nting yang harus diperhatikan dengan saksama. Pertama, menerima masukan meng
enai nilai-nilai atas tujuan yang didapat dari hasil olahan filsafat hukum dan memili
h nilai-nilai atau tinjauan terbaik yang hendak dicapai. Selanjutnya, nilai-nilai yang t
elah dipilih tersebut dirumuskan untuk menjadi alat dalam mencapai tujuan nasion
al. Kemudian tujuan hukum dijabarkan lagi dalam bidang-bidang yang lain, seperti
bidang ekonomi,sosial, pendidilan, politik, dan pertahanan, serta keamanan nasion
al (han-kamnas). Kedua, politik hukum merumuskan pula tentang cara-cara untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan dengan menerangkannya ke dalam peratur
an perundang-undangan sebagai hukum positif.
Moh. Mahfud M.D. mendefinisikan politik hukum sebagai legal policy atau g
aris (kebijakan) resmi tentang hukum yang akan diberlakukan, baik dengan pembua
tan hukum baru maupun dengan penggantian hukum lama dalam rangka mencapai
tujuan negara. Dengan demikian, politik hukum merupakan pilihan tentang huku
m-hukum yang akan diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang ak
an dicabut atau tidak diberlakukan.
Semuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara seperti yang tercan-tum di d
alam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.
Menurut Suteki, politik hukum dapat dibedakan dalam dua dimensi. Dimensi
yang pertama adalah politik hukum yang menjadi alasan dasar dari diadakannya sua
tu peraturan perundang-undangan atau disebut juga dengan kebijakan dasar (basic
policy). Dimensi kedua dari politik hukum adalah tujuan atau alasan yang muncul di
balik pemberlakuan suatu pera-turan perundang-undangan atau disebut kebijakan
pemberlakuan (enact-ment policy). Keberadaan kebijakan pemberlakuan sangat do
minan di negara berkembang karena peraturan perundang-undangan kerap dijadik
an instrumen politik oleh pemerintah atau penguasanya, baik dalam hal yang bersif
at positif maupun negatif.
Dalam pandangan Bernard L.Tanya, politik hukum lebih mirip suatu etika ya
ng menuntut tujuan yang dipilih harus dapat dibenarkan oleh akal sehat dan dapat d
iuji serta cara yang ditetapkan untuk mencapainya harus dapat diuji dengan kriteria
moral. Oleh karena itu, perlu ditekankan sekali lagi bahwa politik selalu bersifat ide
al dan berangkat dari idealisme. Politik hukum yang dirumuskan Padmo Wahyono s
ebagai kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk, maupun isi dari hukum yan
g akan dibentuk telah dinilai sangat tepat. Hal ini karena politik hukum berkaitan er
at dengan hukum yang diharapkan (ius constituendum).
Politik hukum hadir di titik perjumpaan antara realisme hidup dengan tuntut
an idealisme. Politik hukum berbicara tentang "apa yang seharusnya" yang tidak sel
amanya identik dengan “apa yang ada”. Secara singkat, pem-bicaraan politik huku
m merupakan what ought terhadap what is. Politik hukum tidak bersikap pasif terha
dap “apa yang ada” tetapi aktif mencari “apa yang seharusnya”. Dengan kata lai
n, politik hukum tidak boleh terikat pada “apa yang ada”, tetapi harus mencari jal
an keluar kepada “apa yang seharus-nya”. Oleh karena itu, keberadaan politik huk
um ditandai oleh tuntutan untuk memilih dan mengambil tindakan.
Politik hukum harus memiliki visi terlebih dahulu karena politik hukum men
yangkut cita-cita atau harapan. Visi hukum harus ditetapkan sebelum bentuk dan isi
hukum dirancang atau dibangun untuk mewujudkan visi tersebut. Dengan kata lain,
titik tolak dari politik hukum adalah visi hukum.
Berdasarkan visi atau mimpi itulah bentuk dan isi hukum yang dianggap capable ak
an diformat untuk mewujudkan visi tersebut.
Politik hukum memikul beban sosial suatu masyarakat, suatu bangsa, atau su
atu negara untuk mewujudkan tujuan masyarakat, bangsa, dan negara itu. Oleh kare
na itu, dalam konteks politik hukum, hukum sebagai milik bersama tidak boleh ditu
nggangi oleh kepentingan pihak tertentu untuk mengabdi bagi kepentingan dirinya.
Pada titik inilah terletak perbedaan antara politik hukum dengan hukum dan politik.
Hal ini dapat dikatakan politik hukum apabila hukum ditugaskan untuk mengemba
n misi suatu masyarakat, bangsa, dan negara guna mewujudkan visi yang dituju ole
h masyarakat, bangsa, dan negara tersebut.