Anda di halaman 1dari 21

RESENSI BUKU PENGANTAR ILMU HUKUM

Disusun untuk menuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum

Dosen Pengajar: Mariatul Kiptiah S.Pd. M.Pd.

Disusun oleh:

Nama: Azis Muslim


Nim: 1910112110018
Prodi: PPKN
Kelas: A2

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
2019
LAPORAN BACA
OLEH: AZIS MUSLIM

Judul : PENGTAR ILMU HUKUN


Pengarang : PROF. DR. H. ZAINAK ASIKIN, S.H., S.U.
Penerbit : PT. RAJAGRAFINDO PERSADA
Tempat Terbit : JAKARTA
Tahun Terbit : 2015
Cetakan : Ke-3
Ukuran : 21 cm
Jumlah halaman : 157
ISBN : 978-979-769-878-2
BAB 1 ILMU HUKUM
A. Pendahuluan
Pengantar Ilmu Hukum (PIH) adalah mata kuliah dasar yang mengantarkan, yakni
menunjukkan jalan ke arah cabang-cabang ilmu hukum(rechtsvakken). Secara formil
PIH memberikan suatu pandanga umum secara ringkas mengenai seluruh ilmu
pengatahuan, mengenai kedudukan ilmu hukum disamping ilmu-ilmu yang lain.
B. Disiplin Ilmu Hukum
Yang dimaksud disiplin ilmu hukum adalah sistem ajaran mengenai kenyataan atau
geajala-gejala yang dihadapi. Seacara umu disiplin dapan dibedakan antara disiplin
analitis dan disiplin preskriptif.
Disiplin analitis adalah suatu sistem ajaran yang menganilis, memahami dan
menjelaskan gejala-gejala yang dihadapi. Sedangkan disiplin preskriptif adalah yang
dilakukan dalam menghadapi kenyataan tertentu. Apabila disiplin dibatasi pada disiplin
hukum, maka mencakup tentang:
1) Ilmu-ilmu Hukum
2) Politik Hukum
3) Filsafat Hukum
Para pakar membagi ilmu hukum itu menjadi beberapa golongan:
1) Disiplin hukum mempelajari hukum sebagai objeknya dengan pendekatan internal
hukum.
2) Disiplin nonhukum mempelajari hukum melalui pendekatan eksternal seperti
“sosiologi hukum, sejarah hukum, antropologi hukum, psikologi hukum,
perbandingan hukum.

BAB 2 ILMU HUKUM SEBAGAI KAIDAH


A. Pengertian Hukum
Menurut Hans Wehr, kata hukum berasal dari bahasa Arab, asal kata “Hukum” kata
jamaknya “Ahkam” yang berarti putusan,ketetapan, perintah, pemerintahan, dan
kekuasaan.
Menurut Tullius Cicerco, hukum adalah akal tertinggi yang ditanamkan oleh alam
dalam diri manusia untuk menetapkan apa yang boleh dilakukan dan aoa yang tidak
boleh dilakukan.
Menurut J.C.T. Simorangkir S.H. hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat
memaksa, yang mmenentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat
yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib.
B. Tujuan Hukum
1. Teori Etis
Menurut teori etis hukum semata-mata bertujuan untuk keadilan. Isi hukum
ditentukan oleh keyakinan kita yang etis tentang yang adil dan tidak.
2. Teori Utilities
Menurut teori ini hukum ingin menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi
manusia dalam jumlah yanhg sebanyak-banyaknya.
3. Teori Campuran
Teori ini dianut oleh Mochtar Kusumaatmadja, tujuan hukum yang utama
adalah ketertiban. Kebutuhan akan letertiban ini syarak pokok bagi adanya suatu
masyarakat yang teratur.
C. Unsur-unsur Hukum
1) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam bermasyarakat.
2) Dibuat oleh badan yang berwenang.
3) Besifat memaksa.
4) Dapat mendapatkan sanksi bila melanggar, sesuai dengan ketentuan atau
perundang-undangan yang berlaku.

D. Ciri-Ciri Hukum
1) Terdapat perintah ataupin larangan.
2) Perintah dan larangan itu harus dipatuhi oleh setiap orang.

E. Macam-macam kaidah sosial


Macam-macam norma yang telah dikenal luas ada empat , yaitu:
1. Norma Agama
Peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai perintah-perintah,
larangan-larangan dan ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa.
Pelanggaran ini akan mendapatkan hukuman oleh Tuhan Yang Maha Esa.
2. Norma Kesusilaan
Peraturan hidup yang berasal dari suara hati sanubari manusia. Pelanggaran
norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang berakibat penyesalan.
3. Norma Kesopanan
Norma yang timbul oleh masyarakat itu sendiri untuk mengatur anggota
masyarakat dan saling menghormati.
4. Kaidah Hukum
Kaidah hukum diartikan sebagai peraturan hidup manusia dalam berprilaku,
bersikap dan bersikap di masyarakat kepentingannya dan kepentingan orang lain
terlindungi.
F. Hubungan Antarnorma
Hubungan antar hukum dan kaidah-kaidah sosial lainnya saling mengisi. Artinya
kaidah sosial mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat dalam hal-hal hukum
tidak mengaturnya. Selain saling mengisi, juga saling memperkuat. Suatu kaidah
hukum, misalnya “kamu tidak boleh membunuh” diperkuat oleh kaidah sosial lainnya.
Kaidah agama, kesusilaan, dan adat yang berisi suruhan yang sama.
G. Isi Kaidah Hukum
1) Kaidah hukum yang berisi perintah(Gebod), sehingga harus ditaati.
2) Kaidah hukum yang berisi larangan(Verbod), kaidah ini memuat larangan untuk
melakukan sesuatudengan ancaman sanksi apa bila melanggar.
3) Kaidah hukum yang berisi membolehkan(mogen), kaidah hukum ini memuat hal-
hal yang boleh dilakukan tapi boleh tidak.

H. Penyimpangan Terhadap Kaidah Hukum


Berbagai tindakan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan ketentuan-ketentuan
kaidah hukum dapat saja ditemukan dalam kehidupan.

BAB 3 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU PENGERTIAN


A. Subjek Hukum
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang secara hukum dapat mendukung hak dan
kewajiban seseorang. Sebuah subjek hukum dalam studi hukum juga disebut sebagai
”orang”, sebagai pendukung hak dan kewajiban.
1. Pembagian Subjek
a. Manusia(naturlijke person)
b. Badan Hukum(recht person)

B. Objek Hukum
Objek hukum ialah segala sesuatu ang dapat menjadi objek suatu perhubungan
hukum. Objek hukum bisa juga disebut sebagi benda. Menurut Pasal 499 KUHP objek
hukum adalah benda, yakni “segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum atau
segala sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dan kepentingan bagi para subjek
hukum atau segala sesuatu yang dapat menjadi objek hak milik”. Benda itu dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Berwujud/Konkret/Material
Benda yang berwujud ini pun terbagi menjadi dua yaitu benda bergerak sendiri
atau digerakkan untuk berpindah dan benda tak bergerak.
2. Tidak berwujud/Abstrak/Immaterial
Contoh dari benda ini adalah aliran listrik, gas, pulsa, hak cipta, hak paten,
kehormatan, dan sebagainya. Benda yang tidak berwujud ini adalah benda yang
dirasakan oleh pancaindra saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian dapat
direalisasikan menjadi suatu kenyataan.

C. Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum adalah segala perbuatan yang secara sengaja dilakukan orang yang
mengakibatkan timbulnya han dan kewajiban. Peristiwa hukum dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Peristiwa hukum bersegi satu, iyalah peristiwa hukum yang hanya ditimbulkan oleh
satu pihak.
2. Peristiwa hukum bersegi dua, iyalah peristiwa hukum yang ditimbulkan oleh dua
pihak.

D. Hubungan Hukum
1. Hubungan nebeneinander/sama dan hubungan necheinander/tidak setara;
hubungan sama tidak hanya ditemukan dihukum perdata, tapi juga dinegara hukum-
antar satu provinsi ke provinsi lainnya, sedangkan hubungan yang tidak setara
ditemukan tidak hanya dinegara hukum, tapi juga dihukum perdata
2. Hubungan timbal balik dan hubungan non-timbal balik yang tidak sama. Hubungan
timbal balik adalah hubungan dimana kedua belah pihak memiliki hak dan
kewajiban. Hubungan yang tidak sama adalah ketika satu pihak memiliki hak
sementara rekan hanya memiliki kewajiban.

E. Konsekuensi Hukum
Konsekuensi hukum merupakan konsekuensi dari peristiwa hukum atau akibat dari
suatu tindakana oleh subjek hukum.

BAB 4 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU TENTANG KENYATAAN


A. Sejarah Hukum
Sejarah hukum adalah salah satu bidang studi hukum yang mempelajari
perkembangan dan asal usul sistem hukum dalam masyarakat tertentu dan
memperbandingkan antara hukum yang berbeda karena dibatasi waktu yang berbeda
pula.
Apa yang sejak lama disebut sejarah hukum, sebenarnya tak lain daripada
pertelaahan sejumlah peristiwa-peristiwa yuridis dari zaman dahulu yang disusun
secara kronologis, jadi adalah kronik hukum.
Hukum pada masa kini dan pada masa lampau merupakan suatu kesatuan. Itu
berarti, bahwa kita dapat mengerti hukum kita pada masa kini, hanya dengan
penyelidikan sejarah, bahwa mempelajari hukum secara ilmu pengetahuan harus juga
mempelajari sejarah hukum.
B. Perbandingan Hukum
Perbandingan hukum bukanlah suatu subjek persoalan, melainkan suatu metode
studi. Hal tersebut merupakan proses mempelajari hukum-hukum diluar negri dengan
membandingkannya dengan hukum-hukum lokal. Tugas utamanya adalah untuk
mengetahui perbedaan dan persamaan didalam peraturan hukum, prinsip-prinsip dan
lembaga-lembaga terkait pada dua negara atau lebih dengan cara pandang untuk
menyediakaj solusi bagi permasalahan setempat. Perbandingan hukum dikategorikan
menjadi dua, yaitu perbandingan eksternal (perbandingan hukum anatar negara) dan
internal (perbandingan hukum didalam suatu negara).
C. Antropologi Hukum
Antropologi Hukum adalah mempelajari pola-pola sengketa penyelesaiannya
dalam masyarakat sederhana maupun masyarakat yang sedang mengalami
moderenisasi. Antropologi hukum mempelajari suatu perilaku hukum masyarakat,
budaya hukum masyarakat, dan cara pandangnya terhadap hukum dan produk-produk
turunannya. Dalam Antropologi hukum, memiliki beberapa sifat yang utama,
diantaranya:
1) Empiris
2) Teoritis
3) Komulatif
4) Nonetis

D. Sosiologi Hukum
Sosiologi hukum adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis
dan empiris mempelajari hubungan timbal balik antar hukum dengan gejala sosial
lainnya. Misi sosiologi hukum untuk memprediksi dan menjalankan berbagai “legal
behavior” mencakup variasi tentang apa yang didefinisikan “sebagai legal” bagaimana
kasus memasuki sistem, bagaimana kasus-kasus itu diselesaikan, perbedaan-perbedaan
didalam hukum jelas berlaku di seluruh masyarakat, disetiap periode sejarah dan
disetiap kasus individu, dan kesemuanya itu merupakan subjek yang dijelaskan secara
sosiologi.
Keunikan dari kajian sosiologi hukum yaitu mengundang ilmu hukum modern
untuk menghadapi realitas kasus-kasus tidak semata-mata diputuskan oleh aturan-
aturan sendiri. Kajian sosiologi hukum sangat menyerupai pemikiran yang lebih luas,
yang kemudian dikenal sebagai pemikiran teknokratik atau dengan menggunakan
istilah sebelumnya saintisisme yaitu ciri-cirinya setiap masalah besifat fakta, moral,
politik, atau legal.
E. Psikologi Hukum
Psikologi hukum adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu
perwujudan jiwa manusia. Ketika saksi mata memberikan keterangan, baik ditahapan
penyelidikan, penyidikan maupun dipersidangan pengadilan, maka psikologi hukum
akan sangat banyak membantu menilai keakuratan kesaksian tersebut.
Manfaat dari psikologi hukum adalah untuk mendeteksi kebohongan seseorang atau
yang dikenal dengan istilah “Neuro-Science” sebagai salah satu cabang psikologi
hukum. Kajian psikologi hukum menekankan kepada faktor psikologis yang
mempengaruhi perilaku individu atau pun kelompok dalam segala tindakannya
dibidang hukum.
F. Politik Hukum
Menurut pakar ilmuan, Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto(1984) Politik
Hukum dimaknai sebagai kegiatan-kegiatan memilih nilai-nilai. Sebagai contoh, usaha
pemerintah untuk menundangkan suatu UU pornografi tentunya tidak lepas dengan
politik hukum untuk mencegah terajadinya kerusakaj moral bangsa.
G. Filsafat Hukum
Filsafat hukum adalah filsafat yang objek khusus hukum, maka oleh itu karenanya
pemecahan permasalahan yang dipecahkan oleh filsafat hukum ialah: apa hukum itu,
apa keadilan itu, apa itu hukuman, apa delik(pelanggaran), apa itu hak, dan apa itu
like(keseimbangan). Pokok kajian Filsafat Hukum adalah sebagai berikut:
 Ontologi hukum(ilmu tentang segala sesuatu)
 Aksiologi hukum(ilmu tentang nilai)
 Ideologi hukum(ilmu tentang tujuan hukum yang menyangkut cita manusia)
 Teologi hukum(ilmu tentang tujuan hukum yang menyangkut cita hukum itu
sendiri)
 Epistemologi(ilmu tentang pengetahuan hukum)
 Logika hukum(ilmu tentang berpikir benar atau jebenaran berpikir)
 Ajaran hukum umum(ilmu yang mempelajari pengertian dan sistem hukum
secara mendalam)
Filsafat hukum merupakan ilmu pengetahuan yang berbicara tentang hakikat
hukum atau keberadaan hukum. Hakikat hukum meliputi:
1. Hukum merupakan perintah(Teori Imperatif)
2. Kenyataan sosial yang mendalam(Teori Indikatif)
3. Tujuan hukum(Teori Optatif)
Adapun beberapa aliran-aliran dalam filsafat hukum antara lain:
1. Aliran hukum alam
2. Aliran positivisme hukum
3. Mazhab sejarah
4. Aliran sosiological jurisprudence
5. Aliran pragmatic legal realism
6. Aliran marxis jurisprundence
7. Aliran anthropological jurisprundence
8. Aliran utilitarianism
9. Mazhab unpad
10. Critical legal studies

BAB 5 PENGGOLONGAN HUKUM


A. Menurut sumbernya
1. Hukum perundang-undangan
2. Hukum kebiasaan(adat)
3. Hukum traktat
4. Hukum yurispudensi
B. Menurut bentuknya
1. Hukum tertulis yang dikodifikasikan
2. Hukum tertulis yang tak dikodifikasikan
3. Hukum tak tertuils(hukum kebiasaan)
C. Menurut tempat berlakunya
1. Hukum nasional(berlaku di suatu negara)
2. Hukum internsional(berlaku diseluruh negara)
3. Hukum asing(hukum yang berkalu dinegara lain)
4. Hukum gereja(norma-norma yang ditetapka oleh gereja)
D. Menurut waktu berlakunya
1. Ius cantitutum/hukum positif(hukum yang berlaku sekarang bagi masyarakat
didaerah tertentu)
2. Ius constituendum(hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang)
3. Hukum asasi(hukum yang belaku dimana-mana segala waktu)
E. Menurut cara mempertahankannya
1. Hukum materiil
2. Hukum formal
3. Hukum acara pidana
4. Hukum acar perdata
F. Menurut sifatnya
1. Hukum yang memaksa
2. Hukum yang mengatur
G. Menurut wujudnya
1. Hukum objektif
2. Hukum subjektif
H. Menurut isinya
1. Hukum privat
2. Hukum publik
BAB 6 SUMBER HUKUM
A. Sumber Hukum dalam Arti Formal
Undang-undang merupakan salah satu contoh dari hukum tertulis. Jadi, undang-
undang adalah peraturan negara yang dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang
berwenang, dan mengikat masyarakat umum. Undang-undang terdapat dua macam
pengertian:
1. Undang-undang dalam arti materiil, yaitu setiap peraturan yang dikeluarkan oleh
negara yang isinya langsung mengikat masyarakat umum.
2. Undang-undang dalam arti formal, yaitu setiap peraturan negara yang karena
bentuknya disebut undang-undang atau kata lain setiap keputusan/pertauran yang
dilihat dari cara pembentukannya.
B. Kebiasaan atau Hukum Tak Tertulis
Menurut KBBI, adat adalah aturan (perbuatan, dan sebagainya) yang lazim diturut
atau dilakukan sejak dahulu kala; cara (kelakuan, dan sebagainya) yang sudah menjadi
kebiasaan; wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma,
hukum, dan aturan yang satu dan lainnya berkaitan menjadi satu sistem.
Kebiasaan(custom). Kebiasaan merupakan tindakan menurut pola tingkah laku
yang tetap, ajeg, dan normal didalam suatu masyarakat atau komunitas hidup tertentu.
Kebiasaan merupakan perilaku yang dilakukan berulang hingga melahirkan suatu
keyakinan atau kesadaran bahwa ha itu patut dilakukan dan memiliki kekuatan normatif
yang mengikat. Adapun syarat-syarat kebiasaan menjadi sumber hukum, antara lain:
1. Syarat materiil, adanya perbuatan tingkah laku yang dilakukan berulang-ulang.
2. Syarat intelektual, adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang
bersangkutan.
3. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan dilanggar.
C. Yurisprudensi
Dalam sistem common law, urisprudensi adalah suatu ilmu pengetahuan hukum
positif dan hubungan-hubungannya dengan hukum lain. Sedangkan dalam sistem
statute law dan civil law, yurisprudensi adalah putusan-putusan hakim terdahulu yang
telah berkekuatan hukum tetap dan diikuti oleh para hakim atau badan peradilan lain
dalam memutus perkara atau kasus yang sama.(Simorangkir,1987:78). Adapun asas-
asas dari yurisprudensi, antara lain:
1. Asas Presedent; Hakim terikat pada putsan yang lebih dulu dari hakim yang
sama derajatnya atau hakim yang lebih tinggi.
2. Asas Bebas; Hakim tidak terikat pada keputusan hakim terdahulu pada
tingkatan sejajar atau yang lebih tinggi.
D. Traktat
Traktat adalah perjanjian yang dilakukan oleh kedua negara atau lebih. Perjanjian
yang dilakukan oleh dua negara disebut Traktat Bilateral, sedangkan perjanjian yang
dilakukan oleh lebih dari dua negara disebut Traktat Multilateral. Selain itu, ada juga
sebutan Traktat Kolektif yaitu perjanjian antara beberapa negara dan kemudian terbuka
bagi negara-negara lainnya untuk mengikat diri dalam perjanjian tersebut.
Traktat atau perjanjian yang secara prosedural harus disampaikan pada DPR
sebelum diratifikasi adalah perjanjian yang mengandung materi sebagai berikut:
1. Soal-soal politik atau persoalan yang dapat mempengaruhi haluan politik luar
negri.
2. Ikatan yang mempengaruhi haluan politik luar negeri seperti perjanjian
ekonomi dan teknis pinjaman uang.
3. Persoalan yang menurut sistem perundang-undangan harus diatur dengan
undang-undang.
Proses pembuatan traktat:
1. Perundingan isi perjanjian oleh para utusan pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Persetujuan masing-masing parlemen bagi negara yang memerlukan
persetujuan dari parlemen.
3. Ratifikasi atau pengesahan oleh kepala negara, raja, presiden, atau perdana
menteri dan diundangkan dalam lembaga negara.
4. Pertukaran piagam antarpihak yang mengadakan perjanjian, atau jika itu
perjanjian multilateral paiagam diarsip oleh salah satu negara berdasarkan
kesepakatan atau arsip di markas besar PBB.
E. Doktrin Hukum
Doktrin hukum adalah pendapat para ahli atau sarjana hukum ternama/terkemuka.
Pendapat para sarjana hukum yang merupakan doktrin adalah sumber hukum. Ilmu
hukum itu sebagai sumber hukum, tapi bukan karena tidak langsung mempunyai
kekuatan meningkat sebagaimana undang-undang.
F. Revolusi/Coup D’etat
Revolusi/Coup D’etat adalah suatu tindakan dari warga negara yang mengambil
alih kekuasaan diluar cara-cara yang diatur dalam konstitusi suatu negara. Jika tindakan
itu berhasil, maka revolusi/coup d’etat itu adalah:
1. Sumber hukum normal:
a. Sumber hukum normal yang langsung atas pemgakuan UU, yaitu UU<
perjanjian antarnegara dan kebiasaan.
b. Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan UU, yaitu
perjanjian doktrin dan yurisprudensi.
2. Sumber hukum abnormal yaitu:
a. Proklamasi.
b. Revolusi.
c. Coup d’etat.

BAB 7 MENGISI KEKOSONGAN HUKUM


A. Penemuan Hukum(Rechtsvinding)oleh Hakim
Penemuan hukum diartkan sebagai sebuah proses pembentukan hukum oleh hakim
atau petugas hukum lainnya terdapat peristiwa-peristiwa hukum yang konkret. Atau
dengan bahasa lain penemuan hukum adalah upaya konkretisasi peraturan hukum yang
bersifat umum dan abstrak berdasarkan peristiwa yang nyata terjadi. Dengan perkataan
lain, hakim harus menyesuaikan UU dengan hal yang konkret, oleh karena itu
peraturan-peraturan yang ada tidak dapat mencakup segala peristiwa yang timbul dalam
masyarakat.
B. Kebijakan/Praksa dari Pembentukan Perundang-Undangan
Dalam mengatasi kekosongan hukum di masyarakat sangat diperlukan
kebijakan/praksa dari badan pembentukan perundang-undangan, yang berdasarkan
UUD 1945 (yang telah di amandemen) pasal 20 ayat (1) dan (2).
C. Melalui Penafsiran (interpretasi)
Merupakan salah satu metode penemuan hukum yang memberi penjelasan yang
tidak jelas mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup kaidah dapat ditetapkan
sehubung dengan peristiwa tertentu.
Dalam melakukan penafsiran hukum terdapat sesuatu peraturan perundang-
undangan yang dianggap tidak lengkap atau tidak jelas, seorang ahli hukum tidak dapat
bertindak sewenang-wenang. Adapun macam-macam penafsiran adalah sebagai
berikut:
1. Metode interpretasi menurut bahasa(gramatikal) yaitu suatu cara penafsiran
undang-undang menurut arti kata-kata(istilah)yang terdapat pada undang-
undang.
2. Metode interpretasi secara historis yaitu menafsirkan undang-undang dengan
cara melihat sejarah terjadinya undang-undang.
3. Metode interpretasi secara sitematis/logis yaitu penafsiran yang
menghubungkan pasal yang satu dengan pasal yang lain dalam suatu
perundang-undangan yang bersangkutan, atau dengan undang-undang lain,
serta membaca penjelasan undang-undang tersebut sehingga kita memahami
maksudnya.
4. Metode interpretasi secara teologis/sosiologis yaitu makna undang-undang itu
ditetapkan berdasarkan tujuan kemsyarakatan artinya peraturan perundang-
undangan disesuaikan dengan hubungan dan situasi sosial yang baru.
5. Metode interpretasi secara autentik(resmi) yaitu penafsiran yang resmi yang
diberikan oleh pembuat undang-undang tentang arti kata-kata yang digunakan
dalam undang-undang tersebut.
6. Metode penafsiran kompratif yaitu penafsiran dengan memperbandingkan suatu
ketentuan undang-undang dari berbagai negara sehingga tercapai titik temu.
7. Metode penafsiran antisipatif/futuristik yaitu penafsiran yang mempergunakan
rancangan undang-undang yang berlaku.
8. Metode interpretasi secara ekstentif yaitu penafsiran dengan cara memperluas
arti kata-kata yang terdapat dalam undang-undang sehingga suatu peristiwa
dapat dimasukkan kedalamnya.
9. Metode interpretasi restriktif yaitu penafsiran yang membatasi/mempersempit
maksud suatu pasal dalam undang-undang.
D. Penerapan Asas Hukum
Asas hukum memiliki landasan, yaitu berakar dalam masyarakat dan pada nilai-
nilai yang dipilih dalam kehidupan bersama. Fungsi asas hukum dalam hukum dapat
mengesahkan dan mempunyai pengaruh yang normatif dan mengikat para pihak.
Bersifat mengikat karena mendasarkan eksistensinya para rumusan oleh pembentukan
undang-undang dan hakim.
Asas hukum yang paling populer dalam menyelesaikan konflik norma hukum ialah:
1. Lex supreior derogat legi inferiori
Peraturan perundang-undangan bertingkat lebih tinggi mengesampingkan
peraturan perundang-undangan tingkat lebih rendah, kecuali apabila subtansi
peraturan perundang-undangan lebih tinggi mengatur hal-hal yang oleh undang-
undang ditetapkan menjadi wewenang peraturan perundang-undangan tingkat
lebih rendah.
2. Lex specialis legi generalis
Asas ini mengandung makna, bahwa aturan hukum yang khusus akan
mengesampingkan aturan hukum yang umum.
3. Asa lex posterior derogat legi priori
Aturan hukum yang lebih baru mengesampingkan atau meniadakan aturan
hukum yang lama.
Asas hukum dalam praktik tersebar didalam berbagai bidang hukum sebagaimana
terurai dalam contoh dibawah ini.
1. Asas hukum dalam hukum pidana.
a. Asas nonretroaktif
b. Asas pembuktian terbalik
c. Asas praduga tak bersalah
d. Asas legalitas
e. Fiat justitia ruam coelum/fiat justitia pereat mundus
f. Geen straf zonder schuld
g. Indubio pro reo
2. Asas hukum dalam hukum perdata.
a. Equality before the law
b. Asas iktikad baik(te goeder trouw)
c. Koop breekt geen huur
3. Asas hukum dalam hukum internasional
a. Clausula rebus sic stantibus
b. Quiquid est in territorio, etiam est de territorio
4. Asas hukum dalam hukum acara
a. Adi et alteram partem/audiatur et altera pars
b. Bis de eadem re ni sit acto/ne bis in idem
c. Unus testis nullus testis
d. Testimonium de auditu
5. Asas hukum dalam hukum adat
a. Asas kontan dan konkret
b. Asas komunal

E. Analogi(Argumentum per Analogian)


Analogi adalah proses konstruksi yang dilakukan dengan cara mencari rasio (genus)
dari suatu undang-undang dan kemudian menerapkannya kepada hal-hal lain yang
sebenarnya tidak diatur oleh undang-undang itu.
Dalam analogi, hakim memasukkan sesuatu perkara kedalam lingkup pengaturan
suatu peraturan perundang-undangan yang sebenarnya tidak dimaksudkan untuk
menyelesaikan perkara yang bersangkutan.
F. Argumentum A Contrario
Argumentum a contrario adalah menafsirkan dengan menjelaskan undang-undang
yang didasarkan pada pengertian yang sebaliknya dari peristiwa konkret yang dihadapi.
Dalam keadaan ini, hakim akan memberlakukan peraturan perundang-undangan
yang ada seperti pada kegiatan analogi. Perbedaannya adalah dalam analogi hakim akan
menghasilkan suatu kesimpulan yang positif, dalam arti bahwa ia menerapkan suatu
aturan pada masalah yang dihadapinya.
G. Penghalusan Hukum(Rechtsverfijning)
Penghalusan hukum dilakukan apabila penerapan hukum tertulis sebagaimana
adanya akan mengakibatkan ketidakadilan yang sangat sehingga ketentuan hukum yang
tertulis itu sebaiknya tidak diterapkan atau diterapkan secara lain apabila hendak
dicapai keadilan.
H. Kontruksi Hukum/Eksposisi Hukum(Rechtsconstructie)
Yaitu suatu metode untuk menjelaskan kata-kata untuk selanjutnya membentuk
pengertian. Metode eksposisi tidak bermaksud menjelaskan tentang suatu barang.

BAB 8 HAK DAN KEWAJIBAN


A. Pengertian
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum. Suatu
kepentingan yang dilindungi oleh hukum. Baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan
juga bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau yang layak diterima. Hak juga
merupakan wewenang yang diberikan hukum objektif kepada subjek hukum untuk
melakuka segala sesuatu yang dikehendakinya sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual. Dengan kata lain, kewajiban adalah sesuatu yang sepautunya diberikan.
Adapun kewajiban juga diartikan sebagai beban yang diberikan oleh hukum kepada
subjek hukum.
Ciri-ciri yang melekat pada hak menurut hukum antara lain:
1. Hak itu diletakkan kepada seseorang yamg disebuit sebagai pemilik atau subjek
hak itu.
2. Hak itu tertuju kepada orang lain, yaitu yang menjadi pemegang kewajiban
antara hak dan kewajiban terdapat hubungan korelatif.
3. Hak yang ada pada seseorang ini mewajibkan pihak lain untuk melakuakan atau
tidak melakukan sesuatu perbuatan.
4. Perbuatan yang diberikan itu disebut dengan objek dari hak.
5. Setiap hak menurut hukum itu mempunyai title, yaitu suatu peristiwa tertentu
yang menjadi alasan melekatkannya hak itu pada pemiliknya.
Curzon mengelompokkan hak-hak sebagai berikut:
1. Hak-hak yang sempurna dan tidak sempurna, hak yang sempurna adalah yang
dapat dilaksanakan atau didukung oleh hukum. Sedangkan hak tidak sempurna
adalah hak yang diakui oleh hukum, namun tidak selalu dilaksanakan oleh
pengadilan.
2. Hak-hak utama dan tambahan, hak utama adalah yang diperluas oleh hak-hak
orang lain. Sedangkan hak tambahan adalah hal yang melengkapi hak-hak
utama.
3. Hak-hak publik dan perdata, hak publik yang ada pada masyarakat umumnya
yaitu negara. Hak perdata adalah yang ada pada perorang.
4. Hak-hak positif dan negatif, hak positif menuntut dilakukannya perbuatan-
perbuatan yang positif dari pihak tempat kewajiban koleratifnya berada.
5. Hak-hak milik dan pribadi, hak milik berhubungan dengan barang-barang yang
dimiliki oleh sesorang yang biasanya bisa dialihkan. Sedangkan hak pribadi
berhubungan dengan kedudukan seseorang yang tidak pernah bisa dialihkan.

B. Jenis Hak
1. Hak mutlak adalah kewenangan kekuasaan mutlak yang diberikan oleh hukum
kepada subjek hukum yang dapat dipertahankan kepada siapapun, diantaranya:
a. Hak publik mutlak(memungut pajak)
b. HAM(memeluk agama)
c. Hak keperdataan(orang tua kepada anak)
2. Hak relatif adalah memberikan kewenangan kepada seseoranag atau beberapa
orang untuk menuntut agar orang lain melakukan sesuatu atau tidak.
3. Hak orsinil dan hak derivatif adalah hak yang melekat pada manusia karena
diberikan oleh Tuhan yang Maha Kuasa yang biasanya disebut dengan hak dasar.
Misalnya hak untuk hidup, hak kebebasan, hak milik dll. Sedangkan hak derivatif
adalah hak yang dimiliki manusia karena diberikan oleh undang-undang. Misalnya
hak sewa, hak guna bangunan, hak guna pakaian, dll.
4. Hak dasar adalah hak yang dimiliki sesorang dan seseorang itu bebas dipergunakan
oleh sesorang tanpa campur tangan negara.
5. Hak politik adalah hak masyarakat untuk turut serta dalam pemerintahan.
6. Hak privat adalah hak yang dimiliki oleh manusia baik secara absolut maupun
secara relatif.

C. Sebab Timbulnya Hak


1. Subjek hukum baru.
2. Adanya kesepakatan perjanjian.
3. Karena adanya kerugian.
4. Seseorang telah melakukan kewajiban.
5. Karena verjaring(melahirkan hak dan menghapus hak)

D. Sebab Lenyapnya Hak


1. Subjek hukum meninggak dunia tidak ada pewaris.
2. Masa berlaku telah habis.
3. Kewajiban telah dipenuhi debitur.
4. Kadaluwarsa.
5. Telah diterimanya objek hak.

E. Kewajiban
Suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban
adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Adapun jenis-jenis kewajiban, antara lain:
1. Kewajiban hukum.
2. Kewajiban alamiah.
3. Kewajiban sosial.
4. Kewajiban moral.
Sebab timbulnya kewajiban:
1. Diperoleh suatu hak.
2. Adanya suatu perjanjian.
3. Karena kesalahan yang merugikan.
4. Telah menikmati hak tertentu.
5. Kadaluwarsa.
Sebab terhapusnya kewajiban:
1. Meninggal tanpa pengganti.
2. Habis masa berlakunya.
3. Kewajiban telah dipenuhi.
4. Hak yang melahirkannya hilang.
5. Extinctief verjaring.
6. Karena ketentuan undang-undang.
7. Beralih kepada orang lain.
8. Force majuer.
F. Penyalahgunaan Hak(Misbruik Van Recht)
Sebagaiman telah diuraikan terdahulu bahwa hak yang dimiliki oleh manusia
memiliki kekuatan yang sangat asasi sehingga tidak dapat diganggu gugat oleh
siapapun, termasuk pemerintah. Penodaan terhadap hak-hak dasar manusia itu sering
kali dianggap sebagai pelanggaran HAM. Meskipun demikian, manusia tidak bisa
sewenang-wenang dalam mempergunakan haknya tersebut.
Seseorang memiliki hak misalnya hak milik tanah perkarangan, maka dia tidak bisa
sewenang-wenang menembok tanah perkarangannya sehingga orang lain yang
dibelakang rumahnya tidak bisa keluar, sebab orang lain juga meniliki hak untuk
dilindungi oleh hukum untuk diberikan jalan keluar (jika tidak ada jalan selain
pekarangan itu), hak orang lain itu disebut “hak servitut”. Tindakan seseorang
mempergunakan haknya secara sewenang-wenang inilah yang disebut “misbruik van
recht”.

BAB 9 PERBANDINGAN SISTEM HUKUM


A. Sistem Hukum Civil Law
Merujuk pada suatu sistem hukum yang saat ini diterapkan salah satunya di
Indonesia. Dalam sistem hukum civil law istilah “code” (undang-undang), yaitu
sekumpulan klausula dan prinsip hukum umum yang otoritatif, komperhensif, dan
sistematis yang dimuat dalam kitab atau bagian yang disusun secara logis sesuai dengan
hukum terkait. Oleh sebab itu, peraturan civil law dianggap sebagai sumber hukum
utama, dimana semua sumber hukum lainnya menjadi subordinatnya, dan sering kali
dalam masalah hukum tertentu satu-satunya menjadi sumber hukumnya. Adapun
karakter darin sistem hukum civil law, antara lain:
1. Adanya kodifikasi hukum.
2. Adanya perbedaan yang tajam antara hukum privat dengan hukum publik.
3. Dikenal perbedaan hukum perdata (common law) dengan hukum dagang
(commercial law).

B. Sistem Hukum Common Law


Memiliki tiga karakter, yaitu yurisprudensi dianut sebagai sumber hukum ynag
utama, kedua dianutnya prinsip stare decisis, dan ketiga dianutnya adversary system
dalam peradilan.sistem ini berasal dari Inggris (dalam sistem ini tidak ada sumber
hukum, sumber hanya kebiasaan masyarakat yang dikembangkan
dipengadilan/keputusan pengadilan.
Pertama, dianutnya prinsip yurisprudensi sebagai sumber hukum yang utama
merupakan produk dari perkembangan hukum Inggris yang tidak terpengaruh oleh
hukum romawi.
Kedua, dianutnya prinsip stare decisis/preceden yaitu hakim terikat untuk
mengikuti putusan terdahulu yang telah ia putuskan oleh pengadilan lain yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht van gewijsde).
Ketiga, dianutnya prinsip adversary system mengharuskan kedua belah pihak atau
jaksa dan pengacara dalam perkara pidana benar-benar harus mampu menampilkan
kemampuannya meyakinkan jur dengan alat-alat bukti yang dimilikinya untuk
memenangkan perkara.
C. Sistem Hukum Sosial
Adalah hukum dari negara-negara yang pemerintahannya secara resmi memandang
negara tersebut sebagai sosial atau bergerak dari kapitalisme menuju sosialisme, dan
menganggap sebuah masyarakat komunistik sebagai tujuan puncaknya. Dan sistem
hukum ini digunakan sebagai sarana dalam merencanakan dan mengorganisasikan
struktur ekonomi dan sosial tersebut, dan ia hanya sekedar bagian dari struktur ideologis
yang mengontrol realitas materi dan sarana produksi, ia ditentukan dan didefinisikan
dalam kaitannya denga fungsi politisinya.
Sumber hukum dalam sistem hukum sosial adalah keputusan tertinggi para
penguasa berupa produk kebijaksanaan pemerintah atau negara. Intinya, tidak ada
hukum yang resmi, yang jelas:
1. Hukum adalah penguasa negara.
2. Hukum membela masyarakat proletar.

D. Sistem Hukum Islam


Dalam sistem hukum islam terdapat empat sumber hukum, yaitu:
1. Al-qur’an
2. Hadist
3. Ijma’
4. Ijtihad
Sember hukum ijtihad dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1. Qiyas
Qiyas dalam bahasa Arab berarti menyamakan, membandingkan atau
mengukur. Menurut para ulama ushul fiqh, ialah menetapkan hukum suatu
kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar nashnya dengan cara
membandingkan kepada sesuatu kejadian atau peristiwa yang lain yang telah
ditetapkan hukumnya berdasarkan nash karena ada persamaan ‘illat antara
kedua kejadian atau peristiwa itu.
2. Al-Istihsan
Menurut bahasa berarti menganggap baik terhadap sesuatu. Sedangkan
menurut istilah ahli ushul fiqh, istihsan adalah meninggalkan qiyas jaly (jelas)
untuk berpindah kepada qiyas kafi (samar-samar) atau hukum kully (umum)
kepada hukum juz’i atau istisna’i (pengecualian) karena ada dalil yang
membenarkan perpindahan itu.
3. Sadd Zariah
Secara bahasa sadd berarti menutup dan al-zariah berarti wasilah/jalan
kesuatu tujuan. Dengan demikia sadd zariah berarti menutup jalan mencapai
kepada tujuan. Dalam kajian ushul fiqh yang dikemukakan Abdul Karim
Zaidah, sadd zariah adalah menutup jalan yang membawa kebinasaan dan
kejahatan.
4. Istislah
Secara bahasa berarti perbuatan yang mendorong kepada kebaikan manusia
baik dalam arti menarik atau menghasilkan keuntungan atau kesenangan atau
dalam arti menolak/menghindari kemudharatan atau kesusahan. Pengertian
yang lain menyatakan istislah adalah logika yang baik tentu baik untuk
dipergunakan.
5. Istishab
Istishab adalah penetapan hukum suatu perkara, baik itu baik itu berupa
ukum ataupun benda dimasa kini ataupun mendatang berdasarkannapa yang
telah ditetapkan atau berlaku sebelumnya.
6. Maslahah Mursalah
Menurut Djalaluddin Abdurrahman secara tegas menyebut bahwa maslahah
ialah semua hal yang bermanfaat bagi manusia baik untuk meraih kebaikan dan
kesenangan maupun yang bersifat untuk menghilangkan kesulitan dan
kesusahan. Al-Ghazali menjelaskan bahwa secara harfiah maslahah adalah
menarik kemanfaatan dan menghindari kerugian.
Penggunaan metode ini menimbulkan kontroversi mengingat pengertiannya
secara literal yang menggunakan otoritas rasio dan mempertimbangkan
perspektif sebagian kalangan dalam ranah hukum syariat. Maslahah Mursalah
merupakan salah satu metode penggalian hukum yang biasa digunakan para
ulama dalam menetapkan suatu hukum.
E. Sistem Hukum Masyarakat Eropa
Sistem hukum masyarakat Eropa yang didasari oleh lahirnya Perjanjian Paris Tahun
1951 dan Perjanjian Roma Tahun 1957 telah melahirkan suatu fondasi bagi lahirnya
“common law eropa”, sebuah peraturan yang telah diimplementasikan baik oleh
institusi yang merancang perjanjian maupun oleh agensi pembentukan dan penegak
hukum dari negara anggota , artinya hukum ini dapat diberlakukan jika memang dapat
diinginkan oleh para individu dari negara-negara anggota. Negara Eropa pada
umumnya menganut dua prinsip, yaitu: monoisme dan dualisme.
Dalam konstitusu monoisme, bahwa kewajiban hukum internasional memiliki sfat
superior terhadap kewajiban-kewajiban hukum nasional. Sedangkn dalam konstitusi
dualis dimana hanya ada sejumlah status jumlah terbatas yang diberikan kepada
peraturan intrnasional.
Adapun dalam mesin “legislaitf dan yudikatif” Uni Eropa terdiri atas empat
institusi, yaitu:
1. Council of Minister(dewan menteri)
2. European Commission(komisi eropa)
3. European Parliament(parlemen eropa)
4. European Court of Justice(mahkamah peradilan eropa)

BAB 10 PENGERTIAN HUKUM YANG PERLU DIKETAHUI


A. Hukum yang Mengatur dan Hukum yang Memaksa
Hukum mengatur (regeld) adalah hukum yang dapat dijadikan acaun oleh para
pihak dalam melakukan hubungan hukum. Sedangkan hukum memaks
(dwingen/imteratif) adalah suatu peraturan hukum yang tidak boleh dikesampingkan
oleh para pihak dalam membuat perjanjian, atau undang-undang tidak memberikan
peluang kepada siapa saja untuk menafsirkan lain selain mengikuti aturan hukum yang
tertulis dengan jelas didalam teks yang ada.
B. Kodifikasi, Unifikasi Hukum, dan Harmonisasi Hukum
Kodifikasi hukum adalah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab
undang-undang secara sistematis dan lengkap. Tujuannya agar didapat satu kesatuan
hukum dan suatu kepastian hukum. Kodifikasi hukum tersebut harus meliputi tiga
unsur, yaitu:
1. Meliputi jenis-jenis hukum tertentu.
2. Memiliki sistematis.
3. Mengatur bidang hukum tertentu.

1. Kodifikasi Terbuka
Kodifikasi terbuka adalah kodifikasi yang membuka diri terhadap terdapatnya
tambahan-tambahan diluar induk kodifikasi.
2. Kodifikasi Tertutup
Kodifikasi tertutup adalah semua hal yang menyangkut permasalahannya
dimasukkan kedalam kodifikasi atau buku kumpulan peraturan.
Unifikasi hukum adalah memnberlakukan suatu macam hukum tertentu kepada
semua rakyat dinegara tertentu.
Harmosisasi hukum adalah upaya mencari keseragaman atau titik temu dari
prinsip-prinsip yang bersifat fundamental dari berbagai sistem hukum yanga ada.
Kompilasi adalah adalah pengumpulan bidang-bidang hukum yang tidak
mungkin disatukan karena adanya perbedaan adat istiadat, budaya, agama, maupun
kebiasaan-kebaiasaan.
Ketiga istilah tersebut merupakan suatu proses yang saling berkaitan, karena
dengan adanya suatu peraturan yang harmonis, maka aturan tersebut dapat
diunifikasikan, yang pada akhirnya menghasilkan suatu bentuk kodifikasi hukum.

Anda mungkin juga menyukai