PRA KEMERDEKAAN
Pada masa ini bermula dari hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah Belanda kepada VOC
berupa hak octrooi (meliputi monopoli pelayaran dan perdagangan, mengumumkan perang,
mengadakan perdamaian dan mencetak uang). Akhirnya Gubernur Jenderal Pieter Both diberi
wewenang untuk membuat peraturan guna menyelesaikan masalah dalam lingkungan pegawai VOC
hingga memutuskan perkara perdata dan pidana.
Kumpulan peraturan pertama kali dilakukan pada tahun 1642, Kumpulan ini diberi nama Statuta
Batavia. Pada tahun 1766 dihasilkan kumpulan ke-2 diberi nama Statuta Bara. Kekuasaan VOC
berakhir pada 31 Desember 1799.
3. Peraturan-peraturan tidak tertulis (hukum adat) yang khusus berlaku bagi golongan Eropa.
Pada masa ini, raja mempunyai kekuasaan mutlak dan tertinggi atas daerah-daerah jajahan termasuk
kekuasaan mutlak terhadap harta milik negara bagian yang lain. Kekuasaan mutlak raja itu diterapkan
pula dalam membuat dan mengeluarkan peraturan yang berlaku umum dengan nama Algemene
Verordening (Peraturan pusat). Ada 2 macam keputusan raja :
1. Ketetapan raja sebagai tindakan eksekutif disebut Besluit. Seperti ketetapan pengangkatan
Gubernur Jenderal.
2. Ketetapan raja sebagai tindakan legislatif disebut Algemene Verodening atau Algemene Maatregel
van Bestuur (AMVB).
Pada masa ini pula dimulai penerapan politik agraria yang disebut dengan kerja paksa oleh Gubernur
Jenderal Du Bus De Gisignes. Pada tahun 1830 Pemerintah Belanda berhasil mengkodifikasikan
hukum perdata yang diundangkan pada tanggal 1 Oktober 1838.
Berhasil diundangkan :
2. Algemene Politie Strafreglement sebagai tambahan Kitab Hukum Pidana untuk Golongan Eropa.
5. Wetboek Van Strafrecht yang berlaku bagi semua golongan penduduk melalui S.1915:732 mulai
berlaku 1 Januari 1918.
Pada masa ini berdasarkan pasal 163 IS penduduk dibagi menjadi 3 Golongan menjadi :
2. Golongan Timur Asing – Sebagian Hukum Eropa dan sebagian Hukum Adat.
Tujuan pembagian golongan ini adalah untuk menentukan sistem hukum mana yang berlaku bagi
masing-masing golongan berdasarkan pasal 131 IS. Untuk hukum acara digunakan Reglement op de
Burgelijk Rechtsvordering dan Reglement op de Strafvordering untuk Jawa dan Madura.
Susunan Peradilannya :
• Residentiegerecht
• Hooggerechtshoj
Untuk yang diluar Jawa dan Madura diatur dalam Recht Reglement Brugengewesten berdasarkan
S.1927:227. Hukum acara yang berlaku bagi masing-masing golongan, susunan peradilannya adalah
sebagai berikut :
• Pengadilan Swapraja
• Pengadilan Agama
• Pengadilan Militer
Untuk golongan Pribumi berlaku hukum adat dalam bentuk tidak tertulis tetapi dapat diganti dengan
ordonansi yang dikeluarkan Pemerintah Belanda berdasarkan pasal 131 (6) IS.
Pada masa penjajahan Jepang daerah Hindia dibagi menjadi Indonesia Timur (dibawah kekuasaan AL
jepang berkedudukan di Makassar) dan Indonesia Barat (dibawah kekuasaan AD Jepang yang
berkedudukan di Jakarta). Peraturan-peraturan yang digunakan untuk mengatur pemerintahan dibuat
dengan dasar “Gun Seirei” melalui Osamu Seirei.Pasal 3 Osamu Seirei No. 1/1942 menentukan
bahwa “semua badan pemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan undang-undang dari pemerintah
yang lalu tetap diakui sah untuk sementara waktu, asal tidak bertentangan dengan peraturan
pemerintah militer.”
6. Pasca Kemerdekaan
a. Masa 1945-1949
Pada masa ini berlaku UUDS. Tata hukum yang berlaku adalah tata hukum yang terdiri dari semua
peraturan yang dinyatakan berlaku dengan pasal 142 UUDS 1950 yang ditambah dengan peraturan
baru selama masa kurun waktu 17/8/1950 hingga 4/7/1959.
Berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kita kembali ke UUD 45. Tata hukum yang berlaku adalah
tata hukum yang terdiri dari segala peraturan masa 1950-1959 dan segala peraturan yang berlaku
berdasarkan pasal II Aturan Tambahan dan Peraturan yang dibentuk setelah Dekrit Presiden 5 Juli
1959.
Sejarah Tata Hukum Indonesia dimulai sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia 17
Agustus 1945, dimana kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan.
Dengan adanya proklamsi berarti sejak saat itu bangsa Indonesia telah menentukan dan melaksanakan
hukumnya sendiri, yaitu hukum bangsa Indonesia dengan Tata Hukum Indonesia.
Dengan demikian jelaslah bahwa dengan proklamasi berarti pula memiliki dua arti, pertama
menegarakan Indonesia dan , kedua menetapkan Tata Hukum Indonesia. Kesempurnaan Negara dan
Tata Hukumnya itu lebih lengkap dengan diundangkannya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945
yang di dalamnya secara garis besar tertulis tentang Tata Hukum Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya UUD 1945 mengalami pasang naik dan pasang surut , antara lain :
Berdasarkan pada UUDS 1950 dan konstitusi RIS 1949, peraturan perundang-undangan di Indonesia
terdiri dari :
UUD adalah suatu piagam yang menyatakan cita-cita bangsa dan memuat garis besar dasar dan tujuan
Negara.
2.1.2. Undang-undang
a. UU Biasa ialah peraturan negara yang diadakan untuk menyelenggarakan pemerintahan pada
umumnya yang dibentuk berdasarkan dan untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar.
b. UU Darurat yaitu Undang-undang yang dibuat oleh pemerintah sendiri atas kuasa dan tanggung
jawab pemerintah yang karena keadaan mendesak perlu diatur dengan segera.
Peraturan Pemerintah Pusat adalah suatu peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk
melaksanakan undang-undang. Peraturan Pemerintah dibuat semata-mata oleh pemerintah tanpa kerja
sama dengan DPR.
Peraturan Daerah adalah semua peraturan yang dibuat oleh Pemerintah setempat untuk melaksanakan
peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi derajatnya.
Untuk mengatur masyarakat dan menyelenggarakan kesejahteraan umum seluruh rakyat, Pemerintah
mengeluarkan berbagai macam peraturan negara yang disebut dengan peraturan perundangan.
Adapun bentuk-bentuk dan tata urutan peraturan perundangan RI sekarang ini menurut Ketetapan
MPRS No. XX/MPRS/1966 kemudian dikuatkan oleh Tap No. V/MPR/1973 adalah sebagai berikut :
2. Ketetapan MPRS/MPR;
b. Instruksi Menteri
Undang-Undang Dasar adalah hukum dasar tertulis, sedangkan disamping UUD ini berlaku juga
hukum dasar yang tidak tertulis, yang merupakan sumber hukum, misalnya kebiasaan-kebiasaan
(konvensi), traktat dan sebagainya.
Ketetapan MPR adalah bentuk produk legislative yang merupakan keputusan musyawarah MPR, yang
ditujukan mengatur tentang garis-garis besar dalam bidang legislative dan eksekutif.
Undang-Undang adalah salah satu bentuk peraturan perundangan yang diadakan untuk melaksanakan
UUD dan ketetapan MPR. Selain itu juga mengatur hal-hal yang tidak diatur dalam UUD 1945
maupun ketetapan MPR. Undang-undang yang dibentuk berdasarkan ketentuan dalam UUD
dinamakan undang-undang organik. UU organik bertujuan untuk pelaksanaan dari suatu UUD,
misalnya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dibentuk untuk melaksanakan Pasal 18
UUD 1945.
Suatu Undang-Undang mulai sah berlaku apabila telah diundangkan dalam lembaran negara oleh
Sekretaris Negara, dan tanggal berlakunya suatu undang-undang menurut tanggal yang ditentukan
dalam undang-undang itu. Jika tidak disebutkan maka berlaku 30 hari setelah diundangkan untuk
Jawa dan Madura dan 100 hari untuk daerah lain.
2. Undang-undang yang dibuat penguasa yang lebih tinggi mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi pula;
Pada suatu masa undang-undang dapat dinyatakan tidak berlaku lagi apa bila :
1. Jangka waktu berlakunya yang telah ditentukan oleh UU yang bersangkutan sudah habis;
2. Keadaan atau hal untuk mana UU itu dibuat sudah tidak ada lagi;
3. UU itu dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi yang lebih tinggi;
4. Telah ada UU yang baru yang isinya bertentangan atau berlainan dengan UU yang dahulu
berlaku.
Peraturan pemerintah diadakan untuk melaksanakan undang-undang, maka tidak mungkin presiden
menetapkan peraturan pemerintah sebelum ada undang-undang. Peraturan pemerintah memuat aturan-
aturan umum umtuk melaksanakan undang-undang.
UU, Perpu, dan PP adalah peraturan yang disebutkan dalam UUD 1945. Kepres sebagai bentuk
peraturan yang baru, ditetapkan oleh Tap MPRS No.XX/MPRS/1966. Kepres berisi keputusan yang
bersifat khusus (einmalig) yaitu untuk melaksanakan ketentuan UUD 1945 yang bersangkutan dengan
Tap MPR(S) dalam bidang eksekutif, UU/Perpu atau PP.
Peraturan ini merupakan bentuk peraturan yang ada setelah Tap MPRS No.XX/MPRS/1966.
Peraturan pelaksana lainnya (baik dikeluarkan oleh pejabat sipil maupun pejabat militer) dapat
berbentuk : Keputusan Menteri, Instruksi Menteri, Keputusan Panglima TNI, dll, haruslah dengan
tegas bersumber dan berdasarkan peraturan perundangan yang lebih tinggi.
Peraturan Daerah adalah peraturan lain yang dibuat oleh pemerintah daerah, baik pemerintah propinsi
ataupun pemerintah kabupaten dan kota, dalam rangka mengatur rumah tangganya sendiri.
2. TAP MPR
3. Undang-Undang,
4. Perpu,
5. PP
6. Kepres, dan
7. Perda.