitusi.

 Adanya jaminan mengenai hak asasi manusia di dalam konstitusi.

2. Peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak dipengaruhi oleh

sesuatu kekuasaan atau kekuatan apa pun, dalam artian semua orang memiliki

kedudukan yang sama di hadapan hukum. Seseorang yang berkuasa di dalam

suatu negara tidak boleh menggunakan kekuasaannya untuk dapat lolos dari

jerat hukum.

3. Legalitas dalam arti hukum, dalam artian setiap tindakan penguasa harus

didasarkan kepada hukum (konstitusi) dan ada sarana untuk menguji

(mengukur) keabsahan (konstitusionalitas) tindakan penguasa yang dilakukan

oleh penguasa lain dengan tingkatan yang lebih tinggi atau dengan kata lain,

kekuasaan yang satu dibatasi oleh kekuasaan yang lain (Power Limits Power).

5
B. Politik Hukum

Politik hukum (rechtpolitiek) berasal dari kata rechts yang berarti hukum,

atau ketetapan (provision) serta kata politiek yang berarti kebijakan (policy)/

beleid (van der sat). Sehingga dapat diperoleh pengertian umum bahwa politik

hukum berarti kebijakan hukum. Kebijakan hukum dapat berarti sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak dalam bidang

hukum.

Beberapa ahli mencoba untuk memberikan definisi mengenai politik

hukum ini diantaranya adalah :

Padmo Wahyono : Politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara yang

bersifat mendasar dalam menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum yang

akan dibentuk dan tentang apa yang akan dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu. Maka menurutnya politik hukum berkaitan dengan

hukum yang berlaku dimasa datang (ius constituendum).

Teuku Mohammad Radhie : Politik hukum sebagai suatu pernyataan

kehendak penguasa negara mengenai yang berlaku diwilayahnya/berlaku saat

ini (ius constitutum), dan mengenai arah perkembangan yang akan

dibangun/hukum yang berlaku dimasa mendatang (ius constituendum).

6
Satjipto Rahardjo : Politik Hukum adalah aktivitas untuk menentukan suatu

pilihan mengenai tujuan dan cara–cara yang hendak dipakai untuk mencapai

tujuan hukum dalam masyarakat.

Moh.Mahfud MD : Politik hukum adalah legal policy yang akan atau telah

dilaksanakan secara nasional oleh Pemerintah Indonesia yang meliputi:

pertama, pembangunan hukum yang berintikan pembuatan dan pembaruan

terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan kebutuhan; kedua,

pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk penegasan fungsi-

fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum. Dari pengertian tersebut

terlihat politik hukum mencakup proses pembuatan dan pelaksanaan hukum

yang dapat menunjukkan sifat dan ke arah mana hukum akan dibangun dan

ditegakkan. Dengan demikian, politik hukum adalah arahan atau garis resmi

yang dijadikan dasar pijak dan cara untuk membuat dan melaksanakan hukum

dalam rangka mencapai tujuan bangsa dan negara. Politik hukum merupakan

upaya menjadikan hukum sebagai proses pencapaian tujuan negara. Politik

hukum dapat dikatakan juga sebagai jawaban atas pertanyaan tentang mau

diapakan hukum itu dalam perspektif formal kenegaraan guna mencapai tujuan

negara.

Politik hukum sebagai kebijakan hukum (legal policy) hendaknya

diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan negara

tertentu. Politik hukum nasional meliputi :

7
1. Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada secara konsisten (ius

constitutum)

2. Pembaharuan terhadap hukum dan penciptaan ketentuan hukum baru

yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan perkembangan yang terjadi dalam

masyarakat (ius constituendum)

3. Penegasan fungsi lembaga penegak atau pelaksana hukum dan

pembinaan anggotanya

4. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat menurut persepsi elit

pengambil kebijakan.

C. Kaitan Negara Hukum dan Politik Hukum Dengan Notaris

Notaris sebagai pejabat umum memiliki peranan sentral dalam

menegakkan hukum di Indonesia, karena selain kuantitas notaris yang begitu

besar, notaris dikenal masuk kelompok elit di Indonesia. Notaris sebagai

kelompok elit berarti notaris merupakan suatu komunitas yang secara

sosiologis, ekonomis, politis serta psikologis berada dalam stratifikasi yang

relatif lebih tinggi diantara masyarakat pada umumnya.

Keberadaan suatu negara hukum mengharuskan adanya pejabat yang

dapat membantu mengatur perhubungan hukum antar warga negara. Di sinilah

peran seorang notaris dibutuhkan. Bukan hanya membutuhkan polisi, jaksa atau

hakim (yang berfungsi sebagai penegak hukum), namun dalam suatu negara

8
hukum, setiap perbuatan warga negaranya berkonsekuensi hukum. Sehingga

untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dalam melakukan

perhubungan-perhubungan hukum itu, maka notaris telah ditunjuk dan diangkat

oleh negara untuk menangani masalah-masalah perhubungan hukum antar

warga masyarakat itu.

Adapun salah satu tujuan politik hukum Indonesia adalah penegasan

fungsi lembaga penegak atau pelaksana hukum dan pembinaan anggotanya.

Dan salah satu pelaksana hukum ini adalah notaris. Dengan adanya penegasan

pada keberadaan notaris sebagai salah satu pelaksana hukum, berarti notaris

telah mendapat hak yang legal untuk menangani perhubungan hukum antar

masyarakat. Selain itu, akta yang dibuat oleh notaris adalah suatu produk

hukum yang diakui kebenarannya, yaitu suatu produk yang lahir oleh kebijakan

politik hukum.

BAB III
KESIMPULAN

9
Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan di atas, maka

kesimpulan yang dapat saya berikan adalah sebagai berikut :

1. Ada beberapa prinsip penting di dalam suatu negara hukum yaitu:

a. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia yang

mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial,

ekonomi dan kebudayaan ;

b. Peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak dipengaruhi

oleh sesuatu kekuasaan atau kekuatan apa pun ; dan

c. Legalitas dalam arti hukum.

2. Politik hukum nasional Indonesia meliputi beberapa hal berikut :

a. Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada secara konsisten (ius

constitutum) ;

b. Pembaharuan terhadap hukum dan penciptaan ketentuan hukum baru

yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan perkembangan yang terjadi dalam

masyarakat (ius constituendum) ;

c. Penegasan fungsi lembaga penegak atau pelaksana hukum dan

pembinaan anggotanya ; dan

d. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat menurut persepsi elit

pengambil kebijakan.

3. Keberadaan notaris dibutuhkan di dalam suatu negara hukum agar dapat

mengatur perhubungan hukum antar masyarakat di dalamnya. Akta notaris

juga merupakan suatu produk hukum yang lahir dari kebijakan politik hukum.

DAFTAR PUSTAKA

10
Abdul Ghofur Anshori. Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif
Hukum dan Etika. UII Press. Yogyakarta. 2009.

Habib Adjie. Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap UU


No.30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Rafika Aditama.
Bandung. 2008.

Wirjono Prodjodikoro. Asas-Asas Ilmu Negara Hukum dan Politik.


Eresco. Jakarta. 1991.

www.google.co.id

www.hukumonline.com

11

Anda mungkin juga menyukai