Anda di halaman 1dari 2

ASAS-ASAS HUKUM

actori in cumbit probation en incumbit, Artinya, siapa yang menggugat dialah yang wajib
membuktikan

probatio qui dicit, non qui negat, yang memiliki arti beban pembuktian ada pada orang yang
menggugat, bukan yang tergugat

probandi necessitas incumbit illi qui agit, yang berarti beban pembuktian dilimpahkan kepada
penggugat

semper necessitas probandi incumbit ei qui agit, yang berarti beban pembuktian selalu
dilimpahkan pada penggugat

affirmanti, non neganti, incumbit probation, pembuktian bersifat wajib bagi yang mengajukan
bukan yang menyangkal

affirmantis est probare, berarti orang yang mengiyakan harus membuktikan

reo negate actori incumbit probation, bermakna jika tergugat tidak mengakui gugatan, maka
penggugat harus membuktikan

In genere quicunque aliquid dicit, sive actor sive reus, necesse est ut probat, yang berarti
siapapun yang membuat tuduhan, baik itu penggugat ataupun tergugat, harus
membuktikannya

negativa non sunt probanda, Artinya, membuktikan sesuatu yang negatif adalah tidak mungkin
karena bertentangan dengan asas dalam hukum pembuktian

primo executienda est verbis vis, ne sermonis vitio obstruatur oratio, sive lex sine argumentis,
yang berarti perkataan adalah hal pertama yang diperiksa untuk mencegah adanya
kesalahan pengertian atau kekeliruan dalam menemukan hukum1

1
Asas itu muncul ketika Eddy mencoba menafsirkan substansi pasal 24C UUD Tahun 1945 secara
gramatikal. Menurut Eddy, kewenangan MK secara limitatif adalah memutus pembubaran partai politik, dan
memutus perselisihan hasil pemilihan umum. “Undang-Undang Dasar 1945 secara jelas dan terang menyatakan
bahwa kewenangan Mahkamah Konstitusi hanya terhadap kesalahan hasil perhitungan suara yang diumumkan oleh
Komisi Pemilihan Umum dan hasil perhitungan yang benar menurut Pemohon. Dengan demikian secara muatis
mutandis, fundamentum petendi yang dikonstruksikan oleh Kuasa Hukum Pemohon seharusnya berkaitan dengan
hasil perhitungan suara,” urai Eddy
nit agit exemplum litem quo lite resolvit. Artinya, menyelesaikan suatu perkara dengan
mengambil contoh perkara lain sama halnya dengan tidak menyelesaikan perkara tersebut2

Judicandum est legibus non exemplis yang berarti, putusan harus dibuat berdasarkan hukum,
bukan berdasarkan contoh.3

citationes non concedantur priusquam exprimatur super qua re fieri debet citation. Artinya,
penggunaan yurisprudensi tidak akan diterima sebelum dijelaskan hubungan antara perkara
dengan yurisprudensi tersebut4

ubi eadem ratio ibi idem lex, et de similibus idem et judicium, Artinya, jika terdapat alasan
hukum yang sama, maka berlaku hukum yang sama. Namun pendekatan ini terpatahkan
jika menggunakan pendekatan argumentum a contrario yang artinya bahwa jika alasan
hukumnya berbeda, maka tidak beralasan untuk menggunakan hukum yang sama5

Ius Curia Novit/Curia Novit Jus berarti hakim dianggap mengetahui semua hukum sehingga
Pengadilan tidak boleh menolak memeriksa dan mengadili perkara6

2
Selanjutnya saat menggugat pendekatan Kuasa Hukum Pemohon yang mendalilkan kecurangan pada
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sebagai contoh dari putusan MK yang berani mendiskualifikasi pasangan calon,
Eddy menggunakan asas nit agit exemplum litem quo lite resolvit. Artinya, menyelesaikan suatu perkara dengan
mengambil contoh perkara lain sama halnya dengan tidak menyelesaikan perkara tersebut. Postulat ini merupakan
pedoman di negara-negara yang mewarisi tradisi sistem Eropa Kontinental bahwa dalam mengadili setiap perkara,
hakim sangat bersifat otonom dan tidak terikat pada putusan hakim sebelumnya
3
Menurut Edy, setiap perkara mempunyai sifat dan karakter tersendiri yang sudah tentu didasarkan pada
fakta yang berbeda pula. Hal ini ia dasarkan pada asas Judicandum est legibus non exemplis yang berarti, putusan
harus dibuat berdasarkan hukum, bukan berdasarkan contoh. Eddy menilai pendekatan yurisprudensi yang
digunakan oleh kuasa hukum pemohon terhadap sengekta PHPU Presiden – Wakil Presiden terlebih dahulu perlu
dicarikan kesesuaiannya secara relavan. Jika tidak hal itu tidaklah tepat
4
Kedalaman makna postulat ini adalah penggunaan putusan hakim sebelumnya dapat dijadikan
yurisprudensi jika pokok perkara yang disengketakan adalah sama,” Prof Eddy OS Hiariej
5
Moch Dani Pratama Huzaini, “Hujan” Asas Hukum di Panggung Sidang Mahkamah Konstitusi,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5d105f6367d4a/hujan-asas-hukum-di-panggung-sidang-mahkamah-
konstitusi/, diakses tanggal 2 Juli 2019, pukul 10.40 WITA
6
Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, “Pengadilan dilarang
menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak
ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”
.

Anda mungkin juga menyukai