Anda di halaman 1dari 6

Nama : Frisca Yulita Marscia

NPM : 1506725180
Kelas : Perbandingan Hukum Perdata – Reguler

SEJARAH PERKEMBANGAN CIVIL LAW DI DUNIA

Pada zaman ini terdapat dua sistem hukum besar dimana keduanya banyak dianut oleh
berbagai negara di dunia, yakni sistem hukum Common Law dan Civil Law. Kedua sistem hukum
ini memiliki ciri khas yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut salah
satunya dipengaruhi oleh faktor sejarah.1 Dalam tulisan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
sistem hukum Civil Law, khususnya sejarah perkembangan Civil Law di dunia.
Secara terminologi, kata Civil Law berasal dari bahasa Latin yaitu ius civile, yang berarti
hukum yang berlaku bagi para penduduk (Romawi). Eksistensi hukum dalam sistem hukum Civil
Law diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang yang disusun secara
sistematis dalam suatu kodifikasi. Negara-negara dengan sistem hukum Civil Law memiliki suatu
aturan komprehensif yang dibagi menjadi dua kategori, yakni hukum publik dan hukum privat.2
Hukum tertulis merupakan sumber hukum yang primer, namun tidak eksklusif.3 Peran hakim
dalam sistem hukum Civil Law adalah untuk menemukan fakta dan menerapkan ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam suatu hukum tertulis. Keputusan hakim tidak berpengaruh besar
pada pembentukan hukum seperti pada sistem hukum Common Law yang memberlakukan asas
preseden.
Dimuka telah dinyatakan bahwa sejarah mempengaruhi perbedaan dari kedua sistem
hukum besar dimana masing-masing sistem hukum memiliki perkembangannya sendiri. Civil Law
pada awalnya berkembang di daratan Eropa Timur sehingga dikenal pula sebagai sistem hukum
Eropa Kontinental. Sistem hukum Eropa Kontinental juga dikenal sebagai Romano-Germanic
Legal System atau sistem hukum Romawi-Jerman. Sebab, sistem hukum Kerajaan Romawi dan

1
The Robbins Collection, “The Common Law and Civil Law Traditions”,
https://www.law.berkeley.edu/library/robbins/CommonLawCivilLawTraditions.html, diakses 25 Februari 2018.

2
AJGM Sanders, “The Characteristic Features of Civil Law,” The Comparative and International Law
Journal of South Africa, Vol. 14, No. 2, (Juli 1981), hlm. 199.

3
Ibid., hlm. 204.
Jerman pada saat itu sangat mempengaruhi lahirnya sistem hukum Eropa Kontinental. Sejarah
sistem hukum Eropa Kontinental sangat berhubungan erat dengan hukum pada masa Romawi
Kuno. Akan tetapi, evolusi yang terjadi selama ribuan tahun menimbulkan perubahan besar
terhadap hukum sejak masa Kaisar Agustus atau Justinian. Hukum Romawi tersebut merupakan
cikal bakal terciptanya sistem hukum Eropa Kontinental.
Awal mula pembentukan dan perkembangan sistem hukum Eropa Kontinental terjadi
ketika terbentuknya The Twelve Tables di tahun 450 SM yang selanjutnya diikuti oleh
terbentuknya kompilasi hukum Justinian di sekitar tahun 534 Masehi. Akan tetapi, setelah 1000
tahun pun, hukum Romawi masih mengalami perkembangan dengan semakin meluasnya hukum
Romawi ke berbagai negara. Hal ini terlihat dalam hukum Romawi versi Justinian yang terdapat
dalam Corpus Juris Civilis yang terdapat banyak perbedaan dengan aturan hukum klasik yang
sebelumnya berlaku di hukum Romawi. Corpus Juris Civilis merupakan kompilasi aturan hukum
yang dibuat berdasarkan arahan dari Raja Byzantine, yaitu Justinian di abad ke-6 Masehi. Oleh
karena Corpus Juris Civilis dibuat di zaman pertengahan, maka juga mendapat pengaruh oleh
pemikiran gereja-gereja.
Corpus Juris Civilis terdiri dari empat bagian, yaitu Justinian’s Institutes/The Institute,
Justinian’s Digest/The Digest, Codex/The Code, dan Novels/The Novels.4 The Institute berisikan
teks pengantar, sedangkan The Code merupakan kumpulan aturan legislasi bangsa Romawi, dan
The Novels merupakan aturan legislasi yang dibuat setelah selesai dibuatnya The Digest dan The
Code. The Digest merupakan bagian terpenting dari Corpus Juris Civilis5, sebab pada bagian ini
terdapat kumpulan aturan hukum yang paling lengkap dan berpengaruh terhadap perkembangan
hukum selanjutnya dalam sistem hukum Eropa Kontinental. The Digest dan The Code ini
merupakan dasar dari hukum Romawi yang berkembang melalui sistem hukum Eropa Kontinental
hingga saat ini.
Pasca jatuhnya kerajaan Romawi, di dunia Barat terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang
masih memberlakukan hukum Romawi, bahkan oleh para penakluk dari bangsa Germania
disamping berlakunya hukum Kanonik. Pada masa kebangkitan kembali hukum Romawi di abad

4
Fred Dingledy, The Corpus Juris Civilis, (New Orleans: s.n., 2015), hlm. 2.

5
Arthur von Mehern, “Civil Law” dalam Indonesian Legal History, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas
Indonesia Program Pascasarjana, 2002), hlm. 3.
ke-11 Masehi, para ahli hukum berusaha untuk memberlakukan kembali Corpus Juris Civilis
dalam proses kebangkitan kembali (revival) dari hukum Romawi. Kebangkitan ini dimulai di
Bologna, Italia di abad ke-11 M. Kelompok-kelompok ahli hukum tersebut kembali ke negara
masing-masing setelah belajar di Bologna, sehingga hukum Romawi menyebar di berbagai negara
di Eropa. Sekitar tahun 1100 hingga 1500, hukum Romawi menjadi dasar dari ilmu hukum di
Eropa Kontinental.6 Pada abad ke-16 dan 17, pusat-pusat pendidikan hukum telah berpindah ke
Perancis dan Belanda.
Memasuki abad ke-20, banyak perkembangan yang terjadi terhadap kaidah hukum di
Eropa Kontinental maupun Anglo Saxon. Bagi negara-negara penganut sistem hukum Eropa
Kontinental, perkembangan teori hukum di abad ke-20 ditandai dengan memudarnya pengaruh
kodifikasi-kodifikasi hukum mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhinya diantaranya adalah:7
1. Perkembangan negara welfare state telah membentuk hukum yang lebih berorientasi
pada hukum kenegaraan dan administrasi negara;
2. Perkembangan bidang sosial dan ekonomi menyebabkan banyaknya kegiatan manusia
yang ternyata tidak diantisipasi sehingga belum diatur dalam kodifikasi-kodifikasi
yang telah ada;
3. Perkembangan filsafat sosial di abad ke-20 telah menyebabkan munculnya doktrin-
doktrin hukum yang tidak tepat lagi dengan doktrin yang terdapat dalam kodifikasi;
dan
4. Terjadinya harmonisasi hukum di tingkat internasional dan regional.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam
kodifikasi-kodifikasi zaman dahulu berbeda dengan kaidah-kaidah hukum yang dibuat pada abad
ke-20. Perbedaan tersebut antara lain:8
1. Kaidah hukum di abad ke-20 berasal dari banyak sumber (eclecticism);

6
von Mehern, Civil Law, hlm. 5.

7
Munir Fuady, Perbandingan Ilmu Hukum, (Jakarta: PT Refika Aditama, 2007), hlm. 84.

8
Mary Ann Glendon, “Comparative Legal Traditions in a Nutshell” dalam Perbandingan Ilmu Hukum,
(Jakarta: PT Refika Aditama, 2007), hlm. 87.
2. Perubahan hukum yang terjadi di abad ke-20 cenderung lebih menghargai perbedaan
dalam masyarakat, sehingga menimbulkan suatu kaidah hukum yang berbeda dengan
apa yang terdapat dalam kodifikasi-kodifikasi hukum yang konvensional;
3. Pembuatan hukum di abad ke-20 lebih memandang masalah hukum secara realistis,
praktis, dan pragmatis dimana pada umumnya berdasar pada data dan analisis hasil riset
ilmiah dan sosiologis; dan
4. Para perancang kodifikasi klasik berkeyakinan bahwa sektor hukum dapat mengatur
segala hal melalui suatu kitab undang-undang yang lengkap. Para pembuat hukum di
abad ke-20 meyakini keterbatasan hukum dan undang-undang sehingga mereka tidak
lagi memiliki tujuan untuk mengatur segala hal dalam satu kitab undang-undang.
Distribusi sistem hukum Eropa Kontinental ini meliputi perkembangan di Eropa dan diluar
Eropa. Perkembangan di Eropa, misalnya mencakup wilayah:9
a. Perancis
Perancis yang pada masa itu termasuk wilayah kekaisaran Romawi tidak semata-mata
mengadopsi hukum yang dikodifikasikan sebagaimana tertuang dalam Corpus Juris
Civilis, melainkan mengombinasikannya dengan kebiasaan lokal. Pengaruh Romawi
lebih besar di Perancis bagian selatan (the pays de droit écrit, land of the written law)
dibanding Perancis bagian utara (the pays de coutume, land of customary law).10
Permasalahan pun melebar pada dualisme sumber hukum yang harus ditaati, yaitu kode
sipil atau hukum kebiasaan. Sistem hukum Eropa Kontinental memiliki budaya yang
kuat utuk tetap diterapkan dan mengklaim dirinya sebagai the common law of all
mankind.
b. Jerman
Pengaruh sistem hukum Eropa Kontinental di Jerman dapat ditemukan sejak tahun
1495 dengan didirikannya pengadilan tingkat banding (Rechtkammergericht) di
Speyer. Rechtkammergericht menjadi permulaan penerimaan hukum Romawi secara
masif di teritorial Jerman. Setelah beratus-ratus tahun, penerimaan hukum Romawi ini

9
Ade Maman Suherman, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, ed.1, cet. 3, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), hlm. 58.

10
von Mehern, Civil Law, hlm. 6.
semakin nyata, tepatnya dengan terbentuknya Kode Sipil Jerman, German Civil Law,
atau Burgerliches Gesetzbuch (BGB).
c. Belanda
Pengenalan hukum Romawi di Belanda hampir serupa dengan penerimaan reception
di wilayah Jerman. Sistem hukum di Belandan menganut sistem kodifikasi yang dapat
kita kenal di beberapa kitab, yakni Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, dan peraturan kepailitan. Sistematika yang
digunakan pun mengadopsi dari Hukum Napoleon.
Perkembangan dan penyebaran sistem hukum Eropa Kontinental tidak hanya berlangsung
di wilayah Eropa saja. Akan tetapi, lebih jauh lagi, wilayah penyebarannya meliputi wilayah luar
Eropa. Dewasa ini, sistem hukum Eropa Kontinental tersebar di seluruh dunia melampaui wilayah
Kekaisaran Romawi Kuno, yakni di seluruh wilayah Amerika Latin, sebagian besar Afrika,
negara-negara di Asia Barat, Jepang, serta Indonesia.11 Teknik kodifikasi yang diadopsi pada abad
ke-19 dan abad ke-20 ini juga diterapkan pada negara-negara penganut sistem hukum Eropa
Kontinental. Kolonialisme sangat berperan besar dalam penyebaran sistem hukum Eropa
Kontinental didunia yang terbagi dalam tiga wilayah besar ini:12
1. Amerika Selatan
Pemerintah kolonial Spanyol, Portugis, Perancis, dan Belanda menduduki Amerika
Selatan ketika penduduk asli wilayah tersebut punah. Prinsip hukum yang mendasar
yang diterapkan dalam sistem hukum Eropa Kontinental pun diterapkan akibat dari
tidak adanya ahli hukum pada saat itu. Seiring dengan berkembangnya kolonialisme di
wilayah Amerika Selatan, peraturan-peraturan yang dibentuk mengikuti contoh seperti
apa yang telah dibentuk di Eropa. Meskipun demikian, beberapa negara bekas jajahan
negara Eropa tersebut, yang semula menganut sistem hukum Eropa Kontinental, kini
justru menganut sistem Common Law atau sistem campuran. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh politik serta kedaulatan negara dimana wilayah tersebut menjadi bagiannya.

11
René David dan John E. C. Brierly, Major Legal Systems in the World Today, ed. 3, (London: Stevens &
Sons, 1985), hlm. 33.

12
Ibid., hlm. 75
Contohnya adalah Guyana dan Puerto Rico yang saat ini menganut sistem campuran
antara Common Law dan sistem hukum Eropa Kontinental.
2. Afrika dan Madagaskar
Ekspansi negara penganut sistem hukum Eropa Kontinental juga terjadi di benua Afrika
dan Pulau Madagaskar dimana pemerintah kolonial memperkenalkan konsep hukum
ke benua ini. Bekas jajahan Perancis, Spanyol, dan Portugis saat ini termasuk dalam
keluarga hukum Romawi-Jerman. Terlepas dari lokasinya yang masuk dalam wilayah
persemakmuran Inggris, Mauritius dan Seychelles juga mengadopsi sistem hukum
Eropa Kontinental akibat suatu alasan historis. Afrika Utara pun termasuk dalam
keluarga hukum Romawi-Jerman akibat pengaruh kolonialisme dari Perancis yang juga
membawa dampak politik serta budaya. Akan tetapi, dewasa ini Hukum Islam pun juga
berlaku di negara-negara Afrika Utara. Hal ini menyebabkan sistem hukum mereka pun
tergolong dalam sistem hukum campuran.
3. Asia dan Indonesia
Sejak era Tanzimât atau reorganisasi Kekaisaran Ottoman di tahun 1839, Turki
merujuk pada peraturan di Eropa Kontinental untuk memodernisasi hukumnya. Turki
tetap berpegang pada tradisi Muslim hingga pada Perang Dunia I, namun menghapus
seluruh elemen Muslim dari sistem hukumnya dan sejak saat itu menjadi bagian dari
keluarga hukum Romawi-Jerman. Hal serupa terjadi pada Arab, namun Arab tidak
terlalu sekuler seperti Turki. Dalam beberapa aspek, Arab masih memberlakukan
hukum Islam bagi para penganutnya. Pengaruh sistem hukum Romawi-Jerman di
negara-negara Timur Tengah tidak terlalu besar hingga saat ini.
Di sisi lain Benua Asia, sistem hukum Eropa Kontinental hanya bertahan dalam waktu
singkat di Tiongkok. Posisi sistem hukum Eropa Kontinental tersebut disingkirkan oleh Partai
Komunis. Hal yang serupa juga terjadi di Vietnam dan Korea Utara. Indonesia pun termasuk dalam
keluarga hukum Romawi-Jerman akibat penjajahan Belanda. Disamping itu juga terdapat Hukum
Islam serta Hukum Adat sehingga terdapat suatu pluralisme sistem hukum.

Anda mungkin juga menyukai