Anda di halaman 1dari 4

A.

Teori Lenyapnya Negara

1. Teori Organis
Tokoh-tokoh teori organis, diantaranya adalah Herbert Spencer, F. J.
Schmitthenner , Gonstantin Frantz, dan Bluntsehi. Para penganut teori ini
berpandangan bahwa negara dianggap atau disamakan dengan makhluk hidup, seperti
manusia, hewan, dan tumbuhan. Individu yang merupakan komponen-
komponennegara diibaratkan sebagai sel-sel dari makhluk hidup.
Sebagai suatu organisme, negara tidak akan lepas dari kenyataan dan
perkembangannya dari mulai berdiri, berkembang, besar, kokoh, dan kuat. Kemudian,
melemah sampai akhirnya tidak mampu lagi untuk mempertahankan eksistensinya
sebagai negara. Setelah itu, lenyap dari percaturan dunia. Dengan demikian, teori
organis berpandangan bahwa suatu negara pada saat tertentu akan lenyap seperti
suatu organisme hidup.
Teori ini berkembang pada abad XIX (19) yang memandang negara sebagai
organisme. Teori ini berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan terutama
biologi, dengan ditemukannya sistem sel pada binatang dan tumbuhan dan teori
evolusi dari Darwin.
Pengant teori ini memperkuat argumentasinya dengan mengambil beberapa
contoh, yaitu : Mesir, Babilonia, Persia, Phunisia, Romawi, dan lain-lain yang
semuanya menjalani dari Negara kecil, hingga besar dan kuat dan akhirnya menjadi
kecil kembali, lemah dan akhirnya lenyap.
Namun tidak pula semua organisme mati karena tua, maka negara pun juga
demikian, ada yang hancur karena peperangan walaupun belum tua. Bluntschi
memandang negara terjadi tidak langsung karena karya manusia. Negara adalah zat
yang hidup yang tumbuh baik di dalam maupun di luar dan berkembang seperti
organisme biologis. Negara adalah suatu unit besar yang akan menua dan mati.

2. Teori Anarkis
Menurut teori ini, negara merupakan suatu bentuk susunan tata paksa yang sesuai
jika diterapkan dalam tatanan kehidupan masyarakat yang masih primitif. Teori ini
tidak cocok bagi masyarakat modern yang beradab dan bertatakrama. Para penganut
teori ini berkeyakinan bahwa pada suatu saat negara pasti akan lenyap dan muncul lah
masyarakat yang penuh kebebasan dan kemerdekaan, tanpa paksaan, tanpa
pemerintahan, serta tanpa negara. Anarkisme atau dieja anarkhisme yaitu suatu
paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan
kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuh suburkan penindasan
terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya
harus dihilangkan atau dihancurkan. Penganut teori ini antara la\in William Godwin,
Joseph Proudhon, Kropotkin, dan Michael Bakounin.
Penganut teori ini dapat di bedakan menjadi dua golongan, yaitu golongan
pertama yang berpandangan bahwa untuk menghapuskan atau melenyapkan “tata
paksa” harus dilakukan dengan cara menghancurkan organisasi tersebut bersama
perlengkapan dan pendukungnya, maksudnya untuk melenyapkan negara harus
dengan jalan terorisme (Joseph Proudhon, Kropotkin, dan Michael Bakounin).
Menurut mereka untuk menjamin kebebasan manusia tidak perlu ada negara, karena
negara dianggap sebagai “alat pemaksa” yang dapat mengekang kebebasan,
karenanya negara dengan pemerintahannya harus dihapuskan.
Adapun golongan kedua berpandangan bahwa masyarakat yang penuh kebebasan
tanpa pemerintahan akan dapat diwujudkan melalui evolusi dan pendidikan, tanpa
harus melalui kekerasan dan kekejaman. Leo Tolstoy, salah satu seorang penganut
golongan kedua, berpendapat bahwa kekerasan dari mana pun datangnya akan
mengundang dendam dan pembalasan dengan kekerasan. Kekerasan dapat
dihilangkan dengan kasih sayang dan pendidikan.
Terorisme dan kekerasan adalah tindakan berlebihan dan tindakan melampaui
batas. Teori ini mencapai puncaknya pada zaman Tsar Alexander II di Rusia.

3. Teori Marxisme
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl
Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi,
sistem sosial, dan sistem politik. Penganut teori ini disebut Marxis. Teori ini
merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto
komunis yang dibuat oelh Marx dan sahabatnya, Friedrich Engels. Merxisme
merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa
kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proleter. Kondisi
kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah
minimum, sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum kapitalis.
Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx
berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya “ kepentingan pribadi” dan
penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk mensejahterakan
kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham
komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum proletar akan
memberontak dan menuntut keadilan. Itulah dasar dari Marxisme. Para penganutnya
adalah orang-orang komunis, dan pelopornya adalah Karl Marx. Menurut Marx ini
negara dipandang sebagai “alat pemaksa” dari kelas yang kuat terhadap kelas yang
lemah. Lahirnya negara adalah perjuangan kelas. Kelas yang menang artinya kelas
yang kuat, membutuhkan susunan tata paksa Negara sebagai alat untuk memaksakan
kehendaknya kepada kelas yang kalah (kelas lemah). Karena itu jika dalam
pertentangan kelas yang menang akan berusaha melenyapkan kelas yang kalah.
Akan tetapi, suatu saat jika masyarakat yang adil dan makmur sudah terwujud,
disana tidak ada lagi perbedaan kelas, karena tidak ada lagi perjuangan kelas,
disitulah negara akan lenyap. Penganut teori ini adalah Karl Marx, Reidrich, Engles,
dan Lenin.
4. Teori Mati Tuanya Negara
Menurut teori ini, negara sebagai suatu susunan tata paksa tidak perlu dihapus
atau diperangi, karena keberadaannya, berdirinya, atau hilangnya negara sesuai
dengan hukum yang berlaku. Dengan kata lain, negara akan berdiri atau lenyap
menurut syarat-syarat objektifnya sendiri. Jika syarat-syarat untuk berdirinya suatu
negara terpenuhi, negara akan tetap berdiri. Sebaliknya, apabila persyaratan tidak
terpenuhi dengan sendirinya negara akan lenyap atau hilang.
Prof. Wirjono Prodjodikoro berpendapat, bila negara dianggap berhenti, hancur
atau jatuh maka unsut wilayah, dan masyarakat tetap ada, hanya unsur
pemerintahannya yang musnah.
Di Indonesia pernah terjadi pada Zaman Sriwijaya, di abad VII pernah jaya
namun kemudian tenggelam. Demikian juga dengan kerajaan Majapahit, tapi unsur
daerah dan rakyatnya tetap ada yang hilang unsur pemerintahannya saja.
Selain teori-teori tersebut, hilang atau lenyapnya suatu negara dapat disebabkan oleh
dua faktor yaitu sebagai berikut :
a. Faktor Alam
Yang dimaksud dengan hilangnya negara karena faktor alam adalah suatu
negara yang sudah ada, tetapi dikarenakan faktor alam negara tersebut
menjadi lenyap. Karena disebabkan oleh alam maka wilayah dari negara tadi
akan hilang dan hilangnya wilayah tadi berarti, hilanglah negara itu dari dunia
kenegaraan. Hilangnya negara karena faktor alam, misalnya dapat disebabkan
oleh :
 Gunung Meletus
 Pulau yang terendam air laut, atau bencana alam yang lainnya.
Contoh wilayah negara yang lenyap di karenakan faktor alam, misalnya
adalah bisa kita ketahui yang mana dulunya pulau Jawa dan Sumatra itu
sebenarnya menyatu tapi dikarenakan sebagian wilayah pulau tersebut ditelan
oleh air laut yang menurut para ahli hal tersebut dikarenakan meletusnya
gunung krakatau pada 416 masehi yang lalu, kemudian membentuk daratan
yang disebut sunda besar.
b. Faktor Sosial
Yaitu suatu negara yang sudah ada dan diakui oleh negara lain, tetapi
dikarenakan oleh faktor sosial negara itu menjadi hilang dan lenyap. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain :
1) Karena adanya Revolusi (kudeta yang berhasil)
Revolusi berarti suatu pergantian tatanan sosial. revolusi
menstranfer kekuasaan dari tangan-tangan kelas yang telah kehabisan
tenaganya kepada kelas lain yang berada di atas kekuasaan.
Runtuhnya negara karena revolusi sebabnya banyak dipengaruhi
oleh faktor internal sebuah negara dalam menjalankan fungsinya. Menurut
Mac Iver, ada dua cara atau sebab lenyapnya negara, yaitu : cara
peperangan atau pemberontakan, dikarenakan revolusi (cara secundaire
wording), dan cara evolusioner, karena pertentangan intern atau
percektokan dinasti (cara premaire wording).
2) Karena adanya Penaklukan
Penaklukkan terjadi jika suatu daerah belum ada yang menguasai
kemudian diduduki oleh suatu bangsa.
3) Kerena adanya Persetujuan
4) Karena adanya Penggabungan

Anda mungkin juga menyukai