Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuransi Syariah
Disusun Oleh :
S1 Perbankan Syariah
2020
Kata Pengantar
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapakan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memeberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
Bab I..................................................................................................................1
Pendahuluan......................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2
Bab II.................................................................................................................3
Pembahasan.......................................................................................................3
Bab III..............................................................................................................12
Penutup............................................................................................................12
A. Kesimpulan..........................................................................................12
B. Saran....................................................................................................12
Daftar Pustaka.................................................................................................13
ii
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam hukum islam asuransi masih terjadi perbedaan pandangan. Para ahli
agama memandang asuransi dalam berbagai pandangan. Pandangan pertama yaitu
berpandangan bahwa asuransi itu halal. Yang kedua asuransi dipandang haram
kegiatannya. Pandangan yang ketiga menganggap bahwa asuransi halal sebagai
tindakan sosial dan haram sebagai bisnis/kegiatan komersial. Dan pandangan terakhir
adalah asuransi dianggap syubhat.
Karena alasan- alasan diatas maka dibuatlah makalah ini. Makalah ini
menjelaskan alasan mengapa adanya perbedaan pandangan terhadap asuransi menurut
para ahli islam.
1
Sumarauw, M. F. (2013). Evaluasi Sistem Dan Prosedur Akuntansi Atas Pembayaran Klaim
Asuransi Kesehatan Pada Pt. Askes (Persero). Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis dan Akuntansi. Hal 335
2
Yikwa, I. (2015). Aspek Hukum Pelaksanaan Perjanjian Asuransi. Lex Privatum. Hal 135
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
Bab II
Pembahasan
3
Effendi. A, (2016), Asuransi Syariah Di Indonesia (Studi Tentang Peluang Ke Depan
Industry Asuransi Syariah), Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam Dan Sosial, 3(2), Hal 75
4
Wahab.A, (2019), Tinjauan Hukum Islam Tentang Asuransi, Mizan: Journal of Islamic
Law. 3(01), Hal 83
3
dalam polis, maka, tanpa ada tambahan pembayaran yang kembali dan
hanya sebesar premi yang pernah dibayarkan.
3. Syekh Abdul Wahab Khallaf, Guru besar Hukum Islam Universitas
Kairo, mengatakan bahwa asuransi boleh sebab termasuk akad
mudharabah dalam syariat Islam ialah perjanjian persekutuan dalam
keuntungan, dengan modal yang diberikan oleh satu pihak dan dengan
tenaga di pihak lain. Demikian pula dalam asuransi, orang yang berkongsi
(nasabah), memberikan hartanya dengan jalan membayar premi,
sementara dari pihak lain (perusahaan asuransi) memutarkan harta tadi,
sehingga menghasilkan keuntungan timbal balik, baik bagi para nasabah
maupun bagi perusahaan, sesuai dengan perjanjian mereka.
4. Muhammad Al Bahi, Wakil rektor Universitas Al Azhar Mesir,
mengatakan asuransi itu hukumnya halal karena beberapa sebab:
a. Asuransi merupakan suatu usaha yang bersifat tolong menolong
b. Asuransi mirip dengan akad mudharabah dan untuk mengembangkan
harta benda.
c. Asuransi tidak mengandung unsur riba
d. Asuransi tidak mengandung tipu daya
e. Asuransi tidak mengurangi tawakal kepada Allah swt
f. Asuransi suatu usaha untuk menjamin anggotanya yang jatuh melarat
karena suatu musibah
g. Asuransi memperluas lapangan kerja.5
5
F. Wetria, (2019), Hukum Asuransi Di Indonesia, Padang: Andalas University Press, Hal.
77-78
4
Karena asal sesuatu boleh dan bolehnya transaksi baru, artinya jenis
transaksi tidak ada dalil yang melarangnya dan bermanfaat selama
dilakukan maka boleh.6
6
Ajib. M, (2019), Asuransi Syariah, Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, Hal 50-51
7
Effendi. A, (2016), Asuransi Syariah Di Indonesia (Studi Tentang Peluang Ke Depan
Industry Asuransi Syariah), Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam Dan Sosial, 3(2), Hal 75
8
Suhardih. D, (2018), Kontroversi Halal-Haram Asuransi Syariah, Tahkim. 14(2), Hal 313
5
1) waktu perjanjian telah habis, maka uang premi dikembalikan kepada
terjamin dengan disertai bunga dan ini adalah riba. Apabila jangka
waktu di dalam polis belum habis, dan perjanjian diputuskan, maka
uang premi dikembalikan dengan dikurangi biaya-biaya administrasi,
Muamalah semacam itu dilarang oleh hukum agama (syara’)
2) Ganti kerugian yang diberikan kepada terjamin pada waktu terjadinya
peristiwa yang disebutkan dalam polis, juga tidak dapat diterima oleh
syara. Karena orang-orang yang mengerjakan asuransi bukan syarikat
di dalam untung dan rugi, sedangkan orang-orang lain ikut
memberikan sahamnya dalam uang yang diberikan kepada terjamin.
3) Maskapai asuransi di dalam kebanyakan usahanya, menjalankan
pekerjaan riba (pinjaman berbunga dan lain-lain).
4) Perusahaan asuransi di dalam usahanya mendekati pada usaha lotere,
dimana hanya sebagian kecil dari yang membutuhkan dapat
mengambil manfaat.9
d. Asuransi bersifat eksploitasi karena jika peserta tidak sanggup melanjutkan
pembayaran premi sesuai dengan perjanjian maka premi hangus/hilang atau
dikurangi secara tidak adil (peserta dizalimi);
e. Premi yang diterima oleh perusahaan diputar atau ditanam pada investasi yang
mengandung bunga/riba:
f. Asuransi termasuk akad sharfi, artinya jual beli atau tukar-menukar uang
dengan tidak tunai
g. Asuransi menjadikan hidup atau mati seseorang sebagai objek bisnis, yang
berarti mendahului takdir allah.
9
F. Wetria, (2019), Hukum Asuransi Di Indonesia, Padang: Andalas University Press, Hal 75
6
selain para tokoh diatas juga ada Syekh Muhammad Yusuf Al-Qaradhawi
dalam kitabnya Al Halal Wal Al Haram Fil Islam ( Halal dan Haram dalam Islam)
mengatakan bahwa asuransi (konvensional) dalam praktik sekarang ini bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Ia mencontohkan dalam asuransi kecelakaan,
yaitu seorang anggota membayar sejumlah uang setiap tahun. Apabila ia bisa lolos
dari kecelakaan, maka uang jaminan itu hilang. Sedangkan si pemilik perusahaan
akan menguasai sejumlah uang tersebut dan sedikitpun ia tidak mengembalkannya
pada anggota asuransi itu. Tetapi bila terjadi kecelakaan, perusahaan akan membayar
sejumlah uang yang sudah diperjanjikan bersama.10
Hasyiyah Ibnu ‘Abidin adalah kitab terkenal, pada bab Al-jihad pasal
isti’man al-kafir ia menulis, “Telah menjadi kebiasaan bila bila para pedagang
menyewa kapal dari seorang Hary, mereka membayar upah pengangkutannya.
Di samping itu, iya membayar juga sejumlah uang untuk seseorang Hary yang
berada di negeri pasal penyewa kapal, yang disebut sebagai sukarah ‘premi
asuransi’ dengan ketentuan bahwa baranf-barang pemakai kapal yang berbeda
di kapal yang sewa itu, bila musnah kena kebakaran atau kapal tenggelam,
atau ibajak dan sebagainya, maka penerima uang asuransi itu menjadi
penanggung, sebagai imbalan dari uang yang diambil dari para pedagang itu.
Penanggung itu mempunyai wakil yang mendapat perlindungan (musta’ma)
10
F. Wetria, (2019), Hukum Asuransi Di Indonesia, Padang: Andalas University Press, Hal 76
7
yanng di negeri kita berdiam di kota-kota pelabuhan Negara Islam atas seizin
penguasa. Si wakil itu menerima premi asuransi dari pada pedagang, dan bila
barang-barang mereka tertimpa peristiwa peristiwa yang disebutkan di atas,
dia (si wakil) yang membayar yang membayar kepada para pedagang sebagai
uang pengganti sebesar uang yang pernah diterimannya.”
Jika suatu ketika pihak tertanggung terpaksa tidak dapat membayar premi
maka:
a. uang premi tersebut menjadi utang yang dapat diangsur oleh pihak
tertanggung;
11
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Jakarta: Gema Insani, 2014), hlm. 58-59.
8
b. hubungan antara pihak tertanggung dan pihak penanggung tidak terputus;
c. uang tabungan milik tertanggung tidak hangus;
d. apabila sebelum jatuh tempo tertanggung meninggal dunia, ahli warisnya
berhak mengambil sejumlah uang simpanannya. Untuk asuransi kerugian,
Ormas Islam lain yang mengeluarkan fatwa tentang asuransi adalah Persis
atau Persatuan Islam yang didirikan oleh A. Hasan, Bandung. Melalui Majelis Hisbah
dalam sidang ke-12 tanggal 26 Juni 1995 di Bandung, dikeluarkan fatwa bahwa:
9
a. semua asuransi konvensional yang ada saat ini mengandung unsur gharar,
maisir, dan riba;
b. sedangkan, gharar, maisir, dan riba hukumnya haram;
c. adapun takaful dapat dijadikan alternatif pengganti (asuransi syariah) dengan
catatan takaful masih harus berusaha menyempurnakan apa yang telah ada.
12
Anwar. Khoiril, (2007), Asuransi Syariah, Halal & Maslahat, Solo: Tiga Serangkai, Hal
25-28
13
A. M. Andre, (2021), Asuransi Dalam Padangan Ekonomi Islam, Al-Iqtishod: Jurnal
Pemikiran Dan Penelitian Ekonomi Islam, 9(01) Hal 69
10
d. Merupakan ‘aqd al sharf’ persetujuan jual beli uang, dan ‘aqd al sharf itu
tidak sah bila tidak tunai.14
14
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Jakarta: Gema Insani, 2014), hlm. 62-63.
15
Supripto. T & Salam. A, (2018), Analisa Penerapan Prinsip Syariah Dalam Asuransi, JESI
(Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia). 7(02), Hal 133-134
11
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
12
Daftar Pustaka
Buku
Anwar. Khoiril, (2007), Asuransi Syariah, Halal & Maslahat, Solo: Tiga
Serangkai
Jurnal
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/wahana/article/view/1145
https://pdfs.semanticscholar.org/aa83/c557b0bfebeb3f8ccd62f07450d9e317c
719.pdf
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/1742
13
Supripto. T & Salam. A, (2018), Analisa Penerapan Prinsip Syariah Dalam
Asuransi, JESI (Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia). 7(02)
https://www.ejournal.almaata.ac.id/index.php/JESI/article/view/593
https://jurnalfai-uikabogor.org/index.php/mizan/article/view/434
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/7033
14