Disusun Oleh :
Fakultas Hukum
2021
PENDAHULUAN
Perbandingan sistem hukum dan Peradilan sebagai salah satu metode pendekatan
dalam perspektif hukum dan ilmu hukum dalam artian yang luas, telah banyak diminati oleh
pengkaji dan pengstudi ilmu perbandingan dan hukum. Sistem hukum yang ada di dunia pada
dasarnya terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu : sistem hukum Eropa Kontinental (Civil
Lawsystem), sistem hukum Anglo Saxon (Common Lawsystem) dan sistem hukum sosialis.
Sistem hukum civil , dalam satu pengertian, merujuk ke seluruh sistem hukum yang saat ini
diterapkan pada sebagian besar negara Eropa Barat, Amerika Latin, negara-negara di Timut
Dekat, dan sebagian wilayah Afrika, Indonesia “Comparative Law” merupakan suatu teori
metoda atau “method theory” atau merupakan “the social science theory.” dan Jepang. Sistem
hukum Civil Lawlebih mengutamakan peraturan dengan tertulis, seperti perundang-undangan
dan membuatnya sebagai dasar hukum yang harus ditaati oleh warga negaranya. Sistem hukum
ini memperoleh kekuatan mengikat karena wujud dari hukum tersebut tertulis dan sifatnya
sistematis, lengkap dan tuntas dalam kodifikasi.
pada dasarnya, undang undang lah yang menjadi dasar hukum dari sistem hukum civil law,
sebagaimana dinyatakan oleh Sudarto yakni :
“Hukum itu berasal dari kehendak mereka yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam negara,
ialah berasal dari kehendak pembentuk undang-undang. Penciptaan hukum di luar
pembentukan undang-undang tidak diakui. Kalau dalam kenyataan ada hukum kebiasaan yang
berlaku di samping undang-undang, maka berlakunya hukum kebiasaan ini didasarkan pada
1
Peter de cruz, Perbandingan Sistem Hukum Commom Law, Civil Lawdan Socialist Law, Jakarta : Diadit Media,
2013, hlm.4
kehendak dari pembentukan undang-undang, yang dinyatakan secara tegastegas atau secara
diam-diam.”2
Civil Lawmemiliki karakteristik dalam membuktikan bahwa pengaturan hukum seperti
perundang-undangan tidak diperkenankan bertentangan satu dengan yang lain. Sistem hukum
civi law terdiri atas dua golongan yaitu hukum privat dan hukum publik. Hukum privat
mengatur tentang hubungan antar individu dalam suatu masyarakat.
Common LawSystem dianut oleh negara Inggris kemudian berkembang dan menyebar
ke Amerika Serikat, Canada, Amerika Utara, dan Australia. Sistem hukum Common
Lawberbeda dengan sistem hukum civil law, karena dalam sistem hukum Common Lawsumber
hukum utamanya adalah putusan hakim/ yurisprudensi. Putusan hakim yang telah disahkan/
ditetapkan mengakibatkan putusan tersebut memiliki sifat mengikat dan mewujudkan suatu
kepastian hukum. Walaupun dalam sumber hukum utama nya Civil Lawdan Common
Lawberbeda. Sistem hukum Common Lawyang sumber hukum utamanya putusan hakim/
yurisprudensi tidak menuntup kemungkinan dapat membuat peraturan perundang-undangan
sebagi pelengkap peraturan.
RUMUSAN MASALAH
2
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1986, hlm. 54
PEMBAHASAN
3
Nurul Qamar, Perbandingan Sistem Hukum dan Peradilan, Cetakan Pertama, Makassar, Refleksi, 2010, hal. 25
4
Ibid., hal.26
5
Ibid
6
ibid
7
Ibid., hal.26
8
Ibid., hal.27
Pembentukan hukum yang baru di Eropa Kontinental telahmmelalaui perjalanan proses
yang panjang dan kompleks. Sejarah perkembangannya tidak dapat dilepaskan dengan faktor-
faktor ekonomi, politik, dan intelektual Eropa Barat.9 Pada akhir abad XI sampai dengan
memasuki awal abad XIV, terjadi divergensi sistem Civil Lawyang berkembang di Eropa
Kontinental, sementara Common Lawberkembang di lnggris.10 Civil Lawyang dikembangkan
di Jerman dan Perancis, menandakan kebangkitan kembali hukum Romawi atau the Roman
law system yang tertuang dalam kodifikasi Corpus Juris Civilis. Sedangkan sebaliknya yang
terjadi di lnggeris, ialah Raja-Raja lnggeris menciptakan dan memberlakukan suatu sistem
peradilan untuk melaksanakan hukum kerajaan.11
Perkembangan dan Penyebaran Common LawSystem
Terjadi invasi oleh bangsa Normandia Pada 1006, invasi ini dilakukan dengan membawa
sekelompok administrator yang cakap dalam menjalankan tugas yang diberikan kepadanya
oleh mereka yang berkuasa (memiliki kekuasaan politik) berdasarkan dengan hak penaklukan12
Dalam tradisi Feodal yang demikian, Inggris disebut dengan Fief maksudnya adalah negeri
yang dapat diwarisi dari seorang tuan tanah sebagai imbalan atau kompensasi atas pengabdian
kepada tuan tanah. Dengan keadaan tersebut Paera Raja berfikir untuk membentuk suatu badan
yang dapat mempertahankan kekuasaan-kekuasaan mereka dalam hal pemerintahan.13
Salah satu badan yang paling penting untuk mempertahankan dan memperkuat
kelanggengan kekuasaan pusat pemerintahan yang dikendalikan oleh Raja adalah Pengadilan
Kerajaan. Hal ini dilakukan oleh Raja Wiiliem dan para penggantinya. Sebelum akhir aad xii ,
Penagadilan Kerajaan bersama dengan Pengadilan-Pengadilan local merupakan institusi politik
yang paling kuat dan disegani di lnggris.
Pada masa Kekuasaan Raja Masa kekuasaan Pemerintahan Raja Henry II lnggris
melakukan reformasi dan strukturisasi peradilan dan hukum proseduralnya. Reformasi
tersebut, melahirkan perubahan yang berarti di bidang peradilan, yakni diaturnya dasar-dasar
bagi hakim kerajaan dan kompetensinya dalam mengadili perkara-perkara. Hakim kerajaan
diberi kewenanangan (kompetensi) untuk mengadili pada tingkat pertama di seluruh kerajaan
pada sengketa-sengketa tanah tertentu dalam lingkup kerajaan, dan dintrodusirnya jury untuk
perkara-perkara pidana dan perdata sebagai modus pembuktian yang standar pada suatu
9
Ibid.
10
Ibid.
11
Ibid.
12
Arthur dan James
13
Nurul Qamar ,Op.Cit., hal.32
Pengadilan.14 Pada masa itu hampir seluruh warga inggris yang memiliki sengketa
menggunakan pengadilan tersebut untuk menyelesaikan perkara sesuai hukum proseduralnya.
Hakim dan Pengadilan membangun suatu hukum kerajaan (feodal) yang berlaku umum
(common). Disamping semula adanya pembatasan jenis perkara-perkara tertentu, semakin
diperluas yang memungkinkan Pengadilan Kerajaan menangani perkara yang lebih meluas
yang diajukan.15
Reformasi Hukum yang dilakukan dibawah kepemimpinan Raja Henry ii ini dinilai
sangat pesat karena menerapkan sistem peradilan professional dengan hakim kerajaan yang
mampu bekerja dibawah feodal. Meski sebenarnya hukum yang diterapkan bukanlah Hukum
Original Inggris melainkan dipengaruhi oleh tradisi Hukum Normandia, namun demi
kepentingan feodal maka Hukum Norman tersebut pada akhirnya diakomodir sebagai hukum
Inggris pada akhirnya, meskipun terinfiltrasi dengan Hukum Roman. Oleh karenanya apabila
ditimbang dari sudur pandang sejarah Hukum Inggris biasa disebut Anglo Norman.16
Pengadilan-Pengadilan local yang sebelumnya bekerja tidak professional dengan penuh
keberpihakan, telah diganti dengan Pengadilan-Pengadilan Kerajaan yang bekerja lebih
professional, sehingga menarik perhatian pihak yang berperkara, bahwa Pengadilan dan hakim
kerajaan yang dibentuk oleh Raja adalah jawaban yang dinantikan oleh warga lnggeris untuk
memecahkan masalah hukumnya. Kaitannya dengan tradisi sejarah pemberdayaan hakim dan
Pengadilan Kerajaan di kala itu di lnggeris, maka Pengadilan Kerajaan ramai menangani
perkara yang diajukan kepadanya, sehingga dengan penetapan dan putusan pengadilan
dijadikan sebagai hukum yang harus ditaati dan dijalankan17 Oleh karane itu pada Common
Law, kegiatan hukum sangat terpusat di Pengadilan, berbeda dengan Civil Lawyang basis
kegiatannya adalah berada di Parlemen.18
Common Lawberkembang hingga negera jajahan Inggris, yakni Amerika Serikat.
Hukum yang pertama kali dibawa oleh bangsa lnggeris ke Amerika, bukan hukum yang
diterapkan di Pengadilan-Pengadilan Kerajaan lnggeris, melainkan adalah hukum local yaitu
berupa kebiasaan-kebiasaan masyrakat lnggeris. Kebiasaankebiasaan masyarakat lnggeris itu
disebutnya sebagai Remembered folk-law. Hukum local lnggeris.19
Sistem Hukum Amerika pada zaman Kolonial, terbentuk dari tiga unsur :
14
Ibid, hal.33
15
Ibid.
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Ibid.
19
Friedman
a. Remembered folk law
b. Hukum baru yang ditetapkan karena kebutuhan
c. Hukum yang dibuat atas dasar ideology para migrant/ pendatang.
Apabila diinventarisir, maka dapat dikemukakan bahwa hukum yang dikembangkan oleh
Kolonial lnggeris di Amerika terdiri dari :
a. Hukum yang diciptakan karena kebutuhan mereka di wilayah baru
b. Hukum yang didasarkan dari agama atau ideology yang dianut.
Perbedaan Anglo Amerika dengan Common LawSystem lnggeris, dapat diinventarisir sebagai
berikut :
1. Amerika Serikat mengenal Konstitusi yang bersifat tertulis, sehingga hukum tertinggi
di Amerika adalah Konstitusi. Sementara di lnggeris tidak mengenal Konstitusi yang
sifatnya tertulis. Praktek ketatanegaraan lnggeris didasarkan atas Convention.
2. Konstitusi Amerika Serikat menjadi rujukan atas undangundang, sehingga bilamana
terdapat undang-undang bertentangan dengan Konstitusi, maka undang-undang itu
harus dikesampingkan dan dianggap tidak berlaku.
3. Pengadilan-Pengadilan di Amerika Serikat memiliki kewenangan judicial review.
Pengadilan dapat menyatakan bahwa suatu ketentuan undang-undang tidak sah apabila
dipandang bahwa undang-undang itu bertentangan dengan Konstitusi. Sementara di
lnggeris kewenangan seperti itu tidak ditemukan. Yang ada yaitu supremasi Parlemen.
Apayang telah ditetapkan oleh Parlemen sebagai wakil rakyat merupakan produk
hukum tertinggi.
4. Amerika Serikat tidak sepenuhnya tunduk pada Doktrin Stare decisis, meskipun
Amerika dan lnggeris dua-duanya menganut doktrin tersebut, akan tetapi hakim·hakim
Amerika lebih berani menyimpangi doktrin itu yang biasa disebut Distinguish. Yaitu
dengan alasan terjadinya perubahan filosofis atas reasoning yang melandasi putusan
itu. Sementara di lnggeris tidak demikian halnya.
5. Amerika Serikat telah mengembangkan sistem kodifikasi hukum untuk pemenuhan
kebutuhannya baik terhadap pusat maupun negara-negara bagian, sementara di lnggeris
tidak demikian.
20
Ibid., hal. 41
21
Ibid
d. Code d' Instruction Criminelle (Ki tab Un Undang-Undang PedomanP enangananP
erbuatan Pidana).
Hakim Tidak Terikat Pada Presedent
Hal ini melekat pada sistem Civil Law, dimaksudkan bahwa Civil Law tidak dapat
dilepaskan dengan ajaran pemisahan kekuasaan yang telah mengilhami terjadinya revolusi
Perancis. Paul Scholten mengatakan bahwa maksud pengorganisasian organ-organ negara
Belanda tentang adanya pemisahan antar kekuasaan membuat undang-undang, keuasaan
peradilan dan sistem kasasi serta kekuasaan eksekutif, dan tidak dimungkinkannya kekuasaan
yang satu mencampuri urusan kekuasaan yang lainnya, adalah dengan cara itu, maka
terbentuklah yurisprudensi. mengemukakan bahwa iudiciandum est, putusan Hoge Raad atas
suatu sengketa hukum perlu dihormati, akan tetapi tidak lebih dari sekedar dihormati.22 Hal
tersebut menjadi salah satu aspek membedakan dengan Common LawSystem, dimana Civil
LawSystem tidak tunduk pada doktrin Stare Decisis, yang menganut paham presedent.
Peradilan Menganut sistem lnkuisitorial
Karakteristik yang ketiga pada Civil LawSystem yakni dianutnya sistem lnkuisitorial oleh
peradilan. Maksudnya adalah dalam sistem ini hakim mempunyai peranan yang besar dalam
mengarahkan dan memutus suatu perkara. Hakim bersifat aktif dalam menemukan fakta hukum
dan cermat dalam menilai alat bukti. Bahwa hakim Civil Lawberusaha dengan keras untuk
dapat menggambarkan peristiwa dari awal. Profesionalisme dan kejujuran hakim sangat
dijunjung teguh dalam sistem ini.
Pada karakteristik pertama, yakni yurisprudensi sebagai sumber hukum utama dalam
Sistem Common Lawini merupakan produk hukum perkembangan hukum Inggris yang lupt
22
Ibid.
dari pengaruh Hukum Roman. Philip S.Jamet mengemukakan dua alasan mengapa
yurisprudense dianut dalam Common LawSystem
a. Alasan Psikologis, karena setiap orang yang ditugasi untuk menyelesaikan perkara, ia
cenderung sedapat-dapatnya mencari alasan pembenar atas putusannya dengan merujuk
kepada putusan yang telah ada sebelumnya daripada memikul tanggungjawab atas
putusan yang dibuatnya sendiri
b. Alasan praktis, diharapkan mengapa hadir putusan seragam karena hukum harus
memiliki kepastian daripada menonjolkan keadilan pada setiap kasus yang terjadi.
23
Roscoe Pound
24
Ibid., hal. 49
25
Ibid., hal. 49
Kawanisasi Negara Penganut Sistem Hukum Dunia
I. Negara-Negara Penganut Civi! Law System
Negara di kawasan dunia ini yang menganut Civil Law System, dengan kata lain keluarga
hukum Eropa Kontinental sekurang-kurangnya terdapat delapan puluh negara sebagai
berikut:
1. Albania
2. Estonia
3. Aljazair
4. Ethiopia
5. Angola
6. Finlandia
7. Argentina
8. Gabon
9. Andorra
10. Georgia
11. Armenia
12. Guatemala
13. Aruba
14. Honduras
15. Austria
16. Hungaria
17. Azerbaijan
18. Iceland
19. Belarus
20. Mesir
21. Belgia
22.Mexico
23. Bolivia
24. Mongolia
25. Bosnia dan Herzegovina
26. Panama
27. Brazil
28. Perancis
29. Bulgaria
30. Peru
31. Burundi
32. Jerman
33. Camboja
34. Yunani
35. Cape Verde
36. Haiti
37. Afrika Tengah
38. Indonesia
39. Chad
40. Iran
41. Congo
42. Italy
43. Cote D'lvore
44. Jepang
45. Cina Daratan
46. Latvia
47. Chili
48. Lebanon
49. Colombia
50. Lithuania
51. Costa Rica
52. Luxemborg
53. Croasia
54. Macau
55.Cuba
56. Morocco
57.Czechnya
58. Belanda
59. Denmark
60. Norwegia
61 . Dominica
62. Paraguay
63.Ecuador
64. Polandia
65. El Salvador
66. Portugal
67. Romania
68. Rusia
69. Saudi Arabia
70. Slovakia
71. Spanyol
72. Sudan
73. Swedia
74. Swiss
75. Taiwan
76. Thailand
rt. Turki
78. Uruguay
79. Vatican City
80. Vietnam
26
Lihat: Roelof H. Heveman, 2002, The Legality of Adat Criminal Law in Modern Indonesia, Jakarta: Tata Nusa,
Hal. 50.
27
Iksan, Muhammad, Asas Legalitas Dalam Hukum Pidana: Studi Komparatif Asas Legalitas Hukum Pidana
Indonesia dan Hukum Pidana Islam., Neliti, https://media.neliti.com/media/publications/163598-ID-none.pdf,
diakses pada 2 September 2021 pukul 19.44 WIB
28
Ibid hal 8
29
ELSAM, 2005, Asas Legalitas KUHP Dalam Rancangan 2005, Posistion Paper Advokasi RUU KUHP Seri 1, Jakarta,
Hal. 6-7
30
Jan Remmelink, 2003, Hukum Pidana: Komentar Atas PasalPasal Terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana
lucke) dalam undangundang untuk perbuatan (peristiwa) yang mirip dengan apa yang diatur
oleh undangundang. Akan tetapi sebaliknya apabila ada peristiwa (baru) yang tidak diatur
dalam undangundang maka peraturan itu tidak diterapkan, apabila tidak sesuai dengan rasio
dari peraturan tersebut. Penggunaan yang demikian itu disebut ³DUJXPHQWXP D
FRQWUDULR¥ (pemberian alasan secara dibalik/bewijs van het tegendeel)31 Seperti
disebutkan di muka, asas legalitas membatasi secara rinci dan cermat tindakan 19 Sudarto,
1990, Hukum Pidana I, Cetakan ke-dua, semarang: Yayasan Sudarto Fakultas Hukum UNDIP,
Hal. 22-23. apa saja yang dapat dipidana. Namun demikian, dalam penerapannya, ilmu hukum
memberi peluang untuk dilakukan interpretasi terhadap rumusan-rumusan perbuatan yang
dilarang tersebut.32
Non-retroaktif
Asas legalitas dipandang dari ruang berlakunya hukum pidana menurut waktu yang berkaitan
dengan non retroaktif menghendaki bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan yang
merumuskan tindak pidana tidak dapat diberlakukan secara surut (non retroaktif).
Johan Anselm von Feuerbach dari Jerman pada tahun 1801 dengan teori vom
psycologischen zwang-nya yang pertama kali merumuskan asas legalitas dengan
postulat “nullum dellictum nulla poena sine praevia lege poenali” (tidak ada perbuatan
pidana atau tidak ada pidana tanpa Undang-Undang pidana sebelumnya) dalam bukunya
yang berjudul “Lehrbuch des gemeinen, in Deutschland giiltigen peinlichen Rechts”.
Buku ini ia tulis bersamaan dengan memuncaknya gejala revolusi di daratan Eropa yang
diinspirasi oleh revolusi Prancis yang menumbangkan kekuasaan absolut kerajaan yang
sewenang-wenang.
Selanjutnya postulat tersebut mengalami penderivasian yang sejajar dengan
principat induknya menjadi tiga frasa, meliputi :
1. Nulla Poena Sine Lege (tiada pidana tanpa pidana menurut ketentuan Undang -
Undang),
2. Nula Poena Sine Crimine (tiada pidana tanpa perbuatan pidana),
3. Nullum Crimen Sine Poena Legali (tiada perbuatan pidana tanpa pidana
menurut Undang-Undang).
31
Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Cetakan ke-dua, semarang: Yayasan Sudarto Fakultas Hukum UNDIP, Hal. 22-
23
32
Neliti, Op Cit., hal. 10
Makna asas legalitas juga dikemukakan oleh Jeschek dan Weigend diantaranya:
33
Part I : “Sejarah Asas Legalitas adalah Sejarah Perlawanan terhadap Kesewenang -wenangan dalam
Penggunaan Hukum, https://sthgarut.ac.id/blog/2019/10/03/part-i-sejarah-asas-legalitas-adalah-
sejarah-perlawanan-terhadap-kesewenang-wenangan-dalam-penggunaan-hukum-pidana/, diakses
pada 25 September 2021, pukul 19.52 WIB
34
Sri Rahayu, Implikasi Asas Legalitas Terhadap Penegakan Hukum dan Keadilan,
https://media.neliti.com/media/publications/43225-ID-implikasi-asas-legalitas-terhadap-penegakan-hukum-
dan-keadilan.pdf, Diaskses pada 26 September 2021 pukul 19.59 WIB
35
Muladi, Demokrasi, Hak Asasi Manusi, Dan Reformasi Di Indonesia, Habibie Center, Jakarta, Tahun 2002, hal.
74.
1. Hukum Dikodifikasi menjadi suatu Hukum Tertulis
2. Adanya pemisahan secara tegas antara Hukum Publik dengan Hukum Privat
• Common Law:
1. Didominasi Oleh Hukum Tidak tertulis atau hukum kebiasaan melalui putusan hakim
2. Tidak adanya pemisahan secara tegas antara huku publik dan Hukum Privat. Namun
demikian sumber-sumber hukum itu (putusan hakim, kebiasaaan, dan peraturan
tertulis) tidak tersusun sistematis dalam hierarki tertentu sebagaimana yang berlaku
pada sistem hukum Eropa Kontinental. Dalam Sistem Hukum ini “peranan” yang
diberikan kepada seorang hakim “tidak hanya” sebagai pihak yang bertugas
menetapkan dan menafsirkan peraturanperaturan hukum saja, tetapi hakim juga
berperan besar dalam membentuk seluruh tata kehidupan dan menciptakan prinsip
hukum yang baru atau disebut dengan yurisprudensi.
PENUTUP
Civil LawSystem adalah Sistem Hukum yang dianut oleh negara-negara Eropa
Kontinental yang didasarkan Pada Hukum Romawi. Negara penganut Civil Lawmenempatkan
Konstitusi tertulis pada urutan tertinggi dalam hierarki perundang-undangan dan selanjutnya
diikuti oleh peraturan lain yang berada dibawahnya. Hal ini berbeda dengan negara penganut
Common Lawdimana sistem hukumnya menganut doktrin stare decisis yang berarti bahwa
dalam memutus putusannya seorang hakim haruslah memutus perkara berdasar pada prinsip
hukum yang sudah ada berdasarkan putusan hakim lain dalam perkara sejenis yang sebelumnya
(preseden). Sehingga dapat terlihat dalam Common Lawmendasarkan pada pentingnya
yurisprudensi sedangkan pada Civil Lawmengutamakan perundang-undangan sebagai sumber
hukumnya.
I. Karakteristik Civil LawSystem
Civil LawSystem dapat dikemukakan karakterisknya
sebagai berikut :
1 . Adanya sistem kodifikasi
2. Hakim tidak terikat pada preseden atau doktrin stare decisis, sehingga undang-undang
menjadi rujukan hukumnya yang utama
3. Sistem peradilannya bersifat inkuisitorial.
Pada Civil Law System, Hukum Dikodifikasi menjadi suatu Hukum Tertulis serta
terdapat pemisahan secara tegas antara Hukum Publik dengan hukum privat. Hal ini berbeda
dengan Common Lawsistem dimana sistem hukumnya didominasi oleh hukum tidak tertulis
atau hukum kebiasaan melalui putusan hakim . Selain itu pada Common LawSystem,
pemisahan secara tegas antara huku publik dan Hukum Privat tidak dinyatakan secara tegas.
Namun demikian sumber-sumber hukum itu (putusan hakim, kebiasaaan, dan peraturan
tertulis) tidak tersusun sistematis dalam hierarki tertentu sebagaimana yang berlaku pada
sistem hukum Eropa Kontinental. Dalam Sistem Hukum ini “peranan” yang diberikan kepada
seorang hakim “tidak hanya” sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan
peraturanperaturan hukum saja, tetapi hakim juga berperan besar dalam membentuk seluruh
tata kehidupan dan menciptakan prinsip hukum yang baru atau disebut dengan yurisprudensi.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Nurul Qamar. Perbandingan Sistem Hukum dan Peradilan. Cetakan Pertama.
Makassar.Refleksi, 2010.
Muladi. Demokrasi. Hak Asasi Manusi. Dan Reformasi Di Indonesi. Habibie Center.
Jakarta. Tahun 2002.
Peter de cruz. Perbandingan Sistem Hukum Commom Law. Civil Lawdan Socialist
Law. Jakarta : Diadit Media, 2013.
Roelof H. Heveman. 2002. The Legality of Adat Criminal Law in Modern Indonesia.
Jakarta: Tata Nusa.
Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: Alumni. 1986.
Sudarto. 1990, Hukum Pidana I. Cetakan ke-dua, semarang: Yayasan Sudarto Fakultas
Hukum UNDIP.
JURNAL
ELSAM. 2005. Asas Legalitas KUHP Dalam Rancangan 2005. Posistion Paper
Advokasi RUU KUHP Seri 1. Jakarta.
Jan Remmelink. 2003. Hukum Pidana: Komentar Atas PasalPasal Terpenting dari
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
INTERNET
Iksan, Muhammad. Asas Legalitas Dalam Hukum Pidana: Studi Komparatif Asas
Legalitas Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Pidana Islam. Neliti.
https://media.neliti.com/media/publications/163598-ID-none.pdf, diakses pada 2 September
202.
Part I : “Sejarah Asas Legalitas adalah Sejarah Perlawanan terhadap
Kesewenang-wenangan dalam Penggunaan Hukum.
https://sthgarut.ac.id/blog/2019/10/03/part-i-sejarah-asas-legalitas-adalah-sejarah-
perlawanan-terhadap-kesewenang-wenangan-dalam-penggunaan-hukum-pidana/,
diakses pada 25 September 2021.
Sri Rahayu, Implikasi Asas Legalitas Terhadap Penegakan Hukum dan Keadilan.
https://media.neliti.com/media/publications/43225-ID-implikasi-asas-legalitas-terhadap-
penegakan-hukum-dan-keadilan.pdf. Diakses pada 26 September 2021.