Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kuliah 1 Semester Pengantar Ilmu Hukum

Nama : Makhyatul Fikriya

NIM : 1203050079

Kelas : 1B/IH

Dosen : Ibu Neng Yani Nurhayani, S.H., M.H.,

Pertemuan ke-1 : 1 Oktober 2020

PENJELASAN RPS :

BAB I : Ruang Lingkup Pengantar Ilmu Hukum (PIH)

BAB II: DISIPLIN HUKUM

BAB III : ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN HUKUM ATAU ISTILAH-
ISTILAH DALAM ILMU HUKUM

BAB IV : ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KAEDAH HUKUM

BAB V : SUMBER-SUMBER HUKUM POSITIF

BAB VI : SISTEM HUKUM DAN KLASIFIKASI HUKUM

BAB VII : TEORI HUKUM/ TEORI PENTAATAN HUKUM

BAB VIII : TENTANG UNDANG-UNDANG, HAKIM, DAN HUKUM

BAB IX:PENEMUAN HUKUM/ RECTVINDING

BAB X :BIDANG-BIDANG STUDI HUKUM


Pertemuan ke-2 : 08 Oktober 2020

RUANG LINGKUP PENGANTAR ILMU HUKUM

Pengantar Ilmu Hukum lahir di Jerman pada akhir abad ke -19 dan permulaan abad ke-20 dengan
istilah einfuhrung in die recht wesinschaft . Belanda pada tahun 1920 dengan menggunakan
istilah encylopaedie der rechtwettenschaft. Di Indonesia inleiding tot de rectwettenschap tahun
1924. Sedangkan istilah PIH di Indonesia digunakan pertama kali di UGM pada tanggal 03 maret
1946,dan sampai sekarang menggunakan istilah PIH diperguruan-perguruan tinggi di Indonesia
dan menjadi mata kuliah dasar.

Pengantar ilmu hukum adalah merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum
yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu
hukum. Ilmu yang mempelajari dan menganalisis peraturan hukum Ilmu pengertian Ilmu tentang
kenyataan. Yang menyoroti hukum sebagai prilaku sikap tindak. Yang antara lain mencakup
sosiologi hukum, antropologi hukum, psikologi hukum, perbandingan hukum dan sejarah
hukum.

Pengantar ilmu hukum (PIH) adalah merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi
hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi
utama ilmu hukum. Tujuan Pengantar ilmu Hukum (PIH) adalah menjelaskan tentang keadaan,
inti dan maksud tujuan dari bagian-bagian penting dari hukum, serta pertalian antara berbagai
bagian tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum. Adapun kegunaannya adalah untuk dapat
memahami bagian-bagian atau jenis-jenis ilmu hukum lainnya.

Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum (PIH) adalah merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan
tentang ilmu pengetahuan dari berbagai bidang hukum. Sedangkan kedudukan dalam kurikulum
fakultas hukum adalah sebagai mata kuliah keahlian dan keilmuan. Oleh karena itu pengantar
ilmu hukum (PIH) berfungsi :

a) Memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara garis besar maupun secara mendalam
mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum.
b) menumbuhkan sikap adil dan membangkitkan minat untuk dengan penuh kesungguhan
mempelajari hukum.
Selain PIH, terdapat juga pembahasan tentang PHI (pengantar hukum indonesia) jika
dipelajari oleh mahasiswa jurusan ilmu hukum. Adapun persamaan dan perbedaan dari PIH
dan PHI tersebut adalah :

a) Keduanya merupakan mata kuliah dasar umum yang mempelajari hukum


b) PIH merupakan terjemahan dari bahasa Belanda Inleiding tot de recht wettenschaft sejak
tahun 1942 sedangkan PHI terjemahan dari inleiding tot her positiefrechts van indonesie.
c) Mata kuliah PIH mengantarkan mahasiswa pada cabang-cabang ilmu yang sebenarnya,
sedangkan PHI menunjukkan fungsi mata kuliah yang membantu dan menunjukkan jalan
mengenai tata hukum di Indonesia.
d) Objek PHI adalah hukum yang berlaku di Indonesia saat ini yaitu hukum positif contohnya
hukum pajak, hukum pidana, dsb. Objek PIH adalah aturan hukum pada umumnya, tidak
terbatas pada aturan hukum yang berlaku pada tempat dan waktu tertentu, tetapi seluruh
hukum yang pernah dan sedang berlaku dan filosofi hukum dapat direvisi atau
diamandemenkan.

Fungsi Hukum

Hukum mempunyai fungsi sebagai berikut :

a) Sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat.


Artinya hukum sebagai petunjuk bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari
adanya perintah dan larangan dalam hukum.

b) Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Artinya hukum yg bersifat
mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang berwenang membuat orang takut
untuk melakukan pelanggaran karena ada ancaman hukumanya (penjara, dll) dan dapat
diterapkan kepada siapa saja.

c) Sebagai alat penggerak pembangunan. Artinya mempunyai daya mengikat dan memaksa
dapat dimamfaatkan sebagai alat otoritas untuk mengarahkan masyarakat ke arah yg maju.
d) Sebagai alat kritik. Artinya fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya mengawasi
masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi pejabat pemerintah, para
penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri.

e) Sebagai sarana pembaharuan masyarakat (Social tool of enginering). Fungsi ini selalu
berdampingan dengan dua fungsi yaitu : fungsi sebagai pengendalian sosial dan Tool of
Engineering.

a. QUIZ PIH Definisi Hukum Dari Berbagai Pakar Teori Ahli Hukum Terkemuka Di
Dunia Minimal 25 Ahli Hukum

Pertemuan ke-3 : 15 Oktober 2020

a. DISIPLIN HUKUM

Disiplin hukum merupakan gejala-gejala hukum yang ada dan “hidup” di tengah pergaulan.
Jika dilihat dari pengertian mengenai disiplin hukum tersebut, maka dapat dibedakan
menjadi:

Disiplin analitis, merupakan sistem ajaran yang menganalisa, memahami dan menjelaskan
gejala-gejala yang dihadapi. Contohnya sosiologi, psikologi, ekonomi, dll.

Disiplin perspektif, merupakan sistem-sistem ajaran yang menentukan apakah yang


seharusnya dilakukan di dalam meghadapi kenyataan – kenyataan tertentu. Contohnya
adalah hukum, filsafat, dll.

 Ilmu kaedah, yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah


 Ilmu pengertian, yaitu ilmu tentang pengertian – pengertian pokok dalam hukum,
seperti misalnya subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan
hukum, obyek hukum dsb.
 Ilmu kenyataan, yaitu yang menyoroti hukum sebagai perikelakuan atau sikap tindak,
yang antara lain dipelajari dalam sosiologi hukum, antropologi hukum, psikologi
hukum, perbandingan hukum dan sejarah hukum.

Macam – Macam Disiplin Hukum

Ilmu hukum

Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya hukum. Dengan demikian maka
ilmu hukum akan mempelajari semua seluk beluk mengenai hukum, misalnya mengenai
asal mula, wujud, asas-asas, sistem, macam pembagian, sumber-sumber, perkembangan,
fungsi dan kedudukan hukum di dalam masyarakat.

Yang termasuk kedalam ilmu hukum adalah :

a. Ilmu kaedah, yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah (norma)
b. Ilmu pengertian, yaitu ilmu tentang pengertian – pengertian pokok dalam hukum,
seperti misalnya subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan
hukum, obyek hukum dsb.
c. Ilmu kenyataan, yaitu yang menyoroti hukum sebagai perikelakuan atau sikap
tindak, yang antara lain dipelajari dalam sosiologi hukum, antropologi hukum,
psikologi hukum, perbandingan hukum dan sejarah hukum.

Filsafat hukum

Adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan mendasar dari


hukum. Atau ilmu pengetahuan tentang hakikat hukum.

Politik hukum

Disiplin hukum yg mengkhusukan dirinya pada usaha memerankan hukum dalam


mencapai tujuan yang dicita – citakan oleh masyarakat tertentu.

b. Forum Diskusi Tentang Disiplin Hukum


c. Bagaimanakah menurut saudara Perspektif Ilmu Hukum Sebagai disiplin hukum
dalam menghadapi Salah Satu Ilmu Pengetahuan Modern
Pertemuan ke-4 : 24 Oktober 2020

a. ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU PENGERTIAN/ISTILAH-ISTILAH DALAM


ILMU HUKUM

Subyek hukum ialah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi pendukung hak dan
kewajiban. HAM, hak yg diberikan oleh hukum kepada manusia disebabkan karena
berlakunya secara langsung melahirkan hak-hak itu. Akan tetapi, sekalipun hak-hak itu
merupakan hak mutlak, namun apabila kepentingan umum memerlukan hak tersebut dapat
dikurangi.

Obyek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat/berguna bagi subjek hukum, dan dapat
menjadi objek dalam suatu hubungn hukum. Menurut istilah ilmu hukum, objek hukum
disebut pula benda atau barang.

1. Disiplin analitis, merupakan sistem ajaran yang menganalisa, memahami dan


menjelaskan gejala-gejala yang dihadapi. Contohnya sosiologi, psikologi, ekonomi,
dll.
2. Disiplin perspektif, merupakan sistem-sistem ajaran yang menentukan apakah yang
seharusnya dilakukan di dalam meghadapi kenyataan – kenyataan tertentu.
Contohnya adalah hukum, filsafat, dll. Kesimpulan, maka jelaslah disiplin hukum
merupakan disiplin perspektif yang berusaha menentukan apakah yang seharunya
dan patut dilakukan dalam menghadapi kenyataan.

Adapun subjek hukum yang (orang) yang dikenal dalam ilmu hukum ada dua, yaitu:

Manusia atau orang (natuurlijke persoon), Manusia adalah subjek hukum, secara yuridis ada
dua alasan yang menyebutkan alasan manusia sebagai subjek hukum, yaitu:

1. Manusia mempunyai hak-hak subjektif dan kedua, kewenangan hukum, yaitu kecakapan
untuk menjadi subjek hukum, sebagai pendukung hak dan kewajiban.

Hak – hak subjektif tersebut adalah :


a. Hak absolut, yaitu kekuasaan mutlak yang oleh hukum diberikan kepada subjek
hukum untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu demi kepentingannya. Yang
termasuk kedalam hak absolut yaitu;
 HAM, hak yg diberikan oleh hukum kepada manusia disebabkan karena
(menurut hukum) berlakunya secara langsung melahirkan hak-hak itu. Akan
tetapi, sekalipun hak-hak itu merupakan hak mutlak (sebagai akibatnya, tidak
dapat dicabut), namun apabila kepentingan umum memerlukan hak tersebut
dapat dikurangi.
 Hak publik, yaitu hak setiap bangsa atas kemerdekaannya dan kedaulatannya.
 Hak privat yg terdiri dari, hak pribadi (persoon lijkheids) , hak seseorang atas
badan, hidup, kehormatan, dan namanya.

b. Hak relatif, hak yg hanya diberikan kepada suatu (atau lebih) subjek hukum tertentu,
misalnya hak atas tagihan. Pada prinsipnya, orang sebagai subjek hukum dimulai
sejak ia lahir dan berakhir setelah meninggal dunia. Namun ada pengecualian
menurut Pasal 2 KUHPerdata, bahwa bayi yang masih dalam kandungan ibunya
dianggap telah lahir dan menjadi subjek hukum, apabila kepentingannya
menghendaki (dalam hal menerima pembagian warisan). Apabila bayi tersebut lahir
dalam keadaan meninggaldunia, menurut hukum ia dianggap tidak pernah ada,
sehingga ia bukan subjek hukum (tidak menerima pembagian warisan).

Ada golongan manusia yang dianggap tidak cakap bertindak atau melakukan
perbuatan hukum, golongan ini disebut personae miserabile, sehingga mengakibatkan
mereka tidak dapat melaksanakan sendiri hak-hak dan kewajibannya. Jadi, untuk
menjalankan hak-hak dan kewajibannya, harus diwakili oleh orang tertentu yang
ditunjuk, yaitu oleh walinya atau pengampunya (kuratornya).

Golongan manusia yang tidak dapat menjadi subjek hukum tersebut, dalam arti tidak
dapat melakukan perbuatan hukum dibidang keperdataan atau harta benda , adalah
sebagai berikut :
1. Anak yang masih dibawah umur atau belum dewasa (belum berusia 21 tahun),
dan belum kawin/nikah. Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia,
terdapat berbagai ketentuan usia minimal seseorang untuk melakukan perbuatan
hukum atau memperoleh hak, yaitu sbb :

 Pasal 330 KUHPerdata untuk dapat melakukan perbuatan dibidang harta


benda, usia 21 tahun atau telah nikah (kawin) atau pernah kawin/nikah.
 Pasal 7 ayat(1) UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, bahwa laki-laki
boleh menikah usia 19 tahun dan wanita usia 16 tahun.
 Pasal 45 KUHPidana, belum dapat dipidana seseorang yang belum berusia
16 tahun. Namun menurut Pasal 46 KUH Pidana apabila juga akan dipidana
hakim dapat memilih tiga putusan yaitu mengembalikan kepada orangtua si
anak, memasukkan dalam pemeliharaan anak negara, atau menjatuhkan
pidana tetapi dikurangi sepertiga dari ancaman maksimal pidana yang
dilanggar dan dipenjara pada penjara khusus anak-anak.
 Pasal 28 UU No.3 Tahun 1999 tentang pemilu, hak seseorang untuk memilih
adalah usia 17 tahun atau sudah/pernah kawin padaa waktu pendaftaran
pemilih
 Pasal 2 ayat (1) butir d PP Nomor 4 Tahun 1993 tentang kendaraan dan
pengemudi, bahwa usia untuk memperoleh SIM, adalah sebagai berikut; SIM
C dan SIM D usia16 tahun, SIM A usia 17 tahun, SIM B1 dan SIM B2 usia
20 tahun
 Pasal 33 Kepres Nomor 52 Tahun 1977 tentang kependudukan, usia 17
tahun atau sudah/pernah menikah, wajib memiliki kartu tanda penduduk
(KTP)

Obyek Hukum
Obyek hukum (rechts object) adalah segala sesuatu yang bermanfaat/berguna bagi
subjek hukum, dan dapat menjadi objek dalam suatu hubungn hukum. Menurut
istilah ilmu hukum, objek hukum disebut pula benda atau barang.
Benda sebagai objek hukum
Pada umumnya yang dapat dipandang sebagai objek hukum itu adalah urusan -
urusan (zaken) dan benda-benda (goederen). Pengertian benda dibedakan kedalam
benda berwujud dan benda tidak berwujud. Benda berwujud mencakup segala
sesuatu yang dapat dilihat, dipegang, dan seringkali juga dapat di ukur dan
ditimbang, misalnya rumah, pohon, buku, mobil dsb. Benda tidak berwujud
mencakup semua jenis hak, seperti hak atas tagihan, hak cipta, hak merek, dsb.

Menurut pasal 499 KUHPerdata, benda yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
subjek hukum atau segala yang menjadi pokok permasalahan dan kepentingan bagi
para subjek hukum atau segala sesuatu yang dapat menjadi objek hak milik.

Berdasarkan pasal 503-504 KUHPerdata disebutkan bahwa benda dapat dibagi


menjadi dua macam, yaitu :

a. Benda yg bersifat kebendaan ( materiekegoderen)


Benda bergerak atau tidak tetap adalah benda yang karena sifatnya dapat dipindah
tempatkan. Benda tidak bergerak atau tetap adalah benda2 yang karena sifatnya
sendiri atau karena tujuan pemanfaatannya tidak dapat atau tidak untuk dipindah
tempatkan. Misalnya : lahan tahan, rumah, mesin tertentu dalam sebuah pabrik,
dsb).

Benda yang bersifat tidak kebendaan ( immateriekegoderen) adalah hak


kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan utang ( hak jaminan).
Membedakan benda bergerak dan tidak bergerak ini penting karena berhubungan
dengan 4 hal berikut ini :

b. Pemilikan (bezit), yaitu dalam hal benda bergerak berlaku asas yang tercantum
dalam pasal 1977 KUHPerdata, yaitu berzitter dari barang bergerak adalah
pemilik (eigenaar) dari barang tersebut, sedangkan untuk barang tidak bergerak
tidak demikian.
Penyerahan (levering), untuk benda bergerak dapat di lakukan secara nyata atau
dari tangan ke tangan, sedangkan untuk benda tidak bergerak dilakukan balik
nama.
Kadaluwarsa (verjaring),untuk benda bergerak tidak mengenal kadaluwarsa sebab
bezit disini sama dengan pemilkan (eigendom) atas benda bergerak tersebut,
sedangkan untuk benda2 tidak bergerak mengenal adanya kadaluwarsa.

Pembebanan (bezwaring), yaitu terhadap benda bergerak dilakukan pand


(gadai,fidusia) sedangkan benda tidak bergerak dengan hipotik adalah hak
tanggungan untuk tanah serta benda2 lain selain tanah digunakan fidusia

c. Tugas Resume : Lembaga-lembaga Hukum di Indonesia


d. Diskusi Kelompok 1

Pertemuan ke-5: 05 November 2020

a. ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KAEDAH

Kaedah adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga –lembaga tertentu, misalnya
pemerintahan, sehingga dengan tegas melarang serta memaksa orang untuk berprilaku sesuai
dengan keinginan pembuat peraturaan itu. Pelanggaran terhadap norma ini berupa sanksi
denda sampai hukuman fisik.

Macam – Macam Kaedah

a. Kaedah Keagamaan

Merupakan peraturan atau kaidah yang sumbernya berasal dari perintah-perintah tuhan
melalui para nabi atau rasulnya. Norma keagamaan tidak hanya mengatur hubungan
manusia dengan tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia,
misalnya membunuh itu dosa, hormatilah orang tua mu agar hidupmu selamat dunia dan
akhirat dsb. Pelanggaran terhadap norma keagamaan akan mendapatkan sanksi yang
berupa siksaan di neraka.

b. Kaedah Kesusilaan

Adalah kaidah atau norma yang bersumber pada suara batin yang di insyafi oleh setiap
orang sebagai pedoman dalam menentukan sikap tindaknya, yang menuntun nya kearah
kemuliaan atau insal kamil. Misalnya : jangan membunuh, jangan mencuri, jangan
menipu, jangan berzina dsb. Pelanggaran terhadap kaidah atau norma ini akan
mendapatkan sanksi yg bersifat otonom yakni hukuman yang lahir dari dalam diri
pribadinya, seperti penyesalan, siksaan batin ,dll.

c. Kaedah Kesopanan

Adalah petunjuk hidup yang mengatur bagaimana seseorang harus bertingkah laku dalam
kehidupan bermasyarakat . Misalnya : jangan mencela orang lain, jangan meludah di
depan orang lain, jangan berbicara kasar, dsb.

pelanggaran terhadap kaidah atau norma ini Sanksinya akan dicemoohkan, pengucilan
oleh masyarakat dalam pergaulan .

d. Kaedah Hukum

Adalah peraturan-perturan yang dibuat dan dilaksanakan oleh negara, dan berlakunya
dipertahankan secara paksa oleh alat2 negara, seperti : polisi, jaksa hakim dsb. Sanksinya:
dipenjara atau denda.

Hubungan antara hukum dan kaidah-kaidah sosial lainnya, yaitu : a.Bahwa kaidah-kaidah
sosial diluar hukum itu ikut mengatur ketertiban masyarakat sehingga dapat dikatakan
bahwa kehidupan manusia dalam masyarakat tidak hanya diatur oleh hukum, melainkan
juga oleh kaidah-kaidah sosial lainnya.

Bahwa adanya hukum sebagai kaidah sosial, tidak berarti bahwa pergaulan antar manusia
dalam masyarakat hanya diatur oleh hukum. b.Bersifat Fakultatif bersifat
mengatur/menambah. Tidak secara apriori mengikat. Juga bersifat melengkapi, subsidiair
atau dispositif. Contohnya setiap warga negara berhak untuk mengemukakan pendapat
apabila seseorang berada didalam forum, maka ia dapat mengeluarkan pendapatnya atau
tidak sama sekali.

Isi Kaedah Hukum

a. Perintah (Gebod)

Kaedah tersebut mau tidak mau harus dijalankan atau ditaati, misalnya ketentuan syarat
sahnya perkawinan ( dalam uu no. 1 tahun 1974 Pasal 1 yg menentukan “bahwa
perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhananYME “.

b. Larangan (Verbod)

Ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh dilakukan, misalnya dilarang
mengambil barang milik orang lain, dilarang bersetubuh dengan wanita yang belum
dinikahi secara sah.

c. Perkenaan (Mogen)/Kebolehan

Yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan melakukan suatu pilihan
boleh digunakan atau tidak, namun bila digunakan akan mengikat bagi yang
menggunakannya. Misalnya perjanjian perkawinan, pada waktu atau sebelum
perkawinan dilangsungkan, kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat
mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan.
Ketentuan ini boleh dilakukan atau tidak. ( UU no 1 / 1974 Pasal 29).

Sifat Kaedah Hukum

a. Bersifat Imperatif

Bersifat mengikat dan memaksa (apriori), contohnya Pasal 1334 ayat 2 BW apabila
seorang guru sekolah dasar akan mengadakan pungutan, maka ia tidak boleh melanggar
peraturan perundang-undangan yang mengatur ttg PNS, pendidikan , korupsi dan
sebagainya.

b. Bersifat Fakultatif
Bersifat mengatur/menambah. Tidak secara apriori mengikat. Juga bersifat melengkapi,
subsidiair atau dispositif. Contohnya setiap warga negara berhak untuk mengemukakan
pendapat apabila seseorang berada didalam forum, maka ia dapat mengeluarkan
pendapatnya atau tidak sama sekali.

Bentuk Kaedah Hukum

a. Kaidah hukum tidak tertulis

Kaidah hukum yg biasanya tumbuh dalam masyarakat dan bergerak sesuai dengan
perkembangan masyarakat itu sendiri. Contohnya bila bertemu dengan orang hendaknya
kita tersenyum.

b. Kaidah hukum tertulis

Kaidah yang di tuangkan dalam bentuk tulisan pada undang-undang dan sebagainya.
Kaidah hukum ini adanya kepastian hukum, mudah diketahui dan penyederhanaan
hukum serta kesatuan hukum.

b. Forum Isi Kaedah Hukum

Contoh isi kaedah hukum yang merupakan perintah atau gebod, larangan atau verbod, dan
kebolehan atau mogen dalam pasal berserta bunyinya minimal 3 contoh pasal dalam satu
peraturan perUndang-undangan bebas apa saja , atau minimal dalam 3 peraturan perundang-
undangan bebas apa saja hanya satu pasal beserta bunyinya satu peraturan undang-undangan.

c. Diskusi Kelompok 3

Pertemuan Ke-6, 12 November 2020

a. SUMBER-SUMBER HUKUM FORMAL DAN MATERI DI INDONESIA

Sebelum membahas sumber-sumber hukum,ada baiknya memahami terlebih dahulu tiga


dasar kekuatan berlakunya hukum Kekuatan berlaku filosofis, menyangkut pandangan
mengenai inti atau hakikat dari kaidah hukum itu, yaitu apa yang menjadi cita-cita hukum
adalah apa yang mereka harapkan dari hukum, misalnya untuk menjamin keadilan,
ketertiban, kesejahteraan dan sebagainya.

I. Sumber Hukum Materiil

Sumber Hukum yang menentukan isi suatu peraturan atau kaidah hukum yang mengikat
setiap orang. Sumber hukum materiil berasal dari perasaan hukum masyarakat, pendapat
umum, kondisi sosial ekonomi masyarakat, hasil penelitian ilmiah, tradisi, agama, moral,
perkembangan internasional, geografis dan politik hukum.

Sumber Hukum Formil

Bentuk nyata hukum yang berlaku. Sumber hukum ini merupakan sumber hukum yang
paling penting.

Sumber – sumber hukum formil dalam hukum positif adalah :

a. Undang – undang

Adalah Peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum mengikat yang diadakan
dan dipelihara oleh penguasa negara.

Menurut Buys, undang – undang mempunyai 2 arti :

1) Dalam arti formal

Setiap keputusan pemerintah yang merupakan undang – undang karena cara


pembuatannya, misalnya dibuat oleh pemerintah bersama – sama dengan parlemen

2) Dalam arti materil

Setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya mengikat setiap penduduk.

Undang-undang dianggap telah berakhir atau tidak berlaku apabila :

 Jangka waktu berlakunya, sebagaimana ditentukan undang-undang itu, sudah


lampau
 Keadaan atau hal yang menyebutkan bahwa undang-undang itu diadakan sudah
tidak ada lagi
 Undang-undang itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi
yang lebih tinggi
 Telah ada undang-undang baru yang isinya bertentangan atau berlainan dengan
undang-undang yang dahulu berlaku.

Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan adalah sebagaimana terdapat pada


Pasal 7 Ayat (1) UU Nomor 12 /2011 , setelah diadakan perubahan yaitu :

1) Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)

2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR)

3) Undang - Undang /Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)

4) Peraturan Pemerintah (PP)

5) Peraturan Presiden (Perpres)

6) Peraturan Daerah Provinsi

7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Dalam ilmu hukum, dikenal juga beberapa asas hukum tentang berlakunya undang-undang ,
yaitu sebagai :

1. “Nullum delictum nulla Poena sine praevia lege poenadi “ atau asas legalitas (UU
tidak berlaku surut) ( Pasal 1 ayat 1 KUHPidana), yaitu tidak ada perbuatan yang
dapat dihukum, kecuali sebelumnya ada UU yang mengaturnya. Asas ini hanya
dianut oleh masyarakat yang telah memiliki hukum tertulis, seperti Indonesia
2. "Lex specialis derogat legi generali", artinya hukum yang khusus mengesampingkan
hukum yang umum. Atau segala undang-undang ataupun peraturan yang khusus
mengabaikan atau mengesampingkan undang-undang yang umum. Contoh : Apabila
terdapat kekerasan dalam rumah tangga, maka pelaku dapat dikenai UU KDRT,
bukan KUHPidana. Pemakaian hukum yang khusus ini antara lain karena
hukumannya yang lebih berat dibandingkan dengan KUHPidana.
3. "Lex posteriori derogat legi priori", artinya hukum yang baru mengesampingkan
hukum yang lama. Maksudnya ialah, UU yang baru mengabakan atau
mengesampingkan UU yang lama dalam hal yang sama. Dengan kata lain UU yang
baru ini dibuat untuk melengkapi dan menyempurnakan serta mengoreksi UU yang
lama. Sehingga UU yang lama sudah tidak berlaku lagi.
4. "Lex superior derogat legi inferiori", artinya hukum yang urutan atau tingkatnya
lebih tinggi mengesampingkan atau mengabaikan hukum yang lebih rendah. Bila
terdapat kasus yang sama, akan tetapi ketentuan undang-undangnya berbeda, maka
ketentuan undang-undang yang dipakai adalah UU yang tingkatnya lebih tinggi.
Contoh : UU lebih tinggi dari PP, maka PP diabaikan dan harus berpatokan pada UU.

b. Kebiasaan (custom) dan adat istiadat

Kebiasaan adalah Pola tindak yang berulang mengenai suatu hal/peristiwa yang
sama/memiliki kesamaan yang terjadi dalam masyarakat dalam bidang kegiatan
tertentu. Apabila kebiasaan tertentu oleh masyarakat telah dianggap sebagai suatu yang
mengikat, maka timbullah kaidah hukum yang bersumber dari kebiasaan.

Suatu kebiasaan dianggap sebagai hukum, jika :

a) Tindakan yang berulang.


b) Pendapat masyarakat yang menerima pola tindak yang berulang itu sebagai sesuatu hal
yang dipatuhi, diterima sebagai aturan yang mengikat.
c) Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.

Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah lama ada dan merupakan tradisi
serta lebih banyak berbau sakral, mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu..

b. Diskusi Hierarki Peraturan Perundang-Undanggan Di Indonesia


c. Diskusi Kelompok 4

Petemuan ke-7: 19 Oktober 2020

a. Latihan Soal UTS Tahun 2019


Pertemuan ke-8, Selasa malam rabu 24 November 2020 jam 19.15 untuk kelas B dan dan
kelas A rabu malam kamis 25 November 2020 jam 20.00

Pertemuan ke-9, 26 Noveber 2020

a. SISTEM HUKUM

Sistem berasal dari bahasa Yunani «systema» yang dapat diartikan sebagai keseluruhan yang
terdiri dari macam – macam bagian. Sistem tidak terlepas dari asas – asas yang
mendukungnya. Untuk itu hukum adalah suatu sistem, artinya suatu susunan atau tatanan
teratur dari aturan – aturan hidup, keseluruhannya terdiri atas bagian – bagian yang berkaitan
satu sama lain. Misalnya dalam hukum perdata sebagai sistem hukum positif, sebagai
keseluruhan , didalamnya terdiri atas bagian – bagian yang mengatur tentang hidup manusia
sejak lahir sampai meninggal dunia.

Hukum nasional adalah hukum yang dibuat secara formal oleh pemerintah/lembaga
pembentuk UU sejak pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Hukum ini bentuknya tertulis
dan mempunyai tingkatan sebagaimana hierarki perundang-undangan. Sejak proklamasi
kemerdekaan Rl 17 Agustus 1945, era pemerintahan orde baru yang paling banyak membuat
hukum-hukum nasional.

Meskipun secara de-fakto dan de-yure Indonesia telah merdeka, tetapi sebagian hukum yang
diberlakukan masih berbau barat . Adanya hukum-hukum warisan kolonial Belanda yang
hingga sekarang masih berlaku, membuktikan bahwa dalam struktur dan sistem hukum kita
masih terdapat «ruh» hukum barat. Hukum-hukum tersebut dalam praktiknya sangat
berpengaruh dalam usaha penyusunan hukum nasional.

Mayoritas warga negara Indonesia beragama Islam. Karena itu, Hukum Islam mempunyai
pengaruh besar dalam penyusunan hukum-hukum nasional. Dalam UU No. I Tahun 1974
tentang Perkawinan dan UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, isi/muatannya
banyak dipengaruhi hukum Islam.

Prinsip utama atau prinsip dasar sistem hukum ini adalah bahwa hukum itu memperoleh
kekuasaan mengikat karena berupa peraturan yang berbentuk undang – undang yang
tersusun secara sistematis dalam kodifikasi. “Kodifikasi adalah merupakan kumpulan dari
berbagai kaidah hukum yang ada”.

Sistem Hukum di Indonesia

Sejak Indonesia merdeka tahun 1945 lalu, secara pasti Indonesia belum memiliki sistem
hukumnya sendiri. Hukum-hukum yang berlaku sesaat setelah Indonesia merdeka,
dinyatakan oleh Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yaitu memberlakukan hukum-hukum
warisan kolonial Belanda. Kebijakan ini semula dimaksudkan untuk berlaku sementara
sambil menunggu hukum nasional ciptaan bangsa Indonesia sendiri. Namun demikian,
hingga sekarang hukum warisan kolonial masih berlaku. Hal lain yang mendasari pendapat
tentang sistem hukum Indonesia terlihat ketika terjadinya pergantian UUD/konstitusi negara
selama empat kali (UUD 1945, Konstitusi RIS, UUDS 1950 dan kembali ke UUD 1945).
Pergantian UUD tersebut sekaligus mempengaruhi sistem hukum yang berlaku, karena pada
dasarnya berlakunya sistem hukum dipengaruhi oleh UUD/konstitusi negara yang
bersangkutan.

Memotret sistem hukum yang berlaku di Indonesia saat ini, akan ditemukan 4 komponen (4
sub sistem hukum) penting yang keberadaannya saling melengkapi satu sama lain. Keempat
sub sistem tersebut masing-masing memiliki ciri sendiri, tetapi dalam geraknya saling
mempengaruhi bahkan memperteguh satu sama lainnya.

Keempat sub sistem tersebut adalah :

1. Hukum Nasional,

2. Hukum Barat,

3. Hukum Islam,

4. Hukum Adat/kebiasaan

Hukum positif Indonesia adalah hukum yang berlaku saat ini di Indonesia. Menurut
lapangan hukumnya, hukum positif Indonesia adalah sbb :
1. Sistem hukum adat dan hukum kebiasaan. Hukum adat adalah hukum asli masyarakat
Indonesia, yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia sejak ratusan,
bahkan ribuan tahun yang lalu.
2. Sistem hukum perdata Eropa, yaitu hukum perdata yang diberlakukan di Indonesia oleh
pemerintahan kolonial berdasarkan asas konkordasi. Hukum perdata adalah hukum
yang mengatur hubungan antara orang yang satu dan orang lain yang
menitikberatkan pada kepentingan perseorangan.
3. Sistem hukum acara perdata, yaitu hukum yang mengatur tentang tata cara
mempertahankan hukum perdata atau merupakan hukum proses.
4. Sistem hukum pidana, yaitu serangkaian peraturan yang memuat tentang kejahatan dan
pelanggaran.
5. Sistem hukum acara pidana, yaitu hukum yang mengatur tentang tata cara
mempertahankan hukum pidana materil.
6. Sistem hukum tata negara, yaitu hukum yang menyangkut organisasi – organisasi
kenegaraan, menyangkut struktur, wewenang dan tanggung jawab organisasi
kenegaraan tersebut.
7. Sistem hukum administrasi negara, yaitu hukum yang merupakan serangkaian peraturan
hukum yang mengatur cara badan – badan pemerintah melaksanakan tugas
pemerintah.
b. Forum Diskusi Sistem Hukum.
Setelah mengetahui pengertian sistem hukum, macam2 sisten hukum, lalu bagaimana
tanggapan saudara sebagai mahasiswa hukum terhadap sistem hukum di indonesia? Apakah
menanggapi dengan baik atau kurang jelaskan Jawaban saudara dengan alasan dasar hukum
nya.

c. Diskusi Kelompok 5

Pertemuan ke 10, 03 Desember 2020

a. KLASIFIKASI HUKUM DAN KODIFIKASI HUKUM


Aturan hukum yang hanya berlaku untuk hal – hal khusus saja. Istilah asingnya “Ius
Specialis”, misalnya aturan sewa menyewa rumahm aturan hukum pidana militer, dsb.
Hukum tambahan ini adalah hukum yang dalam keadaan konkret dapat dikesampingkan
oleh perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak. Dengan kata lain apabila kedua belah
pihak dapat menyelesaikan masalah mereka dengan membuat sendiri suatu peraturan, maka
peraturan hukum yang tercantum dalam Pasal yang bersangkutan tidak perlu dijalankan.

Artinya melalui kodifikasi berbagai corak hukum yang merupakan akibat langsung dari
tempat dan tingkat kemajuan masyarakat akibat langsung dari tempat adanya pedoman yang
meliputi berbagai unsur hukum yang menjadi ukuran keadilan.

A. Tujuan daripada penggolongan atau klasifikasi hukum adalah :


1. Dari segi teoritis adalah untuk dapat dicapai suatu pengertian yang lebih baik
2. Dari segi praktis adalah supaya lebih mudah dapat menemukan dan menerapkan
hukum yang ada.
B. Penggolongan / klasifikasi hukum yang lazim dipergunakan di dasarkan pada :
1. Berdasarkan luas berlakunya, dibagi menjadi :
a Hukum umum
Aturan hukum yang berlaku pada umumnya. Istilah asingnya “Ius Generale”, misalnya
aturan tentang sewa menyewa, atau hukum pidana umum.
b) Hukum Khusus
Aturan hukum yang hanya berlaku untuk hal – hal khusus saja. Istilah asingnya “Ius
Specialis”, misalnya aturan sewa menyewa rumahm aturan hukum pidana militer, dsb.
Sehingga dari hubungan hukum khusus umum, ada nya suatu asas dalam hukum yaitu lex
specialis derogat legi generale. “ UU yang khusus mengenyampingkan UU yang umum”.
2. Berdasarkan sumbernya, dibagi menjadi :
a) Hukum undang – undang (Wetten recht) ialah hukum yang tercantum dalam peraturan
perundang – undangan.
b) Hukum traktat (tractatenrecht) ialah hukum yang ditetapkan oleh negara – negara yang
bersama – sama mengadakan suatu perjanjian.
c) Hukum kebiasaan dan hukum adat ialah hukum yang terletak dalam peraturan-peraturan
kebiasaan (adat)
d) Hukum Yurisprudensi ialah hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.
e) Hukum ilmu (doktrin) yaitu hukum sebetulnya saran-saran, yang dibuat oleh para ahli
hukum dan yang berkuasa dalam pergaulan hukum.
3. Berdasarkan daerah kekuasaannya
Berdasarkan daerah kerja hukum dibedakan antara :
a) Hukum nasional, ialah hukum yang hanya berlaku dalam wilayah negara tertentu
b) Hukum internasional, yaitu hukum yang berlaku di wilayah berbagai negara
c) Hukum asing, ialah hukum yang berlaku dinegara lain.
4. Berdasarkan kekuatan berlakunya ( sanksi)
a) Hukum paksa (hukum yang bersifat memkasa)

Hukum paksa atau dwingend recht ialah hukum yang dalam keadaan konkret harus ditaati,
yang dalam keadaan bagaimanapun juga, tidak dapat dikesampingkan oleh perjanjian yang
dibuat oleh kedua belah pihak, dengan perkataan lain hukum ini mempunyai kekuasaan
mutlak (absolut). Contoh : dalam perjanjian perkawinan harus dicatat dalam akta notaris,
jika tidak maka perjanjian itu bagi hukum tidak ada.

Hukum tambahan (bersifat mengatur atau menambah)


Hukum tambahan ini adalah hukum yang dalam keadaan konkret dapat dikesampingkan
oleh perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak. Dengan kata lain apabila kedua belah
pihak dapat menyelesaikan masalah mereka dengan membuat sendiri suatu peraturan, maka
peraturan hukum yang tercantum dalam Pasal yang bersangkutan tidak perlu dijalankan.
Contoh : dalam perjanjian yang tdk dibuat dalam secara sah(sewa menyewa) tidak
menetukan tempat dan waktu pembayaran.

b. Forum Klasifikasi Hukum


c. Forum Kelompok 6

Pertemuan 11, Kamis, 10 Desember 2020


a. TEORI ASAL MULA HUKUM
Macam – macam teori asal mula hukum :
1) Teori Teokrasi, asalnya dari tuhan. Tokohnya Thomas Aquinas, Agustinus
2) Teori kedaulatan hukum, asalnya dari kesadaran hukum masyarakat. Tokohnya Hans
Krabe
3) Teori kedaulatan negara, asalnya dari negara(penguasa). Tokohnya John Austin, Hans
Kelsen, Jelinek
4) Teori Kontrak sosial, asalnya dari perjanjian masyarakat ( masyarakat dgn pemerintah,
dsb). Tokohnya John lock, Thomas Hobbes, JJ Rouseau.
5) Menurut Thomas Aquinas hukum itu ada yang rasional dan irasional. Dan adil
menurutnya berasal dari tuhan dan manusia. Dari pendapat tersebut, maka Thomas
Aquinas mengatakan ada 4 macam hukum.
b. Forum PIH Kelas A dan B
Bagaimana mengaplikasikan teori hukum sebagai Open System Van Het Rechts (Sistem
Huum Terbuka) Jelaskan jawaban saudara?

c. Diskusi Kelompok 7

Pertemuan 12, 17 Desember 2020


a. PENEMUAN HUKUM (RECHVINDING)
Dan memberikan arti suatu ketentuan UU untuk memberikan atau menemukan maksud
pembentuk UU melalui kata-kata yang digunakannya. Tetapi meskipun begitu hakim tidak
boleh menolak suatu perkara yang diajukan kepdanya dengan alsan UU kurang jelas atau
tidak mengaturnya. Kekosongan hukum bisa saja di sebabkan oleh peraturan – peraturan
yang tidak lengkap dan tidak jelas, atau memang belum ada satu peraturan yang mengatur
tentang hal tersebut, maka pada kondisi seperti ini lah yang menuntut agar hukum dicari,
ditemukan, dilengkapi dan dijelaskan melalui penemuan hukum. Penafsiran hukum atau
interpretasi peraturan perundang – undangan ialah mencari dan menetapkan pengertian atas
dalil – dalil yang tercantum dalam undang –undang sesuai dengan yang dikehendaki serta
dimaksud oleh pembuat undang – undang. Gadai diatur dalam Pasal 1150 KUHPerdata.
Gadai = Pand Dalam hukum perdata gadai itu harus barang bergerak Sejarah undang –
undang, yaitu penelitian terhadap pembentukkan undang-undang tersebut.

Konstruksi hukum ini dapat dilakukan dengan menggunakan logika berfikir secara

Yaitu penafsiran dengan menarik suatu ketentuan yang khusus kepada ketentuan yang
umum, kemudian dari ketentuan yang umum ditentukan pada kasus yang dihadapi. Dari
pengertian Pasal 1546 KUHPerdata itu kalau 2 orang melakukan perjanjian jual-beli, yang
diatur dalam Pasal 1457 sampai 1540 KUHPerdata, dapat digunakan dalam perjanjian itu.
Yaitu penafsiran UU yang didasarkan atas pengingkaran yaitu berlawanan pengertian antara
soal yang dihadapi dengan soal yang diatur dalam suatu Pasal dalam UU.

b. Forum Diskusi Tugas Tentang Penemuan Hukum Oleh Hakim


1) Kapan Hakim Harus Melakukan Penemuan Hukum? Jelaskan jawaban saudara , tuliskan
jawaban saudara ini referensinya
2) Sebutkan dan jelaskan contoh-contoh dari penafsiran hukum dan konstrusi hukum diluar
contoh dari materi byang saya up load?

c. Diskusi Kelompok 8

Pertemuan ke-13, 24 Desember 2020

a. FORUM TUGAS RECHTVINDING


Sebutkan dan jelaskan Tugas Dan Peran Hakim Dalam Melakukan Penemuan
Hukum/rechtvinding?

b. Diskusi Makalah Kelompok 9

Peretemuan 14, 07 Januari 2020

a. BIDANG – BIDANG STUDI HUKUM

1. Sosiologi Hukum
Sosiologi Hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan
analitis mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala – gejala sosial
lainnya.

2. Antropologi Hukum
Antropologi hukum adalah ilmu hukum yang mempelajari pola – pola sengketa denga
cara penyelesaiannya, baik pada masyarakat yang sederhana maupun masyarakat yang
mengalami modernisasi.

3. Perbandingan Hukum
Perbandingan hukum adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan antara
dua atau lebih sistem hukum negara yang satu dengan yang lainnnya. Perbandingan
hukum yang dibicarakan sekarang ini dipakai dalam arti membanding – bandingkan
sistem hukum positif dari bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.

4. Sejarah Hukum
Sejarah hukum adalah suatu bidang yang mempelajari perkembangan hukum serta asal
usul dalam masyarakat dan membandingkan hukum yang satu dengan yang lainnya
yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan waktu.

a. Politik Hukum
b. Politik hukum adalah :
c. Perhatian / kebijaksanaan tentang sesuatu hal terhadap yang berlaku dinegara nya.
d. Suatu jalan untuk memberikan wujud sebenarnya kepada yang dicita – citakan
e. Sebagai pernyataan kehendak penguasa negara mengenai hukum yang berlaku
diwilayahnya dan mengenai kemana hukum itu hendak dikembangkan ( kearah hukum
yang dicita – citakan / ius conctituendum).
b. Forum Tugas Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kenyataan
Bagaimana menurut anda tentang kajian terhadap pendekatan ilmu hukum sebagai normatif
dan kajian ilmu hukum terhadap pendekatan yg empiris? Berikut dengan contohnya?
c. Diskusi Kelompok 11

Pertemuan ke-15: 14 Januari 2021

a. EIGENRICHTING (LARANGAN MAIN HAKIM SENDIRI)


Main hakim sendiri adalah istilah bagi tindakan untuk menghukum suatu pihak tanpa
melewati proses yang sesuai hukum. Contoh dari tindakan main hakim sendiri adalah
pemukulan terhadap pelaku kejahatan oleh masyarakat.

Pelanggaran Undang-undang
Apabila seseorang melakukan main hakim sendiri maka akan dijerat dengan pasal:

Pasal 351 KUHP tentang Penganiayaan


Dalam penjelasan Pasal 351 KUHP oleh R. Sugandhi, penganiayaan diartikan sebagai
perbuatan dengan sengaja yang menimbulkan rasa tidak enak, rasa sakit atau luka.

Pasal 170 KUHP tentang Kekerasan


Dalam penjelasan Pasal 170 KUHP oleh R. Sugandhi, kekerasan terhadap orang maupun
barang yang dilakukan secara bersama-sama, yang dilakukan di muka umum seperti
perusakan terhadap barang, penganiayaan terhadap orang atau hewan, melemparkan batu
kepada orang atau rumah, atau membuang- buang barang sehingga berserakan.

Pasal 406 KUHP tentang Perusakan


Dalam penjelasan Pasal 406 KUHP oleh R. Sugandhi, perusakan yang dimaksud
mengakibatkan barang tersebut rusak, hancur sehingga tidak dapat dipakai lagi atau hilang
dengan melawan hukum

b. Diskusi Kelompok 12
c. Latihan UAS
d. Resume Laporan Perkuliahan
Pertemuan ke-16 : 21 Januari 2021

UAS

Anda mungkin juga menyukai