Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian Hukum Pidana adalah keseluruhan peraturan-peraturan yang


menentukan perbuatan apa saja yang merupakan sebuah tindak pidana dan
hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap mereka yang melakukannya.
2. Kejahatan :
Tindakan tersebut mengandung suatu “onrecht” sehingga orang memandang
perilaku tersebut memang pantas dihukum meskipun tidak dicantumkan dalam
undang-undang sebagai perbuatan terlarang oleh pembuat undang-undang.
Contoh : pencurian, pembunuhan, pemerkosaan.
Pelanggaran :
Orang pada umumnya baru mengetahui bahwa tindakan tersebut merupakan
pelanggaran yang bersifat melawan hukum sehingga dapat dihukum yaitu setelah
tindakan tersebut dinyatakan dilarang dalam undang-undang.
Contoh :
Melanggar rambu lalu lintas.
3. Perbedaan antara pelanggaran dengan kejahatan adalah:
Pelanggaran
Orang baru menyadari hal tersebut merupakan tindakpidana karena perbuatan
tersebut tercantum dalam undang-undang, istilahnya disebut wetsdelict (delik
undang-undang ). Dimuat dalam buku III KUHP pasal 489 sampai dengan pasal 569.
Contoh mabuk ditempat umum (pasal 492 KUHP/536 KUHP), berjalan diatas tanah
yang oleh pemiliknya dengan cara jelas dilarang memasukinya (pasal 551 KUHP).
Kejahatan
Meskipun perbuatan tersebut tidak dirumuskan dalam undang-undang menjadi
tindak pidana tetapi orang tetap menyadari perbuatan tersebut adalah kejahatan
dan patut dipidana, istilahnya disebut rechtsdelict (delik hukum). Dimuat didalam
buku II KUHP pasal 104 sampai dengan pasal 488. Contoh pencurian (pasal 362
KUHP), pembunuhan (pasal 338 KUHP), perkosaan (pasal 285 KUHP).
Persamaannya ialah sama sama melanggar hukum yang berlaku.
4. Tujuan Hukum Pidana dan Pemidanaan
Manusia memiliki sifat berkuasa yang dapat berbuat dan berkehendak sesuai dengan
keinginannya. Apabila keinginan serta kemauannya ini tidak dibatasi, maka manusia
juga dapat menjadi ancaman bagi manusia lainnya. Bahkan sifat kekuasaan manusia
dapat mengeksploitasi serta mengeksplorasi dunia.
Sehingga hukum diciptakan salah satunya untuk membatasi ruang gerak manusia
agar tidak berbuat sesuai dengan kehendak dirinya sendiri. Fungsi hukum salah
satunya ialah terciptanya suatu tatanan masyarakat yang aman, tentram, serta
berkeadilan. Berikut ini beberapa fungsi hukum yang perlu diketahui.
ang paling mendasar adalah memperbaiki orang-orang yang sudah melakukan
kejahatan agar tidak mengulangi perbuatannya.
Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (3). Yang mana
hukum menjadi keharusan dalam kehidupan bangsa dan negara, karena hukum
dapat menciptakan ketertiban serta keadilan pada masyarakat.
tujuan pemidanaan adalah sebagai salah satu kunci penting dalam penjatuhan
pidana itu sendiri. Dapat juga dikatakan bahwa penjatuhan pidana haruslah
memperhartikan tujuan pemidanaan. Pentingnya perhatian tujuan pemidanaan ini
tampaknya juga ediperhatikan oleh perancang KUHP baru dengan dirumuskannya
secara tegas, tentang tujuan pemidanaan dalam buku-1 RUU KUHP. Pasal 51 51
buku-1 RUU KUHP tahun 2005 menyatakan bahwa :
Pemidanaan bertujuan
Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi
pengayoman masyarakat
Memasyarakatatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi
orang yang baik dan berguna
Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan
keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam memasyarakatkan, dan :
Membebaskan rasa bersalah pada terpidana
Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk merendahkan martabat manusia .
5. Skema pembagian hukum pidana

6. Hukum pidana umum adalah hukum pidana yang dengan sengaja telah dibentuk
untuk diberlakukan bagi setiap orang pada umumnya, sedangkan hukum pidana
khusus adalah hukum pidana yang dengan sengaja telah dibentuk untuk
diberlakukan bagi orang-orang tertentu saja
Tindak pidana khusus : tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, tindak pidana
pencucian uang
Tindak pidana umum : penipuan penggelapan pencurian
7. Hukum perdata dikenal sebagai ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban
individu dengan badan hukum. Untuk pertama kalinya istilah hukum perdata dikenal
Indonesia dalam bahasa Belanda yakni Burgerlijk Recht. Sumber hukum perdata
dikodifikasikan dikenal dengan Burgerlijk Wetboek dan dialih bahasa menjadi Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
8. Sejarah hukum perdata di Indonesia berhubungan dengan sejarah hukum perdata
Eropa. Terutama Eropa kontinental yang diberlakukan Hukum Perdata Romawi
menjadi hukum orisinil dari benua Eropa. Akan tetapi karena kultur dan aturan
masyarakat masing-masing wilayah berbeda, membuat orang-orang mencari
kepastian dan kesatuan hukum.
Berdasarkan catatan Napoleon pada tahun 1804, telah dihimpun hukum perdata
yang dinamakan Code Civil de Francais. Masyarakat Eropa juga mengenalnya dengan
sebutan Code Napoleon. Terhitung tahun 1809-1811 dimana Perancis tengah
menjajah Belanda.
Seiring dengan itu pula Raja Lodewijk Napoleon menerapkan Wetboek Napoleon
Ingeriht Voor het Koninkrijk Hollad. Isinya hampir sama dengan Code Civil de
Francais dan Code Napoleon diberlakukan menjadi sumber hukum perdata Belanda.
Usai masa penjajahan berakhir, Belanda akhirnya menerapkan secara tetap Code
Napoleon dan Code Civil des Francais sebagai aturan hukum. Barulah tahun 1814,
Belanda mengkodifikasi susunan ini menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Sipil).
Dasar kodifikasi hukum Belanda tersebut dibuat Mr.J.M.Kemper dan dikenal sebagai
Ontwerp Kemper. Namun, sebelum tugasnya selesai Kemper meninggal dunia pada
tahun 1824. Selanjutnya, kodifikasi hukum Belanda diteruskan oleh Nicolai yang
ketika itu menjadi Ketua Pengadilan Tinggi di Belanda.
6 Juli 1830, perumusan hukum selesai dengan berhasil membuat BW atau Burgerlijik
Wetboe (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda). Serta dibuat WvK atau
Wetboek van Koophandle (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang).Ketika Belanda
menjajah Indonesia, secara gamblang menerapkan kedua kitab undang-undang
tersebut. Bahkan, KUHPerdata dan KUHDangan hingga kini masih digunakan oleh
bangsa Indonesia. Pada tahun 1948 atas dasar asas concordantie (asas politik),
Indonesia memberlakukan kedua Kitab Undang-Undang tersebut secara resmi.
9. Sistematika Hukum Perdata didalam KUH Perdata dapat dilihat berdasar KUH
Perdata (BW) Indonesia yang terdiri atad 4 buku, yaitu:

Buku I, Perihal Orang (van persoonen), memuat hukum perorangan dan


kekeluargaan.
Buku II, Perihal Benda (van zaken), memuat hukum benda dan hukum waris.
Buku III, Perihal Perikatan (van verbintennisen), memuat hukum harta kekayaan
yang berhubugan dengan hak dan kewajiban yang berlaku bagi orang-orang atau
pihak-pihak tertentu.
Buku IV, Perihal Pembuktian dan Daluwarsa (van bewjis en verjaring), memuat
perihal alat pembuktian dan akibat lewat waktu terhadap hubungan hukum.
10. Menurut beberapa ahli hukum sistimatika ini salah, karena masih banyak kelemahan
didalamnya. Kelemahan sistimatika hukum perdata ini adalah ;
Pada Buku dua, ternyata mengatur (juga) tentang hukum waris. Menurut penyusun
KUHPer, hukum waris dimasukkan KUHPer karena waris merupakan cara
memperoleh hak milik. Ini menimbulkan Tindakan Kepemilikan : Segala tindakan atas
sesuatu karena adanya hak milik (Menggunakan, Membuang, Menjual, Menyimpan,
Sewakan, dll).
Pada Buku empat, tentang Pembuktian dan Daluwarsa, KUHPer (juga) mengatur
tentang Hukum Formil. Mestinya KUHPer merupakan Hukum Materiil, sedangkan Hk.
Formil nya adalah Hukum Acara Perdata yang berada pada Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Perdata.
11. Sistematika Hukum Perdata menurut ilmu pengetahuan dibagi dalam 4 bagian yaitu:
Hukum Perorangan atau Badan Pribadi (personenrecht)
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang seseorang manusia
sebagai pendukung hak dan kewajiban (subyek hukum),tentang umur,kecakapan
untuk melakukan perbuatan hukum,tempat tinggal(domisili)dan sebagainya.
Hukum Keluarga (familierecht)
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum yang timbul
karena hubungan keluarga / kekeluargaan seperti perkawinan,perceraian,hubungan
orang tua dan anak,perwalian,curatele,dan sebagainya.
Hukum Harta Kekayaan (vermogenrecht)
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum seseorang
dalam lapangan harta kekayaan seperti perjanjian,milik,gadai dan sebagainya.
Hukum Waris(erfrecht)
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang benda atau harta
kekayaan seseorang yang telah meninggal dunia,dengan perkataan lain:hukum yang
mengatur peralihan benda dari orang yang meninggal dunia kepada orang yang
masih hidup.
12. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hukum perdata dapat dibagi atas 4 bagian, yaitu :
Hukum tentang orang (Personenrecht) diatur dalam Bab I dan II buku II serta buku
IV bab IV KUH Perdata yang memuat hal-hal tentang manusia sebagai subjek hukum,
kecakapan untuk memiliki hak-hak,kecakapan untuk bertindak sendiri melaksanakan
hak-haknya itu,serta hal lain yang mempengaruhi kecakapan, domisili, nama,
pencatatan sipil (burgerlijk stand).
Hukum keluarga (Familierecht) diatur  dalam Bab IV – XVIII  buku I KUH Perdata yang
memuat hal-hal yang berhubungan dengan hubungan hukum yang timbul dari
hubungan kekeluargaan seperti perkawinan beserta hubungannya dalam harta
kekayaan antara suami istri,hubungan antara orang tua dan anak, perwalian,
pengampuan (curatele) serta perceraian.
Hukum kekayaan /hukum harta kekayaan/ hukum harta
benda (Vermogensrecht) diatur dalam Bab I-IX dan XIX – XXI buku II serta Bab I –
XVIII buku III KUH Perdata yang memuat hal-hal yang berhubungan tentang sesuatu
yang dapat dinilai dengan uang, yang terdiri dari : pertama, Hukum kekayaan mutlak
(absolut) yang meliputi hak-hak kebendaan material dan immaterial seperti, hak atas
merek, hak cipta,dan hak oktroi, dan Kedua, Hukum harta kekayaan relative (nisbi)
yaitu hak yang timbul dari suatu perikatan.
Hukum kewarisan (Erfrecht) diatur dalam Bab XII – XVIII buku II KUH Perdata yang
memuat hal-hal yang berkaitan dengan pengalihan tentang benda atau kekayaan
seorang jika telah meninggal dunia.
 
Sedangkan, apabila dilihat dari peraturan hukumnya yaitu KUHPerdata (BW), maka
hukum dapat dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu :
Buku I : Tentang orang (Ven Person) dan hukum keluarga (Van Familie);
Buku II : Tentang Benda (Van Zaken), yang didalamnya termasuk hukum waris (Erf
Recht);
Buku II : Tentang Perikatan (Verbintenissen Recht) atau hukum
perjanjian (Verbintenissen);
Buku IV : Tentang Pembuktian (Van Bewijk) dan Kedaluwarsa (Verjaring).
Jika diamati dengan cermat pembagian yang dilakukan oleh KUHPerdata (BW) diatas,
maka dapat dikatakan hal tersebut hampir sama dengan Code Civil Des Francis yang
terdiri dari 3 (tiga) buah buku yang terdiri dari :
Buku I mengatur terkait dengan hukum orang dan hukum keluarga;
Buku II mengatur tentang hukum benda, hak milik, hak menikmati hasil, hak
memakai dan mendiami, dan hak pakai (servitut);
Buku III mengatur tentang hukum waris, hukum perikatan, hukum harta perkawinan,
hak gadai, daluarsa, dan segala sesuatu yang tidak diatur dalam buku I dan buku II.

Anda mungkin juga menyukai