DISIPLIN HUKUM
PERTEMUAN KE 2
A. IlmuHukum.
Secara garis besar ilmu hulum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Ilmu hukum adalah pengetahuan yang bersifat manusiawi, pengetahuan
tentang yang benar dan tidak benar menurut harkatkemanusiaan.
2) Ilmu yang formal adalah tentang hukumpositif.
3) Sintesa ilmiah tentang asas-asas yang pokok darihukum.
4) Penyelidikan oleh para ahli hukum tentang norma-norma, cita-cita dan
teknik-teknik hukum dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh
dari berbagai disiplin di luar hukum yangmutakhir.
5) Ilmu hukum adalah nama yang diberikan kepada suatu cara untuk
mempelajari huku, suatu penyelidikan yang bersifat abstrak, umum dan
teoritis, yang berusaha mengungkap asas-asas yang pokok darihukum.
6) Teori ilmu hukum menyangkut pemikiran mengenai hukum atas dasar
yang paling luas.
7) Suatu diskusi yang teoritis yang umum mengenai hukum dan asas-asas
sebagai lawan dari studi mengenai peraturan hukum yang konkrit.
8) Ilmu hukum meliputi pencarian ke arah konsep-konsep yang tuntas
yang mampu untuk memberikan ekspresi yang penuh arti bagi semua
cabang ilmu hukum.
9) Ilmu hukum adalah pengetahuan tentang hukum dalam segala bentuk
dan manifestasinya.
10) Pokok bahasan ilmu hikum adalah luas sekali meliputi hal-hal yang
filsafati, sosiologis, historis maupun komponen-komponen analitis dari
teori hukum.
1. Ilmu Kaidah, yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem
kaidah-kaidah dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum.
a. Sosiologi Hukum.
b. AntropologiHukum.
Antropologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari pola-pola sengketa dan penyelesaiannya pada masyarakat-
masyarakat sederhana, maupun pada masyarakat yang sedang dalam
mengalami proses perkembangan dan pembangunan.
Antropologi hukum mempunyai persamaan dengan sosiologi hukum,
yaitu keduanya ingin mengerti dan kemudia dapat memberikan
penjelasan mengenai fenomena hukum itu, dan bukannya untuk memakai
peraturan-peraturan hukum yang konkrit untuk mengarahkan tingkah laku
manusia. Metode pendekatan antropologi menurut Euber: ”suatu segi
yang menonjol dari ilmu antropologi adalah pendekatan yang menyeluruh
yang dilakukan terhadap manusia. Para Antropolog mempelajari tidak
hanya semacam jenis manusia, mereka juga mempelajari semua aspek dari
pengalaman manusia, seperti penulisan tentang gambaran, tentang bagian
dari sejarah manusia, lingkungan hidup dan kehidupan keluarga-keluarga,
pemukiman, segi-segi ekonomi, politik, agama, gaya kesenian, bahasa
BORU DS – FH UNPAM Page 4
MODUL PERBANDINGAN HUKUM
dan sebagainya.
c. Psikologi Hukum.
Psikologi Hukum adalah cabang pengetahuan yang mempelajari hukum
sebagai suatu perwujudan dari perkembangan jiwa manusia.
Psikologi sendiri merupakan ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia
(human behavior). Dalam kaitannya dengan studi hukum, ia akan melihat
hukum sebagai salah satu dari pencerminan perilaku manusia suatu
kenyataan bahwa salah satu yang menonjol pada hukum, terutama pada
hukum modern, adalah penggunaan secara sadar sebagai alat untuk
mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki. Dengan demikian sadar atau
tidak, hukum telah memasuki bidang yang menggarap tingkah laku
manusia. Apakah proses yang demikian ini tidak juga mengandung arti,
bahwa hukum telah memasuki bidang psikologi, khususnya psikologi
sosial.
Hukum pidana, misalnya, merupakan salah satu bidang hukum yang
cukup sering berkaitan dangan psikologi ini, sadar atau tidak. Bahwa
dengan adanya pidana diharapkan suatu kejahatan dapat dicegah. Ini
merupakan salah satu contoh konkrit dan jelas mengenai hubungan antara
hukum dan psikologi.
Seorang hakim di Amerika Serikat yang bernama Jerome Frank dalam
bukunya ”Law and the Modern Mind” (1930), menyerang anggapan dan
padangan banyak orang tentang hukum. Frank melihat bahwa hukum itu
tidak akan pernah bisa memuaskan keinginan kita untuk memberi
kepastian. Sejak dulu, sekarang dan di waktu-waktu yang akan datang,
bagian terbesar dari hukum bersifat samar-samar dan bervariasi.
Menurutnya, keadaan yang demikian itu tidak bisa lain, oleh karena
hukum itu berurusan dengan hubungan-hubungan antar manusia dalam
segi-seginya yang sangat kompleks. Oleh karenanya mengharapkan
bahwa hukum akan bisa memberikan kepastian yang berlebihan adalah
merupakan perbuatan yang keliru dan tidak perlu.
d. SejarahHukum.
Sejarah Hukum merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang
mempelajari perkembangan dan asal-usul sistem hukum dalam suatu
masyarakat tertentu, dan memperbandingkan antara hukum yang berbeda
karena dibatasi oleh perbedaan waktu. Sejarah hukum ini berkaitan
dengan bangkitnya suatu pemikiran dalam hukum yang memberikan
tekanan pada peran sejarah terhadap hukum, yang dipelopori oleh
Friedrich Carl von Savigny(1779-1861).
BORU DS – FH UNPAM Page 5
MODUL PERBANDINGAN HUKUM
B. PolitikHukum
Politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama, dalam rangka mencapai tujuan negara. (Mahfud MD.)
C. Filsafat Hukum.
Filsafat hukum adalah ilmu pengetahuan yang mempersoalkan pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat mendasar mengenai hukum. Yang dikemukakan dalam
filsafat hukum adalah tentang dasar-dasar kekuatan mengikat dari hukum,
pertanyaan tentang hakikat hukum, merupakan beberapa contoh pertanyaan
yang bersifat mendasar itu.
Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa dihadapkan pada ilmu hukum
positif. Sekalipun sama-sama menggarap bahan hukum, tetapi masing-masing
mengambil sudut pemahaman yang sama sekali berbeda. Ilmu hukum positif
BORU DS – FH UNPAM Page 7
MODUL PERBANDINGAN HUKUM
Dijelaskan oleh van Apeldoorn, cara sosiologis tak dapat dipakai tanpa ada
pertolongan cara historis, karena dalam penyelidikan tentang pengaruh hukum atas
gejala-gejala masyarakat timbal balik harus menengok ke jaman lampau. Cara
sosiologis pun juga tidak boleh mengabaikan penyelidikan perbandingan hukum,
karena hukum, walaupun dikatakan berbeda menurut tempat dan waktu, sebagai
gejala masyarakat merupakan gejala yang berlaku semesta, dan tak ada sesuatu
bangsapun yang mempunyai tatanan hukum yang berdiri sendiri. Sebaliknya
penyelidikan tentang pertumbuhan sejarah dari sesuatu tatanan hukum tang
tertentu, harus memuat penyelidikan tentang faktor-faktor masyarakat, oleh mana
pertumbuhun tersebut ditentukan, dan dalam pada itu, jika ia menghendaki agar ia
tidak tetap bersifat kurang sempurna, ia harus mencari tambahan dari pertumbuhan
yang sejalan pada tatanan-tatanan hukum yang lain. Manakala ia sungguh-sungguh
ingin merupakan ilmu pengetahuan dan tidak menyempitkan diri hingga hal-hal
yang dikumpulkannya belaka dan perbandingan naskah-naskah undang-undang
Pertanyaan :
DAFTAR PUSTAKA
L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, 1985, P.T. Pradnya Paramitha,
Jakarta.