Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dedy Haryanto Sinaga

NIM : 012022492
Mata Kuliah : Ilmu Politik Hukum
Dosen Pengampuh : Dr. Bambang SH, MH

POLITIK HUKUM SEBAGAI STUDI ILMU HUKUM

A. PERKEMBANGAN STUDI HUKUM TATA NEGARA


Kajian hukum tata negara yang selama Orde Baru dinilai "sepi peminat" menjadi menarik
perhatian mahasiswa dan kalangan yang lebih luas. Terlebih lagi setelah berbagai lembaga
negara dan kampus-kampus menyelenggarakan acara lomba debat konstitusi, lomba karya
ilmiah, legal drafting atau constitutional drafting, webinar, call for paper, dan sebagainya.
Sebagai doktrin ilmu pengetahuan hukum, hukum tata negara dipahami sebagai bidang ilmu
hukum tersendiri yang membahas mengenai struktur ketatanegaraan dalam arti statis, mekanisme
hubungan antara kelembagaan negara, dan hubungan antara negara dengan warga negara. Dalam
arti luas, hukum tata negara ini mencakup pula hukum administrasi negara yang kadang
dipersempit dengan istilah hukum tata usaha negara. Jika hukum tata negara memusatkan
perhatian pada struktur statis dari negara, hukum administrasi negara membahas aspek dinamika
dari organisasi negara atau proses pergerakan fungsi-fungsi organisasi negara itu dalam bentuk
tata urutan yang biasa disebut dengan proses administratif.
Menurut J.HA. Logemann dalam bukunya College-aantekeningen over het Staatsrecht van
Nederlands Indie, ilmu hukum tata negara mempelajari sekumpulan kaidah hukum mengenai
kewajiban dan wewenang kemasya-rakatan dari organisasi negara atau pejabat-pejabatnya ke
luar. Secara garis besar hukum tata negara dalam arti sempit mempelajari hal-hal berikut :
(1) Jabatan-jabatan apa yang terdapat di dalam susunan kenegaraan tertentu.
(2) Siapa yang mengadakannya.
(3) Bagaimana cara melengkapi mereka dengan pejabat-pejabat.
(4) Apa yang menjadi lugasnya (lingkungan pekerjaannya).
(5) Apa yang menjadi wewenangnya.
(6) Hubungan kekuasaan satu sama lain.
(7) di dalam batas-batas apa organisasi negara (dan bagian-bagiannya) menjalankan tugasnya.
Perkembangan studi hukum tata negara semakin marak setelah mata kuliah Politik Hukum
diajarkan di fakultas hukum. Mata kuliah Politik Hukum sebenarnya sudah diperkenalkan sejak
tahun 1990-an, tetapi belum mendapatkan respons yang baik seperti sat ini.

B. STUDI POLITIK HUKUM


Studi politik hukum menurut Mahfud M.D. mencakup sekurang-kurang-nya tiga hal, yaitu :
- Pertama, kebijakan negara (garis resmi) tentang hukum yang akan diberlakukan atau tidak
diberlakukan dalam rangka pencapaian tujuan negara
- Kedua, latar belakang politik, ekonomi, sosial, dan budaya atas lahirnya produk hukum.
- Ketiga, penegakan hukum di dalam kenyataan lapangan.
Mahfud menyatakan bahwa politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang
dan ada yang bersifat periodik. Politik hukum yang bersifat permanen antara lain pemberlakuan
prinsip pengujian yudisial, ekonomi kerakyatan, serta keseimbangan antara kepastian hukum,
keadilan, dan kemanfaatan. Politik hukum yang bersifat periodik adalah politik hukum yang
dibuat sesuai dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu, baik yang
akan memberlakukan maupun yang akan mencabut.
Bagi Indonesia, politik hukum yang tetap antara lain:
(1) Ada satu sistem hukum Indonesia.
(2) Sistem hukum nasional yang dibangun berdasar-kan dan untuk memperkokoh sendi-sendi
Pancasila dan UUD 1945.
(3) Tidak ada hukum yang memberikan hak istimewa pada warga negara tertentu berdasarkan
suku, ras, atau agama. Kalaupun ada perbedaan semata-mata didasarkan pada kepentingan
nasional dalam rangka kesa. tuan dan persatuan bangsa.
(4) Pembentukan hukum memperhatikan kemajemukan masyarakat.
(5) Hukum dat dan hukum yang tidak tertulis lainnya diakui sebagai subsistem hukum nasional
sepanjang nyata-nyata hidup dan dipertahankan dalam pergaulan masyarakat.
(6) Pembentukan hukum sepenuhnya didasarkan pada partisipasi masyarakat.
(7) Hukum dibentuk dan ditegakkan demi kesejahteraan umum (keadilan sosial bagi seluruh
rakyat) terwujudnya masyarakat Indonesia yang demokratis dan mandiri serta terlaksananya
negara berdasarkan hukum dan berkonstitusi.
Menurut Bambang Purnomo, L.J. van Apeldoorn tidak pernah menyebutkan secara eksplisit
istilah politik hukum dalam bukunya Inleiding tot de Studie van Het Nederlandse Recht dan ia
tidak pula menyebutkan politik hukum sebagai salah satu disiplin ilmu hukum." Namun, akar-
akar akademik disiplin politik hukum belum muncul pada saat politik hukum tidak disebut
sebagai bagian dari disiplin ilmu hukum. Hal itu bisa terjadi karena struktur keilmuan disiplin
politik hukum belum secara mapan terbentuk.
Politik hukum sebagai cabang ilmu pengetahuan dipandang secara berbeda oleh banyak pakar
mengenai klasifikasi politik hukum sebagai bagian dari ilmu hukum atau ilmu sosial, khususnya
ilmu politik.nKemudian, disiplin politik hukum digunakan untuk melihat pengaruh politik
terhadap hukum dalam tataran aplikatif. Hal itu tidak bisa menjustifikasi politik hukum menjadi
bagian dari studi politik karena pada kenyataannya, jung (core problem) dari studi politik hukum
adalah hukum (peraturan perundang-undangan) dalam berbagai bentuk dan levelnya.
1. L.J. van Apeldoorn tidak menggunakan istilah politik hukum, tetapi menggunakan istilah
politik perundang-undangan. la menganggap politik hukum bukan sebagai ilmu, melainkan
sebagai kunst (kesenian).
2. Hirsch Ballin memasukkan politik hukum dalam bidang hukum konstitusi dan hukum tata
pemerintahan atau hukum tata usaha negara.
3. Menurut Soedjono Dirdjosiswono, politik hukum tidak termasuk ilmu hukum, tetapi disiplin
hukum yang melihat hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada di tengah masyarakat.
4. Menurut Satjipto Rahardjo, politik hukum merupakan suatu studi di bidang ilmu hukum yang
diarahkan kepada iure constituendo atau hukum yang seharusnya berlaku.
5. Kusumadi Pudiosewoyo mengemukakan pandangan mengenai hal-hal tentang hukum yang
akan datang dapat dijadikan objek pengetahuan tersendiri dan dipandang sebagai bagian dari
ilmu pengetahuan politik dalam lapangan politik hukum.
6. Belinfante berpendapat bahwa objek hukum tata negara itu mencakup hal-hal di luar hukum
positif. Cakupan objek hukum tata negara menurut Belinfante inilah yang member tempat bagi
politik hukum sebagai bagian dari ilmu hukum, khususnya hukum tata negara.
Letak politik hukum dalam ilmu hukum dapat ditemukan di pohon ilmiah hukum. Jika pohon
ilmiah hukum dibayangkan sebagai sebuah pohon, unsur-unsur pohon yang sekurang-kurangnya
terdiri atas akar, batang, cabang, dan ranting akan tergambar. Penggambaran ini diwujudkan
dalam penggolongan studi hukum yang mana pohon ilmiah hukum di Indonesia akan mencakup
hal-hal berikut :
1. Akar ilmu hukum adalah filsafat bangsa dan ideologi negara. Di Indonesia, akar ilmu hukum
adalah Pancasila dan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang meletakkan prinsip-prinsip dan
penuntun kaidah hukum tertentu dalam pembuatan berbagai produk peraturan perun-dang-
undangan.
2. Batang ilmu hukum adalah serat-serat pohon atau subsistem kemasya-rakatan, seperti
sosiologi, sejarah, politik, ekonomi, budaya, administrasi, dan sebagainya. Subsistem itulah yang
melahirkan cabang-cabang hukum. Kemudian, studi tentang sejarah hukum, budaya hukum,
politik hukum, psikologi hukum, administrasi hukum, dan sebagainya yang muncul menjadi
bagian dari studi ilmu hukum.
3. Cabang-cabang ilmu hukum adalah hukum positif yang dibedakan atas berbagai bidang
pokok, seperti hukum perdata, hukum pidana, hukum tata negara, hukum administrasi negara,
dan sebagainya. Cabang-cabang ini melahirkan ranting-ranting ilmu hukum. Cabang hukum tata
negara melahirkan ranting studi tentang hukum lembaga negara, hukum lembaga kepresidenan,
hukum perundang-undangan, dan sebagainya. Cabang hukum pidana melahirkan ranting studi
tentang bukum pidana umum, hukum pidana khusus, hukum acara pidana, dan sebagainya.
Cabang hukum perdata melahirkan ranting studi bukum asuransi, hukum keluarga, hukum
perburuhan, hukum kontrak, bukum perbankan, dan sebagainya. Cabang hukum administrasi
negara melahirkan ranting studinya dalam bentuk hukum kepegawaian, hukum ajak, hukum
peradilan administrasi, dan sebagainya. Bagian-bagian inilah yang menjadi objek konvensional
dalam studi hukum, sehingga studi hukum hanya diartikan sebagai studi atas hukum positif.

Anda mungkin juga menyukai